Anda di halaman 1dari 7

I.

II.

Tujuan
Untuk mengetahui kandungan yang terdapat pada bunga Cengkeh Syzygium
aromadicum (L.) Merr. & Perry, dibandingkan dengan Baku Pembanding.
Alat dan Bahan
Alat
Pipet kapiler.
KLT_Densitometer.
Labu tentukur 25 ml, dan 50 ml.
Silika gel GF 254
Pipet ependorf
Bejana kromatografi
Bahan :
Simplisia caryophili flos ( bunga cengkeh )
BP eugenol
Etanol 96%
Eluen : toluene dan etil asetat

III. TEORI DASAR


A. Teori Simplisia
Bunga Cengkeh adalah kuncup bunga Syzygium aromadicum (L.) Merr. & Perry,
Sinonim Eugenia caryophyllus (Spreng) Bullock et Harison, Eugenia caryophyllata
Thunb., Eugenia aromatica (L.) Labill., suku Myrtaceae.
1. Pemerian. Warna coklat; bau aromatik kuat, rasa agak pedas.
2. Makroskopik. Bunga panjangnya 10 mm sampai 17,5 mm; dasar bunga (hipatium)
berisi 4, agak pipih, bagian atas meliputi bakal buah yang tenggelam, berongga 2
berisi banyak bakal buah melekat pada sumbu plasenta. Daun kelopak 4 helai tebal
bentuk bundar telur atau segitiga, runcing, lepas. Daun mahkota 4 helai warna lebih
muda dari warna kelopak, tidak mekar tipis seperti selaput, saling menutup seperti

susunan genting. Benang sari banyak berbentuk melengkung kedalam; tangki agak
silinder atau segi empat panjangnya 2,5 mm sampai 4 mm.
3. Mikroskopik. Pada penampang melintang bunga di bawah bakal buah tampak sel
epidermis bentuk empat persegi panjang terdiri dari 1 lapis sel dengan kutikula tebal;
pada pengamatan paradermal tampak sel epidermis bentuk poligonal atau hampir
bundar, kelenjar minyak skizolisigen bentuk bundar atau bundar telur terbalik. Pada
bagian dalam terdapat berkas pembuluh tipe bikolateral, serabut sklerenkim dan sel
batu. Kristal kalsium oksalat bentuk roset terdapat di semua bagian. Parenkim pusat
terdiri dari beberapa lapis sel kecil membentuk cincin dengan ruang antar sel yang
besar. Pada daun mahkota dan daun kelopak tampak sel epidermis atas dan bawah
bentuk empat persegi panjang bila tampak paradermal berbentuk poligonal, di
antaranya terdapat parenkim bentuk poligonal, kelenjar minyak skizolisigen, kristal
kalsium oksalat bentuk roset dan berkas pembuluh.
4. Serbuk. Warna coklat. Fragmen pengenal adalah fragmen dasar bunga ( hipantium ),
sel epidermis dengan kutikula tebal, stomata tipe anomositik, kelenjar minyak
skizolisigen lepas atau dalam sel; fragmen epidermis daun mahkota dan epidermis
daun kelopak tampak tangensial; fragmen parenkim pusat dengan ruang antar sel
besar; fragmen tangkai sari, kepala sari dan serbuk sari berkelompok atau lepas
bentuk segitiga dengan garis tengah 15 m sampai 20 m; fragmen berkas pembuluh
dengan penebalan tangga dan spiral, fragmen serabut sklerenkim dan kristal kalsium
oksalat bentuk roset; fragmen sel batu.
5. Identifikasi.
A. Pada 2 mg serbuk bunga ditambahkan 5 tetes asam sulfat P; terjadi warna merah
hati.
B. Pada 2 mg serbuk bunga ditambahkan 5 tetes asam nitrat P; terjadi warna jingga.
C. Pada 2 mg serbuk bunga ditambahkan 5 tetes asam sulfat P 25% v/v; terjadi warna
jingga.

D. Pada 2 mg serbuk bunga ditambahkan 5 tetes larutan besi ( III ) klorida P; terjadi
warna hijau tua.
E. Timbang 500 mg serbuk bunga, maserasi dengan 10 ml eter selama 2 jam, saring.
Uapkan filtrat dalam cawan penguap, pada residu tambahkan 2 tetes asam asetat
anhidrat P dan 1 tetes asam sulfat P; terjadi warna ungu hijau.
6. Persyaratan
-

Kadar abu. Tidak lebih dari 6%.

Kadar abu yang tidak larut dalam asam. Tidak lebih dari 0,5%.

Kadar sari yang larut dalam air. Tidak kurang dari 5,5%.

Kadar sari yang larut dalam etanol. Tidak kurang dari 3%.

7. Penyimpanan. Dalam wadah tertutup baik.


8. Isi. Sterol/terpen, flavonoid, asam gallotanin, kariofilen, vanilin, eugenin, gum, resin
dan minyak atsiri yang mengandung senyawa fenol yang sebagian besar terdiri dari
eugenol bebas dan sedikit eugenol asetat, seskuiterpena, sejumlah kecil ester keton
dan alkohol.
9. Penggunaan. Anestetika gigi, karminatifa, zat tambahan dan aromatika.

