Anda di halaman 1dari 30

SL. EM. VI.

10
TRANSPORTASI PASIEN DAN PEMASANGAN COLLAR BRACE (CB)
I. PENDAHULUAN
Keputusan untuk merujuk pasien didasarkan pada kebutuhan pasien untuk mendapatkan
pelayanan yang lebih baik bila dibandingkan dengan tempat pelayanan yang diperoleh pada
sarana pelayanan kesehatan sebelumnya. Pelayanan yang lebih baik dimaksudkan bisa berupa
prosedur diagnostik dan atau pelayanan spesialistik. .
Selama transportasi, pasien berada dalam risiko morbiditas dan mortalitas yang
meningkat. Risiko ini bisa dikurangi dan diperoleh hasil akhir yang lebih baik bila
dilaksanakan dengan perencanaan yang baik.
Perencanaan tersebut berupa, penentuan personel yang tepat dan qualified, pemilihan dan
tersedianya peralatan serta obat-obatan yang tepat dan lengkap. Selama dalam proses rujukan
pasien, baik personel maupun peralatan merupakan kesatuan yang utuh dan tidak bisa
dipisahkan, dalam pengertian bila terjadi keadaan yang akut maka dengan monitoring yang ada
segera diketahui dan dengan segera pula diberikan tindakan yang tepat untuk mengatasi
keadaan akut tersebut.
Keputusan untuk merujuk seorang pasien merupakan tanggung jawab dari dokter
pengirim sebelumnya. Begitu keputusan merujuk telah dibuat, maka sebaiknya pelaksanaan
rujukan harus sesegera mungkin. Kalau dibutuhkan tindakan resusitasi dan stabilisasi dapat
dimulai sebelum proses transportasi dan kemudian stabilisasi yang sempurna dicapai pada
rumah sakit yang dituju dengan fasilitas yang lebih baik.

II.TUJUAN KEGIATAN
II.1. TUJUAN UMUM
Dengan mengikuti skills lab ini, diharapkan mahasiswa dapat melakukan proses rujukan
dan transportasi pasien dengan benar

II.2. TUJUAN KHUSUS

Mahasiswa mampu mempersiapkan perencanaan rujukan pasien dengan


lengkap dan benar

Mahasiswa mampu melakukan rujukan pasien dengan baik dan benar dan tidak
terjadi cidera yang lebih fatal pada pasien saat rujukan tersebut

Mahasiswa mampu melakukan pemasangan collar brace dengan benar.

58

III. RANCANGAN ACARA PEMBELAJARAN


Waktu
20 menit

10 menit
10 menit

Aktivitas Belajar Mengajar


Introduksi pada kelas besar tentang persiapan
rujukan dan pemasangan collar brace (terdiri dari
45 mahasiswa)
Nara sumber memperlihatkan cara melakukan
transport pasien dan pemasangan collar brace
Mahasiswa dibagi menjadi 5 kelompok kecil ( 1
kelompok terdiri dari 9 mahasiswa ). Tiap
kelompok kecil memiliki 1 instruktur .
Instruktur memperlihatkan cara mempersiapkan
rujukan pasien dan pemasangan collar brace

Keterangan
Nara sumber

Nara Sumber
Instruktur

20 menit

Coaching : mahasiswa melakukan persiapan


rujukan pasien dan pemasangan collar brace secara
bergantian (2-3 orang) dengan dibimbing oleh
instruktur

Instruktur dan
mahasiswa

90 menit

Self Practice: mahasiswa melakukan sendiri


persiapan rujukan pasien dan pemasangan collar
brace secara bergantian sehingga total waktu yang
dibutuhkan + 90 menit (tergantung dari jumlah
mahasiswa)

Mahasiswa

IV. SARANA YANG DIPERLUKAN


1.

Ambulance dengan sarana yang lengkap

2.

Tempat tidur transport pasien

3.

Tabung Oksigen dan regulator

4.

Monitor multifungsi (EKG, HR, TD, SpO2,Temp)

5.

Alat dan Obat Emergency

6.

Cairan infus (RL, koloid)

7.

Laringoscope, Pipa-Endotrakheal, Pipa-Oropharyng dan Pipa-Nasopharyng

8.

Sarana Komunikasi

V. TRANSPORT DALAM RUMAH SAKIT


Setiap unit pelayanan harus mempunyai Standart Operating Prosedur sistem rujukan tertulis
yang berisi :
Koordinasi dan komunikasi sebelum transportasi dilakukan :

Komunikasi antar dokter dan / atau antar perawat mengenai kondisi pasien dan terapi
diberikan sebelum dan pada saat tranportasi dilakukan.

Konfirmasi sebelum transportasi bahwa area yang dituju telah siap untuk menerima
pasien dan langsung memulai prosedur atau tes yang akan dilakukan segera pasien
sampai
59

Menjelaskan kepada pasien dan atau keluarga tentang resiko selama transportasi dan
meminta Informed Consent tentang resiko dalam perjalanan

Personil yang menemani pasien :

Minimal harus 2 petugas yang menemani pasien

Salah satunya sebaiknya perawat ICU yang menangani pasien atau perawat yang telah
dilatih untuk transportasi pasien-pasien kritis.

Personil tambahan mencakup petugas yang sesuai dengan keadaan pasien

Seorang dokter harus mendampingi pasien yang kondisi fisiologisnya tidak stabil dan
mungkin membutuhkan tindakan segera yang diluar dugaan selama transport.

Peralatan yang diperlukan dalam transportasi pasien :

Alat monitor multi fungsi yang ada defibrilator

Peralatan bantu nafas dan ambu bag yang ukurannya tepat dan sesuai untuk pasien

Suplai oksigen yang cukup untuk memenuhi kebutuhan pasien selama diluar unit
intensif dengan cadangan 30 menit

Obat-obat resusitasi dan peralatan yang standrat dalam system transportasi

Persediaan cairan intravena yang cukup dan pemberian obat berkelanjutan.

Untuk pasien-pasien yang menggunakan ventilasi mekanik, selama transportasi harus


digantikan alat yang fungsinya hampir sama dengan yang diterima pasien di ICU.

