Anda di halaman 1dari 39

BAB I

PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang
Program imunisasi merupakan upaya pencegahan penyakit yang sudah
tertera dalam undang-undang kesehatan No. 23 Tahun 1992, Paradigma
Sehat dilaksanakan melalui beberapa kegiatan antara lain pemberantasan
penyakit. Salah satu upaya pemberantasan penyakit menular adalah upaya
pengebalan (imunisasi).
Sasaran dan tujuan umum dari program imunisasi ini adalah turunnya
angka kesakitan, kecacatan, dan kematian akibat Penyakit yang Dapat Dicegah
Dengan Imunisasi (PD3I). dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi,
upaya imunisasi dapat semakin efektif, bermutu, dan efisien.
Upaya imunisasi diselenggarakan di Indonesia sejak tahun 1956. Dengan
upaya imunisasi terbukti bahwa penyakit cacar telah terbasmi dan Indonesia
dinyatakan bebas dari penyakit cacar sejak tahun 1974. Mulai tahun 1977,
upaya imunisasi diperluas menjadi program pengembangan imunisasi dalam
rangka pencegahan penularan terhadap Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan
Imunisasi (PD3I) yaitu Tuberculosis, Difteri, Pertusis, Campak, Polio, Tetanus,
serta Hepatitis B.
Di wilayah kerja Puskesmas Tanah Garam Kota Solok, penatalaksanaan
program imunisasi sudah sangat efektif, hanya sedikit sekali balita yang tidak
di imunisasi hingga usia 9 bulan. Tetapi pemberian imunisasi pentavalen belum
begitu optimal, itu dikarenakan imunisasi ini tergolong baru, yaitu baru di
gunakan di Indonesia pertengahan 2014, sehingga masyarakat masih banyak
yang awam dan belum mengetahui imunisasi jenis ini.

1.2.

Tujuan
1. Menemukan penyebab utama rendahnya cakupan imunisasi pentavalen di
wilayah kerja Puskesmas Tanah Garam.

2. Menemukan upaya pemecahan masalah dan alternatif pemecahan masalah


cakupan imunisasi pentavalen di wilayah kerja Puskesmas Tanah Garam
dapat mencapai target yang ditetapkan Puskesmas Tanah Garam.
3. Menyusun Plan of Action dalam upaya peningkatan imunisasi pentavalen di
wilayah kerja Puskesmas Tanah Garam.
1.3.

Manfaat
1. Plan of Action diharapkan dapat memberikan kontribusi kepada pihak
Puskesmas dalam melaksanakan upaya peningkatan cakupan imunisasi
pentavalen di wilayah kerja Puskesmas Tanah Garam.
2. Sebagai bahan pembelajaran dan menambah pengetahuan penulis dalam
menganalisa permasalahan dan memberikan solusi pada permasalahan yang
ditemui di Puskesmas Tanah Garam.

1.4.

Ruang Lingkup
Seluruh balita di Wilayah Kerja Puskesmas Tanah Garam

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Imunisasi

Imunisasi merupakan cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang


secara aktif suatu Ag, sehingga bila ia terpapar pada Ag yang serupa tidak
terjadi penyakit. Upaya imunisasi dilakukan dengan pemberian vaksin:

Vaksin adalah mikroorganisme yang diubah sedemikian rupa sehingga


patogenitas atau toksisitasnya hilang tapi masih mengandung sifat

antigenitas.
Antigen dapat merangsang pembentukan antibody dan sistem imun
dalam tubuh.

Pembagian Imunitas (kekebalan) :

Kekebalan aktif
o Kekebalan dibuat oleh tubuh sendiri akibat terpapar pada Ag
seperti pada imunisasi atau terpapar secara ilmiah.
o Berlangsung lama.
Kekebalan pasif
o Kekebalan yang diperoleh dari luar tubuh, bukan oleh individu
itu sendiri, misalnya kekebalan bayi yang diperoleh dari
ibunya, setelag pemberian Ig serum.
o Tidak berlangsung lama.

2.2. Respon Imun


Respon tubuh terhadap Ag, untuk mengeliminasi Ag tersebut.

Primer
o Respon imun yang terjadi pada paparan pertama kali dengan
Ag
o Ab yang terbentuk IgM dengan titer yang rendah
Sekunder
o Respon imun yang terjadi pada paparan setelah paparan
pertama kalinya dengan Ag yang serupa.
o Anti bodi yang terbentuk IgG dengan titer yang tinggi sel
memori mengalami transformasi, proliferasi, deferensiasi.

Keberhasilan imunisasi tergantung faktor status penjamu :

Adanya antibody spesifik pada penjamu yang mengakibatkan


keberhasilan vaksinasi, mis :
o Campak pada bayi

o Kolustrum ASI, yang dapat menyebabkan menurunnya IgA

Polio.
Maturasi gen imunologik, dimana pada neonatus fungsi makrofag
menurun, dimana kadar komplemen mengaktifasi opsonin menjadi
rendah.

Pembentukan Antibodi spesifik terhadap Ag kurang, hasil vaksin menurun


sehingga ditunda hingga umur 2 bulan.

Cakupan imunisasi semaksimal mungkin,


Frekuensi penyakit meningkat menyebabkan dampak pada neonatus

berat sehingga imunisasi dapat diberikan pada neonatus,


Status imunologik menurun menyebabkan respon terhadap vaksin

menjadi kurang.
Faktor genetik, dimana secara genetik respon imun manusia terhadap
Ag tertentu baik, cukup, atau rendah. Jadi keberhasilan vaksinasi tidak

100 %
Kualitas dan kuantitas vaksin..

2.3. Jadwal Imunisasi Pada Anak

Imunisasi Rutin, pada bayi


o Hepatitis B, Polio, BCG, DPT, Campak pada anak sekolah :
DT/Td, Campak BIAS (Bulan imunisasi anak sekolah).
Diharuskan pada bulan agustus (campak) dan november (DT).

Imunisasi tambahan
o HIb Meningitis
o Pneumokokus Pneumonia
o Rotavirus Diare
o Influenze Influenza
o Varilrix Varisela
o MMR Measles, Mumps, Rubella
o Typhim Typhus
o Havrix Hepatitis A
o HPV Kanker Servix

Imunisasi ulangan
o Sering tidak diperhatikan
o Meningkatkan titer Ab yang mulai turun.

