Tugas Makalah Etik
Tugas Makalah Etik
BERPIKIR KREATIF
NAMA
: TRIYONO
NIM
: 41413320030
Pendahuluan
Latar Belakang
Menurut Rawlinston berpikir kreatif adalah kemampuan berpikir divergen atau lateral yaitu
menghubungka idea tau hal hal yang sebelumnya tidak berhubungan . Sedangkan Coleman
dan Hamman berpikir kreatif adalah berpikir yang menghasilkan metode baru baru , konsep
baru , pengertian baru , perencanaan baru dan seni baru . Jadi dapat disimpulkan berpikir
kreatif adalah kemampuan berpikir divergen atau lateral untuk menciptakan metode metode
baru dari sesuatu yang semula tidak berhubungan .
Pribadi Kreatif adalah pribadi yang sangat menarik , karena cara berpikirnya dalam menghadapi
segala persoalan dengan unik . Pribadi pribadi kreatif memandang segala persoalan dengan
cara yang berbeda Think Different . Pribadi kreatif selalu bisa memunculkan ide atau
gagasan yang ada di pikirannya dengan cara yang tepat . Pribadi setiap individu layaknya batu
bata yang digunakan untuk membangun rumah . Jika kekuatan setiap individu sama kuat ,
rumah yang dibangun dengan susunan batu bata tersebut pun akan kuat pula dengan didukung
bahan material yang baik . Setiap manusia sudah mempunyai potensi dalam dirinya untuk
menjadi pribadi yang hebat dan luar biasa . Potensi potensi kebaikan tersebut haruslah dibina
dan ditumbuhkan agar tumbuh dalam diri setiap manusia . Dengan demikian , setiap individu
dapat menjadikan dirinya luar biasa dan memberikan kontribusi kepada bangsanya . Kumpulan
kumpulan individu yang hebat lahir batin akan membentuk masyarakat dan bangsa yang
berkepribadian baik dan hebat . Kemudian , kepribadian bangsa yang baik nantinya akan
berpengaruh juga kepada perkembangan pribadi setiap anggota masyarakatnya. Keduanya
akan saling mendukung . Pribadi yang kreatif , dia yang cerdas , akalnya tajam , buah
pikirannya baik , dan ia pun cepat mengambil kesimpulan
pandangannya dan jauh tiliknya . Karena itu , kita katakana bahwa ia cerdas . Dia suka
bergaul suka menolong , tidak menyisih dari masyarakat , tidak memikirkan kepentingan diri
sendiri atau keluarganya saja , tidak gila pangkat , mengerti kedudukan orang lain , merasa
dirinya ikut dalam kedudukan itu . Hormat kepada orang tua , kasih kepada yang muda , pandai
bergaul , pandai berkawan . Kita gelarilah dia dengan gelar orang masyarakat . Tubuhnya
sehat , mukanya berseri seri karena keshatan tubuh dan jiwanya . Pakaiannya bersih karena
kebersihan hatinya . Dia gemar olahraga untuk kesehatan tubuh dan dia suka music untuk
kesehatan batin . Kita namai dia orang sehat . Pemahamannya luas penyelidikannya dalam
bacaannya banyak . Karena itu banyak yang diketahuinya sehingga dia tidak merasa canggung
dalam pergaulan dengan segala lapisan . Oleh karena ada pengetahuannya dalam suatu hal ,
dia bertanggung jawab . Kita namai dia orang yang cerdik pandai . Semuanya , yaitu budi ,
akal , pergaulan ,kesehatan dan pengetahuan , berkumpul menjadi satu pada satu orang .
Kumpulan itulah yang membentuk suatu pribadi . Lemah atau kuat , berlebih atau berkurang
dari segala yang disebutkan itu menyebabkan lemah atau kuat lebih atau kurangnya pribadi .
Dialah yang menentukan mutu seseorang .
dan tidak gegabah . Dengan kekuatan jiwa , banyak tujuan yang dapat dihasilkan karena
mengurusnya mempunyai daya tarik .