Monitoring selama transportasi secara berkala sesuai keadaan pasien

Mencatat semua perubahan pasien dalam status pasien

V.B. TRANSPORT ANTAR RUMAH SAKIT


Merujuk pasien antar rumah sakit sebaiknya dilakukan jika keuntungan yang didapat
pasien melebihi risiko selam transportasi. Jika seorang pasien membutuhkan pelayanan diluar
kapasitas rumah sakit yang bersangkutan, pasien harus dirujuk ke rumah sakit lain yang
memiliki fasilitas yang dibutuhkan. Keputusan untuk merujuk pasien merupakan tanggung
jawab dokter yang bertugas di rumah sakit yang merujuk. Saat keputusan untuk merujuk telah
dibuat maka harus dilaksanakan sesegera mungkin. Selama transportasi tersebut diusahakn
tidak memperburuk kondisi pasien. Resusitasi dan stabilisasi harus dimulai di rumah sakit yang
merujuk.
Peraturan Undang Undang dalam praktek kedokteran membutuhkan informed consent
dari pasien yang kompeten atau pihak yang mewakili pada pasien yang tidak kompeten
sebelum transportasi antar rumah sakit dimulai.

60

IV.2. SARANA DAN ALAT


Peralatan yang dibutuhkan dan koordinasi harus dilakukan sebelum suatu rencana
rujukan antar rumah sakit dilakukan :

Koordinasi dan komunikasi sebelum transport :


Dokter yang merujuk harus menghubungi dokter yang menerima untuk menjelaskan
kondisi pasien dan tindakan yang dibutuhkan di rumah sakit rujukan, serta meminta
pendapat dan saran mengenai stabilisasi dan transportasi. Dokter yang bertugas di
rumah sakit rujukan harus menerima pasien dan mengkonfirmasi bahwa sumber daya
yang sesuai tersedia di rumah sakit rujukan tersebut.

System transportasi yang digunakan ditentukan oleh dokter yang merujuk setelah
konsultasi dengan dokter yang menerima, berdasarkan waktu, cuaca, intervensi medis
yang diperlukan bagi kelangsungan hidup selama transportasi, dan ketersediaan
personil dan sumber daya.

Jasa transportasi harus dihubungi untuk konfirmasi ketersediannya, memberi informasi


tentang status pasien dan mengantisipasi kebutuhan medus selama transportasi, dan
mengkoordinasi waktu transfer.

Peralatan dan obat yang dibutuhkan sesuai keadaan pasien

Salinan rekam medis termasuk resume saat pasien keluar dan semua penunjang
diagnostik harus diberikan pada pasien. Hal ini tidak boleh memperlambat transportasi
pasien.

Personil yang mendampingi

Minimal 2 orang petugas terlatih, di luar supir kendaraan, harus mendampingi pasien.
Setidaknya salah satu personil yang mendampingi merupakan perawat yang terlatih,
dokter, yang mampu memberikan pertolongan pada gangguan system jalan nafas
termasuk melakukan tindakan

intubasi endotrakea, terapi intravena, interpretasi

disritmia dan penanganannya, dan mampu memberikan tindakan bantuan hidup dasar
dan tingkat lanjut.

Jika tidak ada dokter yang mendampingi, maka harus tersedia suatu sistem komunikasi
untuk memantau perubahan kondisi pasien dan untuk mendapat perintah tindakan
tambahan. Jika hal ini tidak memungkinkan, maka perawat terlatih dan petugas medik
gawat darurat harus diberikan hak penuh untuk melakukan intervensi yang dibutuhkan
demi keselamatan pasien.

Peralatan dan tindakan minimum yang harus tersedia :


Untuk manajemen jalan nafas dan ventilasi :

Ambu bag dan masker yang tepat dan sesuai untuk pasien
Selang endotrakeal, laringoskopi yang tepat ukurannya untuk pasien
Suplai oksigen dalam jumlah yang cukup dengan cadangan volume 1 jam tambahan
Mesin dan kateter suction
61

Monitor multifungsi dan defibrilator


Peralatan terapi intravena termasuk kanula, cairan, jarum dan alat suntik, dan peralatan
untuk pengaturan infus intravena berkelanjutan
Obat-obatan dan alat untuk resusitasi jantung tahap lanjut, manajemen gangguan
fisiologis akut dan kebutuhan spesifik pasien.
Alat-alat komunikasi
Monitor selama transportasi

VI. LEMBAR PENGAMATAN TRANSPORT PASIEN

Langkah/Tugas

Pengamatan
Ya
Tidak

1. Mempersiapkan diri dan alat


Alat- alat emergency
Obat-obat emergency
2. Transport dalam rumah sakit
Komunikasi antar dokter dan / atau antar perawat rumah sakit
Konfirmasi sebelum transportasi bahwa area (ruangan) yang
dituju telah siap untuk menerima pasien.
Pemberitahuan dokter yang bertanggung jawab untuk
mendampingi pasien selama transportasi
Monitoring dan pencatatan keadaan pasien selama transportasi
dalam rekam medis
Personil yang menemani pasien : perawat ICU, personil
tambahan, dokter (bila kondisi pasien tdk stabil)
Monitor, defibrilator, alat bantu nafas, oksigen, obat obat
emergensi dan resusitasi serta cairan.
Pengganti untuk ventilasi mekanik (AMBU)
.
3. Transport antar Rumah sakit
Koordinasi dan komunikasi sebelum transport antar dokter
atau perawat kedua rumah sakit.
Sistem transportasi yang digunakan harus ditentukan oleh
dokter yang merujuk setelah konsultasi dengan dokter yang
akan menerima .
Jasa transportasi harus dihubungi untuk konfirrmasi
ketersediannya.
Salinan rekam medis diberikan pada pasien.
Personil yang mendampingi
Minimal 2 orang, di luar supir kendaraan, harus mendampingi
pasien, salah satunya perawat ICU atau perawat yang terlatih,
atau dokter yang mampu mengatasi kegawat daruratan dan
bantuan hidup dasar (basic life support)
Jika tidak ada dokter yang mendampingi, maka harus tersedia
suatu sistem komunikasi untuk memantau perubahan status
pasien dan tindakan nintervensi yang dibutuhkan.
Peralatan minimum yang harus tersedia :
Untuk manajemen jalan nafas dan ventilasi :
Monitor multi fungsi dan defibrilator
Peralatan terapi intravena dan cairan (kristaloid, koloid)
Obat-obatan untuk resusitasi jantung tahap lanjut, manajemen
gangguan fisiologis akut dan kebutuhan spesifik pasien
Alat-alat komunikasi
62

KETERAMPILAN KLINIK
B. PEMASANGAN COLLAR BRACE
I.

