Anda di halaman 1dari 30

SL. EM. VI.

5 & 7
KETERAMPILAN KLINIK
RESUSITASI JANTUNG PARU OTAK (RJPO)

I. PENDAHULUAN
Henti jantung (cardiac-arrest) dan henti nafas (respiratory-arrest) merupakan suatu
keadaan

kegawatan yang mengancam nyawa, dan dapat terjadi dimana dan kapan saja.

Keadaan ini memerlukan tindakan segera berupa Resusitasi Jantung Paru Otak (RJPO).
Tindakan RJPO bertujuan mengambil alih dan mengembalikan fungsi jantung (pompa) dan
pernafasan. Bantuan Hidup Dasar (BHD, BLS) merupakan bagian dari RJPO berupa tindakan
pembebasan jalan nafas, memberikan nafas bantu dengan maupun tanpa alat, dan melakukan
pijat jantung luar.

Keberhasilan tindakan RJPO ini tergantung dari cepatnya memulai

tindakan dan teknik yang benar. Kemampuan ini tidak hanya dimiliki oleh medis, para medis
tetapi juga non-medis. Gasping merupakan tanda henti jantung.

28

1. Menentukan pasien sadar atau tidak dengan cara memanggil, menepuk bahu atau
wajah korban. Jika pasien tidak sadar segera meminta bantuan.

2. Bebaskan jalan nafas, head tilt-chin lift atau jaw thrust

29

3. Menilai jalan napas bebas atau tidak dengan melihat adanya gerakan dada, terasa ada
hembusan nafas, mendengar suara nafas. (lihat, dengar, rasa)

4. Melakukan penilaian pasien henti jantung dengan meraba Arteri Carotis tergantung
posisi penolong

5. Menentukan lokasi titik tumpu kompresi jantung (satu jari diatas Px, pertengahan
sternum)
6. Melakukan tindakan RJPO dengan perbandingan kompresi jantung dan pemberian
nafas 30 : 2, oleh satu atau dua penolong.
Kompressi jantung luar dilakukan dengan kedua tangan saling bertumpu pada
posisi pijatan, dengan frekwensi 100 kali permenit ( dicapai dengan pompaan
30 kali dalam waktu 18 detik)
Kedalaman pijatan jantung luar paling sedikit mencapai kedalaman 5 cm.
Sedapatnya pompa jantung luar tidak terputus.
Dilanjutkan dengan memberikan nafas bantu 2 kali dengan alat maupun
tanpa alat (mouth to mouth), berurutan disela periode ekspirasi.
Kompressi jantung luar dan nafas buatan (30:2) dilakukan 5 siklus.
Setelah itu nilai ulang apakah korban sudah ROSC (Return of Spontaneous
Circulation) atau belum, dengan cara meraba nadi karotis.
Bila sudah ROSC, lakukan recovery position( stable side position).
Pengakhiran tindakan RJPO
Tindakan RJPO diakhiri bila :
ROSC (Return Of Spontaneous Circulation)
Ada rescuer (penolong) yang lebih terlatih
Penolong kelelahan, berbahaya bila diteruskan
Diputuskan sudah tidak bisa ditolong lagi ( lebam mayat, pupil dilatasi
penuh, kulit dingin)

30

RECOVERY POSITION
Recovery position dilakukan setelah pasien ROSC ( return of spontaneous circulation)
Urutan tindakan recovery position meliputi:
1. Tangan pasien yang berada pada sisi penolong diluruskan ke atas.
2. Tangan lainnya disilangkan di leher pasien dengan telapak tangan pada pipi pasien
3. Kaki pada sisi yang berlawanan dengan penolong ditekuk dan ditarik ke arah penolong,
sekaligus memiringkan tubuh korban ke arah penolong.
Dengan posisi recovery jalan nafas diharapkan dapat tetap bebas(secure airway) dan
mencegah aspirasi jika terjadi muntah.

31

II. TUJUAN KEGIATAN


II.1 TUJUAN UMUM
Setelah mengikuti kegiatan skllls lab pada blok Resusitasi Jantung Paru Otak, diharapkan
mahasiswa terampil dalam melakukan tindakan pertolongan pada pasien henti jantung dan
henti nafas baik perseorangan maupun sebagai suatu team. Mahasiswa juga diharapkan
mampu berkomunikasi dengan yang lain dalam memberikan pertolongan sehingga tercapai
hasil yang lebih maksimal

II.2. TUJUAN KHUSUS


1. Mampu menjelaskan tanda tanda henti jantung-henti nafas (cardio-respiratory arrest)
2. Mampu menjelaskan langkah langkah (algoritme) resusitasi jantung
3. Mampu melakukan semua tindakan RJP secara runtun dengan benar sesuai dengan
algoritme.
4. Mampu menentukan dan menjelaskan korban sudah ROSC atau belum.
5. Mampu menentukan dan menjelaskan keputusan untuk menghentikan RJP dengan
tepat

III. RANCANGAN ACARA PEMBELAJARAN


Waktu

20 menit

Aktifitas Belajar Mengajar

Introduksi pada kelas besar


- Penjelasan narasumber tentang RJPO (10 menit)
- Tanya jawab singkat hal yang belum jelas dari
penjelasan yang diputar (10 menit)

Keterangan

Narasumber

32

10 menit

Demonstrasi pada kelas besar oleh narasumber


Narasumber memperlihatkan cara melakukan RJPO secara
bertahap dengan baik benar.

