Anda di halaman 1dari 18

PENYUSUTAN

Penyusutan adalah proses penyisihan sejumlah uang atau biaya atas harta
atau asset yang dipakai untuk menghasilkan pendapatan atau sebagai sejumlah
biaya yang dikumpulkan dalam periode tertentu terhadap harta atau asset yang
dipakai dalam proses untuk mendapatkan pendapatan, akan tetapi ini bukan
berarti pengumpulan sejumlah dana untuk mengganti asset. Penyusutan adalah
metode untuk menghitung biaya atas asset tetap. Asset tetap dapat dibedakan
menjadi tangible asset dan intangible asset.
Penyusutan aset dimulai pada saat aset tersebut siap untuk digunakan,
yaitu pada saat aset tersebut berada pada lokasi dan kondisi yang diinginkan agar
aset siap digunakan sesuai dengan keinginan dan maksud manajemen. Nilai residu
dan umur manfaat setiap aset tetap harus direview minimum setiap akhir tahun
buku dan apabila ternyata hasil review berbeda dengan estimasi sebelumnya maka
perbedaan tersebut harus diperlakukan sebagai perubahan estimasi akuntansi
tentang laba atau rugi bersih untuk periode berjalan, koreksi kesalahan mendasar
dan perubahan kebijakan akuntansi.

A. Istilah Dalam Penyusutan


1. Harga perolehan (cost) adalah jumlah kas atau setara kas yang dibayarkan
untuk memperoleh suatu aset pada saat perolehan.
2. Biaya awal adalah biaya pemasangan dari asset termasuk biaya pembelian,
pengiriman, dan fee pemasangan, dan biaya langsung lainnya yang dapat
didepresiasikan termasuk persiapan asset untuk digunakan.

28

3. Nilai buku : menggambarkan sisa, investasi yang belum terdepresiasi pada


buku setelah dikurangi jumlah total biaya depresiasi pada waktu tersebut.
4. Periode pengembalian adalah umur depresiasi dari asset dalam tahun
untuk tujuan depresiasi.
5. Nilai pasar adalah perkiraan nilai asset yang realistis jika asset tersebut
dijual pada pasar bebas.
6. Nilai residu aset adalah jumlah yang diperkirakan akan diperoleh entitas
saat ini dari pelepasan aset, setelah dikurangi biaya pelepasan, jika aset
tersebut telah mencapai umur dan kondisi yang diharapkan pada akhir
umur manfaatnya.
7. Umur ekonomis/ umur manfaat (useful life) adalah Suatu periode dimana
aset diharapkan akan digunakan oleh entitas; atau Jumlah produksi atau
unit serupa yang diharapkan akan diperoleh dari aset tersebut oleh entitas
8. Jumlah yang dapat disusut adalah biaya perolehan suatu aset, atau jumlah
lain yang menjadi pengganti biaya perolehan, dikurangi nilai residu.
9. Akumulasi penyusutan adalah bagian dari perolehan aktiva tetap yang
dialokasikan ke penyusutan sejak aktiva tersebut diperoleh.
B. Jenis-jenis Penyusutan
penyusutan dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu:
1. Depresiasi
Depresiasi adalah alokasi sistematik jumlah yang dapat disusutkan
dari suatu aktiva tetap berwujud sepanjang masa manfaatnya. Penyusutan
untuk aktiva tetap (tangible asset) non tanah. Misalnya penyusutan gedung,

29

penyusutan mesin, penyusutan kendaraan, penyusutan perlengkapan,


penyusutan peralatan dan sebagainya. Depresiasi dapat digunakan untuk
mengetahui nilai asset sesuai dengan waktu, untuk mengalokasikan
depresiasi nilai asset tersebut (pengalokasian tersebut digunakan untuk
menjamin bahwa asset yang telah diinvestasikan dapat diperoleh kembali
setelah masa layannya selesai), untuk pengurangan pengenaan pajak
dengan jalan bahwa asset yang diinvestasikan diperhitungkan sebagai
biaya produksi, sehingga hal ini berkaitan dengan pajak.
2. Deplesi
Proses penyusutan biaya perolehan atas sumber daya alam yang
dimiliki perusahaan ke dalam periode akuntansi yang memperoleh
manfaatnya. Deplesi adalah metode akuntansi untuk mengurangi nilai
sumber daya alam secara bertahap sampai menjadi nol selama beberapa
periode atau beberapa tahun. Deplesi dihitung berdasarkan seberapa
banyak penghasilan yang didapat dari jumlah asset yang diambil dari total
cadangan sumber daya alam dalam satu periode akuntansi. Biaya yang
dikapitalisasi biasanya meliputi biaya penguasaan, eksplorasi dan
pengembangan. Penyusutan untuk aktiva tetap berupa tanah (tangible asset
yang tidak terbarukan). Contohnya dalam hal ini adalah tanah
pertambangan, tanah ini dieksplorasi untuk diambil hasil pertambangan
tersebut, sehingga tanah ini nilainya akan semakin turun, karena lamalama hasil tambang dari tanah tersebut akan habis dan tanahnya tidak bisa
digunakan lagi untuk pertambangan, sehingga tanah ini nilainya akan