II. Cerdik
Cerdik dan cepat berpikir , tidak termenung menung saja , menerenyutkan kening dalam
dalam sehingga orang harus menunggu lama . Banyak orang yang pintar dan banyak buah
pikirannya , tetapi tidak cepat menangkap pikiran dan mengetahui tujuan orang lain serta tidak
cepat mengerti . Orang seperti itu bukan orang cerdik walaupun banyak pengetahuannya .
Pribadinya tidak menarik , bahkan membosankan . Orang perempuan pun demikian pula .
Banyak perempuan yang cerdik , pandai melagak , tetapi tidak menarik perhatian . Ada juga
perempuan yang sederhana sifatnya , tetapi menawan hati karena dalam perangainya tampak
kecerdikannya . Tidak cepat mengetahui maksud orang seumpama sebuah pigura berbingkai
bagus , tetapi lukisan lukisannya tidak hidup dan berseni . Cerdas dan cerdik sangat besar
pengaruhnya untuk menimbulkan pribadi manusia .Itulah yang lebih banyak diutamakan orang
dalam pergaulan hidup . Orang bodoh , tolol , damban , lamnbat mengerti , menyebabkan
pribadi tidak mendapat penghargaan . Itu pula terkadang yang menyebabkan mudah berbuat
kejahatan . Perhatikanlah raut muka penjahat atau orang pandier . Di wajah mereka tampak
kelemahan akal . Pribadi orang cerdas dalam mengeluarkan kata kata menggunakan pikiran
dan perasaan , berpikir tersusun ,bermantik(berlogika). Imam Ghazali pernah berkata , Barang
siapa yang berpikir tidak berlogika , ilmunya tidak dapat dipercayai .
Suatu jawaban yang tegas jitu dari sebuah pertanyaan ketika orang menanyakan suatu
perkara yang sulit akan lama sekali hilang dari ingatan orang . Seseorang bertanya kepada
Abdullah bin Abbas , paman Nabi Muhammad SAW ,Mana Tuan yang lebih besar daripada
saya , tetapi saya lebih dahulu lahir daripada dia . Ada pula yang bertanya kepada Ali bin Abi
Thalib Berapa lama perjalanan dari masyrik ke maghrib ? Beliau dengan cepat menjawab ,
Sehari bagi matahari , . Orang itu bertanya lagi Berapa ribu tahun perjalanan dari bumi ke
langit , pulang pergi ? Beliau menjawab Hanya satu detik saja bagi doa yang mustajab .
III. Menimbang Rasa ( Empati )
Setiap orang tanpa terkecuali , ada hal yang disukai dan ada pula yang tidak disukai . Hal
yang disukai atau tidak disukai dibentuk juga oleh biah dan lingkungan . Ada suatu saat
bergembira , seperti lahir , pernikahan dan lain lain serta ada pula saat bersedih hati , seperti
kematian , kerugian , dan lain lain .
Tidak ada saat yang lebih berbahagia bagi seseorang yang gemar berlomba balap kuda
daripada saat kudanya menang . Alangkah bertambah kegembiraannya jika waktu itu , tuan
juga menunjukkan kegembiraan tuan . Meskipun dalam ajaran agama , kita tidak boleh suka
dipuji , manusia jarang yang tidak suka dipuji . Jika memuji dipandang tidak bagus , bagaimana
dengan menghargai ? Waktu yang sangat luar biasa bagi penulis adalah ketika ada seseorang
yang mengatakan bahwa bukunya yang baru telah dibaca dan sangat menarik . Saya mengaku
terus terang bahwa itulah salah satu kelemahan kami , kaum penulis . Tegaslah kelemahan
saya . Demikian halnya dalam semua bidang . Tidak memandang besar atau kecil , tinggi atau
rendah kedudukan orang . Jika sudah demikian kelemahan jiwa seluruh manusia , apakah
salahnya jika dalam pergaulan kita memakai timbang rasa ( empati ) ? Tutut kita rasakan dalam
jiwa kesedihan dan kegembiraan orang . Bukanlah ada pepatah basa tidak akan membeli ?
