Anda di halaman 1dari 16

BAB II

TINJAUAN TEORI
A. Paradigma Sehat
Paradigma sehat merupakan modal pembangunan kesehatan yang
dalam jangka panjang akan mampu mendorong masyarakat untuk bersikap
mandiri dalam menjaga kesehatan mereka sendiri yaitu kesadaran terhadap
pentingnya upaya kesehatan yang besifat promotif dan preventif (Hartono,
2001). Gambaran kesadaran masyarakat Indonesia di masa depan yang
ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan dirumuskan sebagai
Indonesia sehat 2015 bukan hanya milik pemerintah tapi juga milik
masyarakat Indonesia. Hal ini sejalan dengan keyakinan bahwa kesehatan
tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah tetapi juga merupakan
tanggung jawab masyarakat yang berperan dalam meningkatkan derajat
kesehatan melalui kegiatan promotif, preventif dan kuratif. Perilaku
masyarakat Indonesia sehat 2015 adalah perilaku proaktif untuk
memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah terjadinya resiko
penyakit,melindungi diri dari ancaman penyakit serta berpartisipasi akif
dalam gerakankesehatan masyarakat. Selanjutnya masyarakat mempunyai
kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu.
Layanan yang tersedia adalah layanan yang berhasil guna dan
berdaya guna yang tersebar secara merata diIndonesia. Dengan demikian
terwujudnya derajat kesehatan masyarakat 5 yang optimal yang
memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis
(Syafrudin, 2009).

Visi

INDONESIA

SEHAT 2015,

pembangunan kesehatan sebagai berikut:


(1) Menggerakkan pembangunan nasional

ditetapkan
berwawasan

empat

misi

kesehatan.

Keberhasilan pembangunan kesehatan tidak semata-mata ditentukan


oleh hasilkerja keras sektor kesehatan, tetapi sangat dipengaruhi oleh
hasil kerja keras sertakontribusi positif berbagai sektor pembangunan
lainnya. Untuk optimalisasi hasilkontribusi positif tersebut, harus dapat
diupayakan masuknya wawasan kesehatan sebagai asas pokok program
pembangunan. Para penanggungjawab program pembangunan harus
memasukkan pertimbangan-pertimbangan kesehatan dalam semua
kebijakan pembangunannya untuk dapat mewujudkan INDONESIA
SEHAT 2015 . Program pembangunan yang tidak berkontribusi positif
terhadap kesehatan, seyogyanya tidak diselenggarakan. Untuk dapat
terlaksananya pembangunan yang berwawsasan kesehatan, adalah
seluruh tugas yang berelemen dari sistem kesehatan untuk berperan
sebagai penggerak utama pembangunan nasional berwawasan.
(2) Mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup sehat. Kesehatan
adalah tanggungjawab bersama dari setiap individu, masyarakat,
pemerintah dan swasta. Apapun peran yang dimainkan pemerintah,
tanpa kesadaran individu dan masyarakat untuk secara mandiri
menjaga kesehatan mereka, hanya sedikit yang dapat dicapai. Perilaku
yang sehat dan kemampuan masyarakat untuk memilih dan mendapat
pelayanan kesehatan yang bermutu sangat menentukan keberhasilan
pembangunan kesehatan. Oleh karena itu, salah satu upaya kesehatan

pokok atau misi sektor kesehatan adalah mendorong kemandirian


masyarakat untuk hidup sehat.
(3) Memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu,
merata,dan terjangkau.Memelihara dan meningkatkan pelayanan
kesehatan yang bermutu, merata dan terjangkau mengandung makna
bahwa salah satu tanggungjawab sektor kesehatan adalah menjamin
tersedianya pelayanan kesehatan yang bermutu, merata danterjangkau
oleh masyarakat. Penyelenggaraan pelayanan kesehatan tidak sematamata berada di tangan 6 pemerintah, melainkan mengikut sertakan
sebesar-besarnya peran aktif segenap anggota masyarakat dan berbagai
potensi swasta.
(4) Memelihara dan meningkatkan kesehatan individu, keluarga dan
masyarakat beserta lingkungannya. Memelihara dan meningkatkan
kesehatan individu, keluarga dan masyarakat beserta lingkungannya
mengandung makna bahwa tugas utama sektor kesehatan adalah
memelihara dan meningkatkan kesehatan segenap warga negaranya,
yakni setiap individu, keluarga dan masyarakat Indonesia, tanpa
meninggalkan upaya menyembuhkan penyakit atau memulihkan
kesehatan

penderita.

