Anda di halaman 1dari 2

Disolusi didefenisikan sebagai proses suatu zat padat masuk ke dalam pelarut menghasilkan

suatu larutan. Secara sederhana, disolusi adalah proses zat padat melarut. Secara prinsip,
proses ini dikendalikan oleh afinitas antara zat padat dan pelarut (Ansel, 1989). Uji disolusi
yang merupakan suatu metode fisika -kimia, digunakan dalam pengembangan produk dan
pengendalian mutu sediaan obat berdasarkan pengukuran parameter kecepatan pelepasan dan
melarut zat berkhasiat dari sediaannya (Lachman,et al., 1994).Obat yang telah memenuhi
persyaratan kekerasan, waktu hancur, keregasan, keseragaman bobot, dan penetapan kadar,
belum dapat menjamin bahwa suatu obat memenuhi efek terapi, karena itu uji disolusi harus
dilakukan pada setiap produksi tablet atau kapsul. Disolusi adalah proses pemindahan
molekul obat dari bentuk padat kedalam larutan pada suatu medium. Disolusi menunjukkan
jumlah bahan obat yang terlarut dalam waktu tertentu. Disolusi menggambarkan efek obat
secara invitro, jika disolusi memenuhi syarat maka diharapkan obat akan memberikan khasiat
secara invitro (Syukri, 2002)
Uji disolusi dan penetapan kadar merupakan dua aspek yang penting dalam rangka menjamin
kualitas dari suatu obat. Dari uji disolusi ini maka bisa didapatkan beberapa informasi obat
yang meliputi bioavaibilitas obat, variabel kontrol proses pengaruh dari obat dan melihat
perubahan pengaruh formulasi dari suatu obat (Raini et al.,2010)
Sejumlah metode untuk menguji disolusi dari tablet dan granul secara in vitro dapat
digunakan metode keranjang dan dayung. Uji hancur pada suatu tablet didasarkan pada
kenyataan bahwa, tablet itu pecah menjadi partikel- partikel kecil, sehingga daerah
permukaan media pelarut menjadi lebih luas, dan akan berhubungan dengan tersedianya obat
dalam cairan tubuh. Namun, sebenarnya uji hancur hanya menyatakan waktu yang diperlukan
tablet untuk hancur di bawah kondisi yang ditetapkan. Uji ini tidak memberikan jaminan
bahwa partikel-partikel itu akan melepas bahan obat dalam larutan dengan kecepatan yang
seharusnya. Oleh sebab itu, uji disolusi dan ketentuan uji dikembangkan bagi hampir seluruh
produk tablet. Laju absorpsi dari obat-obat bersifat asam yang diabsorpsi dengan mudah
dalam saluran pencernaan sering ditetapkan dengan laju larut obat dalam tablet (Martin et al.,
2008)
Faktor yang harus diperhatikan dalam uji disolusi yaitu : ukuran dan bentuk yang akan
mempengaruhi laju dan tingkat kelarutan, selain itu sifat media pelarutan juga akan
mempengaruhi uji kelarutan. Beberapa kegunaanuji disolusi antara lain : menjamin

keseragaman satu batch, menjamin bahwa obat akan memberikan efek terapi yang
diinginkan, dan diperlukan dalam rangka pengembangan suatu obat baru(Ditjen POM, 1995)
Mekanisme disolusi, tidak dipengaruhi oleh kekuatan kimia atau reaktivitas partikel-partikel
padat terlarut ke dalam zat cair, dengan mengalami dua langkah berturut-turut (Gennaro,
1990):
a. Larutan dari zat padat pada permukaan membentuk lapisan tebal yang tetap atau film
disekitar partikel
b. Difusi dari lapisan tersebut pada massa dari zat cair

Mariana Raini, Daroham Mutiatikum, Pudji Lastari. Uji disolusi dan penetapan kadar tablet
loratadin Inovator generik dan bermerek. Media Litbang Kesehatan Volume
XXNomor 2 Tahun 2010
Ansel, Howard C. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Jakarta: UI-Press
Martin, A., Swarbrick, J., & Cammarata, A. 2008. Farmasi Fisik 2 . Universitas Indonesia
Press. Jakarta
Gennaro, A. R., et all. 1990. Remingtons Pharmaceutical Sciensces. Edisi 18th, Marck
Publishing Company, Easton, Pensylvania
Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan. Departemen Kesehatan.

1995.

Farmakope Indonesia. Edisi ke-4. Jakarta : Departemen Kesehatan.


Lachman, Leon, Lieberman, Hebert, Kahig, Joseph. 1994. Teori dan Praktek Farmasi
Industri. Edisi ketiga. Penerjemah Siti Suyatmi. Jakarta:
Press.

Universitas Indonesia

Anda mungkin juga menyukai