Jika kita tidak pandai menggunakan hal itu pada tempatnya , pribadi kita akan tetap terlukis
dalam hati orang berhunungan dengan kita . Bangsa yang telah maju mengambil kesempatan
untuk menunjukkan teguhnya silaturahim dengan temannya saat bergembira . Misalnya , pada
peringatan hari kelahiran sehingga kepada istri sendiri , teman hidup setiap hari dilakukan juga .
Orang yang hanya menceritakan kesusahannya kepada orang lain , orang yang jika
berkunjung ke rumah sahabatnya hanya menceritakan untung rugi perdagangannya , kemajuan
sekolah anaknya , kelezatan masakan istrinya , dan perempuan yang jika berkunjung ke
temannya hanya menceritakan merek radionya , harga subangnya , corak kainnya , dan lain
sebagainya . Tentu manusia yang seperti itu akan menjemukan orang lain . Dia hanya suka
didengarkan dan tidak mau mendengarkan . Kita harus bersedia memberi dan menerima .
Saya yakin , saya tidak memiliki talenta spesial . Rasa ingin tahu , obsesi dan daya tahan
dipadukan dengan kritik pribadi , yang membawa saya pada ide saya . ( Albert Einstein) .
dapat meningkatkan
yang Anda harus lakukan adalah buka computer dan ketikkan saja apa yang ada di
pikiran Anda . Sesudah itu , lakukan revisi dan revisi dan revisi .
3. Berikutnya , mempertanyakan segala sesuatu yang dilambangkan dengan udara . terus
meneruslah
mempertanyakan
segala
sesuatu
untuk
mengklarifikasi
dan
5. Yang kelima , perubahan. Dengan menguasai keempat elemen sebelumnya , kita akan
mengubah cara kita berpikir dan belajar . Kita dapat memperbaiki diri , tumbuh dan
menikmati lebih dari pendidikan kita dan cara kita hidup . Kendati demikian , langkah ini
justru yang paling sulit meski paling sederhana .
Orang yang menulis dengan mata terbuka pasti tulisannya akan lebih rapi disbanding
yang menulis dengan mata tertutup . Dengan perkataan lain , orang mampu melakukan
pekerjaan dengan lebih baik bukan melakukannya dengan lebih baik , akan tetapi
karena melakukannya dengan cara yang berbeda .
Agar dapat berpikir lebih kreatif , yang harus Anda lakukan bukanlah bagaimana berpikir
lebih baik , tetapi berpikir dengan cara yang berbeda . Sudah saatnya kita mengubah
cara kita berpikir . Daripada menghafal semua fakta dan aturan dengan keras , akan
lebih efektif kalau kita mengerti fundamental sebuah kisah secara mendalam . Daripada
duduk diam dan berpikir keras untuk mencari inspirasi , lebih efektif kalau kita mulai saja
, melakukan kesalahan , mempertanyakan segala sesuatu dan mengikuti aliran ide .
Bila kita menjadikan elemen dari cara berpikir kreatif ini sebagai kebiasaan , kita akan
mengembangkan kapasitas dan kekuatan mental sebagai pemikir efektif dan kreatif .
Lebih dari itu , mengaplikasikan elemen ini juga membantu kita mengklarifikasi diri
sendiri .
Kemampuan berpikir kreatif erat kaitannya dalam penggunaan kapasitas berpikir otak ,
yang tentunya merupakan akumulasi hasil berpikir , perenungan , dan juga hubungan
spiritual dengan Tuhan Yang Maha Esa . Maka sudah menjadi kodrat manusia untuk
mengkroscek segala sesuatu dalam hidupnya dengan Sang Maha pencipta . Tidak bisa
dipisahkan berpikir kreatif dengan hubungan spiritual dengan Tuhan Yang Maha Esa
yakni religiusitas sebagai inti kualitas hidup manusia .
