Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU HAMA TUMBUHAN

HUBUNGAN ANTARA POPULASI DENGAN PERKEMBANGAN


HAMA

Oleh
Nama

: Nikmatus Saadah

NIM

: 135040207111034

Kelas

: D2

ASISTEN : Vivi Rena


HAMA PENYAKIT TUMBUHAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2016

II. HASIL DAN PEMBAHSAN


4.1 Hasil Pengamatan
a. Tabel pengamatan C.chinensis dengan komposisi 1 jantan 1 betina
Pengamatan keI
II
III

telur
-

larva
-

Pupa
-

imago baru
Semua mati
Semua mati

b. Tabel pengamatan C.chinensis dengan komposisi 1 jantan 2 betina


Pengamatan keI
II
III

telur
0
5
0

larva
0
3
0

Pupa
0
0
2

imago baru
0
0
0

c. Tabel pengamatan C.chinensis dengan komposisi 1 jantan 3 betina


Pengamatan keI
II
III

telur
0
3
0

larva
0
2
0

4.2 Pembahasan
a. perkembangan populasi C.chinensis

Perlakuan 1
P2 = P1 + N - M + 1 D
=0

Perlakuan 2
P2 = P1 + N - M + 1 D
= 3 +(5+3) 6 + 1 0 = 6

Perlakuan 3
P2 = P1 + N - M + 1 D
= 4 + (3+2) 3 + 1 0 = 7

b. Faktor yang mempengaruhi perubahan serangga

Pupa
0
0
2

imago baru
0
0

1. Faktor Dalam
Faktor dalam yang mempengaruhi daya tahan serangga untuk dapat tetap hidup dan
berkembang biak antara lain adalah :
a. Kemampuan Berkembang Biak
Kemampuan berkembang biak suatu jenis serangga dipengaruhi oleh kecepatan
berkembang biak, keperidian dan fekunditas (Natawigena, 1990). Keperidian
(natalitas) adalah besarnya kemampuan jenis serangga untuk melahirkan
keturunan baru. Serangga umumnya memiliki keperidian yang cukup tinggi .
Semakin kecil ukuran serangga, biasanya semakin besar keperidiannya.
Sedangkan fekunditas (kesuburan) adalah kemampuan yang dimiliki oleh seekor
betina untuk memproduksi telur. Lebih banyak jumlah telur yang dihasilkan,
maka lebih tinggi kemampuan berkembang biaknya. Kecepatan berkembang biak
dari sejak terjadinya telur sampai menjadi dewasa yang siap berkembang biak,
tergantung dari lamanya siklus hidup serangga. Serangga yang memiliki siklus
hidupnya pendek, akan memiliki frekuensi bertelur yang lebih tinggi atau lebih
sering dibandingkan dengan serangga lainnya yang memiliki siklus hidup lebih
lama (Natawigena, 1990).
b. Perbandingan Kelamin
Perbandingan jenis kelamin antara jumlah serangga jantan dan betina yang
diturunkan serangga betina kadang-kadang berbeda, misalnya antara jenis betina
dan jenis jantan dari keturunan penggerek batang (Tryporyza) adalah dua
berbanding satu, lebih banyak jenis betinanya. Suatu perbandingan yang
menunjukkan jumlah betina lebih besar dari jumlah jantan, diharapkan akan
meghasilkan populasi keturunan berikutnya yang lebih besar, bila dibandingkan
dengan suatu populasi yang memiliki perbandingan yang menunjukkan jumlah
jantan yang lebih besar dari pada jumlah betina.
Perbedaan jenis kelamin ini dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan,
diantaranya keadaan musim dan kepadatan populasi. Seandainya populasinya
menjadi lebih padat, maka akan lahir jenis betina-betina yang bersayap, sehingga

