Em - Modul SL - 3
Em - Modul SL - 3
10
TRANSPORTASI PASIEN DAN PEMASANGAN COLLAR BRACE (CB)
I. PENDAHULUAN
Keputusan untuk merujuk pasien didasarkan pada kebutuhan pasien untuk mendapatkan
pelayanan yang lebih baik bila dibandingkan dengan tempat pelayanan yang diperoleh pada
sarana pelayanan kesehatan sebelumnya. Pelayanan yang lebih baik dimaksudkan bisa berupa
prosedur diagnostik dan atau pelayanan spesialistik. .
Selama transportasi, pasien berada dalam risiko morbiditas dan mortalitas yang
meningkat. Risiko ini bisa dikurangi dan diperoleh hasil akhir yang lebih baik bila
dilaksanakan dengan perencanaan yang baik.
Perencanaan tersebut berupa, penentuan personel yang tepat dan qualified, pemilihan dan
tersedianya peralatan serta obat-obatan yang tepat dan lengkap. Selama dalam proses rujukan
pasien, baik personel maupun peralatan merupakan kesatuan yang utuh dan tidak bisa
dipisahkan, dalam pengertian bila terjadi keadaan yang akut maka dengan monitoring yang ada
segera diketahui dan dengan segera pula diberikan tindakan yang tepat untuk mengatasi
keadaan akut tersebut.
Keputusan untuk merujuk seorang pasien merupakan tanggung jawab dari dokter
pengirim sebelumnya. Begitu keputusan merujuk telah dibuat, maka sebaiknya pelaksanaan
rujukan harus sesegera mungkin. Kalau dibutuhkan tindakan resusitasi dan stabilisasi dapat
dimulai sebelum proses transportasi dan kemudian stabilisasi yang sempurna dicapai pada
rumah sakit yang dituju dengan fasilitas yang lebih baik.
II.TUJUAN KEGIATAN
II.1. TUJUAN UMUM
Dengan mengikuti skills lab ini, diharapkan mahasiswa dapat melakukan proses rujukan
dan transportasi pasien dengan benar
Mahasiswa mampu melakukan rujukan pasien dengan baik dan benar dan tidak
terjadi cidera yang lebih fatal pada pasien saat rujukan tersebut
58
10 menit
10 menit
Keterangan
Nara sumber
Nara Sumber
Instruktur
20 menit
Instruktur dan
mahasiswa
90 menit
Mahasiswa
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Sarana Komunikasi
Komunikasi antar dokter dan / atau antar perawat mengenai kondisi pasien dan terapi
diberikan sebelum dan pada saat tranportasi dilakukan.
Konfirmasi sebelum transportasi bahwa area yang dituju telah siap untuk menerima
pasien dan langsung memulai prosedur atau tes yang akan dilakukan segera pasien
sampai
59
Menjelaskan kepada pasien dan atau keluarga tentang resiko selama transportasi dan
meminta Informed Consent tentang resiko dalam perjalanan
Salah satunya sebaiknya perawat ICU yang menangani pasien atau perawat yang telah
dilatih untuk transportasi pasien-pasien kritis.
Seorang dokter harus mendampingi pasien yang kondisi fisiologisnya tidak stabil dan
mungkin membutuhkan tindakan segera yang diluar dugaan selama transport.
Peralatan bantu nafas dan ambu bag yang ukurannya tepat dan sesuai untuk pasien
Suplai oksigen yang cukup untuk memenuhi kebutuhan pasien selama diluar unit
intensif dengan cadangan 30 menit
60
System transportasi yang digunakan ditentukan oleh dokter yang merujuk setelah
konsultasi dengan dokter yang menerima, berdasarkan waktu, cuaca, intervensi medis
yang diperlukan bagi kelangsungan hidup selama transportasi, dan ketersediaan
personil dan sumber daya.
Salinan rekam medis termasuk resume saat pasien keluar dan semua penunjang
diagnostik harus diberikan pada pasien. Hal ini tidak boleh memperlambat transportasi
pasien.
Minimal 2 orang petugas terlatih, di luar supir kendaraan, harus mendampingi pasien.
Setidaknya salah satu personil yang mendampingi merupakan perawat yang terlatih,
dokter, yang mampu memberikan pertolongan pada gangguan system jalan nafas
termasuk melakukan tindakan
disritmia dan penanganannya, dan mampu memberikan tindakan bantuan hidup dasar
dan tingkat lanjut.