Narasumber

10 menit

- Mahasiswa dibagi menjadi 5 kelompok kecil (1 kelompok tdd


9 mahasiswa).
Instruktur memperlihatkan cara melakukan RJPO secara
bertahap dengan baik benar

Instruktur

20 menit

Coaching :
- Mahasiswa melakukan simulasi secara bergantian (2-3
orang mahasiswa) dengan dibimbing oleh instruktur.
- Pasien simulasi menggunakan manikin

Instruktur
Mahasiswa

90 menit

Self practice : Mahasiswa melakukan RJPO dengan baik dan Mahasiswa


benar
Instruktur
Instruktur memberikan penilaian pada lembar pengamatan.

IV. PEDOMAN INSTRUKTUR


IV.I. PELAKSANAAN
1. Mahasiswa dibagi dalam kelompok kecil yang terdiri dari 9 orang
2. Diskusi dipimpin oleh instruktur yang ditunjuk oleh koordinator
3. Pelaksanaan kegiatan
a. Instruktur melakukan demonstrasi selama 10 menit dan mahasiswa memperhatikan
dan diberikan kesempatan untuk bertanya
b. Mahasiswa melakukan tindakan RJPO terdiri dari 1 orang , atau 2 orang yang
melakukan resusitasi dan yang lain sebagai pemerhati. Kegiatan ini dibimbing oleh
instruktur yang sudah ditunjuk
c. Seiap mahasiswa harus diberi kesempatan untuk dapat melakukan RJPO
4. Waktu pelaksanaan
Setiap kegiatan skills lab dilaksanakan selama 150 menit
5. Tempat pelaksaan Ruang Skills Lab FK USU
V. RUJUKAN
1. Algorithm untuk cardiac arrest pada puleless cardiac arrest oleh karena VF, VT, PEA
dan Asystole (AHA Guidelines for CPR 2010)
2. ERC Guidelines for Resuscitation 2010
VI. LEMBAR PENGAMATAN RESUSITASI JANTUNG PARU OTAK (RJPO)
No

Langkah

1.

Menentukan pasien sadar atau tidak, jika pasien tidak


sadar segera meminta bantuan.

2.

Membebaskan jalan nafas (Head Tilt, Chin lift, Jaw


thrust)
Menilai jalan napas bebas atau tidak dengan melihat

3.

Ya

Tidak

33

adanya gerakan dada, terasa ada hembusan nafas,


mendengar suara nafas (look, listen and feel).
4.

Melakukan penilaian pasien henti jantung dengan


meraba Arteri Carotis tergantung posisi penolong,
dengan cara jari 2 dan 3 menelusuri adam apple ke
arah lateral sampai musculus sternocleido
mastoideus (5-10 detik)

5.

Menentukan lokasi titik tumpu kompresi jantung


(satu jari di atas processus xiphoideus, midsternal)
Melakukan tindakan RJPO dengan
perbandingan kompresi jantung dan
pemberian nafas 30 : 2
Melakukan kompressi jantung luar dengan
kedua tangan saling bertumpu dengan
frekwensi 100 kali per menit dengan
kedalaman minimal 5cm.
Kemudian lanjutkan dengan, memberikan
bantuan nafas 2 kali dengan maupun tanpa
alat, berurutan disela periode ekspirasi..
Melakukan penilaian hasil RJP setelah 5 siklus
(30 : 2) dengan meraba kembali arteri karotis.
Bila telah ROSC, lakukan posisi recovery ( stable
side position)
1. Menarik lengan ke atas
2. Menyilangkan lengan yang lain ke arah leher
3. Menekuk kaki yang berseberangan dengan
penolong
4. Memiringkan pasien

6.

7
8.

Note : Ya
Tidak

= Mahasiswa Melakukan
= Mahasiswa Tidak Melakukan

34

SL. EM. VI. 6


KETERAMPILAN KLINIK
PENANGANAN BAYI BARU LAHIR DENGAN ASFIKSIA

I. PENDAHULUAN
Asfiksia neonatus adalah kegagalan napas secara spontan dan teratur pada saat lahir atau
beberapa saat setelah lahir.
SEBELUM BAYI LAHIR
Lakukan penilaian sebagai berikut:
 Apakah kehamilan cukup bulan?
 Apakah air ketuban jernih dan tidak terkontaminasi mekonium?
 Apakah bayi bernapas adekuat atau menangis?
 Apakah tonus otot bayi baik?
Bila semua pertanyaan di atas dijawab dengan ya, lakukan Asuhan Bayi Baru Lahir
Normal
Bila salah satu atau lebih pertanyaan dijawab tidak, lakukan Langkah Awal Resusitasi.
MANAJEMEN SETELAH BAYI LAHIR
Resusitasi (Tahapan Resusitasi Lihat Bagan)
1.

Begitu bayi lahir tidak menangis, maka dilakukan Langkah Awal yang terdiri dari
a. Hangatkan bayi di bawah pemancar panas atau lampu
b. Posisikan kepala bayi sedikit ekstensi

c. Isap lendir dari mulut kemudian hidung


d. Keringkan bayi sambil merangsang taktil dengan menggosok punggung atau
menyentil ujung jari kaki dan mengganti kain yang basah dengan yang kering

e. Reposisi kepala bayi


f. Nilai bayi : usaha napas , warna kulit dan denyut jantung
2.

Bila bayi tidak bernapas lakukan Ventilasi Tekanan Positip (VTP) dengan memakai
balon dan sungkup dengan kecepatan 20-30 kali selama 30 detik

3.

Nilai bayi: usaha napas, warna kulit dan denyut jantung


Bila belum bernapas dan denyut jantung 60 x/menit lanjutkan VTP dengan kompresi
dada secara terkoordinasi selama 30 detik
35

4.

