Anda di halaman 1dari 14

Penyaki Yang Disebabkan Klebsiella Pneumonia

Klebsiella pneumonia Bakteri ini sering menimbulkan penyakit pada tractus


urinarius karena nosocomial infection, meningitis, dan pneumonia pada penderita diabetes
mellitus atau pecandu alcohol. Gejala pneumonia yang disebabkan oleh bakteri ini berupa
gejala demam akut, malaise (lesu), dan batuk kering, kemudian batuknya menjadi produktif
dan menghasilkan sputum berdarah dan purulent (nanah). bila penyakitnya berlanjut, akan
terjadi abses, nekrosis jaringan paru, bronchiectasi dan vibrosis paru-paru.
Klebsiella pneumonia dapat menyebabkan gangguan saluran pernafasan dan saluran
pencernaan (Dorland :1996). Bakteri infeksi saluran kemih dapat disebabkan oleh bakteri
Klebsiella pneumonia (Mawar :2009)

Memiliki rumah yang sekadar bersih tak cukup jika Anda ingin terhindari dari
berbagai risiko penyakit akibat penyebaran kuman di rumah. Gaya hidup higienis perlu
menjadi kebiasaan dalam keluarga jika ingin sehat dan meminimalisasi berkembang biaknya
kuman di berbagai benda dan peralatan juga perlengkapan rumah tangga.
Meski begitu, Anda tak lantas perlu bersikap berlebihan dengan menginginkan
segalanya serba steril. Bagaimana pun bakteri akan mudah didapati pada pakaian kotor, pada
permukaan di berbagai peralatan rumah tangga seperti di atas meja makan, di lantai yang
kerap ketumpahan susu atau sisa makanan, pada kain seperti selimut, seprai, sarung bantal,
handuk, gorden yang tak dibersihkan secara teratur berkala.
Kuman atau bakteri berkembang biak melalui berbagai medium di rumah tangga ini.
Terutama bakteri Klebsiella Pneumoniae yang banyak ditemui dalam kehidupan sehari-hari.
Jika tak dijaga kebersihannnya, berbagai peralatan rumah tangga dari kain memungkinkan
terpapar jenis bakteri ini.
Dokter spesialis infeksi tropis anak dari FKUI dan Rumah Sakit Cipto
Mangunkusumo,dr Hindra Irawan Satari, SpA(K) mengatakan bersih belum tentu steril,
namun Anda perlu mengupayakan agar rumah tangga selalu higienis.
Dr Hindra menjelaskan, higienis merupakan suatu keadaan yang bersih, yang bisa
diterapkan individu akan menciptakan kebesihan di masyarakat.

"Edukasi higienitas diawali di keluarga, oleh para orangtua. Masyarakat bersih cermin
individu bersih, dan ini menjadi kunci untuk sehat. Budaya, perilaku, kebiasaan higienis
harus dibangun di keluarga," jelas dr Hindra yang kini menjabat sebagai Ketua Komite
Pencegahan dan pengendalian infeksi di Rumah Sakit ini.
Menerapkan kebiasaan hidup higienis bisa membantu Anda dan keluarga terhindar
dari infeksi bakteri yang merusak jaringan tubuh dan menimbulkan penyakit. Meskipun
rumah tangga tak bisa sepenuhnya steril dari bakteri, tapi setidaknya perilaku hidup higienis
bisa meminimalisasi risiko penyakit karena kuman.
"Kita tak harus steril 100 persen atau tidak perlu terlalu khawatir dengan kuman.
Tidak semua bakteri berbahaya. Makanan yang masuk ke dalam tubuh pun harus dicerna
bakteri, yogurt yang kita makan pun melewati proses fermentasi dengan bantuan bakteri.
Yang perlu dilakukan adalah perilaku higienis agar bakteri tidak menyebabkan penyakit,"
ungkapnya di sela peluncuran pelembut dan pewangi pakaian anti bakteri.
Lantas

apa

yang

harus

kita

lakukan

agar

terhindar

dari

infeksi

bakteri?