Sering kita merasa mampu menyentuhnya , tetapi itu hanyalah ujung jangkauan rohani kita .
Seperti langit , ia hanyalah batas pandangan indera mata kita . Ia sebenarnya berada di luar
semesta di mana kita berada . Atau justru bagaikan ada di sisi kita , bersama kita , di dalam
diri kita , tetapi gagal kita memegangnya . Apa yang pernah kita pikirkan , kita rasakan dan
perhatikan , sebenarnya bukan . Ia , melainkan hanya bahasa kita tentangnya .
Kita tak mampu merumuskannya , kecuali bahwa ia berada tak di mana mana , atau
sekaligus berada di mana mana. Ia seperti duduk bersila nun jauh di sana tak terhingga ,
tersenyum atau geleng geleng kepala memandangi kita . Tetapi, ia berada juga di sekitar
kita , di antara kehidupan sehari hari , di antara benda benda dan peristiwa peristiwa .
Segala sesuatu yang berada di sekeliling kita ini , bahkan ada yang berada di dalam tubuh
dan jiwa kita , banyak sekali mengandung sesuatu yang tak tertangkap oleh pikiran , rasa
dan hati kita . Sekaligus ia juga berada di luar semesta di mana kita berada , tetapi tidak
secara kosmos . Sebab ia bukan kosmos . Ia bukan dari segala bukan . Ia bukan berada di
luar semesta bintang bintang atau di ruang yang lebih kecil dari atom , melainkan berada
di mana saja yang kita tak mengerti . Ia berada di luar sistem fisika maupun metafisika serta
segala sistem yang mampu kita bayangkan . Atau ia ada dalam dimensi dari sistem fisika
belaka , tetapi yang tak mampu kita raba . Ia bagaikan meludah saja , dan semesta inilah air
ludahnya . Tetapi, pasti ia tak terumuskan oleh bahasa, tak terucapkan oleh apa saja .
Pada suatu hari ini sesuatu itu menjawab kerinduan kita , dan tangan kita menggenggam
wujud jawaban itu. Maka , kerinduan dan mengejawantah menjadi sesuatu yang konkret
menurut pengetahuan manusia . Tapi , esok pagi , atau beberapa detik saja sesudah
jawaban itu . Ia menimpakan kepada kita kerinduan demi kerinduan yang baru lagi .
Ia bagaikan bayangan yang berkelebat saja di batin kita . Pada suatu hari istri Anda sakit
keras . Kita harus membawanya ke rumah sakit yang pasti akan menodong ongkos uang
kita . Berbagai usaha kita tempuh untuk mencari bayaran itu , tapi tak berhasil juga . Pada
saat itulah kita merasa rindu kepada sesuatu itu . Kemudian ketika muncul pertolongan ,
mendadak kita pun sadar bahwa ia lah yang sedang menjawab kerinduan kita .
Siapakah Ia ?
Tuhan . Demikian kita sering menyebut namanya . Putra pertama Anda lahir pada dini hari
yang bening dan sejuk . Tanpa sadar Anda memejamkan mata sesaat . Anda ditempa rasa
rindu yang sangat terhadap sesuatu yang melahirkan anak Anda itu lewat rahim istri Anda .
Oleh siapakah nyawa bayi itu ditiup jika tidak oleh Nya ? Bagaimanakah alam semesta
bisa tercipta dan kebudayaan manusia bisa dilangsungkan jika tanpa tangan sesuatu itu di
belakangnya ?
Kita sering menyebutnya bahwa itu hukum alam yang terjadi dengan sendirinya . Apakah
yang dinamakan hukum alam , dan apakah esensi kata dengan sendirinya ?Kita yang
makin cerdas dan bernalar memahami dan menerima hal itu sebagai sesuatu yang masuk
nalar , tetapi dengan cara pemahaman yang tidak masuk nalar . Bukti bukti hidup kita
mencerminkan bahwa kita cenderung hanya menerima segala hal yang rasional , tetapi
dengan diam diam kita memanfaatkan peran sesuatu yang irasional .