Nilai bayi: usaha napas, warna kulit dan denyut jantung


- Bila denyut jantung < 60 x/menit, beri epinefrin dan lanjutkan VTP dan kompresi
dada
- Bila denyut jantung > 60 x/menit kompresi dada dihentikan, VTP dilanjutkan

5.

Pemasangan pipa ET bisa dilakukan pada setiap tahapan resusitasi (dilakukan oleh
tenaga yang sudah trampil)

36

30 detik

LAHIR

Ya
-

Cukup bulan?
Amnion jernih?
Bernapas/ menangis?
Tonus otot baik?

Perawatan Rutin :

Tidak

30 detik

- Berikan kehangatan
- Posisikan; bersihkan/
buka jalan napas (kalau
perlu)*
- Keringkan, stimulasi,
reposisi
Bernapas
- Evaluasi
pernapasan, FJ,
dan warna kulit

Perawatan Observasi
Sianosis

Apnu/
FJ < 100

FJ > 100 &


kemerahan

Beri oksigen

30 detik

Ventilasi efektif
Berikan Ventilasi
Tekanan Positip*

FJ < 60

FJ > 100 &


kemerahan

Perawatan Pasca
Resusitasi

FJ > 60

- Berikan Ventilasi Tekanan Positip*


- Lakukan Kompresi Dada*

FJ < 60
Berikan Epinefrin*

*Intubasi ET dapat dilakukan pada beberapa tahap resusitasi ini.


Gambaran Umum Resusitasi di Ruang Bersalin

37

II. TUJUAN KEGIATAN


II.1. TUJUAN UMUM
Setelah mengikuti kegiatan skills lab resusitasi bayi baru lahir pada blok emergensi
diharapkan mahasiswa terampil dan mampu melakukan setiap langkah secara benar dan
sistematis.
II.2. TUJUAN KHUSUS
Mahasiswa mampu melakukan setiap langkah resusitasi bayi baru lahir yaitu:
Penilaian sebelum bayi lahir
Langkah awal resusitasi
Ventilasi tekanan positif
Kompresi dada
Penilaian setelah resusitasi
III. RANCANGAN ACARA PEMBELAJARAN
Waktu
20 menit
10 menit
10 menit

Aktivitas belajar mengajar


Keterangan
Introduksi pada kelas besar (terdiri dari 45 Nara sumber
mahasiswa)
Nara sumber melakukan peragaan langkah- Nara sumber
langkah resusitasi bayi baru lahir.
Mahasiswa dibagi menjadi 5 kelompok Instruktur
kecil (1 kelompok terdiri dari 9
mahasiswa). Tiap kelompok kecil memiliki
1 instruktur dan tindakan dilakukan
berdasarkan kasus yang diberikan
Instruktur
melakukan demontrasi
langkah-langkah resusitasi bayi baru lahir.

20 menit

Coaching : mahasiswa melakukan Instruktur


tindakan secara bergantian (2-3 orang) dan mahasiswa
sesuai kasus dengan dibimbing oleh
instruktur

90 menit

Self practice : mahasiswa melakukan Instruktur


sendiri tindakan sesuai kasus secara mahasiswa
bergantian, sehingga total waktu yang
dibutuhkan 90 menit (tergantung jumlah
mahasiswa)

dan

IV. PEDOMAN INSTRUKTUR


IV.1.PELAKSANAAN
1. Mahasiswa dibagi dalam kelompok besar 45 mahasiswa dan kecil 9 orang.Kelompok
besar dipimpin nara sumber dan kelompok kecil dipimpin instruktur.
2. Cara pelaksanaan kegiatan:
Instruktur melakukan choacing selama 20 - 30 menit, beberapa mahasiswa melakukan
pemeriksaan simulasi dibimbing instruktur dan peserta lain dapat melakukan
pengamatan.
Menggunakan pasien simulasi , mahasiswa.
Ditunjuk seorang mahasiswa untuk melakukan pemeriksaan. Mahasiswa
lainnya bertugas sebagai pengamat.
Setiap mahasiswa harus mendapat kesempatan melakukan.
3. Waktu pelaksanaan
- Setiap kegiatan skills lab dilaksanakan selama 150 menit.
38

- Disesuaikan dengan jadwal mahasiswa semester VI.


4. Tempat pelaksanaan
Ruang skills lab lantai 3
V. SARANA DAN ALAT YANG DIPERLUKAN
1. Meja 1 buah + alat tulis, kertas checklist
2. Stop Watch
3. Oksigen
4. Sarung tangan steril
5. Boneka bayi untuk resusitasi
6. Kain bedong bayi 3 lembar
7. Pengisap lendir (pengisap lendir de Lee/bulb syringe)
8. Balon resusitasi dan sungkup untuk bayi
VI. RUJUKAN
1. Kattwinkel J, penyunting. Buku panduan resusitasi neonatus. Edisi ke-5. Jakarta:
Perinasia;2007
2. Buku Acuan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar. Departemen Kesehatan RI.
Tahun ; 2000

39

VII.

1.

2.
3.

4.
5.
6.