1. Imunisasi Hepatitis B
Memberikan kekebalan terhadap infeksi virus hepatitis B.
Vaksin berisi HbsAg murni
Diberikan sedini mungkin setelah lahir oleh karena Indonesia daerah

endemis Hepatitis B
Suntikan secara Intra Muskular didaerah paha, dosis 0,5 ml
penyimpanan vaksin pada suhu 2-8 oC
bayi lahir dari ibu HbsAg (+) diberikan immunoglobulin hepatitis B 12

jam setelah lahir ditambah dengan imunisasi Hepatitis B


Dosis kedua 1 bulan berikutnya.
Dosis ketiga 6 bulan berikutnya
Imunisasi ulangan 5 tahun kemudian
Kadar pencegahan anti HbsAg > 10 mikrogram/ ml
Produksi vaksin hepatitis B di Indonesia, mulai program imunisasi pada
th 1997.

2. Imunisasi Polio
Memberikan kekebalan terhadap polio
Vaksin dari virus polio yang dilemahkan
Vaksin berbentuk cairan dengan kemasan 1 cc atau 2 cc dalam flacon,

pipet
Pemberian secara oral sebanyak 2 tetes (0,1 ml)
Vaksin polio diberikan 4 kali, interval 4-6 minggu.
Imunisasi ulangan, 1 tahun berikutnya, SD kelas I, VI
Anak diare gangguan penyerapan vaksin.
Ada 2 jenis vaksin
o IPV salk : virus dimatikan
o OPV Sabin : virus hidup dilemahkan
Penyimpanan pada suhu 2-8 oC

3. Imunisasi BCG
Vaksin BCG tidak dapat mencegah seseorang terhindar dari infeksi
M.tuberculosa 100 % tapi dapat mencegah penyebaran penyakit lebih

lanjut.
Berasal dari bakteri hidup yang dilemahkan

Ditemukan oleh Calmette Guerin


Diberikan optimal pada usia 2-3 bulan
Disuntikkan intra kutan didaerah insertion M. Deltoid kanan dengan

dosis 0,05 ml, anak > 1 th 0,1 ml.


Imunisasi ulang tidak perlu
Vaksin BCG berbentuk bubuk kuning harus dilarutkan dengan 1cc

NaCl 0,9%
Setelah dilarutkan harus segera dipakai dalam waktu 3 jam, sisanya

dibuang
Penyimpanan pada suhu < 5oC terhindar dari sinar matahari
Cara penyuntikkan BCG :
1. Bersihkan lengan dengan kapas air
2. Letakkan jarum hampir sejajar dengan lengan anak dengan ujung
jarum yang berlubang menghadap keatas.
3. Suntikkan 0,05 ml vaksin intrakutan
Merasakan tahanan
Benjolan kulit yang pucat dengan pori-pori yang jelas diameter

4-6 mm.
Reaksi sesudah imunisasi BCG
1. Reaksi normal Lokal
2 minggu indurasi, eritema kemudian menjadi pustule
3-4 minggu pustula pecah menjadi ulkus (tidak perlu
pengobatan)
8- 12 minggu ulkus menjadi scar diameter 3-7 mm
2. Reaksi pada kelenjar
Merupakan respon selular pertahanan tubuh
Kadang terjadi di kelenjar axilla dan supraklavikula
Timbul 2-6 bulan setelah imunisasi
Kelenjar berkonsistensi padat, tidak nyeri, demam (-)
Akan mengecil 1-3 bulan kemudian tanpa pengobatan
Komplikasi
1. Abses ditempat suntikan
Abses bersifat tenang (cold abses) tidak perlu terapi
Oleh karena suntikan subkutan
Jika Abses matang lakukan aspirasi
2. Limfadenitis supurativa
Oleh karena suntikan subkutan atau dosis tinggi
Terjadi 2-6 bulan sesudah imunisasi
Bila telah matang aspirasi
Terapi tuberkulostatika mempercepat pengecilan.

4. Imunisasi DPT
Terdiri dari :
Merupakan vaksin cair, jika didiamkan sedikit berkabut endapan putih

didasarnya
Shake test untuk melihat vaksin sudah membeku, vaksin akan rusak

dengan pembekuan
Diberikan pada bayi > 2 bulan oleh karena reaktogenitas pertusis pada

bayi kecil
Dosis 0,5 ml secara intra muscular dibagian luar paha oleh karena

ototnya paling besar pada bayi


Imunisasi dasar 3x, dengan interval 4-6 minggu, ulangan usia 18 bulan,

6 tahun
Vaksin mengandung alumunium fosfat jika diberikan subkutan

menyebabkan iritasi lokal, peradangan dan nekrosis setempat.


Reaksi pasca imunisasi :
o Demam, nyeri pada tempat suntikan 1-2 hari diberikan analgetik
antipiretik
o Bila ada reaksi berlebihan pasca imunisasi demam >40 oC kejang,
syok imunisasi selanjutnya DT atau DPaT atau diberi antipiretik
+ antikonvulsan oral

5. Imunisasi Hib
Untuk mencegah infeksi SSP oleh karena Hemofilus Influenza tipe B
Diberikan pada umur 2-4-6 bulan ulangan 15-18 bulan, pada anak >1

tahun. Diberi 1 kali


Vaksin dalam bentuk beku kering dan 0,5 ml pelarut dalam semprit
Dosis 0,5 ml diberikan intra muscular
Disimpan pada suhu 2-8 0C
Di asia belum diberikan rutin
Imunisasi rutin diberikan di Negara Eropa, Amerika, Australia.

6. Imunisasi Campak
Vaksin dari virus hidup yang dilemahkan
Berbentuk beku kering, dilarutkan dalam 5cc pelarut aquades

Diberikan pada bayi umur 9 bulan, oleh karena masih ada antibody bayi

yang diperoleh dari ibu.


Dosis 0,5 ml, diberikan subkutan di lengan kiri
Disimpan pada suhu 2-8 0C
Efek samping demam, ruam setelah 7-12 hari pasca imunisasi
Vaksin yang telah dilarutkan hanya tahan 8 jam pada suhu 2-8 0 C
Jika ada wabah, imunisasi bisa diberikan usia 6 bulan, diulangi 6 bulan
kemudian.

7. Imunisasi Hepatitis A
Imunisasi diberikan pada anakumur > 2 tahun
Imunisasi dasar 2x dengan interval 6 bulan
Dosis vaksin 0,5 ml secara intra muscular dip aha atau daerah deltoid
Sediaan vaksin : Havrix, Avaxim. Vaqta
8. Imunisasi Pentavalen
1) Definisi
Vaksin Pentavalen (DPT+ HB + HiB) adalah vaksin DPT-HB
ditambah HiB.
2) Penyakit yang Dapat Dicegah Pentavalen
Difteri
Tetanus
Hepatitis
Radang Otak ( Meningitis )
Batuk rekjan/ batuk 100 hari
3) Cara Pemberian
Disuntikkan secara intramuskuler di anterolateral paha atas pada bayi

dan lengan kananpada anak usia 1,5 tahun.


