PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Proses dan aktivitas geologi bisa menimbulkan terbentuknya batuan dan
jebakan mineral. Yang dimaksud dengan jebakan mineral adalah endapan bahanbahan atau material baik berupa mineral maupun kumpulan mineral (batuan) yang
mempunyai arti ekonomis (berguna dan mengguntungkan bagi kepentingan umat
manusia).
Dari distribusi unsur-unsur logam dan jenis-jenis mineral yang terdapat
didalam kulit bumi menunjukkan bahwa hanya beberapa unsur logam dan mineral
saja yang mempunyai prosentasi relative besar, karena pengaruh proses dan
aktivitas geologi yang berlangsung cukup lama, prosentase unsur unsur dan
mineral-mineral tersebut dapat bertambah banyak pada bagian tertentu karena
Proses Pengayaan, bahkan pada suatu waktu dapat terbentuk endapan mineral
yang mempunyai nilai ekonomis.
Besi merupakan logam kedua yang paling banyak di bumi ini. Karakter dari
endapan besi ini bisa berupa endapan logam yang berdiri sendiri namun seringkali
ditemukan berasosiasi dengan mineral logam lainnya. Kadang besi terdapat
sebagai kandungan logam tanah (residual), namun jarang yang memiliki nilai
ekonomis
tinggi.
Endapan
besi
yang
ekonomis
umumnya
1.2
Tujuan
1.
Manfaat
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah menambah pengetahuan
mahasiswa terutama dalam pembahasan mengenai bahan galian logam dalam hal
ini adalah bijih besi. Pengetahuan ini nantinya diperlukan sebagai dasar sebelum
pembelajaran mengenai cara-cara perhitungan estimasi cadangan dan dalam
eksplorasi suatu endapan bijih besi.
BAB II
DASAR TEORI
2.1
jalur tektonik lempeng tidak bisa terpisahkan dengan istilah yang dalam ilmu
kebumian disebut sebagai Mendala Metalogenik atau Metallogenic Province.
Mendala metalogenik merupakan suatu area yang dicirikan oleh kumpulan
endapan mineral yang khas, atau oleh satu atau lebih jenis-jenis karakteristik
mineralisasi.
tergantung
pada
batas
lempengnya.
Hubungan
ini
geologi Indonesia yang rumit. Berkenaan dengan hal tersebut, maka usaha-usaha
penelusuran keberadaan mineral ekonomis telah dilakukan oleh banyak orang.
Mineral ekonomis adalah mineral bahan galian dan energi yang mempunyai nilai
ekonomis. Mineral logam yang termasuk golongan ini adalah tembaga, besi,
emas, perak, timah, nikel dan aluminium.
Pembentukan mineral logam sangat berhubungan dengan aktivitas
magmatisme dan vulkanisme, pada saat proses magmatisme akhir (late
magmatism), pada suhu sekitar 200oC. Westerveld (1952) menerbitkan peta jalur
kegiatan magmatik. Dari peta tersebut dapat diperkirakan kemungkinan
keterdapatan mineral logam dasar yang pembentukannya berkaitan dengan
kegiatan magmatik. Carlile dan Mitchell (1994), berdasarkan data-data mutakhir
Simanjuntak (1986), Sikumbang (1990), Cameron (1980), Adimangga dan Trail
(1980), memaparkan busur-busur magmatik seluruh Indonesia sebagai dasar
eksplorasi mineral. Teridentifikasikan 15 busur magmatik, 7 di antaranya
membawa jebakan emas dan tembaga, dan 8 lainnya belum diketahui. Busur yang
menghasilkan jebakan mineral logam tersebut adalah busur magmatik Aceh,
Sumatera-Meratus, Sunda-Banda, Kalimantan Tengah, Sulawesi-Mindanau Timur,
Halmahera Tengah, Irian Jaya. Busur yang belum diketahui potensi sumberdaya
mineralnya adalah Paparan Sunda, Borneo Barat-laut, Talaud, Sumba-Timor,
Moon-Utawa dan dataran Utara Irian Jaya. Jebakan tersebut merupakan hasil
mineralisasi utama yang umumnya berupa porphyry copper-gold mineralization,
skarn mineralization, high sulphidation epithermal mineralization, gold-silverbarite-base metal mineralization, low sulphidation epithermal mineralization dan
sediment hosted mineralization.
Gambar 2.1. Tektonik Lempeng dan Distribusi Potensi Endapan Bijih di Indonesia
Lingkungan lain adalah kondisi gunungapi di daerah laut dangkal. Air laut
yang masuk ke dalam tubuh bumi berperan membawa larutan mineral ke
permukaan dan mengendapkannya. Contoh pelapukan granit ini antara lain terjadi
di Kalimantan Barat, Bangka, Belitung dan Bintan. Peridotit terbentuk di
lingkungan lempeng samudera yang akan kaya mineral berat besi, nikel, kromit,
magnesium dan mangan. Keberadaannya di permukaan disebabkan oleh lempeng
benua Pasifik yang terangkat ke daratan oleh proses obduksi dengan lempeng
benua Eurasia, yang kemudian disebarkan oleh sesar Sorong (Katili, 1980)
sebagai pulau-pulau kecil di berada di kepulauan Maluku. Pelapukan akan
menguraikan batuan ultrabasa tersebut menjadi mineral terlarut dan tak terlarut.