LEMBAR PENGAMATAN PERAWATAN


NEONATUS DAN BAYI ASFIKSIA

DAN

PENANGANAN

LANGKAH/TUGAS
Pengamatan
PERSIAPAN ALAT RESUSITASI
Ya
Tidak
Semua alat resusitasi harus dipersiapkan terlebih dahulu dalam
keadaan keadaan steril yang terdiri dari oksigen, sarung tangan
steril, kain bedong bayi 3 lembar, pengisap lendir (pengisap
lendir de Lee/bulb syringe), balon resusitasi dan sungkup untuk
bayi
Meja resusitasi telah dialasi dengan 2 helai kain yang bersih
dan kering
Mencuci tangan menggunakan sabun dan air mengalir,
memakai sarung tangan steril
PERSIAPAN BAYI
Memotong tali pusat segera setelah bayi lahir
Menerima bayi dengan kain yang kering dan hangat dan
meletakkannya pada tempat resusitasi yang sudah disiapkan.
Posisi penolong berada pada kepala bayi
MENILAI DAN MENJAWAB 4 PERTANYAAN

7. Dalam beberapa detik secara cepat, menilai dan menjawab 4


pertanyaan berikut :
 Apakah bersih dari mekonium ?
 Apakah bayi bernapas atau menangis ?
 Apakah tonus otot baik ?
 Apakah bayi cukup bulan ?
Bila salah satu pertanyaan ada yang dijawab Tidak, maka
bayi memerlukan tindakan lebih lanjut, yaitu: Langkah Awal
Resusitasi.
LANGKAH AWAL
MEMBERIKAN KEHANGATAN
8. Alat pemancar panas telah diaktifkan atau boks yang sudah
dihangatkan sehingga tempat meletakkan bayi menjadi hangat.
POSISIKAN DAN BERSIHKAN JALAN NAPAS
9. Bayi diposisikan, dengan posisi setengah tengadah dan bahu
diberi ganjalan kain. Pastikan jalan napas terbuka
10. Melakukan pengisapan lendir di mulut dahulu maksimal 5 cm
baru kemudian hidung maksimal 3 cm
MENGERINGKAN BAYI, MERANGSANG &
MEMPOSISIKAN KEMBALI
11. Menggosok seluruh tubuh bayi dengan sedikit tekanan dengan
kain hangat

40

12. Melakukan rangsangan taktil pada telapak kaki atau gosok


naik turun pada punggung bayi dengan telapak tangan anda.
13. Menyingkirkan kain basah.
14. Memungkus bayi dengan kain atau handuk yang
15. bersih, kering dan hangat, serta kepala dan dada tetap
terbuka.
16. Mengatur kembali posisi kepala bayi dengan kain yang
digulung/lipat di bawah bahu sehingga kepala sedikit
ekstensi
MENILAI BAYI
17. Melakukan penilaian, apakah bayi bernapas spontan, megapmegap atau merintih.
18. Bila bayi tidak bernapas atau megap megap melakukan
segera Ventilasi Tekanan Positip
VENTILASI BAYI
19. Posisi pelaksana ventilasi tekanan positif (VTP) berdiri di
sebelah atau dekat kepada bayi
20. Memegang balon dengan tangan kanan dan sungkup dengan
tangan kiri
21. Posisi balon sedemikian rupa sehingga tidak menghalangi
pandangan mata ke dada bayi untuk melihat gerak turun naik
dada bayi selama VTP
22. Melakukan ventilasi 40-60 kali permenit dengan menghitung
pompa....dua....tiga....pompa....dua.....tiga
23. Memastikan dada mengembang
24. Bila bayi bernafas spontan, hentikan resusitasi.
25. Setelah 30 detik melakukan VTP, bayi tidak bernafas atau
megap-megap, lakukan penilaian frekuensi jantung selama
6 detik.
26. Bila frekuensi jantung < 60 kali/menit ----- lanjutkan VTP dan
LAKUKAN KOMPRESI DADA
27. Bila frekuensi jantung > 60 kali/menit --- teruskan ventilasi
tekanan positip, kemudian melakukan penilaian ulang usaha
napas, frekuensi jantung dan warna kulit
KOMPRESI DADA
 Ada 2 teknik:
a. Teknik ibu jari, kedua ibu jari digunakan untuk menekan
sternum, sementara kedua tangan melingkari dada dan jarijari tangan menyokong tulang belakang.
b. Teknik dua jari, ujung jari tengah dan jari telunjuk atau jari
manis dari satu tangan digunakan untuk menekan tulang
dada dengan posisi tegak lurus, sementara tangan yang lain
digunakan untuk menopang bagian belakang bayi (kecuali
kalau bayi diletakkan pada permukaan yang keras)
41

28. Tekanan diberikan pada 1/3 bawah tulang dada, yang terletak
antara tulang dada sifoid dan garis khayal yang
menghubungkan kedua puting susu.
29. Lakukan kompresi dada disertai dengan VTP
30. Orang yang melakukan kompresi harus mengambil alih tugas
menghitung: satu- dua-tiga-Pompa (tiga kompresi + satu
ventilasi)
31. Lakukan selama 30 detik
32. Bila frekuensi denyut jantung mencapai 60 kali/menit atau
lebih, tindakan kompresi dada dihentikan.
33. Lanjutkan VTP sampai > 100 x per menit dan bayi bernapas
spontan
PEMANTAUAN DAN PELAPORAN
34. Melakukan pemantauan terhadap bayi pasca resusitasi
35. Melakukan pencatatan dan pelaporan
Catatan:

Ya
Tidak

= Mahasiswa melakukan
= Mahasiswa tidak melakukan

42

SL. EM. VI. 8


KETERAMPILAN KLINIK
RESUSITASI CAIRAN PADA PASIEN DEWASA
Hasanul Arifin
I. PENDAHULUAN
Resusitasi adalah suatu tindakan untuk mengembalikan fungsi tubuh kepada keadaan
fisiologis. Kehilangan cairan dapat berupa kehilangan yang normal (keringat,
penguapan, urine ) atau kehilangan yang patologis. Kehilangan cairan yang patologis
bisa disebabkan oleh karena perdarahan atau non perdarahan (dehidrasi). Resusitasi
cairan adalah tindakan mengganti kehilangan cairan tubuh yang hilang oleh sebab
patologis kembali menjadi normal.

DASAR TERAPI CAIRAN

Terapi cairan  resusitasi dan rumatan.