dapat menyebar dan berkembang biak di tempat-tempat yang baru. Pada musim
panas,

telur-telur

betina

hasil

pembiakan

secara parthenogenesis akan

menghasilkan individu-individu jenis jantan maupun jenis betina, yang


selanjutnya menghasilkan telur-telur yang dibuahi (Natawigana, 1990).
c. Sifat Mempertahankan Diri
Untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya, serangga memiliki alat atau
kemampuan untuk melindungi diri dari serangan musuhnya. Misalnya ulat
melindungi diri dengan bulu atau selubungnya. Bebarapa spesies serangga dapat
mengeluarkan racun atau bau untuk menghindari serangga musuhnya, atau
memiliki alat penusuk untuk membunuh lawan atau mangsanya. Kebanyakan
serangga akan berusaha menghindar atau meloloskan diri bila terganggu atau
diserang musuhnya dengan cara terbang, lari, meloncat, berenang atau
menyelam.
Beberapa perlindungan serangga untuk melawan musuhnya adalah : a)
Kamuflase (penyamaran), digunakan serangga berbaur pada lingkungan mereka
agar terhindar dari pendeteksian pemangsa, seperti menyerupai ranting atau daun
tanaman, b) Taktik menakuti musuh, yaitu serangga tertentu mampu mengelabui
musuh dengan cara meniru spesies serangga lain agar terhindar dari
pemangsanya, yang dikenal dengan istilah serangga mimikri. Cara meniru
serangga mimikri terhadap serangga lain, misalnya perilaku, ukuran tubuh,
maupun bentuk pola warna, c) Pengeluaran senyawa kimia dan alat penusuk
(penyengat) adalah kemampuan serangga mengeluarkan senyawa kimia beracun
atau bau untuk menghindari serangan musuhnya. Terdapat alat penusuk pada
serangga digunakan untuk menyengat atau membunuh lawan/ mangsanya.
(Natawigena, 1990).
d. Daur Hidup
Daur hidup adalah waktu yang dibutuhkan semenjak terjadinya telur sampai
serangga menjadi dewasa yang siap untuk berkembang biak. Daur hidup
serangga umumnya pendek. Serangga yang memiliki daur hidup yang pendek,
akan memiliki frekwensi bertelur yang lebih tinggi atau lebih sering, bila

dibandingkan dengan serangga lainnya yang memiliki daur hidup lebih lama
(Natawigena, 1990).
e. Umur imago (Serangga Dewasa).
Pada umumnya imago dari seekor serangga berumur pendek, misalnya
ngengat (imago)Tryporyza innotata berumur antara 4 14 hari. Umur imago
yang lebih lama, misalnya kumbang betina Sitophilus oryzae umurnya dapat
mencapai antara 3 5 bulan, sehingga akan mempunyai kesempatan untuk
bertelur lebih sering (Natawigena, 1990).
2. Faktor Luar
Faktor luar yang dapat mempengaruhi kehidupan serangga untuk bertahan hidup dan
berkembang biak, yaitu :
1. Faktor Fisis
a. Suhu / Temperatur
Setiap spesies serangga mempunyai jangkauan suhu masing-masing dimana ia
dapat hidup, dan pada umunya jangkauan suhu yang efektif adalah suhu minimum.
Serangga memiliki kisaran suhu tertentu untuk kehidupannya. Diluar kisaran suhu
tersebut serangga dapat mengalami kematian. Efek ini terlihat pada proses fisiologis
serangga, dimana pada suhu tertentu aktivitas serangga tinggi dan akan berkurang
(menurun) pada suhu yang lain (Ross, et al., 1982;Krebs, 1985). Umumnya kisaran
suhu yang efektif adalah 15C (suhu minimum), 25C suhu optimum dan 45C (suhu
maksimum). Pada suhu yang optimum kemampuan serangga untuk melahirkan
keturunan besar dan kematian (mortalitas) sebelum batas umur akan sedikit
(Natawigena, 1990).
b. Kelembaban Hujan
Air merupakan kebutuhan yang mutlak diperlukan bagi mahluk hidup
termasuk serangga. Namun kebanyakan air, seperti banjir dan hujan lebat merupakan
bahaya bagi kehidupan beberapa jenis serangga, termasuk juga berbagai jenis kupukupu yang sedang beterbangan, serta dapat menghanyutkan larva yang baru menetas.
(Natawigena, 1990).

Umumnya serangga memperoleh air melalui makanan yang mengandung air.