PENDAHULUAN

Pemasangan collar brace dilakukan untuk menjaga vertebra servikalis pada posisi
netral, dapat juga untuk terapi pada whiplash (salah urat leher karena kepala tersentak) atau
cedera lain yang mengenai tulang leher.
Tujuan agar penyembuhan dapat berjalan dengan baik, mencegah cedera lebih lanjut
yang lebih parah pada tulang leher.
PEMASANGAN COLLAR BRACE
Tindakan pemasangan collar brace meliputi:
a.
b.
c.
d.

Persiapan diri sendiri (universal precaution)


Persiapan alat
Persiapan pasien.
Pemasangan alat

A. MELAKUKAN PERSIAPAN DIRI SENDIRI (UNIVERSAL PRECAUTION)


1. Cuci tangan dengan sabun
2. Pasang sarung tangan
B. MELAKUKAN PERSIAPAN ALAT
1. Collar brace yang sesuai jenis cedera pasien (soft collar brace atau rigid collar brace)
2. Collar brace yang sesuai dengan ukuran leher pasien
C. MELAKUKAN PERSIAPAN PASIEN

Pasien dibaringkan pada posisi supine pada alas yang datar.


Posisi adalah posisi netral dimana kepala sejajar dengan tubuh pada posisi berbaring
dengan tangan menghadap ke atas.

D. PEMASANGAN ALAT
1. Instruktur dibantu oleh satu orang untuk memegang kepala pasien agar terfiksasi kuat.
2. Instruktur melakukan pemasangan collar brace
3. Instruktur memastikan bahwa collar brace telah terpasang dengan baik.

II. TUJUAN KEGIATAN


II.1. TUJUAN UMUM
Setelah mahasiswa mengikuti skills lab ini diharapkan dapat melakukan pemasangan
collar brace dengan baik dan benar.

II.2. TUJUAN KHUSUS


Setelah mahasiswa mengikuti skills lab ini diharapkan dapat melakukan :
- Persiapan proteksi diri
63

Persiapan alat
Persiapan pasien
Pemasangan collar brace

III.RUJUKAN
1. ATLS
Peter Safar, Cardiopulmonary Cerebral Resuscitation. 3rd ed.,W.B. Saunders, 1988.
IV. SARANA YANG DIPERLUKAN
1. Alat audiovisual
2. Materi audiovisual
3. Collar Brace
4. Manekin
V. LEMBAR PENGAMATAN MELAKUKAN TINDAKAN PEMASANGAN COLLAR
BRACE PADA MANIEKIN
LANGKAH/TUGAS

PENGAMATAN
Ya
Tidak

1. Melakukan persiapan proteksi diri


- Mencuci tangan dengan sabun
- Memasang sarung tangan
2. Melakukan persiapan alat
Menyiapkan Collar brace yang sesuai dengan jenis cedera
pasien (soft collar brace atau rigid collar brace) dan Collar
brace yang sesuai dengan ukuran leher pasien
3. Melakukan persiapan pasien
- Membaringkan pasien pada posisi supine
pada alas yang datar.
- Memposisikan pasien pada posisi netral
dimana kepala sejajar dengan tubuh pada posisi berbaring
dengan tangan menghadap ke atas.
4. Melakukan tindakan pemasangan collar brace
- memegang kepala pasien dengan dibantu oleh seorang
asisten agar terfiksasi dengan benar dan kuat.
- Melakukan pemasangan collar brace
- Memastikan bahwa collar brace telah
terpasang dengan baik.

Note :

Ya
= Mahasiswa melakukan
Tidak = Mahasiswa tidak melakukan

64

SL. EM. VI. 11


KETERAMPILAN KLINIK
RESUSITASI CAIRAN PEDIATRIK
I.

PENDAHULUAN
Terapi cairan adalah pemberian bolus cairan secepat mungkin melalui akses intravena
(IV) atau intraoseus (IO). Tujuan dari terapi cairan adalah untuk meyelamatkan otak dari
gangguan hipoksik-iskemik, melalui : peningkatan preload dan curah jantung untuk
mengembalikan volum sirkulasi efektif pada syok hipovolemik, mengembalikan oxygencarrying capacity pada syok hemorhagik dan mengoreksi gangguan metabolik.
Cairan resusitasi yang digunakan adalah cairan kroistaloid dan cairan koloid. Cairan
mengandung dekstrosa tidak diberikan secara bolus karena hiperglikemia dapat
menyebabkan diuresis osmotik atau memperburuk hipokalemia dan cedera otak iskemik.

II.

TUJUAN
II.1 TUJUAN UMUM
Dengan mengikuti kegiatan skills lab pada blok emergensi ini mahasiswa diharapkan
dapat memahami rresusitasi cairan secara baik dan benar
II.2 TUJUAN KHUSUS
Mahasiswa mampu :
1.
Mengenal jenis-jenis cairan resusitasi
2.
Menilai keadaan shock :kesadaran,frekuensi nafas,denyut nadi, tekanan darah,
waktu pengisian kapiler dan jumlah urin
3.
Menghitung cairan resusitasi

III.

RANCANGAN ACARA PEMBELAJARAN


Waktu
(menit)
20 menit
10 menit

10 menit

Aktivitas belajar mengajar

Keterangan

Introduksi pada kelas besar (terdiri dari 45 mahasiswa) Nara sumber


Nara sumber memperlihatkan jenis-jenis cairan Nara sumber
resusitasi diikuti dengan tindakan resusitasi cairan
(kasus)
Mahasiswa dibagi menjadi 5 kelompok kecil (1 Instruktur
kelompok terdiri dari 9 mahasiswa). Tiap kelompok
kecil memiliki 1 instruktur dan tindakan dilakukan
berdasarkan kasus yang diberikan
Instruktur
memperlihatkan jenis-jenis cairan
resusitasi diikuti dengan tindakan resusitasi cairan
(kasus)

20 menit

Coaching : mahasiswa melakukan tindakan sesuai Instruktur


kasus dengan dibimbing oleh instruktur secara mahasiswa
bergantian (2-3 orang)

dan

90 menit

Self practice : mahasiswa melakukan sendiri tindakan Instruktur


sesuai kasus secara bergantian, sehingga total waktu mahasiswa
yang dibutuhkan 90 menit (tergantung jumlah
mahasiswa)

dan

IV.