Untuk

terselenggaranya

tugas

ini

penyelenggaraan upaya kesehatan yang harus diutamakan adalah yang


bersifat promotif dan preventif yang didukung oleh upaya kuratif dan
rehabilitatif. Agar dapat memelihara dan meningkatkan kesehatan
individu, keluarga dan masyarakat diperlukan pula terciptanya

lingkungan yang sehat, dan oleh karena itu tugas-tugas penyehatan


lingkungan harus pula lebih diprioritaskan.(Syafrudin, 2009).
B. Konsep Keperawatan Komunitas
1. Karakteristik Komunitas
Selain faktor internal, faktor eksternal juga ikut mempengaruhi
keberhasilan seseorang dalam menghidupi visinya. Tidak ada
keberhasilan yang bisa kita capai tanpa hubungan (relationship) yang
benar. Jika kita ingin sukses dalam menghidupi visi kita dengan
kekuatan yang kita punya, kita harus ada di dalam komunitas yang
sehat. Ada tiga karakteristik atau prasyarat yang menjadi ciri khas
komunitas (Cnaan, Milofsky and Hunter, 2008: 5-6) :Kesamaan
ekologi, organisasi sosial, kesamaan budaya dan makna-makna
simbolik.
2. Konsep komunitas
a) Definisi
Komunitas adalah kelompok sosial yang tinggal dalam
suatu tempat, saling berinteraksi satu sama lain, saling mengenal
serta mempunyai minat dan interest yang sama. Komunitas adalah
kelompok dari masyarakat yang tinggal di suatu lokasi yang sama
dengan dibawah pemerintahan yang sama, area atau lokasi yang
sama dimana mereka tinggal, kelompok sosial yang mempunyai
interest yang sama (Riyadi, 2007).
Menurut Kontjaraningrat Komunitas adalah sekumpulan
manusia yang saling bergaul, atau dengan istilah lain saling
berinteraksi (Mubarak, 2007).
Perawatan kesehatan

adalah

bidang

khusus

dari

keperawatan yang merupakan gabungan dari ilmu keperawatan,

ilmu kesehatan masyarakat dan ilmu sosial yang merupakan bagian


integral dari pelayanan kesehatan yang diberikan kepada individu,
keluarga, kelompok dan masyarakat baik yang sehat atau yang
sakit secara komprehensif melalui upaya promotif, preventif,
kuratif dan rehabilitatif serta resosialitatif dengan melibatkan peran
serta aktif dari masyarakat. Peran serta aktif masyarakat bersama
tim kesahatan diharapkan dapat mengenal masalah kesehatan yang
dihadapi serta memecahkan masalah tersebut (Elisabeth, 2007).
Sasaran pelayanan kesehatan masyarakat adalah individu,
keluarga/ kelompok dan masyarakat dengan fokus upaya kesehatan
primer, sekunder dan tersier. Oleh karenanya

pendidikan

masyarakat tentang kesehatan dan perkembangan sosial akan


membantu masyarakat dalam mendorong semangat untuk merawat
diri sendiri, hidup mandiri dan menentukan nasibnya sendiri dalam
menciptakan derajat kesehatan yang optimal (Elisabeth, 2007).
Peran serta masyarakat diperlukan dalam hal perorangan.
Komunitas sebagai subyek dan obyek diharapkan masyarakat
mampu

mengenal,

mengambil

keputusan

dalam

menjaga

kesehatannya. Sebagian akhir tujuan pelayanan kesehatan utama


diharapkan masyarakat mampu secara mandiri menjaga dan
meningkatkan status kesehatan masyarakat (Mubarak, 2005).
b) Ciri-Ciri Masyarakat Secara Umum
Dari berbagai pengertian diatas maka dapat disimpulkan
bahwa masyarakat itu memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1) Interaksi diantara sesama anggota masyarakat
2) Menempati wilayah dengan batas-batas tertentu
3) Saling tergantung satu dengan yang lainnya\