Anda dan keluarga bisa mulai hidup lebih higienis untuk mencegah penjalaran kuman.
Fakta dari hasil penelitian International Scientific Forum on Home Hygiene (IFH)
menunjukkan pola hidup higienis di rumah tangga dapat mencegah terjadinya infeksi atau
penyakit.
Penelitian IFH di Kanada, Jepang, Amerika menyimpulkan bahwa bakteri dapat hidup
pada pakaian, maupun peralatan rumah tangga berbahan kain, jika tak terjaga kebersihannya.
Mata rantai penyakit infeksi karena penjalaran bakteri ini dapat diatasi dengan gata hidup
higienis.
Ryan Gene Gaia Sinclair, PhD, MPH, environmental microbiologist dari IFH
mengatakan banyak cara yang bisa dilakukan untuk mencegah penjalaran bakteri di rumah
tangga. Melakukan pembersihan rutin pada peralatan dan perlengkapan rumah tangga
menjadi langkah utamanya. Selain juga menggunakan disinfektan dalam setiap proses
pembersihan.

"Biasanya kita hanya membersihkan rumah pada bagian tertentu saja, ada bagian yang
tidak tersentuh, di kolong kursi atau meja misalnya, di mana bakteri bisa berkembang biak di
sana. Penyebaran bakteri bisa diminimalisasi dengan rutin membersihkan berbagai peralatan
rumah tangga, dengan maksimal. Selain kebiasaan higienis lain yang perlu dilakukan seperti
cuci tangan, memastikan baju selalu bersih, dan rutin membersihkan perlengkapan rumah
tangga dari bahan," jelasnya.
Standar minimum pencegahan penjalaran bakteri dapat dipraktikkan dengan cara
sederhana yakni menggunakan komponen anti bakteri saat membersihkan berbagai peralatan
dan perlengkapan rumah tangga.
"Utamanya dalam membersihkan perlengkapan rumah tangga berbahan kain, karena
banyak bakteri yang bisa berkembang biak di pakaian," tutur Sinclair.
Kesadaran untuk hidup higienis di rumah tangga ini perlu dimiliki setiap anggota
keluarga Anda. Dengan memahami higienitas di rumah tangga, Anda lebih terlindungi dari
berbagai jenis bakteri yang menyebabkan penyakit, dan dampak jangka panjang dari bakteri
terhadap tubuh.

Pencegahan Klebsiella pneumonia


Pencegahan yang dapat dilakukan untuk mencegah penyakit Klebsiella pneumonia
antara lain :
1. Hindari kontak komunikasi 2 arah dengan jarak yang dekat dengan orang yang dicurigai atau
terkena penyakit akibat Klebsiella pneumonia.
2. Pakai masker bila berkomunikasi dengan orang yang terkena penyakit akibat bakteri ini.
3. Anjurkan kepada klien untuk tidak membuang dahak di sembaran tempat.
4. Bagi petugas kesehatan, jangan memegang spesimen sampel dahak Klebsiella pneumonia
tanpa menggunakan handskun, cuci tangan dengan sabun antiseptik setelah melakukan
tindakan kepada orang yang mengidap penyakit Klebsiella pneumonia.

Risikonya

Dr Hindra menjelaskan, penting bagi setiap anggota keluarga untuk memahami


berbagai

jenis

bakteri

dan

penyakit

yang

ditimbulkan

akibat

bakteri.

Contoh bakteri K. Pneumoniae yang seringkali dapat menyebabkan penyakit saluran


pernafasan atas, juga seringkali ditransmisikan akibat perilaku tidak higienis. Seperti jarang
membersihkan perlengkapan rumah tangga berbahan kain, kebiasaan cuci tangan yang belum
baik, atau proses pembersihan berbagai perlengkapan rumah tangga yang belum sudah
dianggap bersih namun belum higienis.
Namun, sekali lagi, satu catatan yang perlu diingat. Anda tak perlu berlebihan dengan
bersikap "terlalu steril" bahkan membatasi aktivitas terutama pada anak-anak. Anda tetap bisa
melakukan aktivitas apa pun di rumah, namun pastikan pakaian, peralatan dan perlengkapan
rumah tangga, lantai dan berbagai benda di rumah rutin dibersihkan dengan cara-cara yang
higienis, bukan sekadar bersih.

