Anda di halaman 1dari 11

TUGAS SISTEM TENAGA LISTRIK

PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA (PLTS)

NAMA

: TRIYONO

NIM

: 41413320030

UNIVERSITAS MERCU BUANA


JAKARTA
2016

PENDAHULUAN
Radiasi Energi Surya
Matahari memancarkan energy dalam bentuk radiasi elektromagnetik. Radiasi tersebut hanya sekitar
50 % yang dapat diserap oleh bumi . Menurut pengukuran radiasi surya oleh Badan Angkasa Luar
Amerika Serikat NASA ( National Aeronautics and Space Administration ) melalui misi ruang angkasa
tahun 1971 diperoleh data tentang besaran konstanta matahari yang harganya sama dengan 1353
Watt/m . Dari besaran tersebut 7,85 % atau 105,8 Watt/m dipancarkan melalui sinar ultraviolet ,
atau 640,4 47,33% Watt/m dipancarkan oleh sinar yang dapat dilihat oleh manusia ( visible light )dan
44,85 % atau 606,8 Watt/m dipancarkan oleh sinar inframerah .

Pemanfaatan Energi Surya


Problem utama dalam pemanfaatan energy surya adalah factor siang dan malam yang selalu
bergantian datangnya sehingga kontinuitas perolehan energy surya selalu terputus pada malam hari .
Meskipun demikian manusia dapat memanfaatkan baik secara langsung maupun tak langsung
dengan bantuan aneka pesawat pengubah energy , yang mengubah energy surya menjadi energy
listrik , tenaga Mekanik dan pemanas air pada saat matahari sedang bercahaya .
Sampai saat ini energy surya dimanfaatkan baik dengan teknologi sederhana maupun canggih .
Konversi energy surya dibedakan menjadi :
1 . Sumber tenaga listrik dari energy surya
2. Tenaga uap dari energy surya
3 . Sistem pemanas air/udara melalui tenaga surya
Latar Belakang Sejarah
Edmund Becquerel dalam tahun 1839 pernah menulis bahwa suatu tegangan listrik dapat dihasilkan
bila suatu berkas cahaya diarahkan pada electrode electrode suatu larutan elektrolit . WGA dan RE.
Day dalam tahun 1877 melanjutkan penelitian yang telah dirilis oleh Bacquerel tentang pengaruh
cahaya yang dapat menghasilkan tegangan listrik melalui benda padat yang dikenal dengan sebutan
selenium . Schottky , Lange , dan Grondahl menyusul membuat percobaan serta mengembangkan
sel sel fotovoltaik ( photovoltaic) melalui bahan selenium dan oksida curprous dan berhasil
menciptakan suatu alat pengukur fotoelektrik. Pada tahun 1954 sekelompok ahli mengadakan
penelitian lanjutan dan mencoba memecahkan problem dari pengaruh fotovoltaik sebagai satu