4) Memiliki identitas bersama


(Nasrul Effendi, 1990)

c) Masyarakat Indonesia
Dilihat dari struktur sosial dan kebudayaan masyarakat
Indonesia dibagi dalam 3 kategori, yaitu :
1) Masyarakat Desa
a. Hubungan keluarga natara masyarakat sangat kuat
b. Hubungan didasarkan pada adat istiadat yang kuat
c. Percaya pada ketentuan gaib
d. Tingkat buta huruf relatif tinggi
e. Berlaku hukum tida tertulis
f. Tidak ada lembaga pendidikan khusus di bidang
tekhnologi
g. Keterampilan diwariskan langsung oleh orang tua
h. Sisitem ekonomi ditujukan untuk memenuhi kebutuhan
keluarga
i. Semangat gotong royong bidang sosial ekonomi sangat
kuat
2) Masyarakat Madya
a. Hubungan keluarga masih tetap kuat, dan hubungan
kemasyarakatan mulai mengendor
b. Adat istiadat masih dihormati, dan sikapa masyarakat
mulai terbuka dari pengaruh luar
c. Timbul rasionalitas pada cara berpikir sehingga
kepercayaan terhadap kekuatan-kekuatan gaib mulai
berkurang dan akan timbul kembali apabila telah
kehabisan akal.
d. Timbul lembaga pendidikan formal dalam masyarakat
terutama pendidikan dasar dan menengah
e. Tingkat buta huruf sudah mulai menurun

f. Hukum tertulis mulai mendampingi hukum tidak


tertulis
g. Ekonomi masyarakat lebih banyak mengarah kepada
produksi pasaran, sehingga menimbulkan deferensi
dalam struktur masyarakat karenanya uang semakin
meningkat penggunaannya.
h. Gotong Royong tradisional tinggi untuk keperluan
social dikalangan keluarga dan tetangga serta kegiatankegiatan umum lainnya didasarkan upah
3) Masyarakat Modern
a. Hubungan antar manusia didasarkan atas kepentingankepentingan pribadi
b. Hubungan antar masyarakat dilakukan secara terbuka
dalam suasana saling mempengaruhi
c. Kepercayaan masyarakat yang kuat terhadap manfaat
ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai sarana untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat
d. Strata masyarakat digolongkan menurut profesi dan
keahlian yang dapat dipelajari dan ditingkatkan dalam
lembaga-lembaga keterampilan dan kejurusan.
e. Tingkat pendidikan formal dan merata
f. Hukum yang berlaku adalah hokum yang tertulis dan
kompleks
g. Ekonomi hampir seluruhnya ekonomi pasar yang
didasarkan atas pengunaan uang dan alat pembayaran
lainnya
d) Ciri Masyarakat Sehat
1) Peningkatan kemampuan masyarakat untuk hidup sehat

2) Mengatasi masalah kesehatan sederhana melalui upaya


peningkatan,

pencegahan,

penyembuhan

penyakit

dan

pemulihan kesehatan terutama untuk ibu dan anak


3) Peningkatan upaya kesehatan lingkungan terutama penyediaan
sanitasi dasar yang dikembangkan dan dimanfaatkan oleh
masyarakat untuk meningkatkan mutu lingkungan hidup
4) Peningkatan status gizi masyarakat berkaitan dengan
peningkatan status social ekonomi masyarakat
5) Penurunuan angka kesakitan dan kematian dari berbagai sebab
dan penyakit
e) Indikator Masyarakat Sehat
Menurut WHO :
1) Keadaan yang berhubungan dengan status kesehatan masyarakat
meliputi:
Indikator Komprehensif
a. Angka kematian kasar menurun
b. Rasio angka mortalitas proporsional rendah
c. Umur harapan hidup meningkat
2) Indikator Spesifik
a. Angka kematian ibu dan anak menurun
b. Angka kematian karena penyakit menular menurun
c. Angka kelahairan menurun
3) Indikator pelayanan kesehatan
a. Rasio antara tenaga kesehatan dan jumlah penduduk
seimbang
b. Distribusi tenaga kesehatan merata
c. Informasi lengkap tentang jumlah tempat tidur di RS,
fasilitas kesehatan lain
d. Informasi tentang jumlah sarana pelayanan kesehatan.
f) Jenis Komunitas
Aggarwal (2007) membagi komunitas menjadi 4 jenis, tetapi
berbeda perspektif, yaitu dari sudut pandang landasan yang digunakan
membentuknya:

1) Komunitas berbasis kebertetanggaan, yaitu komunitas yang


dibentuk berdasarkan kesamaan lokasi tempat tinggal, dengan
batas-batas geografis yang jelas sebagai pemisah dengan
komunitas lain. Oleh karena keragaman pemikiran dan kepentingan
yang terdapat di antara warga satu komunitas kebertetanggaan,
maka sangat mungkin muncul dan berkembang komunitaskomunitas tipe lain, seperti komunitas identitas maupun intensi.
2) Komunitas berbasis identitas, yaitu komunitas yang dibentuk
berdasarkan kesamaan identitas, baik dalam arti kultural maupun
biologis. Kesamaan kultural dapat berupa bahasa, agama, maupun
kesenian. Kesamaan biologis dapat berupa usia maupun gender.
3) Komunitas berbasis kepentingan atau solidaritas, yaitu komunitas
yang dibentuk berdasarkan kesamaan kepentingan atau ketertarikan
terhadap

sesuatu.

Misalnya

gerakan

kesetaraan

gender,

penyelamatan lingkungan, pengembangan wisata dan pelayanan


sosial, seperti kesehatan. Keanggotaan komunitas tipe ini pada
umumnya melampaui batas-batas geografis, kultural maupun
biologis.
4) Komunitas berbasis intensi, yaitu komunitas yang dibentuk untuk
memperoleh kesalingdukungan antar anggotanya. Dalam kategori
ini adalah komunitas kelompok belajar, korban narkoba, pensiunan
dan sejenisnya. Pada umumnya anggota komunitas tipe ini datang
secara sukarela dengan kesadaran akan kelemahan diri.
3. Mengidentifikasi karakteristik secara lebih luas
tiga karakteristik atau prasyarat yang menjadi ciri khas
komunitas (Cnaan, Milofsky and Hunter, 2008: 5-6) :

a) Kesamaan ekologi, yaitu kesamaan lokasi atau wilayah.


Kesamaan itu bukan berarti komunitas harus terbentuk melalui
pertemuan langsung. Dalam beberapa kasus, komunitas terbentuk
melalui jaringan internet, khususnya media sosial. Akan tetapi,
sebagian besar kesamaan ekologis menjadikan komunitas
terbentuk melalui tatap muka dan didorong oleh suatu kasus atau
keprihatinan tertentu yang nyata di wilayah itu.
b) Merupakan organisasi sosial. Hal itu terlihat dari jaringan yang
terbangun, proses sosial yang dilalui dan sistem organisasi yang
memungkinkan komunitas memetakan masalah, menemukan
solusi dan melakukan koordinasi. Organisasi sosial itu dapat
bersifat informal seperti paguyuban, maupun formal seperti
yayasan yang berbadan hukum.
c) Kesamaan budaya dan makna-makna simbolik. Kesamaan itu
akan menjadi kesamaan perasaan dan terkristalisasi dalam bentuk
identitas komunitas. Secara sosial, kesamaan nilai budaya dan
makna-makna simbolik itu akan memperkuat ikatan antar
anggota komunitas.
4. Teori yang mendasari masalah kesehatan utama
Sasaran Keperawatan Kesehatan Komunitas (DEPKES, 2015):
1. Sasaran prioritas individu adalah balita gizi buruk, ibu hamil
resiko tinggi, usia lanjut,penderita penyakit menular (TB paru,
kusta, malaria, demam berdarah, diare, ISPA atau pneumonia) dan
penderita penyakit degenerative.