SECARA UMUM

Cara pengambilan sputum secara umum:

Pengambilan sputum sebaiknya dilakukan pada pagi hari,dimanakemungkinan untuk


mendapat sputum bagian dalam lebih besar. Atau juga bisa diambil sputum sewaktu.
Pengambilan sputum juga harus dilakukansebelum pasien menyikat gigi.

Agar sputum mudah dikeluarkan, dianjurkan pasien mengonsumsi air yang banyak pada
malam sebelum pengambilan sputum.

Jelaskan pada pasien apa yang dimaksud dengan sputum agar yangdibatukkan benar-benar
merupakan sputum, bukan air liur/saliva ataupuncampuran antara sputum dan saliva.
Selanjutnya, jelaskan cara mengeluarkansputum.

Sebelum mengeluarkan sputum, pasien disuruh untuk berkumur-kumur dengan air dan pasien
harus melepas gigi palsu(bila ada)

Sputum diambil dari batukkan pertama(first cough)

Cara membatukkan sputum:Tarik nafas dalam dan kuat (dengan pernafasan dada) batukkan
kuat sputum dari bronkus trakea mulut wadah penampung.Wadah penampung berupa pot
steril bermulut besar dan berpenutup (Screw Cap Medium)

Periksa sputum yang dibatukkan, bila ternyata yang dibatukkan adalahair liur/saliva, maka
pasien harus mengulangi membatukkan sputum.

Sebaiknya,pilih sputum yang mengandung unsur-unsur khusus,seperti, butir keju, darah dan
unsur-unsur lain.

Bila sputum susah keluarlakukan perawatan mulut Perawatan mulut dilakukan dengan
obat glyseril guayakolat(expectorant) 200 mg atau dengan mengonsumsi air teh manis saat
malam sebelum pengambilan sputum.

10. Bila sputum juga tidak bisa didahakkan, sputum dapat diambil secara:
-Aspirasi transtracheal
-Bronchial lavage
-Lung biopsy4

Cara pengiriman spesimen:

Baik spesimen yang dikirim dalam pot maupun wadah harus disertai dengandata/keterangan,
baik mengenai kriteria spesimen maupun pasien. Ada 2 data yang harus disertakan, yaitu:
1. Data1:Pot/wadah dilabel dengan menempelkan label pada dinding luar pot. Proses direct
labelling yang berisi data: nama, umur, jenis kelamin, jenis spesimen, jenis tes yang diminta
dan tanggal pengambilan.

Data2:Formulir/kertas/buku yang berisi data keterangan klinis: dokter yangmengirim, riwayat


anamnesis, riwayat pemberian antibiotik terakhir (minimal 3 hari harus dihentikan sebelum

pengambilan spesimen), waktu pengambilanspesimen, dan keterangan lebih lanjut mengenai


biodata pasien.Jadi, data mengenai spesimen harus jelas: label dan formulir.Spesimen tidak
akan diterima apabila:
Tidak dilengkapi dengan data yang sesuai.
Jumlah yang dibutuhkan untuk pemeriksaan kurang.
Cara pengambilan tidak sesuai dengan prosedur yang ada.

Cara penyimpanan sputum:

Penyimpanan: < 24 jam pada suhu ruang.


Penyimpanan pada pot steril berpenutup.

