Anda di halaman 1dari 10

Borang Portofolio

No. ID dan Nama Peserta :


dr. Fahroni Erlianur
No. ID dan Nama Wahana :
RSUD Panglima Sebaya Paser
Topik :
Abses Mandibula ec Infeksi Gigi
Tanggal (kasus) :
12 Mei 2016
Nama Pasien :
An. Nur Alfiah
No. RM
18.42.23
Tanggal Presentasi :
Pendamping : dr. Nurdiana A.S
Tempat Presentasi :
RSUD Panglima Sebaya Paser
Objektif Presentasi :
Keilmuan
Keterampilan
Penyegaran
Tinjauan Pustaka
Istimewa
Diagnostik
Manajemen
Masalah
Neonatus
Deskripsi :
Tujuan :
Bahan
Bahasan :
Cara
Membahas :

Anak
Bayi
Remaja
Dewasa
Lansia
Bumil
Perempuan, 10 tahun datang dengan keluhan bengkak pada pipi kiri.
Mengetahui Anatomi Mulut dan Leher pada Abses Mandibula ec Infeksi Gigi
Tinjauan Pustaka
Diskusi

Data

Riset

Presentasi dan Diskusi

Nama : An. Nur Alfiah


Pasien :
Nama Klinik : RSUD Panglima Sebaya Paser
Data Utama untuk Bahan Diskusi :
1. Diagnosis / Gambaran Klinis :

Audit

Kasus
E-mail

Pos

No. Registrasi : 18.42.23


Telp :

Terdaftar sejak : 2016

Perempuan, 10 tahun datang dengan keluhan bengkak pada pipi kiri. Hal ini dialami
os sejak 1 minggu yang lalu. Pasien juga merasakan badannya demam dan nyeri pada gigi
bawah kiri yang bertambah sakit dengan gerakan dan sedikit berkurang dengan obat dari
puskesmas. Semakin lama nyeri dirasakan semakin berat sampai menghambat aktivitas. Os
mengatakan nafsu makan dan minum menurun semenjak sakit pada giginya.
Pemeriksaan Fisik
Kondisi Umum : Baik
Berat badan : 20 kg ; Tinggi badan : 120cm
Kesadaran : Compos mentis E4V5M6
Vital Sign : TD : 120/80 mmHg , N : 84 x/menit, RR : 20 x/menit, Temp : 36,5oC
Kepala : konjungtiva : anemis -/- ; sclera ikterik -/- ; pupil : isokor ; lensa : jernih
mandibula sinistra : bengkak (+), hiperemis (+), kalor (+), terlihat ada pus ;
mulut : gigi molar 2 kiri bawah tampak berlubang
Thoraks : Inspeksi: bentuk dada simetris
Palpasi : pergerakan dinding dada simetris
Perkusi : sonor +/+
Auskultasi
: vesikular +/+, S1-S2 reguler

Abdomen : Inspeksi
: dinding perut sejajar dengan dinding dada
Auskultasi : peristaltik (+)
Palpasi
: soepel, nyeri tekan (-)
Perkusi
: timpani (+)
Ekstremitas : Akral hangat (+), tanda peradangan (-)
2. Riwayat Pengobatan :
3. Riwayat Kesehatan / Penyakit :
Riwayat diabetes melitus : (-)
Riwayat penyakit jantung : (-)
Riwayat penyakit ginjal : (-)
Riwayat penyakit mata
Riwayat hipertensi
4. Riwayat Keluarga :

: (-)
: (-)

Tidak terdapat anggota keluarga yang menderita penyakit serupa.


5. Riwayat Pekerjaan :
Pelajar SD
6. Kondisi Lingkungan Sosial dan Fisik :
Hubungan pasien dengan keluarga harmonis, selain itu hubungan dengan tetangga dirasakan
baik.
7. Riwayat Imunisasi (disesuaikan dengan pasien dan kasus) :
Sesuai jadwal sewaktu kecil
8. Lain-lain :
Pemeriksaan Penunjang

Hemoglobin : 11,7 (g/dL)

Eritrosit : 4,86 (10^6/uL)

Leukosit : 16.80 (10^3/uL)

Trombosit : 362 (10^3/uL)

Hematokrit : 34.1 (%)

Golongan darah : B

CT : 330

BT : 130

Gula Darah sewaktu : 93

Daftar Pustaka :

1. Soetjipto D, Mangunkusumo E. Sinus paranasal. Dalam : Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga

Hidung Tenggorok Kepala & Leher. Edisi ke-6. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia, 2007. 145-48
2. Standring, S. 2004. Grays Anatomy. The Anatomical Basis of Clinical Practise. Churcill
LivingStone: Elsevier
3. Lee, K. J. 1999. Essential Otolaringologi : Head and Neck Surgery Eight Edition. Chapter
21. McGraw Hill Medical Publishing Division.
4. Pulungan
MR.
Pola
Kuman
abses

leher

dalam.

