Preseptor:
Lucky Saputra, dr., SpKJ(K)., M.Kes.
Disusun oleh :
Yolanda D Oktaviyani
130112140622
Surya D Sembada
130112150586
Psikosomatik berasal dari bahasa Yunani, terdiri dari dua kata, yaitu
psyche yang artinya psikis dan soma yang artinya tubuh. Kedokteran
psikosomatik menekankan bahwa terdapat suatu kesatuan dan interaksi antara
pikiran dan tubuh. Ilmu ini menyatakan bahwa terdapat hubungan antara faktor
psikologi dengan fenomena fisiologi secara umum dan patogenesis penyakit
secara khusus. Oleh karena itu, faktor psikologis harus dipertimbangkan dalam
setiap penyakit.
Menurut DSM V, gangguan psikosomatik terdiri dari, (1) gangguan gejala
somatic (Somatic Symptom Disorder), (2) gangguan kecemasan terhadap penyakit
(Illness Anxiety Disorder), (3) gangguan Konversi (Conversion Disorder), (4)
faktor psikologis yang mempengaruhi kondisi medis lain (Psychological Factors
Affecting Other Medical Conditions), (5) gangguan buatan (Factitious Disorder)
(6) gangguan nyeri (Pain Disorder).
A.
tahun.
Gangguan terjadi pada 3% mahasiswa kesehatan, terutama pada 2 tahun
pertama masa kuliah, namun secara umum gangguan bersifat sementara.
Etiologi
1. Teori pertama menyatakan bahwa gejala mencerminkan misinterpretasi
gejala-gejala tubuh. Orang hipokondrial meningkatkan dan membesarbesarkan sensasi somatiknya.Mereka memiliki ambang rangsang dan
toleransi yang lebih rendah terhadap gangguan fisik. Sebagai contoh, apa
yang dirasakan oleh orang normal sebagai tekanan abdominal, orang
hipokondriakal mengalaminya sebagai nyeri abdomen.
2. Teori kedua menerangkan bahwa hipokondriasis dapat dimengerti
berdasarkan model belajar sosial. Gejala hipokondriasis dipandang sebagai
keinginan untuk mendapatkan peranan sakit oleh seseorang yang
menghadapi masalah yang tampak berat dan tidak dapat dipecahkan.
3. Teori ketiga menerangkan hipokondriasis sebagai bentuk varian gangguan
mental lainnya. Diperkirakan 80% pasien hipokondriasis mungkin
memiliki gangguan depresif atau gangguan cemas yang ditemukan
bersama-sama.
4. Teori keempat tentang psikodinamika hipokondriasis, yang menyatakan
harapan agresif dan permusuhan terhadap orang lain dialihkan kepada
keluhan fisik. Rasa nyeri dan keluhan somatik selanjutnya menjadi alat
untuk menebus kesalahan dan dapat dialami sebagai hukuman yang
diterimanya atas kesalahan di masa lalu (baik nyata ataupun khayalan) dan
perasaan seseorang bahwa dia jahat dan memalukan.
Diagnosis
A. Terdapat satu atau lebih gejala yang menyusahkan atau mengganggu
secara signifikan dalam kehidupan sehari-hari
B. Pikiran, perasaan, atau perilaku yang berlebihan mengenai gejala somatic
atau masalah kesehatan yang berkaitan, dengan minimal salah satu
manifestasi berikut :
1. Pikiran yang persisten dan tidak sesuai mengenai keseriusan salah
satu gejala
Gambaran Klinis
Pasien merasa yakin dirinya memiliki penyakit serius yang belum
terdeteksi, dan tidak dapat diyakinkan sebaliknya. Pasien mempertahankan
keyakinannya bahwa mereka memiliki penyakit tertentu, atau seiring berjalannya
waktu, dapat memindahkan keyakinannya pada penyakit lain. Keyakinan tersebut
bertahan tanpa menghiraukan hasil pemeriksaan laboratorium negatif, merupakan
perjalanan ringan dari penyakit yang dinyatakan sepanjang waktu, dan dengan
pengyakinanyang tepat dari dokter.Hipokondriasis sering disertai depresi atau
cemas dan biasanya koeksis dengan gangguan depresi atau cemas.
Diagnosis Banding
orang lain.
Gangguan Mental Lainnya
Hipokondriasis dapat juga terjadi pada pasien dengan gangguan depresi
atau kecemasan.Pada Skizofrenia, waham hypochondrial bisa ditemukan
dan disertai oleh gejala psikotik lainnya.