RUJUKAN
1. Kumpulan materi Pelatihan Resusitasi Pediatrik Tahap Lanjut (2009)
2. Pediatric Emergency Medicine (Zimmerman, 2006)

V.

SARANA DAN ALAT YANG DIPERLUKAN

65

1. Meja 1 buah + alat tulis, kertas checklist


2. Jenis-jenis cairan kristaloid :
- Ringer Laktat
- Normal saline 0,9%
- Ringer asetat
3. Jenis-jenis cairan kolloid :
- WBC
- Albumin 5%
- FFP
- HES 6% dan 10%
- Dextran 40
- Dextran 60
- Gelatin
4. Infus set mikro /makro
VI. CAIRAN RESUSITASI
1. Kristaloid
Cairan kristaloid isotonik seperti Ringer Laktat (RL), garam fisiologis (NS), dan Ringer
asetat (RA) banyak tersedia, harganya murah, tidak menimbulkan reaksi alergi, efektif
mengisi ruang interstisial dan mengkoreksi defisit sodium, sehingga dipilih sebagai lini
pertama dalam resusitasi cairan pada keadaan shock. Namun hanya sebentar berada di
dalam ruang intravaskular, dalam beberapa menit hanya seperempat bagian yang masih
berada di ruang intravascular. Untuk mengembalikan volume intravaskular diperlukan
jumlah cairan kristaloid yang besarnya 4-5 kali defisit, sehingga dapat terjadi edema
paru.
2. Koloid
Cairan koloid lebih lama berada di ruang intravaskular dibandingkan kristaloid. Darah
dan cairan koloid seperti albumin 5%, FFP, dan koloid sintetik seperti hetastarch 6%
dan 10%, dextran 40, dextran 60, dan gelatin lebih efisien mengisi ruang intravaskular
dibandingkan kristaloid, namun lebih mahal dapat menyebabkan reaksi sensitifitas dan
komplikasi lain
Darah, FFP dan komponen darah diberikan setelah bolus kristaloid diberikan dua kali
atau sekitar 40 mL/KgBB, untuk mengganti kehilangan darah akibat trauma atau
sebagai terapi paliatif koagulopati.

66

VII. RESUSITASI CAIRAN

Child in Shock
1. Adequate
oxygenation &
ventilation

2. Crystalloid
20 mL/KgBW
in 5 minutes

No
improvement

No
improvement

improvement

2. Crystalloid
20 mL/KgBW
in 5 minutes

Urinary catheter
-

Increase MABP
Normalization HR
Improved perfusion
UOP >1 mL/KgBW

Establish CVP
Establish etiology,
observation
CVP < 10 mmHg

Colloid infusion
untill CVP 10
mmHg

improvement

Establish etiology,
confirm source of
fluid loss

CVP > 10 mmHg

Discontinue fluid resuscitation

Inotropic agent (+)

Maintenace fluid requirement daily (according to


Holliday-Segar) :
BW : 10 Kg  100cc/KgBW
BW : 11 20 Kg  1000 + (BW-10) x 50
BW : 21 30 Kg  1500 + (BW-20) x 20

67

VIII. LEMBAR PENGAMATAN RESUSITASI CAIRAN


LANGKAH/TUGAS

Pengamatan
Ya
Tidak

1. Menilai keadaan syok


- Kesadaran : respon terhadap nyeri,
- Frekuensi Napas : 70 kali/menit
- Meraba denyut nadi di arteri radialis : tidak teraba
- Tekanan darah : tidak terukur
- Waktu pengisian kapiler yaitu dengan cara menekan
pada ujung kuku kemudian dilepaskan : > 3 detik
- Jumlah urin : tidak ada
2. Mempersiapkan alat dan cairan resusitasi
a. Kristaloid : Ringer Lactate, NaCl 0,9%
b. Koloid : HES 6%, dextran 40, dan gelatin
c. IV line : abbocath no. 22 / 24, infuse set mikro/makro
3. Penanganan awal pasien
a. Airway : head tilt-chin lift
b. Breathing : Berikan oksigenasi & ventilasi adekuat
:pemberian oksigen dengan nasal kanul
c. Circulation : pasang IV line
4. Menghitung cairan resusitasi awal dengan kristaloid yaitu
ringer laktat
pada 5 menit pertama : 20 cc/kgBB yaitu sebanyak 200cc
5. Menilai perbaikan klinis pasca resusitasi dengan cairan
kristaloid pada 5 menit pertama
- Kesadaran :tidak respon terhadap nyeri
- Frekuensi Napas : 64 kali/menit
- Meraba denyut nadi di arteri radialis : teraba 158
kali/menit, namun masih halus
- Tekanan darah : 80/60 mmHg
- Waktu pengisian kapiler yaitu dengan cara menekan
pada ujung kuku kemudian dilepaskan : > 3 detik
- Jumlah urin : 3 cc (kesan < 1cc/kg/jam)
Kesimpulan : shock belum teratasi.
Jika shock telah teratasi, lanjutkan terapi cairan
maintenance menurut Holliday-Segar (pada no.10)
6. Menghitung cairan resusitasi dengan kristaloid (Ringer
Laktat) pada 5 menit kedua : 20 cc/kgBB yaitu sebanyak
200 cc
7. Menilai perbaikan klinis pasca resusitasi dengan cairan
kristaloid pada 5 menit kedua
- Kesadaran : respon terhadap suara
- Frekuensi Napas : 52 kali/menit
- Meraba denyut nadi di arteri radialis : 150 kali/menit
- Tekanan darah : 90/70 mmHg
- Waktu pengisian kapiler yaitu dengan cara menekan
pada ujung kuku kemudian dilepaskan : > 3 detik
- Jumlah urin : 5 cc (kesan < 1 cc/kgBB/jam)
Kesimpulan : shock belum teratasi.
Jika shock telah teratasi, lanjutkan terapi cairan
68

maintenance menurut Holliday-Segar (pada no.10)