Cara pengiriman sputum:


Pengiriman: < 2 jam pada suhu ruang.
Bila tidak memungkinkan, simpan dalam media transport.
Media transport yang digunakan untuk spesimen sputum:Media Transport kegunaan medium
kuman anaerob fakultatif

Klebsiella pneumoniae termasuk genus Klebsiella dalam famili


Enterobacteriaceae yang merupakan penghuni normal traktus digestivus. Kuman
ini dan dapat diisolasi dari tinja manusia atau hewan. Pada manusia, genus
Klebsiella dapat merupakan kuman penyebab pneumonia, disamping infeksi lain
diluar sistim pernapasan misalnya: infeksi saluran kemih, infeksi nosokomial.
Pneumonia atau infeksi saluran napas bawah masih merupakan masalah utama
dalam bidang kesehatan, baik di negara sedang berkembang maupun yang
sudah maju. Di RSUP Persahabatan Jakarta tahun 2000, infeksi saluran napas
bawah juga merupakan penyakit utama, sedangkan di Malang pneumonia
merupakan salah satu penyebab dari rawat inap utama (2,3). Beberapa survei
yang dilakukan di Jakarta dan Malang ternyata dapat diketahui bahwa penyebab
pneumonia utama yang diambil dari bahan sputum adalah kuman K.
pneumoniae. Soepadi P (1997) menemukan 42,85 % kasus pneumonia di Jakarta
disebabkan oleh K. pneumoniae, sedangkan Jabang M (1998) menemukan

36,36% pada kasus pneumonia; Hadiarto M (1997) menemukan 44,4 % pada


kasus pneumonia di Jakarta dan Sartono dan Sumarno di Malang (2002)
menemukan 19,4%. (2,3) Untuk mengetahui penyebab pneumonia memerlukan
waktu beberapa hari sehingga pada pemberian pengobatan awal pneumonia
maka diberikan antibiotika secara empiris. Untuk mengidentifikasi kuman
penyebab pneumonia dapat digunakan metode-metode: pengecatan dan kultur,
Elisa, histologi dan serologi yang semua ini memerlukan waktu yang cukup lama.
Pada penelitian ini kami mencoba mendeteksi kuman K. pneumoniae dengan
menggunakan imunositokimia dengan dasar deteksi adanya antigen spesifik
kuman K. pneumoniae, yang selanjutnya dilakukan tes sensitifitas dan
spesifitasnya. METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian ini bertujuan untuk
mengidentifikasi kuman K. pneumonia yang ada dalam sputum penderita yang
dicurigai menderita pneumonia yang disebabkan oleh kuman tersebut. Metode
yang digunakan adalah rancangan penelitian yang berupa penelitian deskriptif
yang dilanjutkan dengan uji diagnostik. Sampel adalah sputum yang
dikelompokkan menjadi dua golongan yaitu sputum dengan reaksi
imunositokimia positif dan negatif yang kemudian dilakukan uji silang dengan
kultur sputum sebagai baku emas.. Sampel uji diagnostik Sampel diambil dari
sputum penderita yang dicurigai terinfeksi kuman K. pneumoniae yang menjalani
rawat inap di bangsal Rumah Sakit Dr. Saiful Anwar Malang. Pengambilan sampel
dilakukan dengan metode pengambilan sputum yang benar yaitu :
1. Berkumur dengan air hangat
2. Kebutuhan air cukup baik dari minum maupun lewat infus.
3. Bila diperlukan ditambahkan Gliceril guaiacolate.
4. Gerakan badan ringan.
5. Tepukan dada.
6. Cara batuk yang benar : - posisi duduk - inspirasi dalam - batuk dikeluarkan.
Kriteria Inklusi dan Eksklusi Kriteria Inklusi meliputi sputum dari penderita yang
dicurigai menderita pneumonia bakteriil yang belum mendapatkan terapi
antibiotika

dan

sputum

diambil

dengan

cara

pengambilan

yang

benar.