Jika tidak ada dokter yang mendampingi, maka harus tersedia suatu sistem komunikasi
untuk memantau perubahan kondisi pasien dan untuk mendapat perintah tindakan
tambahan. Jika hal ini tidak memungkinkan, maka perawat terlatih dan petugas medik
gawat darurat harus diberikan hak penuh untuk melakukan intervensi yang dibutuhkan
demi keselamatan pasien.
Ambu bag dan masker yang tepat dan sesuai untuk pasien
Selang endotrakeal, laringoskopi yang tepat ukurannya untuk pasien
Suplai oksigen dalam jumlah yang cukup dengan cadangan volume 1 jam tambahan
Mesin dan kateter suction
61
Langkah/Tugas
Pengamatan
Ya
Tidak
KETERAMPILAN KLINIK
B. PEMASANGAN COLLAR BRACE
I.
PENDAHULUAN
Pemasangan collar brace dilakukan untuk menjaga vertebra servikalis pada posisi
netral, dapat juga untuk terapi pada whiplash (salah urat leher karena kepala tersentak) atau
cedera lain yang mengenai tulang leher.
Tujuan agar penyembuhan dapat berjalan dengan baik, mencegah cedera lebih lanjut
yang lebih parah pada tulang leher.
PEMASANGAN COLLAR BRACE
Tindakan pemasangan collar brace meliputi:
a.
b.
c.
d.
D. PEMASANGAN ALAT
1. Instruktur dibantu oleh satu orang untuk memegang kepala pasien agar terfiksasi kuat.
2. Instruktur melakukan pemasangan collar brace
3. Instruktur memastikan bahwa collar brace telah terpasang dengan baik.
Persiapan alat
Persiapan pasien
Pemasangan collar brace
III.RUJUKAN
1. ATLS
Peter Safar, Cardiopulmonary Cerebral Resuscitation. 3rd ed.,W.B. Saunders, 1988.
IV. SARANA YANG DIPERLUKAN
1. Alat audiovisual
2. Materi audiovisual
3. Collar Brace
4. Manekin
V. LEMBAR PENGAMATAN MELAKUKAN TINDAKAN PEMASANGAN COLLAR
BRACE PADA MANIEKIN
LANGKAH/TUGAS
PENGAMATAN
Ya
Tidak
Note :
Ya
= Mahasiswa melakukan
Tidak = Mahasiswa tidak melakukan
64
PENDAHULUAN
Terapi cairan adalah pemberian bolus cairan secepat mungkin melalui akses intravena
(IV) atau intraoseus (IO). Tujuan dari terapi cairan adalah untuk meyelamatkan otak dari
gangguan hipoksik-iskemik, melalui : peningkatan preload dan curah jantung untuk
mengembalikan volum sirkulasi efektif pada syok hipovolemik, mengembalikan oxygencarrying capacity pada syok hemorhagik dan mengoreksi gangguan metabolik.
Cairan resusitasi yang digunakan adalah cairan kroistaloid dan cairan koloid. Cairan
mengandung dekstrosa tidak diberikan secara bolus karena hiperglikemia dapat
menyebabkan diuresis osmotik atau memperburuk hipokalemia dan cedera otak iskemik.
II.
TUJUAN
II.1 TUJUAN UMUM
Dengan mengikuti kegiatan skills lab pada blok emergensi ini mahasiswa diharapkan
dapat memahami rresusitasi cairan secara baik dan benar
II.2 TUJUAN KHUSUS
Mahasiswa mampu :
1.
Mengenal jenis-jenis cairan resusitasi
2.
Menilai keadaan shock :kesadaran,frekuensi nafas,denyut nadi, tekanan darah,
waktu pengisian kapiler dan jumlah urin
3.
Menghitung cairan resusitasi
III.
10 menit
Keterangan
20 menit
dan
90 menit
dan
IV.
RUJUKAN
1. Kumpulan materi Pelatihan Resusitasi Pediatrik Tahap Lanjut (2009)
2. Pediatric Emergency Medicine (Zimmerman, 2006)
V.