Tidak dianjurkan pada :
o Bagian bokong anak karena dapat menyebabkan luka saraf
siatik.
o Pemberian intrakutan dapat meningkatkan reaksi lokal.
Satu dosis adalah 0,5 ml

4) Waktu Pemberian
Pentavalen tidak boleh digunakan pada bayi baru lahir.

Pemberian pentavalen merupakan bagian dari imunisasi dasar pada


bayi. Diberikan pada bayi usia 2 bulan, 3 bulan, 4 bulan dan pada anak

usia 1,5 th
Vaksin ini aman dan efektif diberikan bersamaan dengan vaksin BCG,

campak, polio (OPV atau IPV ) dan suplemen vitamin A


Jika vaksin ini diberikan bersamaan dengan vaksin lain, harus
disuntikkan pada lokasi yang berlainan.

5) Efek Samping
Jenis dan angka kejadian reaksi simpang yang berat tidak berbeda
secara bermakna dengan vaksin DPT, hepatitis B dan Hib yang diberikan
secara terpisah.
6) Kontraindikasi
Kontraindikasi absolute dosis berikutnya :
Hipersensitif terhadap komponen vaksin, atau reaksi berat
terhadap dosis vaksin kombinasi sebelumnya atau bentuk bentuk reaksi

sejenis lainnya.
Kontraindikasi dosis pertama DPT
Kejang atau gejala kelainan otak pada bayi baru lahir atau

kelainan saraf serius lainnya.


7) Peringatan dan Perhatian
Vial vaksin harus dikocok sebelum digunakan untuk menghomogen

suspense
Gunakan alat suntik steril untuk setiap kali penyuntikan
Vaksin ini tidak boleh dicampur dalam satu vial atau syringe dengan

vaksin lain
Sebelum vaksin digunakan, informasi pada gambar Vaccine Vial
Monitor (VVM) harus diikuti

8) Penyimpanan
Pentavalen harus disimpan dan di transportasikan pada suhu antara

+20C sampai dengan +80C.


Vaksin DPT HB HiB tidak boleh dibekukan
Vaksin dari kemasan vial dosis ganda yang sudah diambil satu dosis
ataulebih dalam satu sesi imunisasi, dapat digunakanuntuk sesi
imunisasi, dapat digunakan untuk sesi imunisasi berikutnya selama
maksimal sampai 4 minggu, jika kondisi berikut terpenuhi :

o Tidak melewati batas kadaluarsa


o Vaksin disimpan dalam kondisi rantai dingin yang tepat
o Tutup vial tidak terendam air
o Semua dosis diambil secara aseptis
o VVM tidak memcapai discard point
9) Kemasan
1 dus @ 10 vial @ 2,5 ml (5 dosis)
10) Keuntungan Pentavalen
Lima perlindungan satu kemasan
Mudah digunakan karena vaksin HiB sudah tergabung dalam bentuk

cairan.
Efisiensi biaya hingga 66,6% karena menghemat penggunaan jarum

suntik (dari 12 menjadi 4 jarum suntik saja)


Menurunkan angka drop out.

2.4. Cold Chain (Rantai Dingin)

Vaksin harus disimpan dalam keadaan dingin mulai dari pabrik sampai

ke sasaran.
Simpan vaksin dilemari es pada suhu yang tepat 2-8 0C
Pintu lemari harus selalu tertutup, terkunci
Simpan thermometer untuk memonitori lemari es
Taruh vaksin polio, campak pada rak I dekat freezer
Untuk membawa vaksin ke posyandu harus menggunakan vaccine

carrier / termos yang berisi es


Kerusakan Vaksin, vaksin sensitif beku
Table 1. vaksin sensitif beku
Vaksin
Hepatitis B, DPT-HB
DPT,DT,TT
DPT, DPT-HB,DT

Pada Suhu
0

-0,5 C
-50C s/d -100C
Beberapa0C diatas suhu

Dapat Bertahan selama


Max jam
Max 1,5 2 jam
14 hari

udara luar (ambient


Hepatitis B dan TT

temperature < 34 0C)


Beberapa 0C diatas suhu

30 hari

udara luar (ambient


temperature < 34 0C)

Vaksin sensitif Panas


Vaksin

Pada Suhu

Dapat Bertahan Selama

10

Beberapa 0C diatas suhu

Polio

2 hari

udara luar (ambient


Campak dan BCG

temperature < 34 0C)


Beberapa 0C diatas suhu

7 hari

udara luar (ambient


temperature < 34 0C)

Cara pemeriksaan vaksin


Pemeriksaan vaksin dengan menggunakan uji kocok ( shake
test ) dilakukan untuk meyakinkan apakah vaksin tersangka beku
masih layak digunakan atau tidak.

Penanganan vaksin rusak


Vaksin yang disebut rusak adalah :
1. Vaksin yang sudah menunjukkan indicator VVM pada tingkat
C dan D berarti sudah rusak dan tudak dapat digunakan lagi
2. Vaksin yang sudah lewat tanggal kadaluarsa
3. Vaksin yang beku
4. Vaksin yang pecah
Vaksin yang rusak dikeluarkan dari dari lemari es, kemudian
dilaporkan kembali kepada atasan petugas. Jika sedikit dapat
dimusnahkan sendiri oleh puskesmas, tetapi bila banyak dapat
dikumpulkan ke Dinas kabupaten / kota dengan dibuat berita acara
pemusnahan.

Penanganan vaksin sisa


Sisa vaksin yang telah dibuka pada pelayanan posyandu tidak boleh
digunakan lagi. Sedangkan pelayanan imunisasi statis ( di Puskesmas,
Poliklinik) sisa vaksin dapat dipergunakan lagi dengan ketentuan
sebagai berikut :
1. Vaksin tidak melewati tanggal kadaluarsa
2. Tetap disimpan pada suhu +20C 80C
3. Kemasan tidak pernah tercampur atau terendam dengan air
4. VVM tidak menunjukkan indikasi terkena paparan panas yang
merusak vaksin
5. Pada label ditulis tanggal pada saat vial pertama kali dipakai/
dibuka