B.
yang berlaku untuk orang-orang yang memiliki preokupasi dengan menjadi sakit
atau dengan mengembangkan penyakit dari beberapa jenis.Ini adalah varian dari
gangguan somatic symptom disorder (hypochondriasis). Untuk membedakan
diagnosis banding diantara keduanya, menurut DSM-5, somatic symptom disorder
didiagnosis bila terdapat gejala somatic, sedangkan dalam illness anxiety disorder,
terdapat sedikit atau tidak terdapat gejalasomatic dan orang tersebut terutama
berkaitan dengan ide bahwa mereka sakit.
Epidemiologi
Etiologi
Penyebab gangguan ini tidak diketahui, namun sebagian besar teori pada etiologi
Somatic Symptom Disorder dapat pula terapkan pada gangguan ini.
Diagnosis
Gambaran Klinis
Pasien dengan Illnes Anxiety Disorder, sama seperti pada Somatic
Smptom Disorder, percaya bahwa dirinya memiliki penyakit serius yang belum di
diagnosis dan dan tidak dapat diyakinkan sebaliknya. Pasien mempertahankan
keyakinannya bahwa mereka memiliki penyakit tertentu, atau seiring berjalannya
penyakit tertentu
Gangguan Nyeri
Gangguan
nyeri
biasanya
bersifat
kronis
seperti
pada
yang
dilakukan
seperti
individual
insight-oriented
C.
ditandai oleh adanya satu atau lebih gejala yang mempengaruhi fungsi motorik
atau sensorik yang tidak dapat dijelaskan oleh gangguan neurologis atau medis
yang diketahui. Di samping itu, penegakan diagnosis mengharuskan adanya faktor
psikologis yang berhubungan dengan awal atau eksaserbasi gejala.Gejala yang
muncul tidak secara sengaja dibuat, tidak disebabkan oleh penggunaan zat, tidak
terbatas pada gejala nyeri atau seksual, dan munculnya disebabkan secara
psikologikal bukan sosial, monetary, atau legal.
Epidemiologi
Rasio terjadinya gangguan konversi pada wanita disbanding pria paling
sedikit 2:1 dan bisa mencapai 10:1. Pada anak-anak lebih sering terjadi
pada anak perempuan.
Gejala lebih sering muncul pada sisi kanan tubuh wanita.
Terdapat hubungan antara gangguan konversi dengan kepribadian
antisosial pada pria.
Onset gangguan konversi paling sering terjadi di akhir masa kanak-kanak
sampai awal dewasa, dan jarang terjadi sebelum usia 10 tahun atau setelah
usia 35 tahun.
Gangguan konversi lebih sering terjadi di populasi pedesaan,orang dengan
tingkat pendidikan rendah, IQ yang rendah, sosioekonomi menengah ke
bawah, dan pada anggota militer yang pernah terapar dengan situasi
peperangan.
Gangguan konversi pada umumnya berhubungan dengan diagnosis
komorbid seperti Gangguan Depresi Mayor, Gangguan Kecemasan, dan
Skizofrenia. Frekuensi juga dilaporkan meningkat pada orang yang
memiliki kerabat dengan gangguan konversi juga.
Etiologi
1. Faktor psikoanalitik
Menurut teori psikoanalitik, gangguan konversi disebabkan oleh represi
konflik intrapsikis bawah sadar dan konversi kecemasan ke dalam suatu
gejala fisik. Gejala yang timbul merupakan ekspresi sebagian keinginan
atau dorongan yang dilarang tapi tersembunyi, sehingga pasien tidak perlu
secara sadar berhadapan dengan impuls mereka yang tidak dapat diterima.
2. Learning Theory
Gejala konversi dapat dilihat sebagai bagian dari perilaku klasik yang
dipelajari; gejala penyakit, yang dipelajari di masa kecil, sebagai sarana
untuk mengatasi situasi dinyatakan tidak mungkin.
3. Faktor biologis
menemukan
hipometabolisme
pada
hemisfer
dominan
dan
Gambaran Klinis
Paralisis, kebutaan, dan mutisme adalah gejala yang paling sering
ditemukan. Gangguan konversi biasanya berhubungan dengan gangguan
kepribadian pasif-agresif, ketergantungan, antisosial, dan histrionik. Gangguan
depresi dan cemas sering menyertai gejala gangguan konversi, dan pasien
biasanya beresiko bunuh diri.