Sedangkan kriteria eksklusi adalah sputum dari penderita yang dicurigai


menderita pneumonia bakteriil yang sudah mendapatkan terapi antibiotika
sebelumnya dan pengambilan sputum yang salah. Jumlah Sampel Besar sampel
diperkirakan dengan memperkirakan sensitifitas dan spesifisitas yang akan
diperoleh, penyimpangan sensitifitas dan spesifitas yang masih diterima. Baku
Emas yang kita pakai adalah hasil pemeriksaan kultur sputum. Baku emas ini
dipilih karena memang merupakan modalitas diagnostik terbaik untuk kelainan

yang diteliti, dan selama ini dipakai sebagai alat diagnostik. Cara kerja Penelitian
Eksploratif Metode Mendapatkan Kuman Klebsiella pneumoniae. Kuman yang
digunakan dalam penelitian ini diambil dari penderita pneumonia yang
disebabkan oleh kuman K. pneumoniae yang diisolasi laboratorium Mikrobiologi
Hasil isolasi kuman K. pneumoniae dilakukan perbenihan dengan Biphasic Media
(MH) Sampai terbentuk koloni kuman kira-kira 50 botol yang masingmasing
mempunyai volume 250 ml. Metode Isolasi Protein dari Outer Membrane Protein
Klebsiella pneumoniae (5) Koloni kuman K. pneumoniae yang telah didapatkan
dari perbenihan dilakukan sentrifugasi 6000 rpm selama jam, supernatannya
dibuang

dan

ditambahkan

diambil

pelletnya.

Pellet

nOctyl-B-D-glucopyranoside

disuspensikan
(NOG)

0,5

dengan

dan

PBS

dan

selanjutnya

disentrifugasi 12.000 rpm dan diambil supernatannya. Supernatan dilakukan


dialisa dan disimpan untuk penelitian selanjutnya yaitu untuk menentukan
spesifikasi kuman K. pneumoniae dan untuk membuat antibodi.
SDS-PAGE K. Pneumonia dan kuman lain Metode ini dilakukan untuk menentukan
spesifitas kuman K. pneumoniae dengan membandingkan hasil SDS-PAGE dari
kuman K. pneumoniae dan kuman lain yaitu E.coli, Proteus, Shigella, Salmonella,
Pseudomonas dan Vibrio cholera sehingga dapat diperoleh kesimpulan bahwa
protein tersebut hanya miliknya K. pneumoniae. Elektroelusi (5) Elektoelusi ini
bertujuan untuk mendapatkan protein sampel yang murni dengan memotong
secara horizontal gel protein yang dimaksud. Hasil potongan tersebut dipotong
lagi secara vertikal sehingga setiap potongan mengandung 3 pita protein yang
sama. Potongan protein dimasukkan kedalam membran dialisis yang berisi
cairan running buffer elektroforesis. Perlakuan elektroelusi protein tersebut
dikerjakan secara horizontal menggunakan aliran listrik 125 mV selama 20
menit. Hasil elusi didialisis selama 48 jam dengan cairan yang mengandung H2O
pada 24 jam pertama. Sedang PBS pH 7,4 dipakai pada 24 jam kedua, masingmasing pada suhu 4 oC. Metode Isolasi Antibodi dari Kuning Telur Ayam (5)
Isolasi antibodi dari kuning telur ayam menggunakan petunjuk dari Chung
(1985). Dua butir telur pertama diambil untuk isolasi antibodi preimun, kemudian
pada bawah sayap ayam yang sudah bertelur tersebut disuntikkan 30 ug antigen
hasil elektroelusi melalui subkutan. Suntikan yang pertama dicampur dengan
complete Freuds adjuvan. Suntikan kedua dan selanjutnya dicampur dengan
incomplete Freuds adjuvan dengan selang waktu 1 minggu. Telur dipanen pada
hari ke 5 sampai hari ke 17 setelah pemberian suntikan booster ke 2. Isolasi
antibodi IgY diambil dari kuning telur dengan cara memisahkan bagian putih

telur dan kulit kuning telur. Kuning telur disuspensikan dengan cairan buffer A
yang mengandung 10 mM kalium fosfat dan 100 mM NaCl pH 7 sampai volume
mencapai 30 ml. Kemudian dicampur dengan larutan prophylene ethylene glygol
(PEG) 6.000 30 ml 7%. Suspensi disentrifugasi 14.000 selama 10 menit suhu
4oC. Supernatan diambil dan disaring dengan kasa steril. Ditambahkan PEG
padat

sampai

konsentrasi

12%

dan

diaduk

sampai

PEG

larut.