65
66
Child in Shock
1. Adequate
oxygenation &
ventilation
2. Crystalloid
20 mL/KgBW
in 5 minutes
No
improvement
No
improvement
improvement
2. Crystalloid
20 mL/KgBW
in 5 minutes
Urinary catheter
-
Increase MABP
Normalization HR
Improved perfusion
UOP >1 mL/KgBW
Establish CVP
Establish etiology,
observation
CVP < 10 mmHg
Colloid infusion
untill CVP 10
mmHg
improvement
Establish etiology,
confirm source of
fluid loss
67
Pengamatan
Ya
Tidak
69
A. ANAFILAKTIK SHOCK
I. PENDAHULUAN
DEFINISI
Anaphylaxis adalah reaksi hipersensitivitas akut sistemik yang sifatnya menyeluruh yang
mengancam jiwa. Istilah anaphylaxis sebaiknya digunakan bila terjadi mekanisme imunologis
seperti IgE, IgG dan sistem komplemen. Keluarnya mediator dari sel plasma menyebabkan
kontraksi otot polos, vasodilatasi, meningkatnya permeabilitas vaskular, dan aktivasi sistem
vagal.
Anaphylaxis dapat ditegakkan dengan dijumpainya 3 kriteria :
Onset yang cepat
Keadaan yang mengancam jiwa pada Airway, Breathing, dan atau Circulation
Perubahan kulit atau mukosa (merah, urtikaria, angioedema)
Diagnosa bisa ditegakkan dengan dijumpai adanya reaksi antigen-antibodi pada pasien, bisa
juga dijumpai tanda tanda gastrointestinal.
Masalah pada jalan nafas :
Edema pada jalan nafas (pharyngeal/laryngeal edema). Pasien merasa sulit bernafas dan
menelan dan merasakan tenggorokannya menutup.
Suara parau
Stridor
Masalah pernafasan :
Laju nafas meningkat
Wheezing
Cyanosis
Pasien kelelahan
Respiratory arrest
Masalah sirkulasi :
Tanda tanda shock
Takikardi
Hipotensi
Hipoperfusi (dingin, pucat dan basah)
Penurunan kesadaran
Cardiac arrest
Perubahan pada kulit dan mukosa :
terjadi perubahan pada lebih dari 80% reaksi awal anaphylaxis
bisa tersamar atau menyeluruh
bisa terjadi hanya pada kulit, mukosa atau keduanya
bisa terjadi eritema
urtikaria
angioedema
70
71
TUJUAN UMUM
Setelah mahasiswa mengikuti skill lab ini diharapkan dapat menangani penderita dengan
anaphylaxis dengan benar dan mengetahui tanda tanda pasien yang memerlukan tindakan tersebut.
II. 2.
TUJUAN KHUSUS
Setelah mengetahui skill lab ini, mahasiswa dihawapkan dapat mengetahui :
mengetahui dosis dosis obat yang diberikan pada pasien dengan anaphilaxis
72
10 menit
10 menit
20 menit
90 menit
KETERANGAN
Narasumber
Narasumber
Instruktur
Instruktur
mahasiswa
Instruktur mahasiswa
IV. RUJUKAN
Working Group of the Resuscitation Council (UK) Emergency treatment of anaphylactic
reactions
V. Sarana dan Diperlukan
- Manikin
- Adrenalin
- Hydrocortisone
- Chlorpenamine
- Spuit
- Infus Set
- I V cateter
- Cairan Kristalloid (RL, NaCl 0,9 %)
- Goedel
- Ambu bag
- Sphigmomanometer
- Pulse Oxymetri
- Stetoscope
- Bantal
73
PENGAMATAN
YA
TIDAK
74
KETERAMPILAN KLINIK
B. CRICOTYRODOTOMY
Ronald Sitohang, Soejat Harto
I. PENDAHULUAN
Airway (jalan nafas) merupakan faktor yang paling penting dalam mempertahankan
kelangsungan hidup individu, sehingga didudukkan pada tempat dan prioritas pertama dalam
Sistem ABCD. Gangguan pada airway akan mengakibatkan penurunan pasokan oksigen ke
jaringan (hypoksia) untuk kemudian sampai ke tingkat sel. Hypoksia seluler pertama-tama
akan mengakibatkan pembengkakan retikulum endoplasmik, destruksi mitokondria dan
pecahnya lisosom. Natrium dan air kemudian memasuki sel hingga sel membengkak dan
berakhir dengan kematian sel. Oleh karena itu kelancaran jalan nafas senantiasa harus
diupayakan untuk mempertahankan kelangsungan hidup.
Sumbatan jalan nafas bagian atas lebih sering disebabkan oleh trauma seperti cedera
pada maksilofasial, leher, laring serta perdarahan orofaringeal yang hebat. Di samping itu
trauma inhalasi dengan oedema glottis dan korpus alienum dapat pula menyebabkan sumbatan.