8. Menghitung cairan resusitasi dengan koloid pada 5 menit
ketiga : 10 cc/kgBB, diberikan sebanyak 100 cc
9. Menilai perbaikan klinis pasca resusitasi dengan cairan
koloid
- Kesadaran : alert (compos mentis)
- Frekuensi Napas : 36 kali/menit
- Meraba denyut nadi di arteri radialis : 108 kali / menit,
teraba kuat
- Tekanan darah : 90/60 mmHg
- Waktu pengisian kapiler yaitu dengan cara menekan
pada ujung kuku kemudian dilepaskan : < 3 detik
- Jumlah urin : 50 cc (kesan > 1cc/kgBB/jam)
Kesimpulan : shock teratasi.
10. Syok teratasi, dilanjutkan dengan cairan maintenance
sesuai klinis menurut Holliday-Segar
Kasus ini : diberikan sebanyak 1000 cc per hari
11. Evaluasi pemberian cairan
- Peningkatan Mean Arterial Pressure
- Denyut jantung normal
- Perfusi membaik
12. Melakukan rujukan / rawat di PICU

Note : Ya = mahasiswa melakukan


Tidak = mahasiswa tidak melakukan

69

SL. EM. VI. 12


KETERAMPILAN KLINIK
ANAFILAKTIK SHOCK DAN CRICOTYRODOTOMY

A. ANAFILAKTIK SHOCK
I. PENDAHULUAN
DEFINISI
Anaphylaxis adalah reaksi hipersensitivitas akut sistemik yang sifatnya menyeluruh yang
mengancam jiwa. Istilah anaphylaxis sebaiknya digunakan bila terjadi mekanisme imunologis
seperti IgE, IgG dan sistem komplemen. Keluarnya mediator dari sel plasma menyebabkan
kontraksi otot polos, vasodilatasi, meningkatnya permeabilitas vaskular, dan aktivasi sistem
vagal.
Anaphylaxis dapat ditegakkan dengan dijumpainya 3 kriteria :
Onset yang cepat
Keadaan yang mengancam jiwa pada Airway, Breathing, dan atau Circulation
Perubahan kulit atau mukosa (merah, urtikaria, angioedema)
Diagnosa bisa ditegakkan dengan dijumpai adanya reaksi antigen-antibodi pada pasien, bisa
juga dijumpai tanda tanda gastrointestinal.
Masalah pada jalan nafas :
Edema pada jalan nafas (pharyngeal/laryngeal edema). Pasien merasa sulit bernafas dan
menelan dan merasakan tenggorokannya menutup.
Suara parau
Stridor
Masalah pernafasan :
Laju nafas meningkat
Wheezing
Cyanosis
Pasien kelelahan
Respiratory arrest
Masalah sirkulasi :
Tanda tanda shock
Takikardi
Hipotensi
Hipoperfusi (dingin, pucat dan basah)
Penurunan kesadaran
Cardiac arrest
Perubahan pada kulit dan mukosa :
terjadi perubahan pada lebih dari 80% reaksi awal anaphylaxis
bisa tersamar atau menyeluruh
bisa terjadi hanya pada kulit, mukosa atau keduanya
bisa terjadi eritema
urtikaria
angioedema

70

71

II. TUJUAN KEGIATAN


II. 1.

TUJUAN UMUM
Setelah mahasiswa mengikuti skill lab ini diharapkan dapat menangani penderita dengan

anaphylaxis dengan benar dan mengetahui tanda tanda pasien yang memerlukan tindakan tersebut.
II. 2.

TUJUAN KHUSUS
Setelah mengetahui skill lab ini, mahasiswa dihawapkan dapat mengetahui :

ciri ciri dan tanda penderita anaphylaxis

mengetahui penanganan jalan nafas

mengetahi penanganan anaphilaxic shock

mengetahui dosis dosis obat yang diberikan pada pasien dengan anaphilaxis

72

III. RANCANGAN ACARA PEMBELAJARAN


WAKTU
20 MENIT

10 menit
10 menit

20 menit
90 menit

AKTIVITAS BELAJAR MENGAJAR


Introduksi pada kelas besar (terdiri dari 45 mahasiswa).
Narasumber memberikan penjelasan tanda tanda
Anaphylaxis, penganganan gawat darurat (ABCDE) pada
pasien dengan anaphylaxic shock, pembarian medikasi pada
anaphylaxis
Demonstrasi oleh narasumber. Narasumber mempraktekkan
tindakan penanganan anaphilaxic shock dan cricotyrodotomy
Setelah mahasiswa dibagi menjadi 5 kelompok kecil (1
kelompok terdiri dari 9 mahasiswa).
Instruktur mempraktekkan tindakan penanganan anaphilaxic
shock dan cricotyrodotomy
Coaching: mahasiswa melakukan gerakan secara bergantian
dengan berpasangan dengan dibimbing oleh instruktur
Self practice :
Mahasiswa melakukan sendiri penanganan anaphilaxis secara
bergantian sehingga total waktu yang dibutuhkan 90 menit
tergantung jumlah mahasiswa

KETERANGAN
Narasumber

Narasumber
Instruktur

Instruktur
mahasiswa
Instruktur mahasiswa

IV. RUJUKAN
Working Group of the Resuscitation Council (UK) Emergency treatment of anaphylactic
reactions
V. Sarana dan Diperlukan
- Manikin
- Adrenalin
- Hydrocortisone
- Chlorpenamine
- Spuit
- Infus Set
- I V cateter
- Cairan Kristalloid (RL, NaCl 0,9 %)
- Goedel
- Ambu bag
- Sphigmomanometer
- Pulse Oxymetri
- Stetoscope
- Bantal