Resusitasi dapat dilakukan dengan cairan kristalloid atau kolloid.
Rumatan dilakukan dengan kristalloid.

Komposisi cairan tubuh.


Total body water : 60% dari BB.
o Intraselular (ICF)
: 40%
o Extraseluler (ECF)
: 20%
 Intersitial (ISF)
: 15%
 Intravascular (IVF) : 5%
Contoh :
o Laki laki , BB : 60 kg  TBW = 60% dari 60 kg 36 liter
o Dari 36 liter TBW  ICF = 24 liter & ECF = 12 liter
o ECF = 12 liter  ISF = 9 liter & IVF = 3 liter
Tabel Persentase Total Body Water
Pria

Wanita

Kurus

65%

55%

Sedang

60%

50%

Gemuk

55%

45%

43

Kehilangan cairan non-perdarahan (dehidrasi)


DERAJAT DEHIDRASI
Tanda-tanda klinis

Ringan

Sedang

Berat

Hemodinamik

Takikardi

Takikardi,
Takikardi,sianosis,
hipotensi ortostatik, nadi sulit diraba,
nadi lemah, vena
akral dingin
kolaps

Jaringan

Mukosa lidah
kering

Lidah lunak,
keriput

Atonia, mata
cekung/corong

Turgor kulit

<

<<

<<<

Urin

Pekat

Pekat, jumlah
menurun

Oliguria

Kesadaran

Normal

Apatis, gelisah

Koma

Defisit

3-5% BB

6-8% BB

10% BB

Penggantian Cairan :
-

Tentukan derajat dehidrasi pasien

Hitung kekurangan / defisit cairan, berdasarkan derajat dehidrasi dikali dengan


BB

Bila dehidrasi ringan dan sedang langsung ke rehidrasi tahap lambat, namun bila
dehidrasi berat dimulai dengan rehidrasi tahap cepat kemudian dievaluasi
dilanjutkan ke tahap rehidrasi lambat bila rehidrasi cepat berhasil.

Tahap cepat

Tahap lambat : 50% sisa defisit cairan + rumatan, diberikan dalam 8 jam
pertama 50% sisa defisit cairan + rumatan diberikan dalam 16 jam kedua

: 20 40 ml/kgBB  guyur dalam waktu -1 jam

Dehidrasi tahap cepat 


o untuk mengembalikan fungsi hemodinamik menuju normal
o ditandai dengan membaiknya fungsi hemodinamik ( MAP , HR, perfusi
perifer), membaiknya perfusi organ (urine mulai keluar, jernih)

Kebutuhan normal untuk rumatan


Dalam keadaan tidak ada masukan melalui oral, maka defisit cairan dan elektrolit dengan
segera dapat terjadi sebagai akibat produksi urine, sekresi gastrointestinal, keringat dan
insesible waterlossdari kulit dan paru. Kebutuhan normal untuk rumatan dapat dilihat dari
table di bawah ini

44

Berat Badan

Jumlah Cairan

0-10 kg

4 mL / kg/jam

10-20 kg berikutnya

tambahkan 2 mL/kg/jam

Untuk setiap kg diatas 20 kg

tambahkan 1 mL/kg/jam

Sebagai contoh : kebutuhan cairan rumatan untuk berat badan 60 kg adalah:


10x4 + 10x2 + 40x1= 100 mL/jam

CAIRAN PENGGANTI
Kristaloid : Ringer laktat, Ringer Asetat, NaCl 0.9%
Koloid

: HES 6%, Gelatin, Albumin5%

Kehilangan cairan oleh karena perdarahan :


Estimated Fluid and Blood Losses Based on Patients Initial Presentation
( tabel ini digunakan untuk menentukan derajad perdarahan yang sudah terjadi
berdasarkan hasil pemeriksaan pada saat ini)
Class I

Class II

Class III

Class IV

Blood-Loss[ml]

< 750

750-1500

1500-2000

>2000

Blood-loss [%EBV]

<15%

15-30%

30-40%

>40%

Pulse-Rate [x/min.]

<100

>100

>120

>140

Blood-Pressure

Normal

Normal

Decreased

Decreased

Pulse-Pressure

N or increased

Decreased

Decreased

Decreased

14-20

20-30

30-35

>35

>30

20-30

5-15

Negligible

Slightly
anxious

Midly anxious

Anxious and
confused

Confused and
lethargic

Respiratory Rate
Urine output[ml/hour]
Mental status/CNS

EBV : 70 ml/kg BB  contoh BB 60 kg , maka EBV = 50 x 70 = 4200 mL


Perdarahan 25 % EBV = 25 % x 4200 = 1000 mL
45

Penggantian Cairan Pada Perdarahan:


Konsensus :
o Kristaloid

3:1

o Kolloid (HES) 1 : 1
o Kolloid (gelatin) 1.5 : 1
Sampai dengan perdarahan 25 % EBV  Kristaloid .
Contoh :
o Pasien dengan BB 60 kg, perdarahan s/d 25% EBV ( 1000 ml)  diganti dengan
3000 ml RL.
o Selebihnya ( diatas 25% EBV), diganti dengan koloid (1:1)  500 m perdarahan
diganti dengan 500 ml HES-6% , atau darah (WB) 500 ml
TRANSFUSI DARAH
Mengikuti RULE-of 5
o Jumlah ml WB = BB (kg) x 5 x delta Hb ( selisih Hb target dengan Hb saat
ini)
o Target Hb = 7-9 gr %
o PRC  dari WB.
o Contoh :
o BB 60kg, Hb 3gr%, target 9gr%
o Maka kebutuhan WB = 60 x 5 x (9-3) = 1800 ml
o Bila PRC  900 ml