Gejala sensorik biasanya berupa anestesia dan parestesia, terutama pada
ekstremitas. Semua aspek sensorik dapat terkena dan distribusinya inkonsisten
dengan baik gangguan neurologis sentral atau perifer. Gangguan konversi dapat
mempengaruhi organ penginderaan (tuli, kebutaan, tunnel vision) , gejala ini dapat
unilateral atau bilateral, namun pemeriksaan neurologis tidak menunjukkan
adanya gangguan persarafan.
Gejala motorik meliputi gerakan abnormal, gangguan postur tubuh,
kelemahan, dan paralisis atau paresis. Tremor ritmik kasar, gerak koreiformis, tics,
dan tersentak dapat ditemukan.
Kejang semu adalah gejala lain yang dapat pula terjadi. Klinisi dapat
mengalami kesulitan dalam membedakan kejang semu ini dengan kejang
sesungguhnya hanya melalui observasi klinis.
Diagnosis Banding
Gangguan Mental
Gejala gangguan Konversi dapat timbul pada Skizofrenia, Depresi dan
Anxietas. Namun gangguan-gangguan
hanya
mengeluhkan
gangguan
fungsi
seksual
sebaiknya
D.
Etiologi
6.
7.
8.
9.
dekat
Luka atau penyakit berat
Pernikahan
Dipecat dari pekerjaan
Rujuk selama pernikahan
adopsi,
serumah
16.
Teori Stres
17.
Walter
Cannon
(1875-1945)
memperkenalkan
studi
Stres
yang
dimaksud
dapat
berupa
kondisi
yang
menimbulkan
peningkatan
penggunaan
energi,
Diagnosis
26.
(4)
mencetuskan
atau
Gangguan Spesifik
28.
Penyakit
32.
31.
Hipertens 33.
30.
Keterangan
Gangguan Kardiovaskular
Stres akut menyebabkan pelepasan katekolamin
34.
Angina,
aritmia,
penyakit
jantung
koroner
37.
Asma
39.
Sindrom
hiperventilasi
42.
RA
untuk
mendapatkan
kasih
sayang
dan
perlindungan.
40.
Menyertai gangguan panik, gangguan cemas
menyeluruh.
Pasien
berespons
terhadap
MAO,
Osteoartr
itis
47.
dengan benzodiazepin.
45.
Perubahan pola hidup meliputi penurunan berat
badan, olahraga isometrik untuk menguatkan sendi,
aktivitas fisik, dan kontrol nyeri.
46.
Gangguan Gastrointestinal
48.
Berkaitan dengan depresi. Stres mencetuskan
IBD:
penyakit
Crohn,
kolitis
ulserativa
49.
Ulkus
peptikum
cemas,
stres,
kopi,
alkohol.
Teori
psikologis:
52.
Neuroder
matitis
mengeluarkan kemarahan.
51.
Gangguan Kulit
53.
Terjadi karena stresor psikososial: kematian orang
yang
dicintai,
konflik
seksual,
kemarahan
yang
55.
Nyeri
kepala
mengatasi gejala.
54.
Lain-lain
56.
Tension-type headache
(TTH)
terjadi
akibat
Obesitas
dan nonbasilar.
59.
Hiperfagia mengurangi rasa cemas. Behavioral
therapy, grup support, konseling nutrisi, dan psikoterapi
E. Factitious Disorder
63.
ini, namun suatu penelitian menyatakan sekitar 0,8% 1.0% pasien yang
konsultasi ke psikiatri merupakan penderita kelainan buatan. Sekitar 2/3
pasien dengan munchausen syndrome merupakan laki-laki. Banyak pada
orang berkulit putih, usia pertengahan, tidak bekerja, tidak menikah, dan
tanpa ikatan sosial atau keluarga yang signifikan. Kelainan buatan ini
umumnya dilakukan oleh ibu terhadap bayi atau anak kecil.
67.
Etiologi
70.
kelainan buatan ini belum dapat dipahami dengan baik, karena penderita
susah untuk mengikuti proses psikoterapi. Para penderita tetap bersikeras
kalau gejala yang dialami hanyalah gejala fisik, sehingga beranggapan kalau
terapi berbasis psikologi tidak akan berguna. Riwayat kekerasaan pada saat
anak juga dapat mempengaruhi, dimana sang anak menjadi lebih suka
dirawat di rumah sakit karena dapat menghindari kekerasan yang terjadi di
rumah. Selain itu, sang anak merasa ada yang perhatian jika dirawat di
rumah sakit (seperti dokter, perawat). Pasien yang suka mencari prosedur
yang menyakitkan, seperti operasi dan serangkaian tes yang invasif
mungkin memiliki kepribadian masokis.
