CA Colon
CA Colon
KARSINOMA KOLON
oleh
Rama Firmanto
00-056
Pembimbing:
PENDAHULUAN
ANATOMI
Usus besar secara klinis dibagi menjadi belahan kiri dan kanan sejalan
dengan
suplai
darah
yang
diterima.
Arteri
mesenterika
superior
memperdarahi belahan bagian kanan (sekum, kolon asenden dan dua pertiga
proksimal kolon tranversum) dan arteri mesenterika inferior memperdarahi
belahan kiri (sepertiga distal kolon tranversum, kolon desenden dan sigmoid,
dan bagian proksimal rektum)
Alir balik vena dari kolon dan rektum superior melalui vena
mesenterika superior-inferior dan vena hemorioidalis superior, yaitu bagian
dari sistem portal yang mengalirkan darah ke hati. Vena hemoroidalis media
dan inferior mengalirkan darah ke vena iliaka dan merupakan bagian dari
sirkulasi sistemik.
FISIOLOGI
sekitar 600ml air perhari, kapasitas absorbsi usus besar adalah 2000ml
perhari. Bila jumlah ini dilampaui, misalnya karena adanya kiriman yang
berlebihan dari ileum, maka akan terjadi diare. Berat akhir feses yang
dikeluarkan perhari sekitar 200g, dan 75% diantaranya berupa air. Sisanya
terdiri dari residu makanan yang tidak terabsorbsi, bakteri, sel epitel yang
mengelupas dan mineral yang tidak diabsorbsi.
Sedikitnya pencernaan yang terjadi diusus besar terutama diakibatkan
oleh bakteri dan bukan karena kerja enzim. Usus besar mengekskresikan
mukus alkali yang tidak mengandung enzim. Mukus ini bekerja untuk melumasi
dan melindungi mukosa. Bakteri usus besar mensintesis vitamin K dan
beberapa vitamin B. Pembusukan oleh bakteri dari sisa-sisa protein menjadi
asam amino dan zat-zat yang lebih sederhana seperti peptida, indol, skatol,
fenol, dan asam lemak. Pembentukkan berbagai gas seperti NH3, CO2, H2,
H2S dan CH4 membantu pembentukkan flatus dikolon. Beberapa substansi ini
dikeluarkan dalam feses sedangakan zat lainnya diabsorbsi dan diangkut
kehati dimana zat-zat ini akan diubah menjadi senyawa yang kurang toksik
dan diekskresikan melalui kemih. Fermentasi bakteri pada sisa karbohidrat
juga melepaskan CO2, H2, dan CH4 yang merupakan komponen flatus. Dalam
sehari secara norma l dihasilkan sekitar 1000ml flatus.
Pada umumnya, pergerakan usus besar adalah lambat. Pergerakan usus
besar yang khas adalah gerakan mengaduk haustra. Haustra teregang dan
dari waktu ke waktu otot sirkuler akan berkontraksi untuk mengosongkannya.
Pergerakannya tidak progresif tetapi menyebabkan isi usus bergerak bolakbalik dan meremas-remas sehingga memberi cukup waktu untuk absorbsi.
KARSINOMA KOLON
EPIDEMIOLOGI
Karsinoma kolon merupakan keganasan terbanyak kedua setelah
karsinoma paru. Di indonesia insidensi karsinoma kolon dan rektum cukup
tinggi, demikian juga angka kematiannya. Insiden pada pria sebanding
dengan wanita, lebih banyak pada orang muda dan sekitar 75% ditemukan
di rektosigmoid. Di negara barat insiden lelaki dan perempuan adalah 3:1
dan kurang dari 50% ditemukan pada rektosigmoid serta merupakan
penyakit orang usia lanjut, menurut statistik insiden meningkat dari 10
per100.000 pada usia 40-45 tahun menjadi 300 per 100.000 pada usia 7580 tahun.
FAKTOR RESIKO
Polip adenomatous
Penyakit crohn
Radiasi pelvis
Retinitis pigmentosa
Familial poliposis
Sindroma Gardener
ETIOLOGI / PATOFISIOLOGI
Walaupun penyebab karsinoma kolon, seperti kolon lainnya, masih
belum diketahui, telah dikenali beberapa faktor predisposisi. Berbagai
polip kolon dapat berdegenerasi maligna dan setiap polip kolon harus
dicurigai. Radang kronik kolon seperti kolitis ulseratif atau kolitis amuba
kronik juga beresiko tinggi. Faktor genetik kadang berperan walaupun
jarang.