satunya alternative yang paling dimungkinkan untuk menyuplai tenaga listrik secara langsung melalui
radiasi surya .
Sel Surya
Sel surya dapat berupa alat semikonduktor penghantar aliran listrik yang dapat secara langsung
mengubah energy surya menjadi tenaga listrik secara efisien . Alat ini digunakan secara individual
sebagai alat pendeteksi cahaya pada kamera maupun digabung seri maupun parallel untuk
memperoleh suatu harga tegangan listrik yang dikehendaki sebagai pusat penghasil tenaga listrik .
Hampir semua sel surya dibuat dari bahan silicon berkristal tunggal . Bahan ini sampai saat ini masih
menduduki tempat paling atas dari urutan biaya pembuatan bila dibanding energy listrik yang
diproduksi oleh pesawat konvensional . Hal ini disebabkan oleh harga silicon murni yang masih
sangat mahal . Meskipun berbahan dasar plastic silikat (Si02) , tetapi untuk membuatnya diperlukan
biaya produksi yang tinggi . Para ahli telah melakukan penelitian secara intensif untuk menekan
ongkos produksi sel silicon agar dapat bersaing dengan pembangkit tenaga listrik konvensional .
Dapat disebutkan di sini bahwa untuk membuat pembangkit listrik dengan sel surya pada perhitungan
tahun 1970 adalah $15,000,00/kW-jam terpasang , sedang yang menggunakan bahan bakr batu bara
hanya $ 500,00/kW-jam terpasang dan yang menggunakan tenaga nuklir adalah $ 150,00/kW-jam
terpasang . Menurut Matthew Buresch , untuk sepuluh tahun kemudian ( tahun 1980) harga tiap kWjam terpasang untuk pembangkit tenaga listrik tenaga surya telah turun menjadi $ 7.000,00. Dengan
kemajuan teknologi pembuatan sel surya akhir akhir ini diharapkan harganya dapat ditekan hingga
$ 500,00/kW-jam terpasang .
Panel Surya
Panel surya adalah alat yang terdiri dari sel surya yang mengubah cahaya menjadi listrik . Mereka
disebut surya atas matahari atau sol karena matahari merupakan sumber cahaya terkuat yang dapat
dimanfaatkan . Panel surya seringkali disebut sel photovoltaic . Photovoltaic dapat diartikan sebagai
cahaya listrik . Sel surya atau sel PV bergantung pada efek photovoltaic untuk menyerap energy
matahari dan menyebabkan arus megalir antra dua lapisan bermuatan yang berlawanan . Jumlah
penggunaan panel surya diporsi pemroduksian listrik dunia sangat kecil , tertahan oleh biaya tinggi
per wattnya dibandingkan dengan bahan bakar fosil dapat lebih tinggi sepuluh kali lipat , tergantung
keadaan . Mereka telah menjadi rutin dalam beberapa aplikasi yang terbatas seperti buoy atau alat
di gurun dan area terpencil lainnya , dan dalam eksperimen lainnya mereka telah digunakan untuk
memberikan tenaga untuk mobil balap dalam kontes seperti Tantangan surya dunia di Australia .
Sekarang ini biaya panel listrik surya membuatnya tidak praktis untuk pengunaan sehari hari
dimana tenaga listrik kabel telah tersedia . Bila biaya energy naik dalam jangka tertentu , atau bila
penerobosan produksi terjadi yang mengurangi ongkos produksi panel surya , ini sepertinya tidak
akan terjadi dalam waktu dekat . Pada 2001 Jepang telah memasang kapasitas 0,6 MWp tenaga
surya puncak , sementara itu Jerman memiliki 0,26 MWp dan Amerika 0,16 MWp . Pada saat ini
tenaga listrik surya seluruh dunia kira kira sama dengan yang diproduksi oleh satu kincir angin bear

. Di AS biaya pemasangan panel surya ini telah jatuh dari $55 per watt puncak pada 1976 menjadi $
4 per watt peak di 2001