71.
disfungsi otak merupakan salah satu faktor pada kelainan buatan ini.
72.
Diagnosis dan Manifestasi klinis
73. Factitious disorder merupakan tanda dan gejala fisik atau
psikologis yang dipalsukan.
74.
75.
76.
gangguan disosiasi dan konversi, dan kebiasaan aneh yang tidak ada
perbaikan setelah pemberian terapi rutin. Hal ini dapat menyebabkan
pasien menerima dosis psikotik yang tinggi. Gejala psikologis factitious
ini menyerupai fenomena pseudomalingering.
78.
79.
b. Personality Disorders
87.
dan riwayat penggunaan zat & riwayat kriminal, pasien dengan factitious
disorder sering diklasifikasikan sebagai gangguan kepribadian antisosial. Orang
yang antisosial, biasanya tidak secara sengaja melakukan prosedur invasif
supaya mendapat perawatan di rumah sakit.
c. Skizofren
88.
aneh, tapi pasien factitious disorder biasanya tidak memenuhi kriteria diagnosis
skizofren, kecuali jika terdapat delusi yang membuatnya benar-benar sakit dan
karena itu dia mengunjungi rumah sakit. Beberapa pasien factitious disorder
menunjukkan adanya gangguan pikiran yang parah atau delusi aneh.
d. Malingering
89.
meskipun bisa muncul pada anak atau remaja. Pada awalnya, pasien
dirawat di rumah sakit karena sakit dengan gejala yang jelas pada saat
kecil atau remaja. Setelah itu, pasien menjadi lebih tau tentang pengobatan
dan rumah sakit, dan akhirnya muncul perlahan keingin untuk dirawat di
rumah sakit. Prognosis pada kebanyakan kasus factititious disorder adalah
buruk, beberapa pasien berakhir di penjara. Beberapa kemungkinan yang
mempengaruhi prognosis pada kasus ini seperti:
Kepribadian masokis,
Tidak sepenuhnya psikotik, ada saat-saat dia berfungsi dengan baik
Gangguan kepribadian antisosial dengan gejala minimal
94.
95. Pengobatan
96.
disorder
Berhati-hati dengan persoalan hukum dan etik
97.
timbulnya
perasaan
pengkhianatan,
permusuhan,
98.
99.
F. Pain Disorder (gangguan nyeri)
100.
ditandai dengan ada dan berfokus pada nyeri, baik pada satu atau lebih
bagian tubuh dan cukup berat untuk menjadi perhatian klinis. Faktor
psikologis berpengaruh pada perjalanan penyakit, tingkat keparahan, atau
perawatan nyeri.
101.
Epidemiologi
Prevalensi nyeri sampai saat ini sekitar 12%. 10-15% orang dewasa di
102.
Etiologi
103.
dalam pikirannya, yang dimanifestasikan lewat adanya nyeri fisik. Nyeri ini
dapat berfungsi juga sebagai cara untuk mendapat kasih sayang, hukuman
akibat perbuatan yang salah, cara untuk menebus perilaku buruknya.
104.
Faktor perilaku, nyeri akan semakin kuat ketika dihargai dan akan
seperti nyeri pinggang, nyeri kepala, nyeri pada wajah, nyeri pelvis kronis,
dan nyeri lainnya. Nyeri dapat berupa posttraumatic, neurophatic,
neurological, iatrogenic, atau musculoskeletal. Untuk mendiagnosis pain
Diagnosis Banding
Physical pain: intensitasnya fluktuatif, sangat sensitif terhadap pengaruh
emosi, kognitif, atensi, dan situasi. Nyeri pada psikogenik tidak menghilang
Pengobatan
115.
Terapi Farmakologi
116.
Analgesic
tidak
terlalu
bermanfaat
bagi
pasien,
hal
ini
Psikoterapi
118.
Terapi lain
119. Biofeedback dapat membantu dalam pengobatan pada pasien
dengan gangguan nyeri, seperti nyeri kepala sebelah, nyeri pada wajah,
muscle tension state, dan tension headaches. Hipnosis, transcutaneous nerve
120.
124.
125.
DAFTAR PUSTAKA
126.
127.