NIM :03071181320010
Hidrogeologi
1. Presipitasi
Presipitasi adalah peristiwa jatuhnya air baik dalam berbentuk cair atau beku dari
atmosfer ke permukaan bumi. Dalam ilmu meteorologi, Presipitasi dapat diartikan
sebagai segala segala bentuk produk dari kondensasi uap air di atmosfer yang
kemudian akan jatuh sebagai curahan air atau hujan. Sebagian besar presipitasi terjadi
sebagai hujan air, namun ada juga presipitasi yang berupa hujan salju, hujan es (hail),
kabut menetes (fog drip), graupel, dan hujan es (sleet).
Gambar 3. Infiltrasi
4. Run off
Air dapat bergerak akibat aksi kapiler atau air dapat bergerak secara vertikal atau
horizontal di bawah permukaan tanah hingga air tersebut memasuki kembali sistem
air permukaan. Air permukaan, baik yang mengalir maupun yang tergenang (danau,
waduk, rawa), dan sebagian air bawah permukaan akan terkumpul dan mengalir
membentuk sungai dan berakhir ke laut.
Direct Run off atau Subsurface runoff adalah bagian curah hujan yang terinfiltrasi
yang keluar secara lateral melalui bagian atas horizon tanah hingga mencapai sungai
(stream channel). Seperti terlihat pada curah hujan yang terinfiltrasi mengalir sebagai
subsurface yang akhirnya keluar dari permukaan tanah dan aliran terus berlanjut
sebagai surface runoff. Subsurface runoff ini mengalir lebih lambat dari surface runoff
dan bergabung dengan surface runoff selama atau setelah hujan. Proporsi subsurface
runoff ini tergantung pada karakteristik geologi daerah aliran sungai (DAS) dan sifat
ruang-waktu curah hujan. Fenomena ini biasa dijumpai pada daerah iklim basah dan
pada DAS dengan kapasitas infiltrasi yang tinggi dan DAS dengan lereng sedang
sampai curam.
Gambar
sungai limbah yang aliran yang mendapatkan air dari air tanah. Permukaan sungai
langsung berhubungan dengan permukaan air tanah, dan sungai akan naik dan turun
sebagai batas air naik dan turun.
17. Perkolasi
Perkolasi adalah pergerakan air di dalam tanah melalui soil moisture zone pada
lapisan tidak kenyang air (tak jenuh/unsaturated) sampai mencapai muka air tanah/ke
dalam lapisan jenuh (CD.Soemarto, 1999). Perkolasi tidak akan terjadi sebelum
daerah tak jenuh mencapai kapasitas lapang (field capacity).
Gambar 7. Perkolasi
18. Water surplus
Adalah keadaan air tanah yang menerima asupan atau penlebihan kadar air yang dapat
dijadikan cadangan dalam jangka waktu yang relatif lama,terjadi akibat adanya
rongga besar yang kosong dan dengan sendirinya air yang harusnya masuk ke tempat
yang lain, tidak menerus tetapi menetap dan menjadi lebih dari air tanah.
19. Strom run off
Adalah air tanah yang tidak tertampung didalam permukaan,keluar melalui celah
lapisan dan mengalir di sepanjang aliran mengikuti morfologi tanah.air ini biasanya
mengandung polutan seperti udara kotor, zat-zat yang berada di sekitar lingkungan
orientasinya.
20. Soil moisturi
Adalah kelembaban tanah yang dipengaruhi oleh muka air tanah,kondisi seperti ini
biasanya meimiliki tipe lingkungan yang tropis,banyak mengandung humus dan
memiliki porositas yang baik.
21. Bulan kering dan 22. Bulan basah
Sistem iklim ini sangat terkenal di Indonesia. Menurut Irianto, dkk (2000) penyusunan
peta iklim menurut klasifikasi Schmidt-Ferguson lebih banyak digunakan untuk iklim
hutan. Pengklasifikasian iklim menurut Schmidt-Ferguson ini didasarkan pada nisbah
bulan basah dan bulan kering seperti kriteria bulan basah dan bulan kering klasifikasi
iklim Mohr. Pencarian rata-rata bulan kering atau bulan basah (X) dalam klasifikasian
iklim Schmidt-Ferguson dilakukan dengan membandingkan jumlah/frekwensi bulan
kering atau bulan basah selama tahun pengamatan ( f ) dengan banyaknya tahun
pengamatan (n) (Anonim; Safii, 1995).
Schmidt-Ferguson membagi tipe-tipe iklim dan jenis vegetasi yang tumbuh di tipe
iklim tersebut adalah sebagai berikut; tipe iklim A (sangat basah) jenis vegetasinya
adalah hutan hujan tropis, tipe iklim B (basah) jenis vegetasinya adalah hutan hujan
tropis, tipe iklim C (agak basah) jenis vegetasinya adalah hutan dengan jenis tanaman
yang mampu menggugurkan daunnya di musim kemarau, tipe iklim D (sedang) jenis
vegetasi adalah hutan musim, tipe iklim E (agak kering) jenis vegetasinya hutan
savana, tipe iklim F (kering) jenis vegetasinya hutan savana, tipe iklim G (sangat
kering) jenis vegetasinya padang ilalang dan tipe iklim H (ekstrim kering) jenis
vegetasinya adalah padang ilalang (Syamsulbahri, 1987).
Table 1. Klasifikasi Iklim Menurut Schmidt-Ferguson
Gambar 8. Akuifer/aquifer
Gambar 9. Akuitard/aquitar
25. Akuifug/aquifug (lapisan kebal air)
Merupakan lapisan batuan yang sama sekali kedap air, hal ini akibat dari porositas
batuan yang buruk sehinga menyulitkan air meresap Contoh : granit, kuarsit
26. Akuiklud/aquiclude (lapisan kedap air)
Suatu lapisan/formasi batuan yang jenuh air tetapi mempunyai nilai kelulusan hidrolik
(hidraulic conductivity) yang sangat rendah sekali Contoh : lempung, batu pasir
tersemen
27. Recharge area
Daerah imbuhan (Recharge area) air tanah adalah daerah resapan air yang mampu
menambah air tanah secara alamiah pada cekungan air tanah. Pengertian tersebut
menunjukkan bahwa tidak semua daerah yang mampu meresapkan air hujan ke dalam
tanah otomatis merupakan daerah imbuhan. Sebagai contoh permukaan tanah pada
daerah luahan air tanah yang terletak di daerah dataran juga mampu meresapkan air
hujan ke dalam lajur tidak jenuh sehingga mengubah lajur tidak jenuh menjadi kolom
yang jenuh air. Akibatnya muka air tanah naik menjadi semakin dangkal bahkan dekat
ke permukaan tanah. Namun karena muka air tanah di daerah luahan pada awalnya
cukup dangkal maka kolom air tambahan tersebut tidak cukup menimbulkan
tekanan hidraulika ke bawah. Pada kondisi ini air hujan yang jatuh ke permukaan
tanah tidak mampu lagi meresap. Sehingga selama hujan masih berlangsung maka
daerah tersebut menjadi tergenang atau dikenal sebagai kebanjiran.
Daerah luahan (Discharge area) air tanah adalah daerah keluaran air tanah yang
berlangsung secara alamiah pada cekungan air tanah. Letak daerah luahan biasanya
berada di daerah hilir dengan morfologi berupa dataran rendah. Penentuan
batas antara daerah imbuhan dan daerah luahan sangat penting dalam
pelaksanaan upaya konservasi daerah imbuhan atau resapan air tanah.
DAFTAR PUSTAKA