Diunduh

http://www.scribd.com/doc/48074146/POLA-KUMAN-ABSES-LEHER-DALAM

dari
Revisi.

[Diakses tanggal 16 Juni 2011]


5. Dr David Maritz. Deep space infections of the neck and floor of mouth- Hand Out.
6. Ariji Y, Gotoh M, Kimura Y, Naitoh K, Kurita K, Natsume N, et all. Odontogenic infection
pathway to the submandibular space: imaging assessment. Int. J. Oral Maxillofac. Surg.
2002; 31: 1659
7. Megran, D.W., Scheifele, D.W., Chow, A.W. Odontogenic Infection Disease. 1984. 3:21
8. Pictures of submandibular neck. Otolaryngology Houston. Diunduh dari http://prosites-

otohouston.homestead.com/neckabscess.html [Diakses tanggal 16 Juni 2011]


9. Lalwani, A. K. 2007. Neck Masses. Current Diagnosis & Treatment. Otolaryngology Head
and Neck Surgery Second Edition. New York: Mc Graw Hill LANGE
10. Micheau A, Hoa D. ENT anatomy: MRI of the face and neck - interactive atlas of human
anatomy using cross-sectional imaging (updated 24/08/2008 10:51 pm). Diunduh dari
http://www.imaios.com/en/e-Anatomy/Head-and-Neck/Face-and-neck-MRI.

[Diakses

tanggal 16 Juni 2011].


11. Calhoun KH. 2001. Head and neck surgery-otolaryngology Volume two. 3nd Edition. USA:
Lippincott Williams and Wilkins. 705,712-3
Hasil Pembelajaran :
Mengetahui Anatomi Mulut dan Leher pada Abses Mandibula ec Infeksi Gigi

ABSES SUBMANDIBULA
Anatomi Mulut
a. Mulut (oris)
Proses pencernaan pertama kali terjadi di dalam rongga mulut. Rongga mulut
dibatasi oleh beberapa bagian, yaitu sebelah atas oleh tulang rahang dan langit-langit

(palatum), sebelah kiri dan kanan oleh otot-otot pipi, serta sebelah bawah oleh rahang
bawah.
1) Rongga Mulut (Cavum Oris)
Rongga mulut merupakan awal dari saluran pencernaan makanan. Pada rongga
mulut, dilengkapi alat pencernaan dan kelenjar pencernaan untuk membantu
pencernaan makanan, yaitu:
a) Gigi (dentis)
Memiliki fungsi memotong, mengoyak dan menggiling makanan
menjadi partikel yang kecil-kecil. Gigi tertanam pada rahang dan diperkuat
oleh gusi. Bagian-bagian gigi adalah sebagai berikut:
(1) Mahkota Gigi
Bagian ini dilapisi oleh email dan di dalamnya terdapat dentin (tulang
gigi). Lapisan email mengandung zat yang sangat keras, berwarna putih
kekuningan, dan mengilap. Email mengandung banyak garam kalsium.
(2) Tulang Gigi
Tulang gigi terletak di bawah lapisan email. Tulang gigi meliputi dua
bagian, yaitu leher gigi dan akar gigi. Bagian tulang gigi yang dikelilingi
gusi disebut leher gigi, sedangkan tulang gigi yang tertanam dalam tulang
rahang disebut akar gigi. Akar gigi melekat pada dinding tulang rahang
dengan perantara semen.
(3) Rongga gigi
Rongga gigi berada di bagian dalam gigi. Di dalam rongga gigi
terdapat pembuluh darah, jaringan ikat, dan jaringan saraf.oleh karena itu,
rongga gigi sangat peka terhadap rangsangan panas dan dingin. Menurut
bentuknya, gigi dibedakan menjadi empat macam, yaitu:
(a) Gigi seri (incisivus/I), berfungsi untuk memotong-motong makanan.
(b) Gigi taring (caninus/ C), berfungsi untuk merobek-robek makanan.
(c) Gigi geraham depan (Premolare/ P), berfungsi untuk menghaluskan
makanan.
(d) Gigi geraham belakang (Molare/ M), berfungsi untuk menghaluskan
makanan.