11

6. Vaksin DPT, DT, TT, Hepatitis B, dan DPT-HB dapat


digunakan kembali hingga minggu sejak vial vaksin dibuka
7. Vaksin polio dapat digunakan kembali hingga 3 minggu sejak
vial dibuka
8. Vaksin campak karena tidak mengandung zat pengawet hanya
boleh digunakan tidak lebih dari 8 jam sejak dilarutkan,
sedangkan vaksin BCG hanya boleh digunakan 3 jam setelah
dilarutkan
2.4. Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI)
1. Definisi KIPI
KIPI adalah semua kejadian sakit atau kematian yang terjadi dalam
masa 1 bulan setelah imunisasi.
Pada kejadian tertentu, lama pengamatan KIPI dapat mencapai masa
42 hari (arthritis kronik pasca vaksinasi rubella ) atau sampai enam bulan
(infeksi virus campak vaccine strain pada resipien non imunodefisiensi atau
resipien imunodefisiensi pasca vaksinasi polio)
2. Etiologi KIPI
Tidak semua kejadian KIPI disebabkan oleh imunisasi karena
sebagian besar ternyata tidak ada hubungannya dengan imunisasi. Oleh
karena itu untuk menentukan KIPI, diperlukan keterangan mengenai :
a. Besar frekuensi kejadian KIPI pada pemberian vaksin tertentu
b. Sifat kelainan tersebut lokal atau sistemik
c. Apakah penyebab dapat dipastikan, diduga, atau tidak terbukti
d. Apakah dapat disimpulkan bahwa KIPI berhubungan dengan
vaksin, kesalahan produksi atau kesalahan prosedur.
3. Klasifikasi KIPI (WHO, 1999)
a. Reaksi Vaksin
Gajala KIPI yang disebabkan induksi vaksin umumnya sudah
dapat diprediksi terlebih dahulu karena karena merupakan reaksi
simpang vaksin dan secara klinis biasanya ringan. Walaupun
demikian dapat saja terjadi gejala klinis hebat seperti reaksi
anafilaksis sistemik dengan resiko kematian.
b. Kesalahan Program (Programmatic Error)

12

Sebagian besar kasus KIPI berhubungan dengan masalah


program dan teknik pelaksanaan imunisasi yang meliputi kesalahan
program penyimpanan, pengelolaan, dan tata laksana pemberian
vaksin.
Kesalahan tersebut dapat terjadi pada berbagai tingkatan
prosedur imunisasi, misalnya : dosis antigen (terlalu banyak), lokasi
dan cara penyuntikan, sterilisasi syringe dan jarum, jarum bekas
pakai, tindakan aseptic dan antiseptic, kontaminasi vaksin dan alat
suntik, penyimpanan vaksin, pemakaian sisa vaksin, jenis dan
jumlah pelarut, tidak memperhatikan petunjuk produsen (petunjuk
pemakaian, indikasi, kontra, dll)
Kecurigaan terhadap tatalaksana perlu diperhatikan apabila
terdapat kecenderungan kasus KIPI berulang pada petugas yang
sama
c. Kebetulan (coincidental)
Kejadian terjadi setelah imunisasi tapi tidak disebabkan oleh
vaksin. Indikator faktor kebetulan ditemukannya kejadian yang
sama disaat bersamaan pada kelompok populasi setempat dengan
karakter serupa tetap tidak mendapat imunisasi.
d. Penyebab tidak diketahui
Bila kejadian atau masalah yang dilaporkan belum dapat
dikelompokan kedalam salah satu penyebab maka untuk sementara
dimasukkan kedalam kelompok ini sambil menunggu informasi
lebih lanjut.
Biasanya dengan kelengkapan informasi tersebut akan dapat
ditentukan kelompokkan penyebab KIPI
4. Gejala Klinis KIPI
Reaksi (kecuali anafilaksis) tidak terjadi bila anak sudah kebal
( kurang lebih 90% anak yang menerima dosis kedua) anak umur diatas 6
tahun jarang mengalami kejang demam.
Resiko VAPP (Vaccine associated paralitic poliomyelitis) lebih
tinggipada penerima dosis pertama ( 2 per 1,4-3,4 juta dosis), sedangkan
resiko penerima dosis-dosis selanjutnya 1 per 6,7 juta per dosis.

13

Kejang umum diawali dengan demam, frekuensinya tergantung pada


riwayat kejang sebelumnya, riwayat dalam keluarga serta umur, dengan
resiko lebih tinggi pada bayi-bayidiatas umur 4 bulan.
Mengingat tidak ada satupun jenis vaksin yang aman tanpa efek
samping maka apabila seorang anak telah mendapatkan imunisasi perlu
diobservasi beberapa saat, sahingga dipastikan tidak terjadi KIPI (reaksi
cepat)
Berapa lama observasi sebenarnya sulit ditentukan, tetapi pada
umumnya setelah pemberian setiap jenis imunisasi harus dilakukan
observasi selama 15 menit untuk menghindarkan keracunan maka gejala
klinis yang dianggap sebagai KIPI dibatasi dalam jangka waktu tertentu
timbulnya gejala klinis.

BAB III
HASIL KEGIATAN
3.1 Profil Puskesmas
Puskesmas Tanah Garam berdiri tahun 1975, terletak di Kelurahan VI Suku,
Kec. Lubuk Sikarah. Rencana pembangunan awal Puskesmas Tanah Garam
adalah dikelurahan Tanah Garam, namun adanya tanah hibah dari masyarakat

14

kelurahan VI suku, maka di bangunlah Puskesmas di Kelurahan VI suku, tetapi


nama tetap Puskesmas Tanah Garam. Puskesmas Tanah Garam dibangun
dengan luas tanah 1010 m2.
Topografi Kota Solok, yaitu sungai batang lembang, sungai batang gawan
dan sungai batang air binguang. Suhu udara berkisar dari 26,1 0C sampai 28,90C.
Dilihat dari jenis tanah 21,76% tanah di Kota Solok merupakan tanah sawah
dan sisanya 78,24% berupa tanah kering.
Hasil registrasi penduduk Kota Solok tahun 2008 tercatat sebanyak 59.172
jiwa, terdiri atas 28.989 laki laki dan 30.173 perempuan, dengan sex ratio
sebesar 0,96. Ini berarti setiap 1.000 perempuan berbanding 960 laki-laki.
Dengan luas wilayah 5.764 km2, kepadatan penduduk Kota Solok adalah
sebanyak 1.026 jiwa/km2. Kecamatan Tanjung Harapan adalah kecamatan
dengan kepadatan penduduk tertinggi yaitu sebesar 1.223 jiwa/km2.
Batas wilayah Puskesmas Tanah Garam adalah Utara Kecamatan Nagari
Tanjuang Bingkuang, Aripan dan Kuncir Kabupaten Solok.
Untuk tingkat pendidikan yang paling besar adalah Universitas 9,68%,
SLTA 33,64%, SLTP 18,94% dan tamat SD/MI 15,78%, namun masih ada
16,68% penduduk tidak/ belum tamat SD.
Sementara itu, penduduk Kota Solok dihuni oleh suku Minang, Jawa,
Batak, tetapi yang lebih dominan adalah suku Minang. Upacara- upacara
keagamaan di Kota Solok masih ada, seperti acara tolak bala, adat dalam
kematian, upacara adat perkawinan Solok.
3.1.1. Peta Wilayah Kerja Puskesmas Tanah Garam