Kegagalan pemasangan endotrakeal tube (ETT) merupakan salah satu indikasi untuk
cricothyroidotomy.
Untuk memelihara kelancaran jalan nafas (airway maintenance) dapat dilakukan
tindakan (1) Non-definitive dan (2) Definitive. Non-definitive airway ada 2 jenis yaitu (1)
Tanpa Alat seperti Head Tilt, Chin Lift dan Jaw Thrust dan (2) Dengan Alat seperti
Orofaringeal Tube, Nasofaringeal Tube dan Face Mask. Definitive airway terdiri dari (1)
Endotrakeal Tube (ETT) berupa Orotrakeal Tube dan Nasotrakeal Tube serta (2) Surgical
Airway yaitu Cricothyroidotomy (Needle dan Surgical) dan Trakeostomy.
Needle Cricothyroidotomy adalah tindakan yang dilakukan untuk menghubungkan
trakea dengan dunia luar melalui pencucukan dengan jarum (IV Catheter 14 G) pada
cricothyroid membrane, yakni membrane yang terletak di antara thyroid cartilage dan cricoid
cartilage yang dapat diraba berupa lekukan ke dalam di garis tengah leher atas. Melalui
hubungan ini dapat dimasukkan oksigen sebagai jalan alternatif sehubungan dengan
tersumbatnya saluran pernapasan proksimal dari membrane ini. Needle Cricothyroidotomy
bersifat sangat sederhana dan dapat dilakukan dalam waktu singkat meskipun cara ini hanya
dapat mempertahankan jalan nafas selama 30 45 menit untuk kemudian harus dilanjutkan
dengan tindakan Surgical Cricothyroidotomy yang memerlukan persiapan yang lebih rumit.
Pada Skills Lab ini akan diajarkan keterampilan melakukan tindakan Needle
Cricothyroidotomy pada penderita sumbatan jalan nafas bagian atas yang bersifat akut.
75
III. RUJUKAN
1. ATLS for Doctors (ACS Committee on Trauma)
2. TRAUMA (David V. Feliciano)
3. Buku Ajar Ilmu Bedah (R. Syamsuhidayat & Wim de Jong)
IV. SARANA DAN ALAT YANG DIPERLUKAN
1) Alat-alat proteksi diri
2) Manekin
3) Tempat tidur pasien
4) IV Catheter No. 14 (14 G)
5) Kasa steril dan plaster
6) Spuit (semprit) 10 cc
7) Alkohol 70%, larutan Povidone Iodine dan Aquabidest
8) Selang infus yang sudah diberi satu lubang (Infus set)
9) Sumber oksigen dan selangnya
10) Tentukan lokasi cricothyroid membrane dengan meraba lekukan di daerah anterior di
antara thyroid cartilage (atas) dan cricoid cartilage (bawah).
11) Tahan thyroid cartilage dengan jempol dan jari telunjuk tangan kiri agar tidak bergerak
sewaktu prosedur dilakukan.
12) Dengan tangan kanan tusukkan spuit yang telah dipersiapkan pada kulit di garis tengah
membrane ke arah kaudal dengan sudut + 45 derajat sambil menarik piston spuit
dengan tangan kiri sampai terhisap udara (tampak gelembung dalam spuit).
13) Lepaskan spuit dan tarik stylet IV Catheter ke kranial sambil mendorong kateter dengan
lembut ke kaudal.
Spuit bersama stilet ditarik ke kranial sambil mendorong kateter secara lembut ke kaudal
14) Sambungkan pipa oksigen ke pangkal IV Catheter dan fiksasi dengan plaster.
15) Lakukan ventilasi berkala (jet insufflation) dengan cara menutup lubang pada distal
selang infus dengan ibu jari selama 1 detik dan membukanya selama 4 detik. Hal ini
(buka tutup 1 : 4) dilakukan selama 30 45 menit menunggu persiapan untuk tindakan
surgical cricothyroidotomy.
77
PENGAMATAN
Ya
Tidak
= Mahasiswa Melakukan
= Mahasiswa Tidak Melakukan
78
I. PENDAHULUAN
Tindakan Heimlich Maneuver ini dilakukan pada keadaan darurat dimana terjadi
Foreign Body Airway Obstruction. F B A O bisa menyebabkan kematian bila tidak
mendapatkan penanganan yang benar, sehingga tindakan ini harus dapat dilakukan oleh setiap
mahasiswa kedokteran. Bila terjadi obstruksi jalan nafas total selama 3 menit, maka gambaran
EEG (Electro Encephalo Graphy) menjadi flat (datar). Bila obstruksi selama 5 menit maka
akan terjadi kerusakan otak permanent. Sehingga tindakan Heimlich Maneuver ini wajib
dikuasai oleh mahasiswa calon dokter. Berbeda dengan kasus tersedak (choking) dalam
keadaan tanpa arrest, maka pada pasien yang choking dengan arrest penanganannya lharus
dilakukan tindakan dengan pijat jantung. Khusus kasus anak akan dibicarakan tersendiri.