73

VI. LEMBAR PENGAMATAN


LANGKAH / TUGAS

PENGAMATAN
YA
TIDAK

1. Menilai ABCDE, menentukan pasien dalam keadaan syok


anafilaktik (life threatening problems) :
- Airway : swelling, hoarseness, stridor
- Breathing : rapid breathing, wheeze, fatigue,
cyanosis, SpO2 92%
- Circulation : pale, clammy, low blood pressure,
faintness, drowsy/coma
- Diasability : confusion
- Exposure : urticaria
2. Meminta bantuan
3. Meletakkan pasien dalam posisi terlentang, tinggikan kedua
kaki (posisi shock, ganjal dengan dua bantal)
4. Memberikan Adrenalin secara IM
- Dewasa 500 g IM (0,5 mL)
- Anak > 12 Thn 500 g (0,5 mL)
- Anak 6-12 Thn 300 g (0,3 mL)
- Anak < 6 Thn 150 g (0,15 mL)
5. Memasang IV line, memberikan cairan kristaloid (Ringer
laktat,
Ringer
Asetat,
NaCl
0,9
%),
5001000ml(dewasa),anak-anak 20 ml/kgBB.
6. Mengevaluasi ABCDE
7. Dokumentasi tindakan yang sudah dilakukan
- Tanggal kejadian
- Hal-hal yang sudah dilakukan
- Obat-obatan yang sudah diberikan
- Nama dan tanda tangan.
Note : Ya = mahasiswa melakukan.
Tidak = mahasiswa tidak melakukan

74

KETERAMPILAN KLINIK
B. CRICOTYRODOTOMY
Ronald Sitohang, Soejat Harto
I. PENDAHULUAN
Airway (jalan nafas) merupakan faktor yang paling penting dalam mempertahankan
kelangsungan hidup individu, sehingga didudukkan pada tempat dan prioritas pertama dalam
Sistem ABCD. Gangguan pada airway akan mengakibatkan penurunan pasokan oksigen ke
jaringan (hypoksia) untuk kemudian sampai ke tingkat sel. Hypoksia seluler pertama-tama
akan mengakibatkan pembengkakan retikulum endoplasmik, destruksi mitokondria dan
pecahnya lisosom. Natrium dan air kemudian memasuki sel hingga sel membengkak dan
berakhir dengan kematian sel. Oleh karena itu kelancaran jalan nafas senantiasa harus
diupayakan untuk mempertahankan kelangsungan hidup.
Sumbatan jalan nafas bagian atas lebih sering disebabkan oleh trauma seperti cedera
pada maksilofasial, leher, laring serta perdarahan orofaringeal yang hebat. Di samping itu
trauma inhalasi dengan oedema glottis dan korpus alienum dapat pula menyebabkan sumbatan.
Kegagalan pemasangan endotrakeal tube (ETT) merupakan salah satu indikasi untuk
cricothyroidotomy.
Untuk memelihara kelancaran jalan nafas (airway maintenance) dapat dilakukan
tindakan (1) Non-definitive dan (2) Definitive. Non-definitive airway ada 2 jenis yaitu (1)
Tanpa Alat seperti Head Tilt, Chin Lift dan Jaw Thrust dan (2) Dengan Alat seperti
Orofaringeal Tube, Nasofaringeal Tube dan Face Mask. Definitive airway terdiri dari (1)
Endotrakeal Tube (ETT) berupa Orotrakeal Tube dan Nasotrakeal Tube serta (2) Surgical
Airway yaitu Cricothyroidotomy (Needle dan Surgical) dan Trakeostomy.
Needle Cricothyroidotomy adalah tindakan yang dilakukan untuk menghubungkan
trakea dengan dunia luar melalui pencucukan dengan jarum (IV Catheter 14 G) pada
cricothyroid membrane, yakni membrane yang terletak di antara thyroid cartilage dan cricoid
cartilage yang dapat diraba berupa lekukan ke dalam di garis tengah leher atas. Melalui
hubungan ini dapat dimasukkan oksigen sebagai jalan alternatif sehubungan dengan
tersumbatnya saluran pernapasan proksimal dari membrane ini. Needle Cricothyroidotomy
bersifat sangat sederhana dan dapat dilakukan dalam waktu singkat meskipun cara ini hanya
dapat mempertahankan jalan nafas selama 30 45 menit untuk kemudian harus dilanjutkan
dengan tindakan Surgical Cricothyroidotomy yang memerlukan persiapan yang lebih rumit.

Pada Skills Lab ini akan diajarkan keterampilan melakukan tindakan Needle
Cricothyroidotomy pada penderita sumbatan jalan nafas bagian atas yang bersifat akut.

75

II. TUJUAN KEGIATAN


II. 1. TUJUAN UMUM
Dengan mengikuti kegiatan skills lab pada Blok Emergency Medicine ini mahasiswa
diharapkan dapat dan mampu menatalaksana sumbatan jalan nafas bagian atas yang bersifat
akut.
II. 2. TUJUAN KHUSUS
1) Mahasiswa mampu mempersiapkan alat-alat yang diperlukan.
2) Mahasiswa mampu melakukan tindakan Needle Cricothyroidotomy secara cepat, baik
dan benar.
3) Mahasiswa mampu melakukan teknik pemasokan oksigen secara jet insufflation
(ventilasi berkala).

III. RUJUKAN
1. ATLS for Doctors (ACS Committee on Trauma)
2. TRAUMA (David V. Feliciano)
3. Buku Ajar Ilmu Bedah (R. Syamsuhidayat & Wim de Jong)
IV. SARANA DAN ALAT YANG DIPERLUKAN
1) Alat-alat proteksi diri
2) Manekin
3) Tempat tidur pasien
4) IV Catheter No. 14 (14 G)
5) Kasa steril dan plaster
6) Spuit (semprit) 10 cc
7) Alkohol 70%, larutan Povidone Iodine dan Aquabidest
8) Selang infus yang sudah diberi satu lubang (Infus set)
9) Sumber oksigen dan selangnya

V. TEKNIK PELAKSANAAN NEEDLE CRICOTHYROIDOTOMY


1) Cek kelengkapan alat-alat yang diperlukan.
2) Beri penjelasan singkat pada keluarga penderita.
3) Lakukan proteksi diri (sarung tangan, masker, topi, dll).
4) Buat lubang berdiameter 4 5 mm pada bagian distal dinding selang infus dengan
memakai gunting.
5) Hubungkan bagian proksimal selang infus tersebut dengan sumber oksigen
berkecepatan 7 15 L/menit dan pastikan oksigen mengalir baik.
6) Isi spuit 10 cc dengan aquabidest sebanyak 4 5 ml.
7) Pasangkan IV Catheter 14 G pada spuit tersebut.
8) Pasien dalam posisi supine (terlentang).
9) Lakukan desinfeksi leher penderita dengan povidone iodine dan alkohol.
76

10) Tentukan lokasi cricothyroid membrane dengan meraba lekukan di daerah anterior di
antara thyroid cartilage (atas) dan cricoid cartilage (bawah).