2. Keluarga yang rentan terhadap masalah kesehatan (vulnerable


group) atau risiko tinggi (highrisk group) dengan prioritas sebagai
berikut :
a) Keluarga miskin yang belum pernah kontak dengan sarana
pelayanan kesehatan dan yang belum punya kartu sehat.
b) Keluarga miskin yang sudah memanfaatkan sarana
pelayanan kesehatan serta mempunyai masalah kesehatan
terkait dengan TumBang balita, kesehatan reproduksi dan
penyakit menular.
c) Keluarga yang tidak termasuk miskin dan mempunyai
masalah kesehatan prioritas serta belum memanfaatkan
sarana pelayanan kesehatan.
3. Kelompok yang masyarakat khusus yang rentan terhadap
timbulnya masalah kesehatan baik yang terikat maupun tidak
terikat dalam satu institusi.
a) Kelompok tidak terikat: posyandu, kelompok balita, ibu
hamil, usia lanjut, penderita peyakit tertentu dan pekerja
informal.
b) Kelompok terikat: sekolah, pesantren, panti asuhan, panti
wreda, rutan.
4. Masyarakat yang rentan atau mempunyai risiko tinggi terhadap
timbulnya masalah kesehatan seperti berikut :
a) Masyarakat disuatu wilayah (RT, RW, Kelurahan, desa) yang
mempunyai :
1) Jumlah bayi meninggal lebih tinggi disbanding daerah
lain.
2) Jumlah

penderita

penyakit

disbanding daerah lain.

tertentu

lebih

tinggi

3) Cakupan pelayanan kesehatan lebih rendah dari daerah


lain.
b) Masyarakat didaerah endemis penyakit menular (malaria,
diare, demam berdarah, dan lainnya.)
c) Masyarakat dilokasi atau barak pengungsian akibat bencana
atau akibat lainnya.
d) Masyarakat didaerah dengan geografis sulit antara lain
daerah terpencil dan perbatasan.
e) Masyarakat di daerah baru dengan transportasi sulit seperti
daerah tranmigrasi.
5. Sanitasi
Di Desa Conggeang Kulon, sebagian besar rumah warga
mempunyai MCK yang tertutup. Namun masih ada warga yang
memanfaatkan MCK yang terbuka. Sistem pembuangan air limbah
sudah cukup baik, karena sebagian besar, salurannya sudah tertutup dan
pembuangan ahirnya ke septic tank. Sumber air berasal dari mata air.
Dan untuk air minum, terkadang dari sumber mata air ang sudah
dimasak dulu ataupun dari galon. Untuk pengelolaan sampah di wilayah
RW 02 kurang baik. Karena masih banyaknya warga yang membuang
sampah ke sungai.
4. Pelayanan Kesehatan
Pembangunan di wilayah RW 02 sudah cukup maju,
termasuk dalam pembangunan pelayanan kesehatan, dan memiliki
pelayanan kesehatan yaitu empat Posyandu, posbindu selain itu,
pelayanan kesehatan diluar wilayah cigugur tengah yang serin
dimanfaatkan masyarakat selain Puskesmas yang berada adalah RSUD
Cibabat.
5. Keamanan dan Transportasi
Jalan utama yang melewati wilayah RW 02 teelah di aspal
namun kondisinya 30 % rusak, karena kualitas kontruksi pengaspalan
yang biasa, sedangkan jalan yang masuk ke pemukiman warga
kondisinya lumyan baik hampir seluruhnya di semen. Adapun jenis

trasportasi yang dapat melalui jalan wilayah RW 02 adalah jenis


kendaraan pribadi seperti mobil atau motor.
Jenis perlindungan keamanan yang tersedia di wilayah RW 02
adalah adanya siskamling di tiap RT dan budaya ronda yang
diselenggarakan pada tiap-tiap RT. Sehingga dengan adanya lembaga
perlindungan tersebut tingkat kriminalitas di wilayah cukup rendah dan
masyarakat pun merasa aman.
C. ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS
Pelayanan dalam asuhan keperawatan komunitas sifatnya
berkelanjutan dengan pendekatan proses keperawatan sebagai pedoman
dalam upaya menyelesaikan masalah kesehatan komunitas. Proses
keperawatan komunitas meliputi pengkajian, analisa dan diagnosa
keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi:
1. Pengkajian
Pengkajian komunitas adalah untuk mengidentifikasi faktor (positif dan
negatif) yang berhubungan dengan kesehatan dalam rangka membangun
strategi untuk promosi kesehatan. Dimana menurut model Betty Neuman
(Anderson and Mc Farlane, 2000) yang dikaji meliputi demografi,
populasi, nilai keyakinan dan riwayat kesehatan individu yang
dipengaruhi oleh sub system komunitas yang terdiri dari lingkungan fisik,
perumahan,

pendidikan,

keselamatan

dan

transportasi,

politik

pemerintahan, kesehatan, pelayanan sosial, komunikasi, ekonomi dan


rekreasi. Aspek-aspek tersebut dikaji melalui pengamatan langsung, data
statistik, angket dan wawancar.
2. Analisa dan diagnosa keperawatan komunitas

Masalah

Total

No.