FBAO
79
Langkah kedua
: pastikan korban yang akan kita tolong mengerti apa yang akan kita
lakukan sehingga lebih membantu. Letakkan kedua lengan
mengelilingi pinggang korban.
Langkah ketiga
: buatlah tekanan yang cukup kuat untuk mengeluarkan benda asing. Buat
sekepal tinju tangan dengan satu tangan dan letakkan ibu jari ke arah
korban, sedikit diatas umbilikalis.
Langkah keempat
80
Langkah kelima
Langkah keenam
Langkah ketujuh
Setelah mahasiswa mengikuti skill lab ini diharapkan dapat melakukan heimlich
manuver dengan benar dan mengetahui tandatanda pasien yang memerlukan tindakan
tersebut.
II. 2. TUJUAN KHUSUS
Setelah mengetahui skill lab ini, mahasiswa dihawapkan dapat mengetahui :
Tanda tanda F B A O
Tindakan tindakan yang harus dilakukan pada F B A O termasuk Heimlich maneuver
III. RANCANGAN ACARA PEMBELAJARAN
WAKTU
20 menit
10 menit
10 menit
KETERANGAN
20 menit
90 menit
Self practice :
Instruktur mahasiswa
Mahasiswa melakukan sendiri Heimlich manuver
secara bergantian sehingga total waktu yang
dibutuhkan 90 menit tergantung jumlah mahasiswa
81
IV. RUJUKAN
European Resuscitation Council, Guidelines for Resuscitation ; 2005
PENGAMATAN
YA
TIDAK
Note :
Ya
Tidak
= Mahasiswa melakukan
= Mahasiswa tidak melakukan
82
KETERAMPILAN KLINIK
B. FOREIGN BODY AIRWAY OBSTRUCTION
I. PENDAHULUAN
Sumbatan benda asing pada jalan nafas dapat menimbulkan gejala ringan sampai berat. Bila
gejala ringan anak dapat batuk dan dapat mengeluarkan suara, sedang pada yang berat
biasanya sebaliknya. Untuk itu perlu dilakukan suatu tindakan yang cepat dan tepat untuk
mengatasi keadaan ini. Tindakan berupa back blows dan Heimlich maneuver.
Ineffective cough
Effective cough
Unconscious
Conscious
Encourage cough
Open airway
5 breaths
Start CPR
5 back blows
5 abdominal chest
(chest for infant)
(abdominal for child >1)
Baringkan bayi dengan wajah menghadap ke bawah dan jari-jari tangan kanan anda
menahannya di bahu dan leher bayi, dengan lengan bawah kiri sebagai landasan
Lalu berilah lima kali tepukan di punggungnya dengan tangan yang satunya
Jika ini gagal, balikkan badannya hingga wajahnya menghadap anda, lalu dengan dua jari anda,
tekan sebanyak lima kali di tulang dada bagian bawah, kurang lebih satu jari dari garis yang
dibentuk oleh kedua putting susu bayi
Periksa mulut dan ambil semua benda yang dapat anda lihat
83
Letakkan telapak tangan anda di perut anak di atas pusarnya dan buat kepalan. Bagian jempol
berada pada perut anak
Tekan perut ke arah atas sampai 5 kali dan benda terpental keluar.
Periksa mulut dan ambil semua benda yang dapat anda lihat
84
III. RUJUKAN
American Heart Association (AHA) guidelines for CPR and ECC of Pediatric &
neonatal patients : Pediatric basic life support ; 2005
85
PENGAMATAN
Ya
Tidak
Back Blows
1. Baringkan bayi dengan wajah menghadap ke bawah dan jari-jari
tangan kanan anda menahannya di bahu dan leher bayi, dengan
lengan bawah kiri sebagai landasan
4. Periksa mulut dan ambil semua benda yang dapat anda lihat
Ulangi sesering mungkin jika diperlukan
Heimlich Maneuver
Note : Ya
= mahasiswa melakukan.
Tidak = mahasiswa tidak melakukan
86
87