Air tanah melarutkan karbonat, kobalt dan magnesium, serta membawa mineral
besi, nikel, kobalt, silikat dan magnesium silikat dalam bentuk koloid yang
mengendap.
2.2 Pemodelan Bijih Besi Primer
Endapan bijih besi primer merupakan endapan yang terjadi akibat
pembekuan langsung dari magma yang dapat terjadi akibat 3 proses yaitu proses
magmatik (gravity settling), yang kemudian diikuti oleh proses metasomatisme
kontak dan hidrothermal.
2.2.1. Fase Magmatik Cair (Liquid Magmatic Phase)
Suatu fase pembentukan mineral, di mana mineral terbentuk langsung pada
magma (differensiasi magma), misalnya dengan cara gravitational settling.
Diffusion, Pada proses ini terjadi pertukaran material dari magma dengan
material dari batuan yang mengelilingi reservoir magma.
dalam batuan.
Metasomatisme, mengganti unsur-unsur yang telah ada dalam batuan
dengan unsur-unsur baru dari larutan hidrothermal.
Gambar 2.4. Pemodelan Endapan Bijih Besi Primer di Carajs Iron Ore
Mine, Brazil
Dari gambar 2.4. dapat dilihat model dari endapan bijih besi primer di
mana suatu endapan bijih besi terbentuk akibat proses hidrotermal yang
mengalami kontak dengan batuan gamping dan shale.
2.3
Akibat dari kontak ini, pengaruh temperatur tanpa adanya perubahan kimia
pada batuan sekitarnya akan terbentuk batuan metamorf, sedangkan jika terjadi
perubahan kimia oleh pertukaran dan penambahan ion akan terbentuk endapan
metasomatik (Jensen and Batemen, 1981). Mineral logam hasil kontak
metasomatik sangat bervariasi seperti magnetit dan hematit, serta mineral
aditifnya yaitu spinel, wolframit, kasiterit, arsenopirit, pirit, sfalerit, kalkopirit dan
galena.
Proses hidrotermal merupakan produk akhir dari proses diferensiasi
magmatik, di mana larutan hidrotermal ini banyak mengandung logam-logam
yang relatif ringan. Larutan ini makin jauh dari sumber magma, akan makin
kehilangan temperaturnya sehingga dikenal endapan Hipotermal (T 3000C-5000C)
Mesotermal (T 1500C-3500C), dan Epitermal (T 00C-2000C). Berdasarkan bentuk
endapannya dikenal 2 jenis endapan hidrotermal yaitu cavity filing dan
metasomatic replacement (Jensen and Batemen, 1981)
10
BAB III
PEMBAHASAN
3.1. Metode Penambangan Bijih Besi Primer
Bijih besi merupakan salah satu dari endapan mineral logam di mana
penambangan endapan ini menggunakan metode open pit. Penambangan dengan
cara open pit adalah penambangan terbuka yang dilakukan untuk menggali
endapan-endapan bijih metal seperti endapan bijih besi.
Penambangan dengan cara open pit biasanya dilakukan untuk endapan bijih
atau mineral yang terdapat pada daerah datar atau daerah lembah. Tanah akan
digali ke bagian bawah sehingga akan membentuk cekungan atau pit.
11
Gambar 3.1. Contoh Penambangan Bijih Besi Primer dengan Metode Open
Pit
Cara pengangkutan pada open pit tergantung dari kedalaman endapan dan
topografinya. Pada dasarnya cara pengangkutannya ada 2 (dua) macam, yaitu :
a. Cara konvensional atau cara langsung, yaitu hasil galian atau peledakan
diangkut oleh truck / belt conveyor / mine car / skip dump type rail cars,
dan sebagainya, langsung dari tempat penggalian ke tempat dumping
dengan menelusuri tebing-tebing sepanjang bukit.
b. Cara inkonvensional atau cara tak langsung adalah cara pengangkutan
hasil galian / peledakan ke tempat dumping dengan menggunakan cara
kombinasi alat-alat angkut. Misalnya dari permuka/medan kerja (front) ke
tempat crusher digunakan truk, dan selanjutnya melalui ore pass ke
loading point; dari sini diangkut ke ore bin dengan memakai belt conveyor,
dan akhirnya diangkut ke luar tambang dengan cage.