Faktor
predisposisi
penting
lain
mungkin
berhubungan
dengan
PATOLOGI ANATOMI
Secara mikroskopis, neoplasma adalah karsinoma sel kolumnar yang
terdapat pada lapisan sel epitelial kolon atau pada kripta Lieberkhun.
Secara makroskopis, pertumbuhan dari neoplasma mempunyai 4 bentuk
yaitu :
Skirus (anular dan tubular), mengakibatkan penyempitan sehingga
terjadi stenosis dan gejala obstruksi, terutama ditemukan di kolon
desenden, sigmoid dan rektum. Bentuk anular berhubungan erat dengan
prognosis yang baik, bukan karena pertumbuhannya adalah keganasan
tingkat rendah, namun karena bentuk ini memberikan gejala obstruktif
secara dini maka sering dilakukan ekstirpasi sebelum terjadinya
metastase
Ulseratif, terjadi karena nekrosis dibagian sentral dan terdapat pada
rektum
Polipoid/vegetatif/kembangkol,
terdapat
pada
sekum
dan
kolon
KLASIFIKASI
Klasifikasi Dukes
Klasifikasi Dukes
A
B1
Kedalaman infiltrasi
Keterlibatan KGB
Terbatas pada mukosa
Tidak ada
Sampai
lapisan Tidak ada
B2
muskularis
Menembus
C1
muskularis
Sampai
C2
lapisanmuskularis
Menembus
lapisan Ada/KGB
muskularis
Metastasis jauh
dari
tumor
Tidak diketahui
Klasifikasi TNM
T :
tumor primer
T0
T1
T2
T3
T4
adanya fistel
T5
Tx
10
N:
N0
N1
Nx
M :
metastase/penyebaran
M0
M1
metastasis jauh
Mx
T0/N0/M0
Invasif karsinoma
Tingkat 1
T0,1/N0/M0
T0,1/NX/M0
Tingkat 2
T2-5/N0/M0
T2-5/N0/M0
Tingkat 3
T apapun/N1/M0
Tingkat 4
T apapun/N apapun/M1
PENYEBARAN / METASTASIS
11
Penyebaran
peritoneal
mengakibatkan
peritonitis
GEJALA KLINIS
Karsinoma kolon kiri dan rektum cenderung menyebabkan perubahan
defekasi sebagai akibat iritasi dan respon refleks. Diare, nyeri, kejang
dan kembung sering terjadi. Karena lesi kolon kiri cenderung melingkar,
sering timbul gangguan obstruksi. Feses dapat kecil dan berbentuk
seperti pita. Baik mukus maupun darah segar sering terlihat pada feses.
Dapat terjadi anemia akibat kehilanagn darah kronik. Pertumbuhan pada
sigmoid atau rektum dapat mengenai radiks saraf, pembuluh limfe atau
vena, menimbulkan gejala-gejala pada tungkai atau perineum. Hemoroid,
12
13
Kolon kanan
Vegetatif
Kolon kiri
Stenotik
Ulseratif
Kaliber viskus Besar
Isi viskus
Setengah cair
Fungsi utama Absorpsi
Rektum
Infiltratif
Ulseratif
Kecil/pipih
Setengah padat
Penyimpanan
Vegetatif
Besar
Padat
Defekasi
Kolon kanan
Kolitis
Karena
Kolon kiri
Obstruksi
Karena obstruksi
Rektum
Proktitis
Tenesmi
Defekasi
penyusupan
Diare/diare
Konstipasi progesif
Tenesmi
Hampir selalu
Samar/makroskopi
menerus
Tidak jarang
Makroskopik
Perubahan bentuk
Jarang
Lambat
Lambat
Obstruksi
Darah
berkala
Jarang
pada Samar
feses
Feses
Dispepsi
Memburuknya
Normal/diare
Sering
Hampir selalu
k
Normal
Jarang
Lambat
keadaan umum
Anemia
Hampir selalu
Lambat
teus
14
DIAGNOSIS
Tumor kecil pada tahap dini tidak teraba pada palpasi perut, bila
teraba, menunjukkan keadaan sudah lanjut. Massa didalam sigmoid lebih
jelas teraba daripada massa dibagian lain kolon. Pemeriksaan colok dubur
merupakan keharusan.