30

disusutkan. Perhitungan besarnya deplesi berdasarkan atas harga


perolehan sumber daya alam, banyaknya cadangan/ kandungan sumber
alam tersebut serta jumlah yang telah dieksploitasi selama periode tertentu.
3. Amortisasi
Amortisasi adalah alokasi sistematik biaya perolehan aktiva tetap
tak berwujud (intangible asset), seperti piutang, hak paten, trademark,
goodwill, franchise dan lain-lain. Umur manfaat aktiva tak berwujud sesuai
dengan ketentuan dan peraturan yang ditetapkan. Jika aktiva itu diperoleh
dari pemerintah atau dikeluarkan oleh pemerintah maka masa berlaku
aktiva itu ditetapkan oleh pemerintah sesuai dengan peraturan pemerintah.
Misalnya, hak paten dibekukan masa berlaku dalam jangka waktu 17 tahun,
hak pengusahaan sumber alam dalam jangka waktu 10 tahun, dan lain
lain. Perhitungan amortisasi biasanya dilakukan dengan metode garis lurus
dan metode persentase tetap terhadap biaya perolehan. Dalam hal ini
sisa/residu setelah masa manfat dari aktiva itu habis adalah nol Periode
amortisasi tidak boleh melebihi 20 tahun berdasarkan pertimbangan bahwa
dalam 20 tahun sudah banyak perkembangan yang terjadi sehingga untuk
tenggang waktu selebihnya aktiva tetap tidak berwujud diprediksi tidak lagi
memiliki manfaat keekonomian. Misalnya piutang termasuk dalam kategori
ini, dan nilainya disusutkan karena piutang tersebut untuk dapat tertagih
ada kemungkinan lancar dan tidak lancar maka nilainya harus disusutkan,
agar tahu kondisi riil keuangan perusahaan. Kemudian hak paten juga

31

termasuk dalam kategori ini karena hak paten mempunyai periode atau
masa berlaku sehingga nilai hak paten tersebut juga harus disusutkan.

C. Metode Penyusutan
1. Metode garis lurus (straight line method)
Metode garis lurus disebut juga metode persentase tetap dari harga
perubahan aktiva. Berdasarkan metode garis lurus besarnya beban
penyusutan tiap tahun adalah tetap (sama). Model metode garis lurus cukup
sederhana. Metode ini menghubungkan alokasi biaya dengan beralalunya
waktu dan mengakui pembebanan periodic yang sama sepanjang umur
aktiva. Asumsi yang mendasari metode garis lurus ini adalah bahwa aktiva
yang bersangkutan akan memberikan manfaat yang sama untuk setiap
periodenya sepanjang umur aktiva, dan pembebanannya tidak dipengaruhi
oleh perubahan produktifitas maupun efisiensi aktiva. Estimasi umur
ekonomis dibuat dalam periode bulanan atau tahunan. Selisih antara harga
perolehan aktiva dengan nilai residunya dibagi dengan masa manfaat
aktiva akan menghasilkan beban penyusutan periodic.
Hasil perhitungan beban penyusutan dengan menggunakan metode
garis lurus akan dianggap tepat (layak) hanya jika asumsi-asumsi berikut
ini terpenuhi, yaitu: beban perbaikan dan pemeliharaan tetap konstan
sepanjang umur aktiva, tingkat efisiensi operasi aktiva pada periode
berjalan sama baiknya dengan periode-periode sebelumnya, pendapatan
(arus kas bersih) yang bisa dicapai dengan mempergunakan aktiva tersebut

32

jumlahnya tetap konstan selama tahun-tahun umur aktiva, dan semua


estimasi yang diperlukan, termasuk estimasi masa manfaat diprediksi
dengan tingkat kepastian yang memadai.
Namun, karena adanya ketidakpastian dari sebagian besar factor
tersebut diatas, maka untuk menemukan suatu metode penyusutan yang
dapat menampung bebagai factor tersebut merupakan suatu hal yang sulit.
Oleh karena itu, metode garis lurus seringkali diasumsikan sama akuratnya
dengan metode lain. Selain itu, metode garis lurus dianggap cukup mudah
untuk dilaksanakan dan dipahami.
Contohnya : Sebuah aktiva dengan biaya perolehan sebesar Rp
400.000,00. Diperkirakan aktiva itu dapat dimanfaatkan selama 5 tahun
dengan perkiraan nilai sisa Rp 40.000,00. Dengan menggunakan metode
garis lurus:
a) Tentukan besarnya beban penyusutan tiap tahun.
b) Tentukan tingkat penyusutan pertahun
c) Buatlah daftar penyustan lengkap dengan akumulasi penyusutannya.
Jawab
a. Beban penyusutan tiap tahun adalah (400.000 40.000) / 5 = 72.000
Jadi, besarnya penyusutan tiap tahun adalah Rp 72.000,b.