15

Gambar 1. Peta Wilayah Kerja Puskesmas Tanah Garam


3.1.2. Visi dan Misi Puskesmas
a. Visi
Terwujudnya Puskesmas Tanah Garam yang informatif dengan
pelayanan pada masyarakat secara profesional dan bermutu di bidang
pelayanan kesehatan dasar dalam rangka menuju Puskesmas terbaik di
Indonesia tahun 2020
b. Misi
1. Memperlancar kegiatan proses pelayanan kesehatan dasar yang bermutu
bagi perorangan (Private Goods) serta pelayanan kesehatan masyarakat
(Public Goods)

16

2. Meningkatkan efektivitas dan effesiensi proses layanan kesehatan dasar di


Puskesmas melalui perbaikan yang berkesinambungan
3. Memastikan akurasi data pasien dan pelanggan

melalui

sistem

pendokumentasian yang di validasi dan abdating data


4. Menghasilkan produk-produk layanan kesehatan dasar yang berinovasi.
5. Mensosialisasikan tentang kegiatan layanan kesehatan prima dan kepuasan
pelanggan
6. Meningkatkan pemberdayaan potensi dan sumber daya organisasi
7. Merencanakan dan melaksanakan setiap program dengan bersumber pada
evidence base (data berdasarkan fakta)

3.1.3. Sarana dan Prasarana serta Keadaan Tenaga


1. Fasilitas Puskesmas
a. Gedung Puskesmas
1 buah gedung Puskesmas Tanah Garam yang terletak di kelurahan VI
Suku Kec.Lubuk Sikarah, Kota Solok.
b. Puskesmas Pembantu dan Poskeskel
Puskesmas Tanah Garam mempunyai 5 Puskesmas Pembantu dan 3 Poskeskel
yaitu :
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)

Pustu Payo
Pustu Bandar Pandung
Pustu Gurun Bagan
Pustu Sawah Piai
Pustu Bancah
Poskeskel Tanah Garam
Poskeskel Gurun Bagan
Poskeskel Sinapa Piliang

c. Transportasi Puskesmas Tanah Garam berupa :


1) Kendaraan roda 4 : 2 unit
2) Kendaraan roda 2 : 21 unit

17

d. Keadaan Tenaga Puskesmas


Tabel 3. SDM Puskesmas Tanah Garam
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26

JENIS TENAGA
JUMLAH
S2 Kesehatan Masyarakat
1
Dokter Umum
5
Dokter Gigi
1
Sarjana Kesehatan Masyarakat 3
S1 Keperawatan
3
Dokter Spesialis Anak
1
D3 Bidan
22
D3 Kesling
1
D3 Gizi
3
D3 Labor
2
D3 Gigi
1
D3 Apikes
1
D3 Refraksi
1
D3 Fisioterapi
2
D3 Atem
1
D1 Kebidanan
5
Perawat SPK
2
Perawat Gigi
1
Asisten Apoteker
2
Analis Labor
1
SMF
2
D3 Perawat
19
Sopir
3
Petugas Jaga Malam
2
Kebersihan
3
Apoteker
1
JUMLAH
89
2 Sarana Pendukung di Luar Puskesmas

KETERANGAN

A. Sarana Pendidikan
Sarana pendidikan yang ada di wilayah kerja puskesmas adalah ( PAUD, 4
taman kanak-kanak, 2 SLB Autis, 13 Sekolah Dasar, 3 SLTP/MTsN, 4 SMU/SMK,
1 Akper.
B. Sarana Kesehatan
Data Sarana dan Prasarana Kesehatan Di Wilayah Kerja Puskesmas Tanah
Garam Tahun 2015
Rekam Medik

18

Poli Umum
Poli Gigi
UGD 24 jam
Laboratorium Klinik
Farmasi
Klinik Gizi
Klinik Sanitasi
Klinik TB, VCT dan IMS
Poli Ibu
Poli Anak
Poli KB
PolI Imunisasi
Klinik PKPR
Klinik Tumbuh Kembang
Rawatan Ibu dan Anak
Rawatan Dewasa
3 Sasaran
1. Data Kependudukan
Jumlah Penduduk

: 21.942 orang

Jumlah Bulin

: 415 orang

Jumlah Buteki

: 396 orang

Jumlah Bayi

: 4.383 orang

Jumlah Anak Balita

: 1.206 orang

Jumlah PUS

: 3.628 pasangan

Jumlah Bumil

: 458 orang

Jumlah WUS

: 5.114 orang

Jumlah Anak Remaja Sekolah: 3.444 orang


2. Peran Serta Masyarakat

19

Jumlah Posyandu

: 23 buah

Jumlah Kader Posyandu

: 92 orang

Jumlah TOGA

: 3 kelurahan

Jumlah POD

:-

Jumlah Posyandu Lansia

: 9 buah

Jumlah Kelompok Dana Sehat: Jumlah UKK

:-

Jumlah KK Miskin

: 644 KK

3.2 Gambaran Pelaksanaan Pelayanan Kesehatan Masyarakat Di Puskesmas


Tanah Garam
Dalam pelaksanaan program pelayanan kesehatan masyarakat di Puskesmas
Tanah Garam terdapat 2 program puskesmas yaitu program wajib dan program
pengembangan, dimana pencapaian target pada masing-masing program wajib
di tahun 2015 adalah:
1. KIA dan KB
Kegiatan Program Kesehatan Ibu :
a. Kelas Ibu Hamil
b. Pelayanan ANC
c. Kunjungan Bumil Resti
d. Kunjungan Nifas
e. Pemantauan Stiker P4K/ANC Berkwalitas
f. otopsi verbal
g. Pembinaan BPS
h. Pembinaan GSI
Kegiatan Prog Kesehatan Anak
a. DDTK
b. Kelas Ibu Balita
c. Kunjungan rumah balita bermasalah
d. LBI

20

Keluarga Berencana
kegiatan :
1. Pelayanan dan konseling
2. Penanganan komplikasi ringan
Tabel 4. Program KIA hingga Juli 2015
N

Progra

KIA

Kegiatan

Pencapaian

Target (%)

(%)
K1

72

95

K4
Persaalinan oleh Nakes
Kunjungan Nifas
Deteksi resti Ibu Hamil oleh

51
54
53
31

94
90
89
20

Nakes
Deteksi resti Ibu hamil oleh

20

masyarakat
Kematian ibu hamil atau

bersalin atau nifas


Jumlah KN 1
Jumlah KN Lengkap
DDTK 4 kali/tahun
Pelayanan bayi
DDTK 2 kali/tahun
Yankes anak balita
Jumlah kematian neonatus
Jumlah kematian bayi
Jumlah kematian balita

51
48
51
51
48
87,98
2
3
-

90
88
90
87
90
83
-

(Ibu)

Anak

Tabel 5. PWS KB
tabel PWS KB hingga bulan Juli 2015
NO

Keluraha

Jumla

h PUS

Peserta KB baru
Bl

Bl

Kum

Peserta KB Aktif
Bln

Bln

lalu

ini

Kum

21

lal

ini

u
1.