Secara langsung biasanya serangga tidak terpengaruh oleh curah hujan normal,
namun hujan yang lebat secara fisik akan menekan populasi serangga. Curah hujan
juga memberikan efek secara tidak langsung terhadap kelembaban suatu lahan, ,
kelembaban di udara, dan tersedianya tanaman sebagai makanan serangga. Seperti
halnya

suhu,

serangga

membutuhkan

kelembaban

tertentu/sesuai

bagi

perkembangannya. Pada umumnya serangga membutuhkan kelembaban tinggi bagi


tubuhnya yang dapat diperoleh langsung melalui udara dan tanaman yang
mengandung air (Krebs, 1985).
c. Cahaya, Warna dan Bau
Cahaya adalah faktor ekologi yang besar pengaruhnya bagi serangga,
diantaranya lamanya hidup, cara bertelur, dan berubahnya arah terbang. Banyak jenis
serangga yang memilki reaksi positif terhadap cahaya dan tertarik oleh sesuatu warna,
misalnya oleh warna kuning atau hijau. Beberapa jenis serangga diantaranya
mempunyai ketertarikan tersendiri terhadap suatu warna dan bau, misalnya terhadap
warna-warna bunga. Akan tetapi ada juga yang tidak menyukai bau tertentu
(Natawigena, 1990).

d. Angin
Angin dapat berpengaruh secara langsung terhadap kelembaban dan proses
penguapan badan serangga dan juga berperan besar dalam penyebaran suatu serangga
dari tempat yang satu ke tempat lainnya. Baik memiliki ukuran sayap besar maupun
yang kecil, dapat membawa beberapa ratus meter di udara bahkan ribuan kilometer
(Natawigena, 1990).
e. Makanan
Tersedianya makanan baik kualitas yang cocok maupun kualitas yang cukup
bagi serangga, akan menyebabkan meningkatnya populasi serangga dengan cepat.
Sebaliknya apabila keadaan kekurangan makanan, maka populasi serangga dapat
menurun.

2. Faktor Hayati / Bologi


Faktor hayati atau faktor biologi berupa predator, parasit, potogen atau musuh-musuh
alami bagi serangga.
a. Predator
Predator yaitu binatang atau serangga yang memangsa binatang atau serangga lain.
Istilah predatisme adalah suatu bentuk simbiosis dari dua individu yang salah satu
diantara individu tersebut menyerang atau memakan individu lainnya satu atau lebih
spesies, untuk kepentingan hidupnya yang dapat dilakukan dengan berulang-ulang.
Individu yang diserang disebut mangsa.
b. Parasit
Parasitisme adalah bentuk simbiosis dari dua individu yang satu tinggal, berlindung
atau maka di atau dari individu lainnya yang disebut inang, selama hidupnya atau
sebagian dari masa hidupnya. Bagi parasit, inang adalah habitatnya sedangkan
mangsa

bagi

predator

bukan

merupakan

habitatnya,

selain

itu

pada

umumnya parasit memerlukan suatu individu inang bagi pertumbuhannya, apakah


dalam jangka waktu sampai dewasa atau hanya sebagian dari stadia hidupnya,
sedangkan predator memerlukan beberapa mangsa selama hidupnya. Predator pada
umumnya lebih aktif dan mempunyai daur hidup yang lebih panjang, sedangkan
parasit tidak banyak bergerak, agak menetap dan cenderung memiliki daur hidup
yang pendek. Demikian pula ukuran tubuh predator lebih besar bila dibandingkan
dengan mangsanya, sedangkan parasit pada umumnya memiliki ukuran tubuh yang
lebih kecil bila dibandingkan dengan inangnya (Natawigena, 1990).

C. Pengaruh Perlakuan Terhadap Perkembangan C. Chinensi


Ada , dari hasil pengamatan, terlihat bahwa perbedaan perlakua
nmempengaruhi perubahan dari swrangga/ sama halnya dengan pendapat
Natawigena, 1990 Perbandingan jenis kelamin antara jumlah serangga jantan dan
betina yang diturunkan serangga betina kadang-kadang berbeda . Suatu perbandingan
yang menunjukkan jumlah betina lebih besar dari jumlah jantan,

III. Kesimpulan
Perbandingan perlakuan dapat mempengaruhi perubahan serangga. Dimana
factor pertumbuhan serangga dapat dipengaruhi oleh Kemampuan Berkembang Biak,
Perbandingan Kelamin, Sifat Mempertahankan Diri, Daur Hidup dan Umur imago
(Serangga Dewasa). Perlakuan 3 yaitu komposisi 1 jantan 3 betina mempunyai
perubahan tertinggi yaitu 7. Sedangkan perlakuan 1 memilii hasil terendah yaitu 0.

IV. Daftar Pustaka


Natawigena, H. 1990. Pengendalian Hama Terpadu. Bandung: CV. Armico.

Anda mungkin juga menyukai