PENGHANGATAN CAIRAN :
Tujuan penghangatan cairan :
Tetesan infus lancar
Mencegah hypothermia
Kurva dissosiasi oksigen bergeser kekanan (un-loading, Hb mudah melepas
oksigen)
Pumping jantung kuat

46

II. TUJUAN KEGIATAN


II.1 TUJUAN UMUM
Setelah mengikuti kegiatan skills lab pada blok resusitasi cairan pada passien dewasa ini,
mahasiswa dapat mendiagnosa (menentukan) derajad kehilangan cairan non perdarahan
(dehidrasi) dan kehilangan cairan pada perdarahan, terampil melakukan resusitasi cairan
sesuai dengan derajad kehilangan cairan , mengenal dan dapat menentukan jenis cairan
yang digunakan untuk resusitasi, menentukan saat transfusi dan menghitung kebutuhan
darah yang dibutuhkan.
II.2 TUJUAN KHUSUS
1. Mahasiswa mampu mengenal jenis-jenis cairan untuk resusitasi cairan
2. Mahasiswa mampu melakukan diagnosa (penentuan) derajad kehilangan
cairan non perdarahan (dehidrasi).
3. Mahasiswa mampu melakukan penghitungan kebutuhan dan cara resusitasi
dan jenis cairan yang digunakan pada kasus dehidrasi
4. Mahasiswa mampu melakukan diagnosa (penentuan) derajad kehilangan
cairan dan darah pada kasus dengan perdarahan .
5. Mahasiswa mampu melakukan penghitungan kebutuhan , cara resusitasi dan
jenis cairan yang digunakan pada kasus perdarahan.
6. Mahasiswa mampu menentukan saat kapan transfusi dan penghitungan
kebutuhan darah.
7. Mahasiswa mampu menjelaskan tujuan pemberian larutan infus

yang

dihangatkan

47

III. RANCANGAN ACARA PEMBELAJARAN

WAKTU
20 menit
10 menit
10 menit

AKTIVITAS BELAJAR MENGAJAR

KETERANGAN

Introduksi pada kelas besar ( terdiri dari 45 Nara sumber


mahasiswa)
Narasumber mencontohkan perhitungan terapi Nara sumber
cairan
Mahasiswa dibagi menjadi 5 kelompok kecil (1 Instruktur
kelompok terdiri dari 9 mahasiswa). Tiap
kelompok kecil memiliki 1 instruktur yang
mencontohkan pemberian terapi cairan.
Instruktur mencontohkan perhitungan terapi
cairan

20 menit

Coaching : mahasiswa melakukan tindakan Instruktur


secara bergantian dengan dibimbing oleh mahasiswa
instruktur.

90 menit

Self practice : mahasiswa melakukan sendiri Mahasiswa


tindakan secara bergantian sehingga total waktu
yang dibutuhkan 90 menit

dan

IV. PEDOMAN INSTRUKTUR


IV.1.PELAKSANAAN
1. Mahasiswa dibagi dalam kelompok
besar 45 mahasiswa dan kecil 9
orang.Kelompok besar dipimpin nara sumber dan kelompok kecil dipimpin
instruktur.
2. Cara pelaksanaan kegiatan:
Instruktur melakukan choacing selama 20 - 30 menit, beberapa mahasiswa
melakukan pemeriksaan simulasi dibimbing instruktur dan peserta lain dapat
melakukan pengamatan.
Menggunakan manikin.
Ditunjuk seorang mahasiswa untuk melakukan resusitasi. Mahasiswa
lainnya bertugas sebagai pengamat.
Setiap mahasiswa harus mendapat kesempatan melakukan.
3. Waktu pelaksanaan
- Setiap kegiatan skills lab dilaksanakan selama 150 menit.
- Disesuaikan dengan jadwal mahasiswa semester VI.
4. Tempat pelaksanaan
Ruang skills lab lantai 3

48

V. RUJUKAN

G.Edward Morgan,Jr ; Maged S.Mikhail ; Michael J.Murray Clinical


Anasthesiology.
ATLS

VI. SKENARIO KASUS


Laki-laki, 40 thn, 60 kg mengalami KLL datang ke UGD dengan keadaan :
Nafas sesak 32 x/menit, TD : 90/70 mmHg, Nadi : 128x / menit, Ketika diajak bicara
jawaban tidak jelas, setelah dipasang kateter, urine yg keluar pekat, hanya 15 cc.
Perut kelihatan membesar dan keras. Jejas terlihat di daerah bawah arcus costa
kiri.Tanda-tanda patah tulang tidak kelihatan.
Lakukanlah resusitasi cairan yang sesuai dengan kasus di atas !
Setelah dilakukan rewsusitasi ,keadaan pasien saat ini nafas berkurang sesaknya
24x/menit, TD : 110/70 mmhg, Nadi 106x / menit, urine sudah mulai keluar 40 cc, mulai
jernih.
Setengah jam kemudian pasien tampak sesak kembali, tekanan darah turun 90/70, Nadi
120 x /menit, pasien tampak pucat, sklera tampak udem. Hb diukur 5 gr %.
Pasien didiagnosa mengalami trauma tumpul abdomen dengan shock hipovolemik ec
internal bleeding (spleen-rupture ?)
Lakukanlah resusitasi cairan yang sesuai dengan kasus di atas !
Kasus 2 :
Seorang wanita, umur 26 thn, BB 50 kg, datang ke unit gawat darurat dengan keluhan
muntah dan mencret.
Pada pemeriksaan fisik dijumpai : bila diberi rangsang nyeri dengan menekan nail bed,
mata terbuka lalu tertutup kembali; dari bangun lalu tidur kembali.
TD 85/- mmHg (dari palpasi); nadi 138x/menit, halus; ujung jari dingin, warna pucat dan
kebiruan, mata cekung. Katerter terpasang, urine 5 cc dengan warna pekat.
Pasien didiagnosa mengalami muntah mencret dengan dehidrasi berat.
Lakukanlah resusitasi cairan yang sesuai dengan kasus di atas !