Tn.Gara

2475

12

Jml
114

%
4,6

1.752

1750

Jml
1.750

%
70,7

2.
3.

m
VI Suku
Sinapa

968
227

4
0

4
1

90
7

%
9,2
3,0

689
161

686
162

686
162

70,8
71,3

Piliang
Total

3670

16

13

211

5,7

2.602

2598

2598

70,7

2. Gizi Masyarakat
Kegiatan :
a. Penimbangan Masal & Pemberian Vit A (bln Feb & Agst)
b. Pengukuran Status Gizi Murid TK/PAUD
c. Pengukuran Status Gizi Siswa SLTP & SLTA
d. Pemantauan Status Gizi Sekolah yg mendapat PMT-AS
e. Kunjungan rumah Balita Gizi kurang dan buruk serta Bumil KEK
f. Pemantauan Posyandu
g. Pemberian PMT Pemulihan
h. TFC
i. Pengambilan sampel garam RT untuk Survey GAKY
j. Kelas Gizi
Kegiatan rutin seperti :
- Pemberian vit A
- Pemberian tablet Fe
- Pemantauan pertumbuhan balita

Cakupan D/S Bulan Januari s/d Juli 2015


Di Wilayah Kerja PUSKESMAS Tanah Garam

22

90

84.1
79.7
76.3

80
70
61.2
60
50
40

55.8
49.7

46.6

54.4
52.3 50.8 50.6
50.4 48.9 49.2
49.7 48.5
47.6 49.3 48.8
45.2
45.1
44.5 43.4
43.5
41.8

37.2

35.4

33.3

Tanah Garam
VI Suku
Sinapa Piliang
puskesmas

30
20
10
0
Januari Februari Maret

April

Mei

Juni

Juli

3. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit


Kegiatannya :
Table 6. program P2M
Program

Program

Imunisasi

P2M

Program TB

a. Pelayanan

a. Sosialisasi

Kegiatan Program TB

Imunisasi

P2PM dan

a. Pelacakan Kasus Kontak

b. BIAS

Surveilans

b. PMO Program Rabies

c. TT WUS

b. Survey dan

a. Pelacakan Kasus

d. Sweeping

Pemetaan wilayah

e. Pelacakan KIPI

TB
c. Penyegaran

DBD :

Sosialisasi DBD
Pemantauan Jentik

23

Kader TB

PE

d. Penyuluhan HIV Pneumonia : penemuan dan


AIDS,IMS & TB penanganan kasus
untuk pemuda

Kusta : penemuan dan penanganan

e. Survey

kasus

Epidemiologi

HIV/AIDS & IMS:Penjaringan

f. PTM
g. Posbindu

Hasil Kegiatan
Tabel 7. Hasil kegiatan P2M januari juli 2015
No
1.

Program
P2M

14.

Imunisas

Kegiatan
Penemuan Kasus BTA (+)
Angka bebas jentik (ABJ)
Penemuan kasus Pneumonia
Pengobatan Diare
Penangan Kasus DBD
Jumlah Kasus DBD
Penemuan Kasus Kusta
Rabies : Kasus Gigitan
Pemberian VAR/SAR
IVA :Diperiksa hasil (+)
HIV/AIDS
Kunjungan
HIV (+)
Imunisasi Lengkap

Pencapaian
8
83,7
15
100
100
17
28
18/44
262
1
94,5

Target (%)
80
95
75
100
100
85

i
HB O
BCG
Pol 1
DPT + Hb+HiB 1
Polio 2
DPT HB- HiB 2
Polio 3
DPT Hb HiB 3
Polio 4
Campak
Campak (booster)
DPT HB HiB (booster)

175 org
61,4 %
61,4 %
62,1 %
62,3%
60%
60%
59,3%
59,3%
58,2%
76 org
147 org

9
95
90
90
90
-

24

4. Kesehatan Lingkungan
Kegiatan :
- inspeksi sanitasi dasar
- rumah sehat
- pemeriksaan TTU-TPM
- STBM
- Pengelolaan sampah RT
- Pembinaan dan Pengawasan kwalitas air
- Penyuluhan Hygiene sanitasi ke sekolah
- Penyuluhan kawasan sehat
Hasil Kegiatan
Tabel 8. Hasil Kegiatan Kesling
No
1

Program
Akses Air

TG
100

VI SUKU
100

SNP
100

Pencapaian
100

Target (%)
100

Bersih
Jamban

67,91

85,75

100

84,6

100

3
4

Keluarga
Pengel. Limbah
Pengel.

57,16
57,86

56,92
55,19

57,69
52,56

57,12
56,53

100
100

5
6
7

Sampah
Rumah Sehat
TTU
TPM

69,55
-

80,98
-

83.65
-

74,55
100
86,67

95
80
85

5. Promosi Kesehatan
Kegiatan ;
a. Penyuluhan ke Sekolah
b. Penyuluhan di Posyandu
c. Penyuluhan Keliling
d. Pembinaan Kelurahan model PHBS
e. KTR
25

f. Pelaksanaan kegiatan Kelurahan Siaga

Program Pengembangan
Tabel 9. Hasil Kerja Promkes
No Program
1
UKS
Skrining murid kelas 1
SD/SLTP/SLTA
Pembinaan Sekolah Sehat
Pelatihan Dokter Kecil/KaderKesehatan
2.

Perkesmas
asuhan keperawatan pada
keluarga
kunjungan rumah KK Resti

Kesehatan Jiwa
penemuan dini dan penanganan
rujukan kasus jiwa

Kesehatan Indra Mata &Telinga


penemuan dan penangan kasus
rujukan

Kesehatan Lansia
pelayanan di dalam dan luar gedung
pembinaan kelompok Lansia
Senam lansia
Penyuluhan Kesehatan Lansia
Deteksi Dini Kesehatan Lansia

kasus jiwa

26

6.