Foto kolon dengan barium merupakan kelengkapan dalam menegakkan
diagnosis. 90-95% karsinoma kolon dapat dideteksi dengan pemeriksaan
sinar Roentgen. Dapat memberikan gambaran filling defek polipoid,
annular konstriksi (apple-core lesion), ambaran lead-pipe, dan mungkin
kalsifikasi.
15
Test darah samar, hanya mendeteksi secara kimia. Salah satu prosedur
laboratorium adalah, sample kecil dari feses ditempatkan pada tempat
khusus, lalu teteskan dua buah larutan sebagai control positif dan
negative, lalu lihat perubahan warna yang terjadi (biasanya biru) yang
nenunjukkan adanya darah dalam feses.
Flexible sigmoidoskopi, telah banyak digunakan untuk mengurangi
insidens dan kematian kanker kolon dengan deteksi secara dini. Dilakukan
tanpa menggunakan sedative dan dapat dilakukan di ruangan poliklinik.
Dapat mendeteksi 65-75% polip dan 40-65% kanker kolorektal. Test ini
memakan waktu 3-5 menit.
Kolonoskopi, merupakan Gold Standart untuk visualisasi, biopsi dan
pengangkatan polip kolon. Pengangkatan semua polip dengan alat ini telah
terbukti mampu mengurangi resiko dari kanker kolon 76-90%.
16
Persentase
40 %
75 %
90 %
ganda
Kolonoskopi
100 % (hampir)
Diagnosa banding
Kolon kanan
Abses
appendiks
Massa
appendiks
Kolon tengah
Tukak peptik
Karsinoma
lambung
Abses hati
Kolon kiri
Kolitis
ulserosa
Polip
Divertikulitis
Amuboma
Enteritis
Kolesistitis
Rektum
Polip
Proktitis
Fissura
anus
hemoroid
Karsinom anus
17
regionalis
Kelainan
pankreas
Kelainan
saluran
empedu
PENATALAKSANAAN
Satu-satunya kemungkinan terapi kuratif adalah tindak bedah. Tujuan
utamanya adalah memperlancar saluran cerna yang bersifat kuratif
maupun non-kuratif. Tindak bedah, terdiri dari reseksi luas karsinoma
primer dan kelenjar limfe regional. Bila sudah ada metastasis jauh, tumor
primer
akan
direseksi
juga
dengan
maksud
mencegah
obstruksi,
18
anus
turut
dikeluarkan
rektum
dan
sigmoid
dengan
mesosigmoid
19
20
terapi
tambahan
(adjuvant)
dapat
digunakan
radioterapi,
KOLOSTOMI
21
stoma yang biasanya disebut stoma laras ganda. Dengan cara Hartman
pembuatan anstomosis ditunda sampai radang di perut telah reda.
Kolostomi tetap, yang dibuat pada reseksi rektoanal abdominoperineal
menurut Quenu-Miles berupa anus preternaturalis benar. Esofagostomi,
gastrotomi, yeyunostomi dan sekostomi biasanya merupakan stroma
sementara. Ileostomi dan kolostomi sering berupa stroma tetap.
Indikasi kolostomi ialah dekompresi usus pada obstruksi, stroma
sementara untuk bedah reseksi usus pada radang, atau perforasi dan
sebagai anus setelah reseksi usus distal untuk melindungi anstomosis
distal. Kolostomi dapat berupa stroma kait ( loop kolostoma) atau stroma
ujung (end kolostoma).
Pada kolostoma sigmoid biasanya pola defekasi sama dengan semula.
Banyak penderita mengadakan pembilasan sekali sehari, sehingga mereka
tidak terganggu oleh pengeluaran feses dari stromanya. Kolostoma pada
kolon transversum mengeluarkan isi usus beberapa kali sehari karena isi
kolon transversum tidak padat, sehingga lebih sulit diatur.