3.2. Pemanfaatan Bijih Besi
Dalam kehidupan seharti-hari, bijih besi dimanfaatkan untuk banyak bidang
terutama perindustrian antara lain :
a.
Bahan pembuatan baja Alloy dengan logam lain seperti tungsten, mangan,
nikel, vanadium, dan kromium untuk menguatkan atau mengeraskan
campuran.
b.
c.
Sebagai pewarna, salah satu bahan pembuat plastik, tinta, kosmetik, dan
sebagainya.
3.3. Studi Kasus: Aplikasi Metode Magnetik untuk Eksplorasi Bijih Besi
Bukit Munung Kabupaten Bengkayang, Kalimantan Barat
12
13
14
15
Gambar 3.5. Bijih besi (iron ore) yang diduga sebagai hematit di lembah bukit
Munung
Singkapan yang ditemukan di daerah penelitian menunjukkan sifat sebagai
bijih besi dengan kemagnetan kuat (Gambar 3.5). Dari hasil pengamatan
lapangan, ukuran dari bijih yang ada di daerah Bukit Munung dapat dibedakan
menjadi dua tipe yaitu: Sebagai bolder yang terlepas dan singkapan di lerenglereng bukit. Hasil pemetaan secara mapping daerah penelitian menghasilkan
distribusi intensitas medan magnet yang telah dikoreksi sebagaimana ditampilkan
pada Gambar 3.6.
16
Gambar 3.6. Distribusi intensitas medan magnet dalam koordinat UTM 49 N dan
posisi lintasan AB
17
bahwa pada batuan tersebut berjenis hematit yang memiliki vein-vein magnetit.
Endapan bijih besi yang kedua berbentuk border memiliki nilai suseptibilitas 0.12
SI berada pada posisi 41 m hingga 53 m dari posisi awal lintasan dan kedalaman
7.46 m hingga 30.46 m dari permukaan. Berdasarkan nilai suseptibilitasnya maka
dapat diduga bahwa batuan tersebut berjenis hematit. Endapan bijih besi ketiga
menyerupai vein memiliki nilai suseptibilitas 0.15 SI berada pada posisi 165 m
hingga 248 m dari posisi awal lintasan dan kedalaman 8.99 m hingga 58 m dari
permukaan.
Berdasarkan nilai suseptibilitasnya maka dapat diduga bahwa batuan
tersebut berjenis hematit. Endapan bjih besi keempat berbentuk border memiliki
nilai suseptibilitas 0.01 SI berada pada posisi 13 m hingga 25 m dari posisi awal
lintasan dan kedalaman 14 m hingga 35 m dari permukaan. Berdasarkan nilai
suseptibilitasnya maka dapat diduga bahwa batuan tersebut berjenis hematit.
Hasil proses perhitungan volume endapan bijih besi ini nantinya masih
diklasifikasikan sebagai sumber daya, sehingga perlu eksplorasi yang lebih rinci
untuk mendapatkan hasil ekplorasi yang lebih detail untuk dinyatakan sebagai
cadangan.
18
BAB IV
PENUTUP
4.1
Kesimpulan
Dari hasil pembahasan mengenai endapan bijih besi pada makalah ini, dapat
2.
Endapan bijih besi primer merupakan endapan bijih besi yang terbentuk
akibat adanya proses dari tektonik lempeng sehingga terjadilah proses
magmatisme yang kemudian dapat terbentuk akibat beberapa proses seperti
proses magmatik, metasomatik kontak, dan hidrotermal.
3.
4.
Bijih besi memiliki manfaat yang sangat besar terutama untuk kegiatan
dalam bidang industri.
4.2
Saran
Indonesia memiliki potensi sumber daya bijih besi berkadar rendah dan
cadangan yang kecil. Untuk mengurangi ketergantungan dari impor yang semakin
19
langka dan mahal, diperlukan usaha penambangan bijih besi yang dikembangkan
secara bersama dan saling menguntungkan.
DAFTAR PUSTAKA
http://dearthurjr.blogspot.co.id/2013/05/endapan-mineral.html?m=1
http://geoscity.blogspot.com/2009/03/bijih-besi.html
http://r-jotambang.blogspot.co.id/2011/12/tambang-terbuka_31.html
Ishlah, Teuku. 2009. Potensi Bijih Besi Indonesia Dalam Rangka Pengembangan
Klaster Industri Baja. Perekayasa Madya Pusat Sumber Daya Geologi.
Sampurno, Joko. Aplikasi Metoda Magnetik Untuk Eksplorasi Bijih Besi Studi
Kasus : Bukit Munung Kabupaten Bengkayang, Kalimantan Barat.
Univerrsitas Tanjungpura:Pontianak.
Sudiyanto, Yanto. 2010. Pemodelan 3 Dimensi Endapan Bijih Besi Menggunakan
Metoda
Resistivity
Dan
Induced
Polarization
(IP).
Universitas
Indonesia:Jakarta.
20