10. Nama daerah. Sumatera: Bungeu lawang, bunga lawang, singke, bunga insang,
sake, kembang lawang, cengkeh, bunga cengkeh, cangkih. Kalimantan: Sangke,
seram, poriawane. Jawa: Cengkeh, cengke. Nusatenggara: Cengkeh, wunga lawang,
cangke, singke, palasenge, sengke. Sulawesi: Bunga rawan, senghe, bunga lawang,
hungho lawa, cangke, cengke. Maluku: Poriawane, peela ano, pualawane, perawano,
bunglawa, gomode, bululawa, buwalawa, gomede.

IV. CARA PENETAPAN KADAR EUGENOL


1. Larutan Bp eugenol : dibuat BP eugenol 0,01% dalam toluene.
2. Larutan uji dibuat larutan ekstrak bunga cengkeh 0,1% dalam etanol 96%. Ditotolkan
3.
4.
5.
6.

berturut-turut 5L larutan uji dan larutan BP pada lempeng Silika gel GF 254.
Dieluasi dalam bejana KLT menggunakan cairan eluasi Toluen etil asetat ( 75 : 25 )
dengan jarak eluasi sepanjang 15 cm.
Lempeng dikeringkan pada suhu kamar.
Bercak yang sejajar denganbaku pembanding eugenol diukur secara KLT
densitometer pada panjang gelombang maksimum 283 nm.
Hitung persentase kadar eugenol dalam ekstrak.
Bercak eugenol larutan uji = g baku x luas area bercak larutan uji
luas area bercak pembanding

7. Hitung presentase kadar eugenol dalam ekstrak.

V. HASIL PENGAMATAN
Wu

WBP

Au

ABP

25 mg

1 mg

7561,9

9872,3

Hitungan Rf :
Rf uji

= 0,64 + 0,59 = 0,615


2
Rf BP = 0,62 + 0,56 = 0,59
2

Kadar Eugenol =
x100%
ABP

Au x CBP

Kadar eugenol = 7561,9 x 0,5g/5L x 100%


9872,3
= 0,3830 g/5L x 100%
= 0,3830 g x 25000 L / 25 ml x 100%
5L
= 1914,93 g/ 25 ml x 100%
= 1,91493 mg/ 25 ml x 100%
= 0,0766 mg/ml x 100%
= 7,66%

VI. PEMBAHASAN
1. Dalam praktek ini dihasilkan Kadar bunga cengkeh dalam Piperis Nigri
fructus adalah 7,66 %, sehingga memenuhi syarat.
2. Jika kadar eugenol tidak memenuhi syarat dimungkinkan :

Human Error (pengerjaan yang kurang sesuai dengan prosedur yang telah
ditetapan), misalnya dalam hal maserasi maupun ekstraksi.
o Pada pelaksanaan penguapan di vakum rotavapor ekstrak tercampur dengan air
yang dikarenakan penggunaan alat yang kurang tepat.
o

3. diperkirakan ekstrak Caryophilly Flos dapat berkhasiat sebagai obat.


4. Eluen yang digunakan adalah toluene dan methanol dengan perbandingan
75 : 25.
5. Kadar eugenol dalam minyak atsiri bunga cengkeh 93,17 1,72 %.
6. KLT

densitometri

merupakan

metode

analisis

instrumental

yang

berdasarkan interaksi radiasi elektomagnetik dengan analit yang berupa


noda / bercak pada lempeng KLT.
7. Sebelum di eluasi, chamber harus dijenuhkan terlebih dahulu dengan fase
gerak untuk menyempurnakan dan mempercepat eluasi, sehingga bercak
dapat terpisah dengan sempurna.
8. Pada umumnya KLT densitometri digunakan dalam penetapan kadar
campuran, karena KLT- densitometri memiliki fungsi untuk pemisahan dan
komponen ( KLT ) dan penetapan kada yang ditentukan ( densitometri ).
9. Kelebihan KLT disbanding dengan KG dan KCKT :
o

Fleksibilitas dalam memilih fase gerak lebih besar.

Tersedia berbagai teknik untuk optimasi pemisahan

Proses kromatografi dapat diikuti dengan mudah dan dapat diberikan


kapan saja.

Lebih dari satu jenis sampel dapat dianalisis sekaligus.

Kromatografi dapat disimpan atau difoto sebagai dokumen otentik.

VII. KESIMPULAN
Kadar eugenol dalam bunga cengkeh = 7,66 % ( memenuhi syarat )

VII. DAFTAR PUSTAKA

1. Soedibyo, Mooryati. 1998. Alam Sumber Kesehatan Manfaat dan Kegunaan. Jakarta.
Balai Pustaka
2. Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan. 1978. Materia Medika Indonesia
II. Jakarta. Departemen Kesehatan
3. World Health Organization. 1998. Quality Control Method for Medicinal Plant
Materials. Geneva
4. Hariana H. Arief, Drs. 2008. Tumbuhan Obat dan Khasiatnya ed. III. Jakarta
5. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Farmakope Indonesia edisi IV.
Jakarta.
6. Petunjuk Praktikum Teknologi Bahan Alam. 2011

Anda mungkin juga menyukai