Larutan

disentrifugasi 14.000 g selama 10 menit pada suhu 4oC. Pelet yang mengandung
Imunoglobulin G Yolk sac (IgG Y) disuspensi dengan buffer A dan dicampur
dengan volume yang sama PEG 24 % dalam buffer A. Suspensi disentrifugasi
14.000 g selama 10 menit suhu 4 oC. Pelet dilarutkan dengan buffer A 10 ml
kemudian dilakukan dialisa dalam bufer A semalam. Selanjutnya dilakukan
sentrifugasi 12.000 g selama 10 menit suhu 4oC untuk menghilangkan kotoran.
Supernatan disimpan pada suhu 20 oC disiapkan untuk penelitian selanjutnya.
Metode Western Blotting Metode ini bertujuan untuk menguji apakah antibodi
yang kita dapatkan dari telur ayam merupakan antibodi terhadap OMP dari
Klebsiella pneumonia. Gel elektroforesis tanpa pewarnaan direndam dalam
transfer buffer selama 40 menit. Membran nitroselulosa direndam dalam transfer
buffer selama 40 menit. Filter tebal (2 buah) ditambah Kasa biasa (2 buah)
direndam dalam transfer buffer selama 5 menit.
Susun Sandwich terdiri dari filter tebal 2 buah, kertas saring 2 buah,
Nitrocellulose membrane, gel, kertas saring 2 buah dan filter tebal 2 buah.
Transfer pada 0,3 A, 20 Volt selama 2 jam. Cuci membrane nitroselulosa dengan
aquadest untuk menghilangkan gel yang melekat. Rendam dengan Ponceau 2 %
selama 3 menit. Cuci dengan aquadest sampai warna hilang. Blocking dengan
TBS pH 7,4 dan BSA 3 % selama 2 jam menggunakan shaker pada suhu ruangan.
Tambahkan antibodi primer perbandingan 1: 100 overnight pada suhu 4oC.
Inkubasikan pada suhu ruangan pada shaker selama 2 jam. Cuci dengan TBS 3
kali 5 menit. Tambahkan substrat alkaline phosphatase selama 30 menit dan siap
direkam. Penelitian untuk Uji diagnostik Prosedur Pengecatan (21) Usapkan
sputum pada obyek glass dan keringkan dalam udara. Fiksasi dengan alkohol 96
%. Rehidrasi dengan alkohol bertingkat (80%, 70%, 50%, 30%) masing-masing 3
menit. Cuci dengan PBS pH 7,4 selama 4 menit dan diulang sampai 3 kali. Tetesi
dengan BSA (Bovine Serum Albumin) dan diinkubasi 20 menit, kemudian
keringkan. Tetesi sampel tersebut dengan antibodi primer (IgG Y) dan inkubasi
selama 60-120 menit pada suhu ruangan atau semalam pada suhu 4oC.
Kemudian cuci dengan PBS pH 7,4 selama 2 menit sebanyak 3 kali. Tetesi