Energi Surya adalah energy yang berupa sinar dan panas dari matahari . Energi ini dapat
dimanfaatkan dengan menggunakan serangkaian teknologi seperti pemanas surya , fotovoltaik surya
, listrik panas surya , arsitektur surya , dan fotosintesis buatan . Teknologi energy surya secara umum
dikategorikan menjadi dua kelompok , yakni teknologi pemnafaatan pasif dan teknologi pemanfaatan
aktif . Pengelompokkan ini tergantung pada proses penyerapan , pengubahan , dan penyaluran
energy surya . Contoh pemnafaatan energy surya secara aktif adalah penggunaan panel fotovoltaik
dan panel penyerap panas . Contoh pemanfaatan energy surya secara pasif meliputi mengarahkan
bangunan kea rah matahari , memilih bangunan dengan massa termal atau kemampuan disperse
cahaya yang baik , dan merancang ruangan dengan sirkulasi udara alami . Pada tahun 2011 , Badan
Energi Internasional menyatakan bahwa perkembangan teknologi energy surya yang terjangkau ,
tidak habis , dan bersih akan memebrikan keuntungan jangka panjang yang besar . Perkembangan
ini akan meningkatkan keamanan energy Negara Negara melalui pemanfaatan sumber energy
yang sudah ada , tidak habis , dan tidak tergantunng pada impor , meningkatkan kesinambungan ,
mengurangi polusi , mengurangi biaya mitigasi perubahan iklim , dan menjaga harga bahan bakar
fosil tetap rendah dari sebelumnya . Keuntungan keuntungan ini berlaku global . Oleh sebab itu ,
biaya insentif tambahan untuk pengembangan awal selayaknya dianggap sebagai investasi untuk
pembelajaran ; investasi ini harus digunakan secara bijak dan perlu dibagi bersama . Bumi menerima
174 petawatt (PW) radiasi surya yang dating ( insolasi ) di bagian atas dari atmosfer . Sekitar 30 %
dipantulkan kembali ke luar angkasa , sedangkan sisanya diserap oleh awan , lautan , dan daratan .
Sebagian besar spectrum cahaya matahari yang sampai di permukaan Bumi berada pada jangkauan
spectrum sinar tampak dan inframerah dekat . Sebagian kecil berada pada rentang ultraviolet dekat .
Permukaan darat, samudra dan atmosfer menyerap radiasi surya , dan hal ini mengakibatkan
temperature naik . Udara hangat yang mengandung upa iar hasil penguapan air laut meningkat dan
menyebabkan sirkulasi atmosferik atau konveksi . Ketika udara tersebut mencapai posisi tinggi , di
mana temperature lebih rendah , uap air mengalami kondensasi membentuk awan , yang kemudian
turun ke Bumi sebagai hujan dan melengkapi siklus air . Panas laten kondensasi air menguatkan
konveksi , dan menghasilkan fenomena atmosferik seperti angin , siklon , anti siklon . Cahaya
matahari yang diserapoleh lautan dan daratan menjaga temperature rata rata permukaan pada
suhu 14 C . Melalui proses fotosintesis , tanaman hijau mengubah energy surya menjadi energy kimia
, yang menghasilkan makanan , kayu, dan biomassa yang merupakan komponen awal bahan bakar
fosil . Total energy yang diserap oleh atmosfer , lautan , dan daratan Bumi sekitar 3.850.000
eksajoule (EJ) per tahun . Pada tahun 2002 , jumlah energy ini dalam waktu satu jam lebih besar
dibandingkan jumlah energy yang digunakan dunia selama satu tahun . Fotosintesis menyerap
sekitar 3000 EJ per tahun dalam bentuk biomassa . Potensi teknis yang tersedia dari biomassa .
Potensi teknis yang tersedia dari biomassa adalah 100-300 EJ per tahun . Jumlah energy surya yang
mencapai permukaan planet bumi dalam waktu satu tahun sangatlah besar . Jumlah ini diperkirakan

dua kali lebih banyak dibandingkan dengan semua sumber daya alam Bumi yang tidak terbarukan
yang bias diperoleh digabungkan , seperti batubara , minyak bumi , gas alam , dan uranium .

PEMBAHASAN

Penerapan Teknologi Surya


Energi surya dikategorikan secara umum menjadi : teknologi pasif dan teknologi aktif , tergantung
pada cara penyerapan , konversi , dan penyaluran cahaya matahari . Teknologi aktf meliputi
penggunaan panel fotovoltaik , pompa , dan kipas untuk mengubah energy surya ke bentuk yang
berguna . Teknologi pasif meliputi pemilihan bahan konstruksi yang memiiki sifat termal yang bagus ,
perancangan ruangan dengan sirkulasi udara secara alami , dan menghadapkan bangunan ke
matahari . Teknologi aktif meningkatkan persediaan listrik dan disebut sebagai teknologi sisi
penawaran , sedangkan teknologi pasif mengurangi kebutuhan sumber daya alam lain dan disebut
sebagai teknologi sisi permintaan .