49

VII. LEMBAR PENGAMATAN RESUSITASI CAIRAN


PENGAMATAN
No.

LANGKAH / TUGAS

1.

Menilai parameter parameter :


- Menentukan TD
- Menentukan HR
- Menentukan pulse pressure
- Menentukan frekwensi pernafasan
- Menentukan produksi urin
- Turgor kulit
- Menentukan kesadaran

2.

Persiapan untuk melakukan tindakan :


Infus set (jarum besar, 16 G atau 18 G ) 2 set.

Penghangat cairan

Penghangat tubuh

Oksigen nasal

Kateter urine

Persiapan cairan Kristaloid RL

3.

Menentukan derajat perdarahan atau dehidrasi sesuai


data pada point 1. (lihat tabel)

4.

Melakukan perhitungan kehilangan darah atau dehidrasi


cairan berdasarkan klassifikasi (tabel).
Mengenal jenis cairan pengganti perdarahan (kristaloid,
koloid, darah atau komponen darah) dan pengganti
cairan untuk rehidrasi pada kasus dehidrasi
Melakukan penggantian perdarahan/ dehidrasi, sesuai
dengan petunjuk diatas. ( kerjakan sesuai dengan kasus)
Pemantauan pasca resusitasi / rehidrasi sesuai dengan
tabel (klassifikasi perdarahan/dehidrasi)

5.

6.
7.

Note

: Ya
Tidak

YA

TIDAK

: Mahasiswa melakukan
: Mahasiswa tidak melakukan

50

SL. EM. VI. 9


KETERAMPILAN KLINIK
RESUSITASI JANTUNG PARU ANAK
I.

PENDAHULUAN
Pada bayi dan anak proses henti kardiopulmonal (cardiopulmonary arrest)
jarang terjadi secara mendadak, sebagian besar terjadi secara runtut akibat
perburukan progresif pada fungsi pernafasan dan sirkulasi.
Henti kardiopumonal serin gkali dapat dicegah bila tanda kegagalan
pernafasan dan kegagalan sirkulasi terdeteksi sedini mungkin, dan intervensi
dilakukan dengan cepat dan tepat.
Resusitasi merupakan tindakan medik utama pada kegawatan. Terdiri dari
tunjangan hidup dasar (basic life support), tunjangan hidup lanjut (advanced life
support), dan perawatan pasca resusitasi. Tunjangan hidup dasar terdiri dari
pembebasan jalan nafas (A= airway), napas (B= breathing) dan sirkulasi darah (C=
circulation) adalah bagian terpenting untuk intervensi dini pada kegawatan anak.

Pediatric BLS Algorithm

51

1. Menentukan pasien sadar atau tidak, jika pasien tidak sadar segera meminta bantuan.

2. Melakukan pembebasan jalan nafas dengan triple airway manuever

3. Menilai usaha pernafasan dengan melihat gerakan nafas, mendengar desah nafas dan
merasakan aliran udara nafas (look, listen and feel)

52

4. Bila tidak bernafas, pertahankan jalan nafas dan lakukan nafas buatan dengan mulut
atau balon (bag) resusitasi

5. Melakukan penilaian sirkulasi pada anak di arteri karotis


6. Bila terjadi bradikardia atau henti jantung dilakukan kompresi jantung (1/2 bagian
bawah tulang dada dengan kedalaman 1/3 tebal dada anteroposterior)

7. Melakukan koordinasi antara gerak pijat jantung dengan gerak nafas buatan dengan
perbandingan bila 1 penolong 30 : 2 dan bila 2 penolong 15 : 2
Pijat jantung dilakukan sekitar 100x permenit. Nafas buatan dilakukan dengan mulut
atau balon (bag) resusitasi

53

RECOVERY POSITION
Recovery position dilakukan setelah pasien berhasil dilakukan resusitasi
Urutan tindakan recovery position meliputi:
1.
2.
3.
4.

Menarik lengan ke atas


Menyilangkan lengan ke arah leher
Menekuk kaki yang sejajar dengan penolong
Memiringkan pasien ke arah penolong

Dengan posisi recovery jalan nafas diharapkan dapat tetap bebas(secure airway) dan mencegah
aspirasi jika terjadi muntah

II. TUJUAN
II.1 TUJUAN UMUM
Dengan mengikuti kegiatan skills lab pada blok gawat darurat ini mahasiswa
diharapkan dapat memahami resusitasi jantung paru anak secara baik dan benar
II.2 TUJUAN KHUSUS
Mahasiswa mampu melakukan :
1. Penilaian secara cepat status kesadaran
2. Pembebasan jalan nafas (head tilt/chin lift dan jaw thrust)
54

3. Mempertahankan jalan nafas (pemberian oksigen, nafas buatan atau dengan


balon resusitasi)
4. Pijat jantung
5. Mengetahui peralatan untuk mempertahankan jalan nafas dan ventilasi (tidak
termasuk ventilasi mekanik), antara lain : guedel, penyangga nasofarings,
laringoskop, pipa endotrakeal, kateter penghisap, kanul krikotiroidotomi,
sungkup resusitasi, balon resusitasi, pipa torakotomi, pipa lambung
III. RANCANGAN ACARA PEMBELAJARAN
Waktu
(menit)
20 menit
10 menit