11) Tahan thyroid cartilage dengan jempol dan jari telunjuk tangan kiri agar tidak bergerak
sewaktu prosedur dilakukan.
12) Dengan tangan kanan tusukkan spuit yang telah dipersiapkan pada kulit di garis tengah
membrane ke arah kaudal dengan sudut + 45 derajat sambil menarik piston spuit
dengan tangan kiri sampai terhisap udara (tampak gelembung dalam spuit).
13) Lepaskan spuit dan tarik stylet IV Catheter ke kranial sambil mendorong kateter dengan
lembut ke kaudal.

Spuit bersama stilet ditarik ke kranial sambil mendorong kateter secara lembut ke kaudal
14) Sambungkan pipa oksigen ke pangkal IV Catheter dan fiksasi dengan plaster.
15) Lakukan ventilasi berkala (jet insufflation) dengan cara menutup lubang pada distal
selang infus dengan ibu jari selama 1 detik dan membukanya selama 4 detik. Hal ini
(buka tutup 1 : 4) dilakukan selama 30 45 menit menunggu persiapan untuk tindakan
surgical cricothyroidotomy.

77

VII. LEMBAR PENGAMATAN


LANGKAH/TUGAS

PENGAMATAN
Ya

Tidak

1. Mempersiapkan sarana dan alat.


2. Melakukan proteksi diri.
3. Memberi penjelasan singkat pada keluarga penderita.
4. Membuat lubang pada selang infus.
5. Menghubungkan selang infus dengan sumber oksigen.
6. Mengisi spuit dengan aquabidest.
7. Memasang IV Catheter pada spuit.
8. Melakukan tindakan asepsis & antisepsis pada leher penderita.
9. Menentukan lokasi cricothyroid membrane pada leher.
10. Menahan thyroid cartilage dengan tangan kiri.
11. Menusukkan spuit menembus membrane ke arah kaudal.
12. Melepaskan spuit dan mendorong kateter ke kaudal.
13. Menyambung pipa oksigen dengan pangkal kateter.
14. Melakukan jet insufflation 1 : 4
Note : Ya
Tidak

= Mahasiswa Melakukan
= Mahasiswa Tidak Melakukan

78

SL. EM. VI. 13


KETERAMPILAN KLINIK
HEIMLICH MANEUVER

I. PENDAHULUAN
Tindakan Heimlich Maneuver ini dilakukan pada keadaan darurat dimana terjadi
Foreign Body Airway Obstruction. F B A O bisa menyebabkan kematian bila tidak
mendapatkan penanganan yang benar, sehingga tindakan ini harus dapat dilakukan oleh setiap
mahasiswa kedokteran. Bila terjadi obstruksi jalan nafas total selama 3 menit, maka gambaran
EEG (Electro Encephalo Graphy) menjadi flat (datar). Bila obstruksi selama 5 menit maka
akan terjadi kerusakan otak permanent. Sehingga tindakan Heimlich Maneuver ini wajib
dikuasai oleh mahasiswa calon dokter. Berbeda dengan kasus tersedak (choking) dalam
keadaan tanpa arrest, maka pada pasien yang choking dengan arrest penanganannya lharus
dilakukan tindakan dengan pijat jantung. Khusus kasus anak akan dibicarakan tersendiri.

FBAO

79

Langkah langkah penatalaksanaan Heimlich maneuver :


Langkah pertama : minta korban untuk berdiri bila ia duduk.
tempatkan penolong sedikit dibelakang korban.

Langkah kedua

: pastikan korban yang akan kita tolong mengerti apa yang akan kita
lakukan sehingga lebih membantu. Letakkan kedua lengan
mengelilingi pinggang korban.

Langkah ketiga

: buatlah tekanan yang cukup kuat untuk mengeluarkan benda asing. Buat
sekepal tinju tangan dengan satu tangan dan letakkan ibu jari ke arah
korban, sedikit diatas umbilikalis.

Langkah keempat

: cengkeram kepalan tinju tersebut dengan tangan yang lain.

80

Langkah kelima

: bersiap untuk menekan dengan kuat bagian abdomen. Tekanan yang


anda buat akan membuat menggerakkan udara keluar dari paru paru
korban, membuat semacam gerakan batuk.

Langkah keenam
Langkah ketujuh

: tetap memegang korban, korban bisa kehilangan kesadaran


dan jatuh bila manuver tidak efektif.
: ulangi manuver sampai berhasil.

II. TUJUAN KEGIATAN


II. 1. TUJUAN UMUM

Setelah mahasiswa mengikuti skill lab ini diharapkan dapat melakukan heimlich
manuver dengan benar dan mengetahui tandatanda pasien yang memerlukan tindakan
tersebut.
II. 2. TUJUAN KHUSUS
Setelah mengetahui skill lab ini, mahasiswa dihawapkan dapat mengetahui :
Tanda tanda F B A O
Tindakan tindakan yang harus dilakukan pada F B A O termasuk Heimlich maneuver
III. RANCANGAN ACARA PEMBELAJARAN
WAKTU
20 menit

10 menit

10 menit

AKTIVITAS BELAJAR MENGAJAR

KETERANGAN

Introduksi pada kelas besar (terdiri dari 45 mahasiswa). Narasumber


Narasumber memberikan penjelasan cara melakukan
Heimlich maneuver
Demonstrasi oleh narasumber mempraktekkan Narasumber
tindakan heimlich manuver pada bayi, anak dan
dewasa
Setelah mahasiswa dibagi menjadi 5 kelompok kecil (1 Instruktur
kelompok terdiri dari 9 mahasiswa).
Instruktuk mempraktekkan tindakan heimlich manuver
pada bayi, anak dan dewasa