Proses Produksi Listrik pada Sel Surya


Proses pengubahan atau konversi cahaya matahari menjadi listrik ini dimungkinkan karena bahan
material yang menyusun sel surya berupa semikonduktor . Lebih tepatnya tersusun atas dua jenis
semikonduktor ; yakni jenis n dan p . Semikonduktor jenis n merupakan semikonduktor yang memiliki
kelebihan electron , sehingga kelebihan muatan negative , ( n = negative ) . Sedangkan
semikonduktor jenis p memiliki kelebihan hole , sehingga disebut dengan p ( p = positif ) karena
kelebihan muatan positif . Caranya , dengan menambhakan unsure lain ke dalam semikonduktor
tersebut

Gbr 1.1 Elemen N dan P pada Solar Cell

Teknologi Silikon dan GaAs


Pada prinsipnya , sel surya adalah identik dengan piranti semikonduktor diode . Hanya saja dewasa
ini strukturnya menjadi sedikit lebih rumit karena perancangannya yang lebih cermat untuk
meningkatkan efisiensinya . Untuk pengguanaan secara luas dalam bentuk arus bolak balik , masih
diperlukan perlatan tambhan seperti inverter , battery penyimpanan dan lain lain . Kemajuan dari
penelitian akan material semikonduktor sebagai bahan inti sel surya , telah menjadi factor kunci bagi
pengembangan teknologi ini . Dalam teknologi sel surya terdapat berbagai pilihan penggunaan
material intinya .

Beberapa Keuntungan PLTS


1.Menggunakan energy matahari yang tersedia secara melimpah di seluruh pelosok Indonesia ,
sehingga tidak menimbulkan ketergantungan terhadap kelangsungan suplai bahan bakar
2.Tidak memerlukan biaya operasional untuk biaya bahan bakar ( karena energy matahari gratis ) ,
dan relative tidak memerlukan biaya pemeliharaan .
3.Mudah dioperasikan dan dipelihara , sehingga tidak memerlukan operator dengan pendidikan
khusus untuk menjalankannya
4.Memiliki umur teknis yang lama di atas 20 tahun , karena tidak memiliki bagian bagian yang
bergerak yang menyebabkan terjadinya aus .
5.Merupakan teknologi yang ramah lingkungan , tidak mengakibatkan polusi udara ( asap ) dan polusi
suara ( bising )
6.Bersifat moduler sehingga dengan mudah dapat memenuhi kebutuhan listrik yang kecil maupun
besar .

Bagian Bagian PLTS

Gb.1.2 PLTS Water Temperature Scheme


PLTS pada dasarnya adalah system pencatu daya , dimana outputnya berupa listrik arus searah (
direct current ) , DC ) Listrik yang dihasilkan , apabila diperlukan dapat dirubah ,menjadi listrik arus
bolak balik ( alternating current , AC ) dengan menggunakan inverter dan dapat dimanfaatkan untuk
segela macam keperluan . Berdasarkan kapasitasnya , System PLTS dapat digunakan mulai dari
kapasitas yang kecil ( puluhan watt ) sampai dengan puluhan Mega Watt . Sedangkan dilihat dari segi
keragaman sumber energinya , system PLTS dapat digunakan secara Stand Alone ( hanya
menggunakan PLTS sebagai satu satunya pembangkit listrik ) , atau hybrid ( PLTS digabung
dengan pembangkit listrik lainnya seperti genset , mikrohydro , tenaga angin , dll ) atau bahkan
disambungkan dengan jaringan PLN ( Grid Connected )

Dari teknis penerapannya system PLTS dapat diterapkan dengan System Sentralisasi ( pembangkit
listrik dipasang pada suatu tempat tertentu dan listrik yang dihasilkan didistribusikan kepada
masyarakat melalui jaringan kabel distribusi . Teknik penerapan seperti ini umumnya digunakan untuk
PLTS Hybrid ), ataupun System Desentralisasi ( pembangkit listrik dipasang pada setiap rumah
penduduk yang membutuhkan . Listrik pedesaan dengan PLTS dimana letak rumah pedesaan sangat
menyebar , umunya menggunakan model ini . Dengan system ini tidak diperlukan jaringan kabel
distribusi yang mahal .
PLTS terdiri dari tiga subsystem sebagai berikut :