A B

Kesehatan
1
2
3
4
Data-data yang dihasilkan dari pengkajian kemudian dianalisa
seberapa besar stresor yang mengancam masyarakat dan seberapa berat
reaksi yang timbul dalam masyarakat tersebut. Kemudian dijadikan dasar
dalam pembuatan diagnosa atau masalah keperawatan. Diagnosa
keperawatan menurut Muecke (1995) terdiri dari masalah kesehatan,
karakteristik populasi dan lingkungan yang dapat bersifat aktual, ancaman
dan potensial. Prioritas Masalah Komunitas(Ekasari, 2006).

A=

Resiko terjadi

B=
C=
D=
E=
F=
G=
H=

Resiko parah
Potensial untuk pendidikan kesehatan
Minat masyarakat
Mungkin diatasi
Sesuai dengan perogram pemerintah
tempat
waktu

I=

Dana

J=

Fasilitas

kesehatan

K=

Sumber

dana

Prioritas

angka:
1=
2=

Sangat rendah
Rendah

3=

Cukup

4=

Tinggi

5 = Sangat tinggi
3. Perencanaan
Perencanaan merupakan tindakan pencegahan primer, sekunder, tersier
yang cocok dengan kondisi klien (keluarga, masyarakat) yang sesuai
dengan diagnosa yang

telah ditetapkan. Proses didalam tahap

perencanaan ini meliputi penyusunan, pengurutan masalah berdasarkan


diagnosa komunitas sesuai dengan prioritas (penapisan masalah),
penetapan tujuan dan sasaran, menetapkan strategi intervensi dan rencana
evaluasi.
4. Pelaksanaan (Implementasi)
Pelaksanaan kegiatan komunitas berfokus pada tiga tingkat pencegahan
(Anderson dan Mcfarlene, 1985), yaitu:
a) Pencegahan primer
Pencegahan primer adalah pencegahan sebelum sakit atau disfungsi
dan diaplikasikan ke populasi sehat pada umumnya, mencakup pada
kegiatan kesehatan secara umum dan perlindungan khusus terhadap
suatu penyakit. Misalnya, kegiatan penyuluhan gizi, imunisasi,
stimulasi dan bimbingan dini dalam kesehatan keluarga.
b) Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder adalah kegiatan yang dilakukan pada saat
terjadinya

perubahan

ditemukannya

masalah

derajat

kesehatan

kesehatan.

masyarakat

Pencegahan

sekunder

dan
ini

menekankan pada diagnosa dini dan inervensi yang tepat untuk

menghambat proses penyakit atau kelainan sehingga memperpendek


waktu sakit dan tingkat keparahan. Misalnya mengkaji dan memberi
intervensi segera terhadap tumbuh kembang anak usia bayi sampai
balita
c) Pencegahan tersier
Pencegahan tersier adalah kegiatan yang menekankan pada
pengembalian individu pada tingkat fungsinya secara optimal dari
ketidakmampuan keluarga. Pencegahan ini dimulai ketika terjadinya
kecacatan atau ketidakmampuan yang menetap bertujuan untuk
mengembalikan ke fungsi semula dan menghambat proses penyakit
5. Evaluasi
Evaluasi perbandingan antara status kesehatan klien dengan hasil yang
diharapkan. Evaluasi terdiri dari tiga yaitu evaluasi struktur, evaluasi
proses dan evaluasi hasil. Tugas dari evaluator adalah melakukan
evaluasi,

menginterpretasi

data

sesuai

dengan

kriteria

evaluasi,

menggunakan penemuan dari evaluasi untuk membuat keputusan dalam


memberikan asuhan keperawatan.

Anda mungkin juga menyukai