Konsep Sejarah Menurut Ali Syariati
Konsep Sejarah Menurut Ali Syariati
Dari pendekatan tersebut penulis menemukan bahwa konsep sejarah yang dikemukakan
Syariati berlandaskan pada paradigma modern (Barat) dan nilai-nilai Islam (Al-Quran) yang
diramu
menjadi
satu
konsep,
yaitu
Teologi
Sejarah
(Islam).
Konsep ini berkenaan dengan konteks manusia dalam ruang dan waktu, yang dalam
aktivitasnya menghasilkan perubahan-perubahan sejarah. Menurut Syariati, perubahan
sejarah terjadi karena dialektika dua kutub, yang disimbolkan dengan Habil dan Qabil
sebagai konflik awal peradaban manusia, yang berakhir dengan peniadaan pada salah satu
pihak. Dialektika dua kutub inilah yang menjadikan sejarah terus-menerus berkembang
secara dinamik. Dalam pemikiran ini, Syariati dipengaruhi wacana pemikiran dialektika
historis dan materialisme historis yang dikembangkan G.W.F. Hegel dan Karl Marx.
Bahkan menurut Syariati, bahwa perubahan sejarah tidak hanya terjadi karena dialektika dua
kutub yang bersifat alamiah, akan tetapi dengan kehendak untuk berubah dengan cara
berhijrah (migrasi) dari satu tempat ke tempat lainnya adalah hal yang mendasar dari
perubahan
dan
perkembangan
dalam
peradaban
umat
manusia.
Maka dilektika dua kutub dan hijrah adalah proses dari adanya perubahan-perubahan yang
berkelanjutan menuju akhir sejarah. Akhir sejarah yang dimaksud adalah lebih berupa upayaupaya untuk menyongsong masa depan. Dalam hal ini, segitiga kerucut adalah metode yang
coba ditawarkan Syariati dalam rangka melihat atau menengok sejarah masa depan.
Namun kepastian akan adanya sejarah masa depan tersebut sangat berhubungan dengan
doktrin Imamah Syiah, yaitu penantian terhadap Imam Mahdi sebagai pembebas dan
penyelamat umat manusia dari berbagai bentuk kezaliman dan yang menjadi pemenang
sekaligus
pemegang
tonggak
kebenaran
di
akhir
zaman.
Meskipun yang mencetuskannya seorang Muslim-Syiah, tapi pemikiran ini sangat berguna
untuk membaca atau meneropong bagaimana masa depan sejarah umat manusia, khususnya
umat Islam, dengan menggunakan konsep dan metode historis yang digulirkannya. Penulis
yakin bahwa sekarang ini umat Islam sudah dewasa dan bisa melihat segala persoalan dengan
penuh kearifan sehingga paradigma sekterian dan dogmatisme ajaran bukan perkara yang
urgen untuk dipersoalkan lagi. Kebenaran dan hikmah bisa datang dari siapa pun dan bersifat
lintas ruang dan waktu, bahkan zaman. Yang perlu dipersoalkan adalah seberapa besar
kontribusinya bagi umat Islam.