Sub- System Pembangkit , Modul Surya : melalui proses photovoltaic , modul surya berfungsi
merubah cahaya matahari menjadi listrik . Umur teknis minimum 20 Tahun . Jumlah listrik yang
dihasilkan dalam Wattpeak ( Wp ) dan insolasi ( Incoming Solar Radiation ) setempat yang
dipengaruhi oleh altitude dan latitude . Modul surya bersifat moduler sehingga dapat dirangkai untuk
memenuhi berbagai skala kebutuhan .
Sub-system Penyimpan , Battery & Regulator , berfungsi menyimpan dan mengatur arus listrik
yang dihasilkan oleh modul surya sebelum dimanfaatkan , jenis dan kapasitas penyimpan
disesuaikan dengan kapasitas pembangkit dan pola pemakaian listrik . Regulator berfungsi untuk
melindungi battery . Pada system PLTS untuk pompa air , system penyimpanan dapat saja tidak
berbentuk battery , tetapi dalam bentuk air yang disimpan di menara penyimpan air .
Sub-system Beban ( LOAD ) , Lampu Penerangan /Alat Listrik ; adalah segala jenis peralatan yang
dioperasikan dengan listrik . .

Penerapan di Indonesia

Gbr 1.3 Peta Intensitas Cahaya

Indonesia adalah Negara tropis dimana terletak tepat di bawah garis khatulistiwa yang memiliki
tingkat penyinaran sinar matahari yang tinggi karunia , hamper di setiap pelosok Indonesia , matahari
menyinari dari pagi sampai sore . Sehingga energy matahari yang dipancarkan dapat diubah menjadi
energy listrik dengan pembangkit listrik tenaga surya . Sehingga penggunaan pembangkit listrik
tenaga surya ini sangat berpotensi . Pemanfaatan energy matahari sebagai sumber energy
alternative untuk mengatsi krisis energy , khususnya minyak bumi , yang terjadi sejak tahun 1970-an
mendapat perhatian yang cukup besar dari banyak Negara di dunia . Di samping jumlahnya yang
tidak terbatas , pemanfaatannya juga tidak menimbulkan polusi yang dapat merusak lingkungan .
Cahaya atau sinar matahari dapat dikonversikan menjadi listrik dengan menggunakan teknologi sel
surya atau fotovoltaik . Potensi energy surya di Indonesia sangat besar yakni sekitar 4.8 KWh/m atau
setara dengan 112.000 GWp . Indonesia memanfaatkan baru sekitar 10 MWp . Untungnya
pemerintah telah mengeluarkan roadmap pemanfaatan energy surya yang menargetkan kapasitas 0
PLTS terpasang hingga tahun 2025 mencapai sebesar 0.87 GW atau sekitar 5 MWp /tahun. Jumlah
ini merupakan gambaran potensi pasar yang cukup besar dalam pengembangan energy surya pada
masa datang . Meski pengembangan PLTS telah mempunyai basis yang cukup kuat dari aspek
kebijakan , namun pada tahap implementasi , potensi yang ada belum dimanfaatkan secara optimal .
Secara teknologi , industry photovoltaic (PV) di Indonesia baru mampu melakukan pada tahap hilir
memproduksi modul surya dan mengintegrasikannya menjadi PLTS . Harga yang masih tinggi
menjadi isu penting dalam perkembangan industry sel surya . Berbagai teknologi pembuatan sel
surya terus diteliti dan dikembangkan dalam rangka upaya penurunan harga produksi sel surya agar
mampu bersaing dengan sumber energy lain . Ratio eletrifikasi di Indonesia baru mencapai 55-60 %
dan hampir seluruh pedesaan belum dialiri listrik jauh dari pusat pembangkit listrik. Oleh sebab itu ,
PLTS yang dibangun hampir di semua lokasi merupakan alternative sangat tepat untuk
dikembangkan . Dalam kurun waktu tahun 2005-2025 , pemerintah telah merencanakan
menyediakan 1 juta Solar Home System berkapasitas 50 Wp untuk masyarakat berpendapatan
rendah serta 346, 5 MWp PLTS hybrid untuk daerah terpencil . Hingga tahun 2025 pemerintah
merencanakan aka nada sekitar 0,87 GW kapasitas PLTS terpasang . Dengan asumsi penguasaan
pasar hingga 50 % pasar energy surya di Indonesia sudah cukup besar untuk menyerap keluaran dari
suatu pabrik sel surya berkapasitas hingga 25 MWp per tahun . Hal ini tentu merupakan peluang
besar bagi industry local untuk mengembangkan bisnisnya ke pabrikan sel surya . Dengan wilayah
yang luas dan intensitas cahaya matahari yang tinggi , pasokan listrik dari tenaga surya bias menjadi
andalan , demikian Principal Advisor Deutsche Gessllschaft fur Internationale Zusammenarbeit
Indonesia Rudolf Rauch . Ia menambahkan Jerman dengan intensitas matahari yang tidak terlalu
tinggi , bias membangkitkan listrik 25 ribu Mega Watt . Indonesia memiliki potensi 6 hingga 10 kali
dari Jerman , kata Rudolf pada April 2012 . Rudolf mengakui bahwa pengembangan pembangkit
listrik tenaga surya menyerap investasi yang besar . Pembangunan pembangkit surya berkapasitas
7.500 Megawatt di Jerman yang menelan investasi 50 Milliar Euro ( Rp 606,5 trilliun ) Sedangkan
biaya pembangunan pembangkit surya di Indonesia bisa lebih murah karena paparan sinar matahari
50 % lebih banyak ketimbang Eropa . Pembangunan pembangkit berkapasitas 10.000 MW misalnya ,
diperkirakan memerlukan investasi 10 Milliar Euro ( Rp121,3 Trilliun ) Padahal Indonesia mensubsidi