10 menit

Aktivitas belajar mengajar


Introduksi pada kelas besar (45 mahasiswa)

Keterangan
Nara sumber

Nara sumber memperlihatkan tata cara Nara sumber


penilaian cepat status kesadaran dan resusitasi
jantung paru anak
Mahasiswa dibagi menjadi 5 kelompok kecil Instruktur
(1 kelompok terdiri dari 9 mahasiswa). Tiap
kelompok kecil memiliki 1 instruktur dan
tindakan dilakukan pada manekin

Instruktur memperlihatkan tata cara penilaian


cepat status kesadaran dan resusitasi jantung
paru anak
20 menit

Coaching : mahasiswa melakukan tindakan Instruktur


secara bergantian pada manekin dengan dan mahasiswa
dibimbing oleh instruktur

90 menit

Self practice : mahasiswa melakukan sendiri Instruktur


tindakan pada manekin secara bergantian, mahasiswa
sehingga total waktu yang dibutuhkan 90
menit (tergantung jumlah mahasiswa)

dan

IV. Waktu pelaksanaan


- Setiap kegiatan skills lab dilaksanakan selama 150 menit
- Disesuaikan dengan jadwal skills lab blok Emergency System
V. RUJUKAN
1. Kumpulan materi Pelatihan Resusitasi Pediatrik Tahap Lanjut (2009)
2. 2005 American Heart Association (AHA) guidelines for CPR and ECC of
Pediatric & neonatal patients : Pediatric basic life support
VI. SARANA DAN ALAT YANG DIPERLUKAN
1. Meja instruktur + alat tulis, kertas checklist
2. Karpet (untuk masing-masing kelompok)
3. Manekin (untuk masing-masing kelompok)
4. Guedel (untuk masing-masing kelompok)
5. Penyangga nasofaring (untuk masing-masing kelompok)
6. Laringoskop (untuk masing-masing kelompok)
7. Pipa endotrakeal (untuk masing-masing kelompok)
8. Kateter penghisap (untuk masing-masing kelompok)
9. Kanul krikotiroidotomi (untuk masing-masing kelompok)
10. Sungkup resusitasi (untuk masing-masing kelompok)
55

11. Balon resusitasi (untuk masing-masing kelompok)


12. Pipa torakotomi (untuk masing-masing kelompok)
13. Pipa lambung (untuk masing-masing kelompok)

VII. TEKNIK PELAKSANAAN RESUSITASI


SAFE APPROACH
ARE YOU ALRIGHT ?
AIRWAY OPENING
MANEUVERS
LOOK, LISTEN, FEEL

5 BREATHS
CHECK PULSE

START CPR 15 : 2
CALL EMERGENCY
SERVICE

VIII. LEMBAR PENGAMATAN RESUSITASI JANTUNG PARU


LANGKAH/TUGAS

Pengamatan
Ya
Tidak

1. Menilai status kesadaran secara cepat


A = alert
V = respon to voice
P = respon to pain
U = unresponsive
2. Pembebasan jalan nafas
Posisi penolong berada di sebelah kanan pasien, dengan kaki
kiri sejajar dengan bahu pasien
Head tilt-chin lift : letakkan satu tangan pada dahi, tekan
perlahan ke posterior sehingga kemiringan kepala pada posisi
normal atau sedikit ekstensi. Letakkan jari tangan lain pada
tulang rahang bawah tepat di ujung dagu dan dorong keluar
atas, sambil memepertahankan tangan lain yang sebelumnya
pada dahi
Jika disangkakan ada trauma servikal dilakukan jaw thrust
Jaw thrust : posisi penolong di sisi atau di arah kepala,
letakkan 2- 3 jari (tangan kiri dan kanan) pada masingmasing sudut posterior bawah kemudian angkat dan dorong
keluar
3. Look,listen, feel
Adanya usaha nafas dinilai dengan melihat gerak nafas,
56

mendengar desah nafas dan merasakan aliran udara nafas.


Jika usaha nafas tidak adekuat atau tidak bernafas dilanjutkan
dengan pemberian nafas buatan.
4. Pemberian inisial 5x nafas buatan
(dengan mulut atau balon resusitasi)
Bila dilakukan dengan mulut, tarik nafas, kemudian tiup dan
lihat pengembangan dada. Bila dada tidak mengembang,
perbaiki posisi kepala dan bila tetap tidak mengembang,
pikirkan kemungkinan sumbatan jalan nafas. Hal yang sama
dilakukan dengan balon resusitasi
5. Raba pulsasi nadi
Dilakukan kurang dari 10 detik, pada arteri karotis pada anak
Jika <60x/menit dilakukan pijat jantung
6. Melakukan pijat jantung
Tempat pijatan pada anak bagian bawah tulang dada
dengan kedalaman pijatan 1/3 tebal dada (diameter
anteriorposterior). Pada anak <8 tahun dengan pangkal
telapak tangan, >8 tahun dgn pangkal telapak tangan terbuka
dan dibantu oleh tangan yang satu di atasnya.
Koordinasikan antara gerak pijat jantung dan gerak nafas
buatan dengan perbandingan 1 penolong 30:2 dan 2 penolong
15:2
Dengan suara keras disebutkan :
1 dan 2 dan 3 dan 4 dan 1.
Dilakukan sebanyak 4 siklus kemudian evaluasi kembali
pulsasi nadi
Melakukan Posisi Recovery
1. Menarik lengan ke atas
2. Menyilangkan lengan ke arah leher
3. Menekuk kaki yang sejajar dengan penolong
4. Memiringkan pasien
Note : Ya = mahasiswa melakukan
Tidak = mahasiswa tidak melakukan

57

Anda mungkin juga menyukai