Pada manusia, ada dua generasi gigi sehingga dinamakan


bersifat diphydont. Generasi gigi tersebut adalah gigi susu dan gigi
permanen. Gigi susu adalah gigi yang dimiliki oleh anak berusia 1-6
tahun. Jumlahnya 20 buah. Sedangkan gigi permanen dimiliki oleh
anak di atas 6 tahun, jumlahnya 32 buah.
b) Lidah (lingua)
Lidah membentuk lantai dari rongga mulut. Bagian belakang otot-otot
lidah melekat pada tulang hyoid. Lidah tersiri dari 2 jenis otot, yaiyu:
(1) Otot ekstrinsik yang berorigo di luar lidah, insersi di lidah.
(2) Otot instrinsik yang berorigo dan insersi di dalam lidah.
Kerja otot lidah ini dapat digerakkan atas 3 bagian, yaitu: radiks lingua
(pangkal lidah), dorsum lingua (punggung lidah), apeks lingua (ujung lidah).
Lidah berfungsi untuk membantu mengunyah makanan yakni dalam hal
membolak-balikkan makanan dalam rongga mulut, membantu dalam menelan
makanan, sebagai indera pengecap, dan membantu dalam berbicara.
Sebagai indera pengecap,pada permukaan lidah terdapat badan sel
saraf perasa (papila). Ada tiga bentuk papila, yaitu:
(1) Papila fungiformis, berbentuk seperti jamur, terletak di bagian sisi lidah
dan ujung lidah.
(2) Papila filiformis, berbentuk benang-benang halus, terletak di 2/3 bagian
depan lidah.
(3) Papila serkumvalata, berbentuk bundar, terletak menyusun seperti huruf V
terbalik di bagian belakang lidah.
Lidah memiliki 10.000 saraf perasa, tapi hanya dapat mendeteksi 4
sensasi rasa: manis, asam, pahit, dan asin.
c) Kelenjar Ludah
Makanan dicerna secara mekanis dengan bantuan gigi, secara kimiawi
dengan bantuan enzim yang dihasilkan oleh kelenjar-kelenjar ludah. Kelenjar
ludah mengandung menghasilkan saliva. Saliva mengandung enzim ptyalin

atu amylase yang berfungsi mengubah zat tepung atau amilum menjadi zat
gula atau maltosa.
Kelenjar ludah terdiri atas tiga pasang sebagai berikut:
(1) Kelenjar parotis, terletak di bawah telinga. Kelenjar ini menghasilkan
saliva berbentuk cair yang disebut serosa. Kelenjar paotis merupakan
kelenjar terbesar bermuara di pipi sebelah dalam berhadapan dengan
geraham kedua.
(2) Kelenjar submandibularis / submaksilaris, terletak di bawah rahang
bawah.
(3) Kelenjar

sublingualis,

terletak

di

bawah

lidah.

Kelenjar submandibularis dan sublingualis menghasilkan air dan lender


yang disebut Iseromucus. Kedua kelenjar tersebut bermuara di tepi lidah.
Anatomi Leher
Pada daerah leher terdapat beberapa ruang potesial yang dibatasi oleh fasia
servikalis. Fasia servikalis terdiri dari lapisan jaringan ikat fibrous yang membungkus
organ, otot, saraf dan pembuluh darah serta membagi leher menjadi beberapa ruang
potensial. Fasia servikalis terbagi menjadi dua bagian yaitu fasia servikalis superfisialis
dan fasia servikalis profunda.
Fasia servikalis superfisialis terletak tepat dibawah kulit leher berjalan dari
perlekatannya di prosesus zigomatikus pada bagian superior dan berjalan ke bawah ke
arah toraks dan aksila yang terdiri dari jaringan lemak subkutan. Ruang antara fasia
servikalis superfisialis dan fasia servikalis profunda berisi kelenjar limfe superfisial, saraf
dan pembuluh darah termasuk vena jugularis eksterna.
Fasia servikalis profunda terdiri dari tiga lapisan yaitu (gambar 1):
a. Lapisan superfisial
Lapisan ini membungkus leher secara lengkap, dimulai dari dasar tengkorak sampai
daerah toraks dan aksila. Pada bagian anterior menyebar ke daerah wajah dan melekat