dengan Antibodi sekunder Alkaline phosphatase conjugate 20 menit dan cuci


dengan PBS lagi 3 kali. Tetesi dengan substrat untuk Alkaline phosphatase yaitu
NBT (Nitro Blue Tetrazolium). Cuci dengan destilated H2O dan dikeringkan.
Counterstain dengan Mayer Hematoxiline 5 menit. Cuci dengan air mengalir dan
keringkan. Sampel dilihat dibawah mikroskop cahaya 1.000 x, bila terdapat
antigen dari kuman Klebsiella pneumoniae akan tampak warna biru keunguan,
sedangkan bahan lain berwarna biru kemerahan. Tes silang sampel sputum
dangan kultur Untuk membandingkan hasil peneriksaan imunositokimia ini, maka
sputum juga dilakukan kultur untuk melihat apakah sputum yang positif
mengandung kuman K.pneumoniae dengan reaksi imunositokimia akan tumbuh
kuman K.pneumoniae dan sebaliknya sputum yang negatif tidak akan terjadi
pertumbuhan kuman K.pneumoniae. Pemeriksaan kultur sputum dilakukan oleh
Ahli Mikrobiologi Rumah Sakit Dr. Saiful Anwar Malang yang tidak mengetahui
hasil pemeriksaan imunositokimia sputum. Hasil kultur dinyatakan tumbuh
kuman Klebsiella pneumonia atau tidak. Analisis data Setelah pengumpulan data
selesai, dilakukan tabulasi hasil uji diagnostik (imunositokimia) dan hasil
pemeriksaan baku emas (kultur sputum) untuk setiap sputum pasien. Untuk
mendapatkan kwalitas uji diagnostik maka dibuat kriteria positif dengan
menggunakan cut off sebagai berikut: - Positif 1 : bila dari seluruh lapangan
pandang hanya didapatkan sedikit bakteri. - Positif 2 : bila dari tiap lapangan
pandang terdapat sedikit bakteri. - Positif 3 : bila dari tiap lapangan pandang
terdapat banyak bakteri.
Dari gambar tersebut terlihat bahwa yang dikenali oleh antibodi terhadap K.
pneumoniae

adalah

pada

bahan

sputum

yang

mengandung

kuman

K.

pneumoniae (sesuai hasil kultur). Sedangkan sputum yang mengandung kuman


yang lainnya tidak dikenali. Hasil Pengecatan Gram Bakteri K. pneumoniae
tampak pada Gambar 4.

Gambar 4. Hasil pengecatan gram bakteri Klebsiella pneumoniae. Pada


pengecatan gram bakteri K. pneumoniae tampak kuman batang biru kemerahan.
Hasil imunositokimia antibodi terhadap OMP K. pneumoniae pada sputum yang
mengandung kuman K. pneumonia dan kuman-kuman lainnya (konfirmasi
dengan hasil kultur)

seperti Gambar 5. Gambar 5. Hasil imunositokimia antibodi terhadap OMP


Klebsiella pneumoniae pada sputum yang mengandung kuman Klebsiella
pneumonia dan kuman-kuman lainnya (konfirmasi dengan hasil kultur).

Untuk mengidentifikasi Klesiella pneunoniae dapat dilakukan beberapa tahap


identifiksi, yaitu :
1) Kultur media pemupuk
Specimen ditanam pada media Brain Hearth Infusion Broth (BHIB), replikasi bakteri saluran dari usus normal dan
meningkatkan bakteri Klebsiella . Sesudah inkubasi 18-24 jam, ditanam pada media differensial dan selektif.
2) Kultur media umum dan differensial

Media umum adalah media BAP (Blood Agar Plate) yang dipakai untuk
mengidentifikasi kemampuan bakteri dalam melisiskan sel-sel darah yang terdapat dalam media ini dapat berupa
zona lisis (alfa), (betha), dan (gamma). Bakteri Klebsiella, tumbuh sebagai koloni yang berwarna abu-abu,
smooth, cembung, mucoid atau tidak dan tidak melisiskan darah pada media BAP.

Media differensial adalah media yang dipakai untuk identifikasi bakteri


berdasarkan dipakai untuk identifikasi bakteri berdasarkan sifat-sifat biokimia khusus dari bakteri yang
bersangkutan. Media yang dipakai untuk perbenihan bakteri adalah Mac Conkey, media ini mengandung laktosa
dan merah netral sebagai indikator, sehingga bakteri yang meragikan laktosa akan tubuh sebagai koloni
berwarna merah yang dapat membedakan dari bakteri yang tidak meragikan laktosa yang tumbuh sebagai
bakteri yang tidak berwarna. Klebsiellatumbuh sebagai koloni yang berwarna merah muda namun tidak dapat
meragikan laktosa secara sempurna. Ciri-ciri koloni pada media Mac Conkey besar-besar, smooth, mucoid,