PKPR
Pelatihan kader PKPR
Penyuluhan & konsultasi ke sekolah
Konsultasi bagi remaja
Kesehatan Gigi % Mulut
Dalam Gedung :

7.

Pelayanan kedaruratan Gigi


Pelayanan Kesehatan Gigi dan mulut dasar
Pelayanan medik gigi dasar
Luar Gedung

UKGS
UKGM

3.3. Fokus Kajian Program Kesehatan Masyarakat


3.2.1 Identifikasi Masalah Kesehatan Masyarakat
Tabel 10. Cakupan Imunisasi Usia Batita Wilayah Kerja Puskesmas Tanah
Garam Bulan Januari-Juli 2015
NO.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

BULAN
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli

PENTAVALEN
3,0 %
4,5 %
7,4 %
10,6 %
12,6 %
16,5 %
17,7 %
Target akhir tahun 2015

IMUNISASI
CAMPAK
ULANGAN
1,3 %
1,6 %
3,0 %
3,5 %
4,1 %
6,6, %
7,0 %

TARGET
7,5 %
15 %
22,5%
30%
38%
42,5%
53%
90%

Grafik Cakupan Imunisasi Usia Batita Wilayah Kerja Puskesmas Tanah Garam
Bulan Januari- Juli 2015

27

100

90

90
80
70
60

53

50

42.5

38

40

pentavalen
campak ulangan

30

30

22.5
15

20

7.5
7.4
31.3 4.5
3
1.6

10
0

10.6 12.6
4.1
3.5

target

17.7

16.5
6.6

Gambar 2. Diagram cakupan imunisasi usia batita di wilayah kerja Puskesmas


Tanah Garam
3.2.2. Penetapan prioritas Masalah
Tabel 8 Penetapan perioritas masalah

MASALA

MASAL

MASAL

MASALAH

MASAL

MASALA

AH (1)

AH (2)

(3)

AH (4)

H (5)

Penemua

Balita

Penemuan

Rumah

Cakupan

n kasus

bawah

kasus Gizi

tanpa

imunisasi

BTA (+)

garis

kurang

jamban

pentavale

Rendah

merah

diusia

n sangat

pertumbuh

rendah

an
KRITERI
A
1

Tingkat

Urgensi (U)
2

Tingkat
Keseriuasan
(S)

28

Tingkat

36

16

36

12

48

Perkemban
gan (G)

U X S X G

29

3.2.2

Penetapan Penyebab Masalah


MAN

Kurangnya
pengetahuan kader
tentang imunisasi
tambahan bagi batita
Kurangnya pengetahuan
Orang tua Batita mengenai
imunisasi tambahan
Tidak adanya brosur
pengenalan imunisasi
pentavalen

METHODE

Petugas tidak
mengingatkan ibu
batita yang telah
lengkap imunisasi
dasar

belum ada
anggaran untuk
pembuatan
brosur

Tidak ada
pedoman untuk
pemberian
imunisasi

Masih adanya
masyarakat yang
anti vaksin

Rendahnya
Persentasi imunisasi
penta valen di
Wilayah Kerja
Tanah Garam
17%

Tidak adanya poster


tentang imunisasi
pentavalen

MATERIAL

MONEY

ENVIROMEN

Skema 3. Penetapan penyebab masalah

30

BAB IV
PEMBAHASAN
Dari hasil Penyebab Masalah didapatkan berbagai penyebab RENDAHNYA
PERSENTASI IMUNISASI TAMBAHAN bagi Batita di wilayah kerja puskesmas
tanah garam. Dari penemuan penyebab tersebut. Penulis dapat merancang Penetapan
Alternatif Pemecahan Masalah untuk meningkatkan angka pencapaian target
pemeriksaan kualitas air.
4.1.

Penetapan Alternatif Pemecahan Masalah


Tabel 11. Pemecahan Masalah
Variabel Penyebab

No
1.

Faktor Penyebab
Manusia

Penyebab Masalah

Metode

3.

Material

4.

Dana

Lingkungan

Alternatif Pemecahan Masalah

Memberikan penyuluhan kepada orang tua Batita


Kurangnya pengetahuan Orang
tua Batita mengenai imunisasi
mengenai
imunisasi
tambahan
(imunisasi
tambahan.
pentavalen)
Kurangnya pengetahuan kader
Memberikan edukasi berkala kepada para kader agar
tentang imunisasi tambahan bagi
kader dapat mengingatkan orang tua batita
batita.
Petugas mengingatkan kepada ibu batita yang telah
Petugas kurang
lengkap lima imunisasi dasar
mensosialisasikan ibu batita yang
telah lengkap imunisasi dasar

Tidak adanya pedoman sebagai


sumber informasi imunisasi
pentavalen

Membuat pedoman tentang imunisasi penta valen,


berupa penambahan kolom dalam buku KIA/ KMS

Pembuatan brosur dan poster tentang pengenalan


Tidak adanya brosur dan poster
pengenalan imunisasi pentavalen
imunisasi pentavalen
Permohonan
penambahan dana kepada APBD untuk
Belum
ada
biaya
untuk
pembuatan brosur
pembuatan brosur
Penyuluhan dan sosialisasi kepada seluruh masyarakat
Masih adanya masyarakat yang
anti vaksin
tentang manfaat dan keuntungan imunisasi.

31

4.2.
4.3.
4.4.

4.2. Rencana Pelaksana Kegiatan


Table 12. Rencana Kegiatan

4.5.
RENCANA PELAKSANAAN KEGIATAN
4.6.
4.8.

4.9.

4.10.

4.11.

4.12.

4.14.
4.15.
4.16.4.18.
4.19.
4.20.
4.21.
4.22.
4.23.
4.24.
4.25.
4.26.
6

4.13.

4.33.

4.35.

4.36.

4.40.
4.39.

4.44.
4.49.
4.50.4.60.
4.65.
4.70.
4.75.
4.80.
4.85.
4.91.
4.97.
4.103.

impinan

Puskesmas

4.41.
4.42.
4.32.

4.43.

4.104.
4.51.4.61.
4.66.
4.71.
4.76.
4.81.
4.86.
4.92.
4.98.
4.105.

4.52.4.62.
4.67.
4.72.
4.77.
4.82.