Kita dilahirkan , dibesarkan , bertemu jodoh , berumah tangga beranak cucu dan kemudian
sampai kepada ajal yang bakal membawa kita entah kemana . Semua itu tidak karena kita .
Kita sekadar diadakan , sekadar bertugas menjalankan apa yang dianugerahkan . Siapakah
di antara manusia di bumi ini yang naluri murninya tidak merasakan esensi ini ? Apakah ia
seorang marxis atau seorang humanis saja pun . Tetapi , memang tidak semua memelihara
dan mengemban rasa dan kesadaran ini , sehingga kualitas kemakhlukannya menjauhi
harkat sejatinya . Tidak semua kita berproses sungguh sungguh mencari dan menemukan
jabaran dari pemeliharaan dan pengembangan rasa kesadaran itu melalui problem sehari
hari kita , melalui rumah kita , beras kita , profesi kita, peluang peluanhg hidup kita .
Jangan sebut religiusitas itu dengan umpamanya rasa keagamaan , untuk tidak terlalu
mengasosiasikan kepada agama agama secara formal . Sebab pada hakikatnya tidak
hanya pemeluk pemeluk agama saja yang memiliki religiusitas . Seperti juga bukan hanya
pemeluk pemeluk agama saja yang isa taat kepada Tuhannya .
Seorang petani miskin di dusun , yang setia kepada hidupnya , menjalankan setiap hari
dan malam , yang perasaannya bergelora memandang hijau sawah sawahnya , biru
gunung , keluasan langit , dan alam semesta , bisa menjadi makhluk yang setia kepada
Sumbernya , meskipun ia tak mengenal agama apa pun . Kesetiaannya kepada nalurinya ,
hati dan perasaan jernihnya , serta mungkin terhadap pikiran bodohnya , adalah kepatuhan
yang murni terhadap Penguasa dirinya serta sluruh alam di mana ia berada .
Sawah dan alam desa menjadi medium kesetiaannya . Seperti kanvas , cat , kuas , dan
konsisten sikapnya terhadap nilai nilai karyanya dalam perwujudan hidup sehari
harinya , bisa merupakan medium sekaligus manifestasi kestiaan seorang pelukis terhadap
Semesta Tinggi yang ia kagumi dan rindukan . Demikian juga sarana sarana lain , medium
medium lain , saluran saluran religiusitas lain , yang menjadi pengantar kestiaan
berbagai macam orang dalam berbagai bidang tugas hidupnya . Yang membedakan antara
satu orang dengan lainnya ialah kadar kesetiannya terhadap arah murni kerinduannya .
kerinduan eksistensial jiwanya . Disadari secara pikiran atau tidak . Yang membedakan
kebudayaan abad ini dengan kebudayaan abad lainnya adalah seberpa banyak pejalan
pejalan budayanya mampu setia , dan seberapa jauh ia mampu menjalankan kesetiaannya .
Kesetiaan itu bisa berupa sikap konsekuen , konsisten , idealis , atau bisa disebut Teguh
pendirian .
Orang orang mengasah otak . Orang orang menghasilkan prestasi teknologi yang
bukan main majunya . Orang orang bekerja keras bagai kuda , memperoleh hasil
keinginan keinginan hidupnya . Orang orang menghias dunia , memudahkan cara
hidupnya , mengenakan mekanisme kebudayaan . Praktis dan pragmatis . Lihat diri Anda di
kaca . Lihat pakaian dan perhiasan Anda . Lihat perabot perabot rumah Anda . Lihat
tetangga tetangga .Lihat segala sesuatu di sepanjang jalan jalan kota Anda . Dengarlah
bising suara lingkungan Anda . Lihat semua yang terhampar di sekeliling Anda . LIhat
semuanya yang memperlihatkan kemajuan kemajuan kebendaan yang bukan main
pesatnya . Itu sudah lumrah . Manusia hidup menginginkan itu semua . Tapi tahukah Anda di
mana ukuran kelumrahan ? Dan apakah hati Anda setia ? Setia tidak hanya kepada
kepentingan diri sendiri . Juga tidak hanya kepada anak istri , keluarga dan family di sana
sini . Tetapi adakah yang dinamakan kesetiaan kepada naluri murni, kepada hasrat yang
hakiki , kepada kebutuhan yang lebih inti ? Sedangkan kepada syahwat kita sukar bersetia .