pada klavikula serta membungkus musculus sternokleidomastoideus, musculus


trapezius, musculus masseter, kelenjar parotis dan submaksila. Lapisan ini disebut juga
lapisan eksternal, investing layer, lapisan pembungkus dan lapisan anterior.
b. Lapisan media
Lapisan ini dibagi atas dua divisi yaitu divisi muskular dan viscera. Divisi
muskular terletak dibawah lapisan superfisial fasia servikalis profunda dan
membungkus musculus sternohioid, musculus sternotiroid, musculus tirohioid dan
musculus omohioid. Dibagian superior melekat pada os hioid dan kartilago tiroid serta
dibagian inferior melekat pada sternum, klavikula dan skapula. Divisi viscera
membungkus organ-organ anterior leher yaitu kelenjar tiroid, trakea dan esofagus. Di
sebelah posterosuperior berawal dari dasar tengkorak bagian posterior sampai ke
esofagus sedangkan bagian anterosuperior melekat pada kartilago tiroid dan os hioid.
Lapisan ini berjalan ke bawah sampai ke toraks, menutupi trakea dan esofagus serta
bersatu dengan perikardium. Fasia bukkofaringeal adalah bagian dari divisi viscera
yang berada pada bagian posterior faring dan menutupi musculus konstriktor dan
musculus buccinator.
c. Lapisan profunda
Lapisan ini dibagi menjadi dua divisi yaitu divisi alar dan prevertebra. Divisi alar
terletak diantara lapisan media fasia servikalis profunda dan divisi prevertebra, yang
berjalan dari dasar tengkorak sampai vertebra torakal II dan bersatu dengan divisi
viscera lapisan media fasia servikalis profunda. Divisi alar melengkapi bagian
posterolateral ruang retrofaring dan merupakan dinding anterior dari danger space.
Divisi prevertebra berada pada bagian anterior korpus vertebra dan ke lateral meluas ke
prosesus tranversus serta menutupi otot-otot didaerah tersebut. Berjalan dari dasar
tengkorak sampai ke os koksigeus serta merupakan dinding posterior dari danger space

dan dinding anterior dari korpus vertebra. Ketiga lapisan fasia servikalis profunda ini
membentuk selubung karotis (carotid sheath) yang berjalan dari dasar tengkorak
melalui ruang faringomaksilaris sampai ke toraks.

GAMBAR 1. Potongan obliq leher


Ruang potensial leher dalam dibagi menjadi ruang yang melibatkan daerah sepanjang
leher, ruang suprahioid dan ruang infrahioid (gambar 2 ).
1.

Ruang yang melibatkan sepanjang leher terdiri dari:


a. ruang retrofaring
b. ruang bahaya (danger space)
c. ruang prevertebra.

2.

Ruang suprahioid terdiri dari:


a.
b.
c.
d.
e.
f.

3.

ruang submandibula
ruang parafaring
ruang parotis
ruang mastikor
ruang peritonsil
ruang temporalis.

Ruang infrahioid
a.

ruang pretrakeal.

Gambar 2. Potongan sagital leher


Ruang Submandibula
Ruang submandibula terdiri dari ruang sublingual dan ruang submaksila. Ruang
sublingual dipisahkan dari ruang submaksila oleh otot miohioid. Ruang submaksila
selanjutnya dibagi lagi atas ruang submental dan ruang submaksila (lateral) oleh otot
digastrikus anterior. (Calhoun KH, 2001) Ruang mandibular dibatasi pada bagian lateral oleh
garis inferior dari badan mandibula, medial oleh perut anterior musculus digastricus,
posterior oleh ligament stylohyoid dan perut posterior dari musculus digastricus, superior
oleh musculus mylohyoid dan hyoglossus, dan inferior oleh lapisan superficial dari deep
servikal fascia. Ruang ini mengandung glandula saliva sub mandibular dan sub mandibular
lymphanodes.
Namun ada pembagian lain yang tidak menyertakan ruang submandibula dan membagi
ruang submandibula atas ruang submental dan ruang submaksila saja. Abses dapat terbentuk
di ruang submandibula atau salah satu komponennya sebagai kelanjutan infeksi dari daerah
kepala leher. (Soetjipto D, Mangunkusumo E. Sinus paranasal, 2007)

Ruang submandibula berhubungan dengan beberapa struktur didekatnya (gambar 4),


oleh karena itu abses submandibula dapat menyebar ke struktur didekatnya.

Gambar 3
Ruang potensial leher dalam (A) Potongan aksial, (B) potongan sagital.
Ket : SMS: submandibular space; SLS: sublingual space; PPS: parapharyngeal space; CS:
carotid space; MS: masticatory space. SMG: submandibular gland; GGM: genioglossus
muscle; MHM: mylohyoid muscle; MM: masseter muscle; MPM: medial pterygoid muscle;
LPM: lateral pterygoid muscle; TM: temporal muscle.

Anda mungkin juga menyukai