20 menit

Coaching: mahasiswa melakukan gerakan secara Instruktur mahasiswa


bergantian dengan berpasangan dengan dibimbing oleh
instruktur

90 menit

Self practice :
Instruktur mahasiswa
Mahasiswa melakukan sendiri Heimlich manuver
secara bergantian sehingga total waktu yang
dibutuhkan 90 menit tergantung jumlah mahasiswa
81

IV. RUJUKAN
European Resuscitation Council, Guidelines for Resuscitation ; 2005

V. LEMBAR PENGAMATAN HEIMLICH MANEUVER


LANGKAH / TUGAS
CARA MELAKUKAN HEIMLICH MANUVER
1. Meminta korban untuk berdiri bila ia duduk. Menempatkan
penolong sedikit dibelakang korban.
2. Memastikan korban yang akan kita tolong mengerti apa yang akan
kita lakukan sehingga lebih membantu. Meletakkan kedua lengan
mengelilingi pinggang korban.
3 .Membuat tekanan yang cukup kuat untuk mengeluarkan benda
asing dengan cara membuat sekepal tinju tangan dengan satu
tangan dan meletakkan ibu jari ke arah korban, sedikit diatas
umbilikalis.
4. Mencengkeram kepalan tinju tersebut dengan tangan yang lain

PENGAMATAN
YA
TIDAK

5. Bersiap untuk menekan dengan kuat bagian abdomen. Tekanan


yang anda buat akan membuat menggerakkan udara keluar dari
paru paru korban, membuat semacam gerakan batuk.
6. Tetap memegang korban, korban bisa kehilangan kesadaran dan
jatuh bila manuver tidak efektif.
7. Mengulangi manuver sampai berhasil

Note :

Ya
Tidak

= Mahasiswa melakukan
= Mahasiswa tidak melakukan

82

KETERAMPILAN KLINIK
B. FOREIGN BODY AIRWAY OBSTRUCTION
I. PENDAHULUAN
Sumbatan benda asing pada jalan nafas dapat menimbulkan gejala ringan sampai berat. Bila
gejala ringan anak dapat batuk dan dapat mengeluarkan suara, sedang pada yang berat
biasanya sebaliknya. Untuk itu perlu dilakukan suatu tindakan yang cepat dan tepat untuk
mengatasi keadaan ini. Tindakan berupa back blows dan Heimlich maneuver.

Paediatric FBAO Treatment


Assess severity

Ineffective cough

Effective cough

Unconscious

Conscious

Encourage cough

Open airway
5 breaths
Start CPR

5 back blows
5 abdominal chest
(chest for infant)
(abdominal for child >1)

Continue to check for


deterioration to ineffective
cough or until obstruction
relieved

Gambar 1. Paediatric FBAO treatment algorithm

Langkah-langkah penatalaksanaan back blows :


-

Baringkan bayi dengan wajah menghadap ke bawah dan jari-jari tangan kanan anda
menahannya di bahu dan leher bayi, dengan lengan bawah kiri sebagai landasan

Lalu berilah lima kali tepukan di punggungnya dengan tangan yang satunya

Jika ini gagal, balikkan badannya hingga wajahnya menghadap anda, lalu dengan dua jari anda,
tekan sebanyak lima kali di tulang dada bagian bawah, kurang lebih satu jari dari garis yang
dibentuk oleh kedua putting susu bayi

Periksa mulut dan ambil semua benda yang dapat anda lihat

Ulangi sesering mungkin jika diperlukan

83

Untuk anak usia > 1 tahun : abdominal thrust (Heimlich Maneuver) :


-

Berdiri di belakang anak, carilah bagian bawah iganya

Letakkan telapak tangan anda di perut anak di atas pusarnya dan buat kepalan. Bagian jempol
berada pada perut anak

Letakkan telapak tangan sisi lain di atas kepalan

Tekan perut ke arah atas sampai 5 kali dan benda terpental keluar.

Periksa mulut dan ambil semua benda yang dapat anda lihat

84

II. TUJUAN KEGIATAN


II.1. TUJUAN UMUM
Setelah mahasiswa mengikuti skills lab ini diharapkan dapat melakukan back blows dan
Heimlich Maneuver dengan benar dan mengetahui tanda-tanda kegawatan akibat sumbatan
pada jalan nafas.
II.2. TUJUAN KHUSUS
Setelah mengetahui skill lab ini, mahasiswa diharapkan dapat mengetahui :
-

Tanda-tanada kegawatan akibat FBAO

Tindakan yang harus dilakukan segera pada FBAO

III. RUJUKAN
American Heart Association (AHA) guidelines for CPR and ECC of Pediatric &
neonatal patients : Pediatric basic life support ; 2005

85

IV. LEMBAR PENGAMATAN


LANGKAH/TUGAS

PENGAMATAN
Ya
Tidak

Back Blows
1. Baringkan bayi dengan wajah menghadap ke bawah dan jari-jari
tangan kanan anda menahannya di bahu dan leher bayi, dengan
lengan bawah kiri sebagai landasan

2. Lalu berilah lima kali tepukan di punggungnya dengan tangan yang


satunya

3. Jika ini gagal, balikkan badannya hingga wajahnya menghadap


anda, lalu dengan dua jari anda, tekan sebanyak lima kali di tulang
dada bagian bawah, kurang lebih satu jari dari garis yang dibentuk
oleh kedua putting susu bayi

4. Periksa mulut dan ambil semua benda yang dapat anda lihat
Ulangi sesering mungkin jika diperlukan
Heimlich Maneuver

1. Berdiri di belakang anak, carilah bagian bawah iganya


2. Letakkan telapak tangan anda di perut anak di atas pusarnya dan
buat kepalan. Bagian jempol berada pada perut anak

3. Letakkan telapak tangan sisi lain di atas kepalan


4. Tekan perut ke arah atas sampai 5 kali dan benda terpental keluar
5. Periksa mulut dan ambil semua benda yang dapat anda lihat

Note : Ya
= mahasiswa melakukan.
Tidak = mahasiswa tidak melakukan

86

87

Anda mungkin juga menyukai