sekitar 20 Milliar Euro atau Rp 242,6 Trilliun setahun seperti diungkapkan oleh Martin krummerck
Deputi Managing director German Indonesian Chamber of Industry and Commerce ( Ekonid ) .
Kunci keberhasilan PLTS terletak pada penyusunan receiver dengan bahan dan susunan yang dapat
menyerap energy panas dari matahari dengan baik dan memiliki harga yang ekonomis . Untuk
mampu menyerap energy panas diperlukan struktur film yang kristalin . Dalam pembuatan satu sel
dengan struktur kristalin diperlukan teknologi yang baik dan cukup mahal . Umumnya bahan ini
berbasiskan silicon . Selain dalam hal receiver panas kendala lain dalam aplikasi sel surya adalah
pembuatan baterai penyimpan energy listrik yang murah . Oleh karena itu , penelitian kea rah
teknologi sel surya dan komponen komponen yang lebih ekonomis dan praktis sangat diperlukan .
Dengan demikian , teknologi ini diharapkan tidak hanya menjadi teknologi yang berguna bagi Negara
maju namun juga bagi daerah yang mengalami keterbatasan pasokan listrik .

KESIMPULAN
Teknologi Sel Surya merupakan teknologi yang cocok dikembangkan untuk mengantisipasi krisis
energy yang akan terjadi di era yang akan datang , Di Indonesia sendiri memiliki peluang yang sangat
besar untuk mengembangkan teknologi ini karena terletak di wilayh tropis . Berdasarkan data yang
didapat potensi energy surya di Indonesia sangat besar yakni sekitar 4.8 KWh/m atau setara dengan
112.000 GWp . Keunggulan PLTS dengan Pembangkit Konvensional adalah menggunakan sumber
energy yang tak terbatas , green and reliable technology . Sudah sepatutnya kita menyiapkan
kebutuhan energy yang terus meningkat dengan beralih ke penghasil energy yang re-newable dimulai
dari PLTS ini .
DAFTAR REFERENSI
1. http://id.im.wikipedia.org//panel surya
2. http://id.im.wikipedia.org//energi surya
3. http://www.energi.lipi.go.id
4. http://www.litbang.esdm.go.id.
5. Pudjanarso , Astu & Nursuhud , Djati.2013. Mesin Konversi Energi.Yogyakarta:ANDI

Anda mungkin juga menyukai