Anus preternaturalis sering menyebabkan penyulit. Hernia parastoma
dapat berisi kolon, omentum atau usus halus yang sering terjadi pada
orang gemuk. Prolaps, stenosis, nekrosis dan retraksi merupakan
komplikasi teknik yang kurang sempurna. Infeksi dinding perut kadang
terjadi dan iritasi kulit sering dilihat karena rangsang sisa pencernaan.
Terapis enterostoma merupakan ahli yang bertugas khusus untuk merawat
dan membimbing penderita dan keluarganya untuk menghadapi hidup
dengan anus preternaturalis.
22
Saat ini telah dikenal terapi tambahan untuk pasien pada stadium TNM
3 Atau Dukes B2 dan C. kombinasi 5 fluorourasil (5FU) dan levamisole
pada TNM 3 atau Dukes C untuk penggunaan 1 tahun post operasi. Terapi
tersebut ditambah dengan terapi radiasiuntuk TNM 4 atau Dukes B2.
PROGNOSIS
Sangat berkaitan erat dengan waktu saat ditemukannya karsinoma
pertama kali.
5 year survival rate
Dukes A
>90%
Dukes B1
70-85%
Dukes B2
55-65%
Dukes C1
45-55%
Dukes C2
20-30%
Dukes D
<1%
23
Perforasi kolon.
SCREENING
Langkah yang paling tepat menghadapi karsinoma kolon adalah dengan
kewaspadaan, jika pedoman skreening diikuti maka berbagai kondisi yang
menuju kearah keganasan dapat diketahui sebelum menjadi karsinoma.
Beberapa prosedur skreening yang disarankan oleh American Cancer
Society yaitu pemeriksaan rektum secara digital (colok dubur) yang
dimulai pada usia 40, tes darah samar yang dimulai pada usia 50, dan
sigmoidoskopi setiap 3-5 tahun yang dimulai usia 50 dilakukan pada
individu yang tidak beresiko tinggi terhadap karsinoma kolon. Pada
individu yang memiliki resiko tinggi harus lebih sering dan lebih dini
tergantung factor resikonya. Skreening dengan menggunakan CEA atau
carcinoembrionik antigen tidak direkomendasikan karena baru meningkat
setelah tumor menjadi besar dan menyebar, serta pemeriksaan ini tidak
spesifik untuk karsinoma kolon sebab dapat pula meningkat pada perokok.
24
PREVENTIF
Menghentikan kebiasaan merokok merupakan hal penting abgi mereka
yang ingin menurunkan insidensi karsinoma kolon
1 tablet aspirin dewasa (325 mg) yang dikonsumsi tiap hari juga dapat
menurunkan
insidensi
karsinoma
kolon,
dalam
hal
ini
aspirin
berat
badan
serta
olahraga
yang
teratur
sangat
obat-obatan
antioksidan
juga
dipercaya
mempunyai
25
PENUTUP
Semua makanan yang masuk kedalam tubuh dapat merupakan makanan
yang terbaik dengan vitamin dan suplemen yang terbaik pula, namun bila kolon
tidak mengolahnya dengan baik maka makanan tersebut tidak ada gunanya dan
hanya menjadi sampah. Oleh karena itu makanan haruslah bergizi dan dapat
diolah oleh kolon.
Anthony Basser, seorang Gastroenterologist menyatakan bahwa,
setiap klinikus sebaiknya memperhatikan bahwa racun saluran pencernaan
merupakan hal yang paling penting dan utama dalam memberikan kontribusi
untuk menyebabkan berbagai macam gangguan dan penyakit pada tubuh
manusia.
Berbagai usaha dapat dilakukan untuk membuat kolon yang sehat, yang
antara lain:
Mengkonsumsi
serat
dalam
memiliki
26
yang penting untuk selalu diperhatikan bahwa kesehatan tubuh yang baik
diawali oleh kesehatan kolon.
27
DAFTAR PUSTAKA
1. De Jong W, Sjamsuhidajat R. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi Revisi. 1997. Jakarta:
EGC
2. Price S A, Wilson L M. Patofisiologi Buku 1. Edisi 4. 1995. Jakarta: EGC
28