4.106.
4.87.
4.93.
4.99.
4.53.4.63.
4.68.
4.73.
4.78.
4.83.
4.107.
4.88.
4.94.
4.100.
4.54.
4.59.
4.64.
4.69.
4.74.
4.79.
4.84.
4.108.
4.89.
4.95.
4.101.

g
a
s

4.90.
4.96.
4.102.
i
4.37.

m
u

4.38.

n
i
s
a
s

32

i
d
a
n
p
4.34.

r
o
m
k
e
s
p
u
s
k
e
s
m
a
s
T
a
n
a
h
G

33

a
r
a
m
4.45.
4.46.
4.47.
4.48.
4.109. 4.110.

Pe
mb
eria
n
edu
kas
i
kep
ada
kad
er
tent
ang
im
uni
sasi
tam
bah
an
bag
i
bati
ta.

4.112.

4.113.

4.114.

4.115.
4.116.

4.119.
4.121.
4.123.
4.124.
4.126.
4.128.
4.130.
4.132.
4.133.
4.134.
4.135.
P4.117.

P etugas
i puskesm
m

4.118.
4.120.
4.122.4.125.
4.127.
4.129.
4.131.

4.136.

as

p
i
n
a
n

program
imunisas
i dan
petugas

p promosi
u kesehata
sn
k
e
s
m
a
s
t
a
n

34

4.111.

a
h
g
a
r
a
m

4.137.

4.138.

4.139.

4.140.

4.141.
4.142.
Pimpinan

4.143.

P 4.144.
4.145.
4.146.
4.147.
4.148.
4.149.
4.150.
4.151.
4.152.
4.153.
4.154.
4.155.

etugas
promkes
puskesm
as tanah
garam

4.156.

4.157.

4.158.

4.159.

4.160.
4.161.
Pimpinan

4.162.

P 4.163.
4.164.
4.165.
4.166.
4.167.
4.168.
4.169.
4.170.
4.171.
4.172.
4.173.
4.174.

etugas

puskesmas Promkes
Puskesm
as Tanah
Garam

35

4.175.
4.176. Pembahasan
4.178.

4.177. 4.2.1 Rencana kegiatan dan penanggulangan


a.
Tenaga kesehatan memberikan penyuluhan kepada setiap ibu-

ibu yang datang ke Posyandu tentang manfaat imunisasi pentavalen bagi


batita.
4.179.
b.

Tenaga kesehatan memberikan sosialisasi pada tokoh

masyarakat tentang imunisasi penta valen


4.180.
c.
Tenaga kesehatan memberikan pengarahan tentang bagaimana
cara pemberian imunisasi tambahan yang benar.
4.181.
d.
Tenaga kesehatan memberikan edukasi kepada para kader
imunisasi yang bertujuan agar dapat membantu meningkatkan pemahaman
masyarakat
4.182. 4.2.2 Faktor Penghambat dan Permasalahan
4.183.
a.
Para ibu tidak bersedia untuk mengikuti penyuluhan imunisasi
penta valen
4.184.
b.

Para ibu tidak bersedia anaknya diberikan imunisasi pentavalen

karena dikhawatirkan efek sampingnya akan membahayakan buah hatinya.


4.185.
c.
Ibu batita tidak memiliki waktu untuk membawa
anaknya imunisasi
4.186.
4.187.
4.188.

36

4.189.
4.190.
4.191.
4.192.
4.193.
4.194.
4.195.
4.196.
4.197.
4.198.
4.199.
4.200.
4.201.
4.202.
4.203.
4.204.
4.205.
4.206.
4.207.
4.208.
4.209.
4.210.
4.211.
4.212.
4.213.
4.214.
4.215. BAB V
4.216. PENUTUP
4.217.
4.218. 5.1. KESIMPULAN
4.219. Di wilayah kerja Puskesmas Tanah Garam, cakupan imunisasi
pentavalen usia batita masih sangat rendah. Data dari bulan januari hingga juli
menunjukkan peningkatan terhadap cakupan imunisasi pentavalen, tetapi
masih sangat jauh dari target yang diberikan oleh Dinas Kesehatan.
4.220. Kendalanya yaitu karena imunisasi pentavalen ini masih
tergolong baru sehingga masyarakat belum begitu mengenal dan para kader
juga masih banyak yang belum memahami imunisasi ini, sehingga masih
banyak dilakukan edukasi. Untuk penanggulangannya diharapkan kepada

37

tenaga kesehatan memberikan penyuluhan, sosialisasi, pengarahan dan


memberikan edukasi kepada ibu-ibu yang datang ke posyandu, tokoh
masyrakat, dan para kader imunisasi tentang manfaat imunisasi pentavalen
bagi balita.
4.221. 5.2. SARAN
o Untuk Puskesmas
4.222. Memberi edukasi secara berkala kepada para kader, karena jika
kader mengerti dan memahami imunisasi penta valen, maka para
kader imunisasi dapat mengingatkan dan mengajak ibu-ibu yang
memiliki anak batita untuk melakukan imunisasi tambahan
pentavalen.
4.223.
4.224.
o Untuk Dinas Kesehatan
4.225. Pembinaan

petugas

pembina

posyandu

tentang

ilmu

pengetahuan tentang pentavalen.an Dinas Kesehatan Kota Solok


diharapkan

dapat

terus

meningkatkan

program

imunisasi

pentavalen ini, agar target akhir tahun 2015 ini dapat tercapai.
Karena apabila tercapai, maka akan menghemat dana imunisasi
beberapa persen.
4.226. Dinas kesehatan sebaiknya meningkatkan anggaran dana untuk
pembuatan brosur dan poster tentang imunisasi penta valen, serta
mencantumkan jadwal imunisasi pentavalen didalam buku KIA.
4.227.
4.228.
4.229.
4.230.
4.231.
4.232.
4.233.
4.234.
4.235.
4.236.
4.237.

38

4.238.
4.239.
4.240.
4.241.
4.242.
4.243.
4.244.
4.245.
4.246.
4.247.
4.248.
4.249.
4.250.
4.251. DAFTAR PUSTAKA
4.252.
4.253. Budiyono, rahman. 2009. Makalah Kesehatan Imunisasi. http://rahman
budyono.wordpress.com/2009/01/28/makalah-kesehatan_imunisasi/
4.254. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2005. Pedoman Teknis Imunisasi
Tingkat Puskesmas. Jakarta : Unicef
4.255. http://www.4shared.com/document/TEeFZmKi/Makalah_tentang_Imunisasi.ht
ml
4.256. http://organisasi.org/arti-definisi-pengertian-imunisasi-tujuan-manfaat-carajenis-imunisasi-pada -manusia
4.257. Kus, Lusia Anna. 2010. Imunisasi Terkendala Mitos. Jakarta :
Kompas
4.258.
4.259.
4.260.
4.261.

39

Anda mungkin juga menyukai