Kepada nafsu makan susah payah memperolehnya . Kepada hiasan hiasan permukaan
kita memerlukan biaya ekstra . Alangkah naifnya berpikir tentang initi , hakiki , dan sejati .
Tetapi , memang hidup di dunia menyimpan peperangan dan bermacam rangsangan
yang bukan saja membikin kita sukar setia , tapi tak jarang menghilangkan hati kita . Bagai
matahari terik , menyilaukan mripat kita . Sehingga bingunglah kita , hendak mencinai
siapa ? Mencintai apa ? Dan di tengah silau kebingungan itu kita pilih yang enak dan
gampang : kita cintai saja apa yang Nampak paling menggiurkan di depan hidup kita . Kita
tetusuk , terserimpung dan terjerembab di altar kehidupan yang sementara . Apalagi di
tengah arus globalisasi yang semakin mengikis budaya lokal bangsa Indonesia . Jika kita
tidak punya tameng yang kuat maka kita akan jatuh di lembah kenistaan . Maka penting
sekali bagi orang orang kreatif untuk mendaya gunakan kemampuan mereka untuk
sesuatu hal yang bermanfaat . Bagaikan ilmu pisau , apabila dipakai untuk menusuk orang
yang salah bukan pisaunya tapi orang yang menusuk .
Kesimpulan
Berpikir kreatif merupakan sebuah kebutuhan bagi kita agar bisa selalu up todate terhadap
perubahan zaman . Seperti pepatah hari ini harus lebih baik daripada hari kemarin . Kita harus
bisa mengoptimalkan segala potensi yang ada di dalam diri kita . Semua orang diberi modal
yang sama oleh Tuhan tinggal bagaimana kita megolah modal itu menjadi hasil yang sebaik
baiknya . Di tengah era globalisasi saat ini tentunya perkembangan teknologi dan informasi
semakin canggih . Di satu sisi menguntungkan dengan mudahnya kita mendapatkan informasi ,
tetapi di sisi lain juga mengancam mental kita jika tidak kuat , karena dampak negatifnya
lumayan banyak mulai dari video asusila , gambar gambar porno , narkoba , free sex dan lain
sebagainya . Maka selain kita mendayagunakan akal , pikiran ada satu hal lagi yang mesti wajib
dimiliki yakni kesadaran sebagai orang yang beriman . Ilmu ibarat pisau tergantung buat apa
kita gunakan . Jika kita diberi pisau maka gunakanlah untuk mengiris mangga , memotong
sayuran , dan jangan dipakai untuk menusuk orang . Jika pisau digunakan untuk menusuk
orang yang salah bukan pisaunya yang salah adalah pelakunya . Seperti halnya ilmu kita harus
menggunakannya untuk sesuatu hal yang bermanfaat jangan digunakan untuk melakukan
sesuatu keburukan . Maka dari itu religiusitas merupakan elemen dasar sebaai benteng dan
kompas dalam hidup kita . Semoga dari yang sedikit ini ada manfaatnya , segala kebaikan
datangnya dari Alloh dan segala yang buruk dari saya . Maka ambillah yang baik dan
tinggalkanlah yang buruk untuk bekal hidup kita di dunia . Wassalamualaikum Warohmatullohi
Wabarokatuh .
Daftar Pustaka
1. Hamka,Buya .2014 .Pribadi Hebat.Jakarta:Gema Insani .2014
2. Covey.Stephen.2002.Element for Efective Thinking.Jakarta:Gramedia.2002
3. Ainun Najib , Muhammad.2013. Indonesia Bagian Dari Desa Saya .Jakarta :Kompas.2013