cembung, berwarna merah muda-merah bata. Jika diambil dengan ose, maka akan tertarik karena pada koloni
memiliki kapsul.
3) Identifikasi akhir
Koloni dari media padat diidentifikasi oleh bentuk reaksi biokimia dan tes aglutinasi mikroskop dengans serum
spesifik. (jawetz, et al, 2001). Media yang digunakan untuk reaksi biokimia adalah (Gani A, 2003) :
Triple Sugar Iron agar (TSIA)
Media ini terdiri dari 0,1 % glukosa, 1 % sukrosa, 1 % laktosa, fernik sulfat untuk pendeteksian produksi H2S,
protein, dan indicator Phenol red.Klebsiella bersifat alkali acid, alkali terbentuk karena adanya proses oksidasi
dekarboksilasi protein membentuk amina yang bersifat alkali denga adanya phenol red maka terbentuk warna
merah, Klebsiella memfermentasi glukosa yang bersifat asam sehingga terbentuk warna kuning (Jawtz, et al,
2001).
Sulfur Indol Motility (SIM)
Media SIM adalah perbenihan semi solid yang dapat digunakan untuk mengetahui pembentukan H2S, indol dan
motility dari bakteri. Hampir semua bakteri Klebsiella membentuk indol kecuali tipe pneumonia dan ozaenae.
Motility negatif sesuai dengan morfologi Klebsiella yang tidak memiliki flagella. sedangkan pembentukan
H2S juga tak terlihat pada semua jenisKlebsiella
Citrate
Bakteri yang memanfaatkan sitrat sebagai sumber karbon akan menghasilkan natrium karbonat yang bersifat
alkali, dengan adanya indicator brom tymol blue menyebabkan terjadinya warna biru. Pada
bakteri Klebsiella, hanya jenis rhinos yang tidak memanfaatkan sitrat, sehingga pada penanaman media sitrat
hasilnya negative. Sedangkan spesiesKlebsiella lainnya seperti pneumonia, oxytoca, dan ozaenae menunjukkan
hasil positif pada media ini.
Urea
Bakteri tertentu dapat menghidolisis urea dan membentuk ammonia dengan terbentunya wana merah karena
adanya indicator phenol red,Klebsiella pada media urea memiliki pertumbuhan yang lambat memberikan hasil
positif pada pneumonia, oxytoca atau bisa juga ozaenae karenaKlebsiella juga ada beberapa
yang mampu menghidrolisis urea dan membentuk ammonia.
Methyl red
Media ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan dari beberapa bakteri yang memproduksi asam kuat sebagai
hasil fermentasi dari glukosa dalam media ini, yang dapat ditunjukkan dengan penambahan larutan methyl red.

Hampir semua Klebsiella sp memproduksi asam yang kuat sehingga pada penambahan larutan methyl red
terbentuk warna merah, kecuali padapneumonia dan oxytoca yang juga dapat memberikan hasil negatif
Voges Proskauer
Bakteri tertentu dapat memproduksi acetyl metyl carbinol dari ferentasi glukosa yang dapat diketahui dengan
penambahan larutan voges proskauer, Klebsiella ozaenae dan rhinos tidak memproduksi acetyl methyl carbinol
sehingga penanaman pada media ini meberikan hasil negative, berbeda dengan
jenis pneumonia dan oxytoca yang mampu memberikan hasil positif pada media ini.
Fermentasi Karbohidrat
Media ini berfungsi untuk melihat kemampuan bakteri memfermentasikan jenis karbohidrat, jika terjadi fermentasi
maka media terlihat berwarna kuning karena perubahan pH menjadi asam. Klebsiella spmemfermentasi glukosa,
maltose sedangkan sukrosa tidak difermentasikan pada jenis rhinos atau bisa juga ozaenae

Anda mungkin juga menyukai