Persentase Penyusutan (400.000 40.000) / 400.000 = 0,9 x 100% =


90% / 5 = 18%
Jadi tingkat penyusutan tiap taun sebesar atau 18 % dari harga
perolehan.

33

c. Daftar penyusutan menurut metode garis lurus


Tahun

Biaya

Persentase

Beban

Akumulasi

Nilai buku

ke

Perolehan

Penyusutan Penyusutan Penyusutan

akhir tahun

400.000

18 %

72.000

72.000

328.000

400.000

18 %

72.000

144.000

256.000

400.000

18 %

72.000

216.000

184.000

400.000

18 %

72.000

288.000

112.000

400.000

18 %

72.000

360.000

40.000

2. Metode Menurun
Metode ini sesuai jika dipergunakan untuk jenis aset tetap yang
tingkat keausannya tergantung dari volume produk yang dihasilkan, yaitu
jenis aset mesin produksi.

Rumus penyusutan menurun:

Penyusutan = ((100% / umur ekonomis) x 2) x nilai perolehan/nilai buku

Contoh kasus penyusutan metode saldo menurun:

Sebuah mesin diperoleh pada tanggal 18 Mei 2016, harga


perolehan mesin tersebut sebesar Rp 26.000.000 dan mesin tersebut
ditaksir memiliki umur ekonomis 10 tahun, dan apabila nanti sudah tidak
digunakan lagi atau aset ditarik penggunaannya, diperkirakan mesin
tersebut masih bisa ditimbang kiloan, besi tuanya dapat dijual seharga Rp

34

2.000.000.

Dalam

pencatatan

akuntansi

aset

tetap,

perusahaan

menggunakan metode penyusutan saldo menurun.

Penyusutan tahun 2016

[(100%/10) x 2 ] x 8/12 x 26.000.000 = Rp 3.484.000

Notes: Karena selama tahun 2016 aset hanya digunakan 8 bulan, maka
dikali 8/12

Penyusutan tahun 2017


[(100%/10) x 2 ] x (26.000.000 3.484.000) = 4.503.200

Notes: Nilai buku aset tahun 2017 dikurangi penyusutan aset tahun
sebelumnya, sebesar Rp 3.484.000, untuk tahun-tahun setelahnya, cara
pengerjaanya sama, hingga 10 tahun masa pengoperasian mesin tersebut.
Pencatatan dalam jurnal

31 Desember 2016

Debit | Depresiasi
Kredit |

Rp3.484.000
Akumulasi depresiasi

Rp3.484.000

31 Desember 2017
Debit | Depresiasi
Kredit |

Rp4.503.200
Akumulasi depresiasi

Rp4.503.200

35

Jurnal Penyesuaian Aset Tetap Mesin Tahun 2016


Debit | Akumulasi depresiasi
Kredit |

Rp3.484.000

Cadangan

Rp3.484.000

Jurnal Penyesuaian tahun 2015


Debit | Akumulasi depresiasi
Kredit |

Rp4.503.200

Cadangan

Rp4.503.200

Notes : Dengan menggunakan metode penyusutan saldo menurun ini,


jumlah angka penyusutan tiap tahun akan mengalami penurunan
penyusutan tiap tahunnya, ini menunjukkan dan memperlakukan aset tetap
bahwa aset tetap (khususnya mesin) memperlihatkan kinerja terbaiknya,
dalam hal sumbangsih manfaat aset tetap terhadap perusahaan berada
pada saat awal-awal aset tetap tersebut digunakan, semakin lama semakin
menurun kinerja aset tetap tersebut karena keausan.

D. Dasar Penghitungan Penyusutan


Ada beberapa metode yang berbeda untuk menghitung besarnya beban
penyusutan. Dalam praktik, kebanyakan perusahaan akan memilih satu metode
penyusutan dan akan menggunakannya untuk seluruh aktiva yang dimilikinya.
Dalam akuntansi, banyak terjadi pembelian aktiva tetap yang tidak
dilakukan pada awal tahun buku perusahaan, melainkan pada saat-saat
tertentu selama periode berjalan. Apabila pembelian aktiva dilakukan sebelum

36

tanggal 15, maka pembelian aktiva tersebut akan dianggap seolah-olah telah
terjadi untuk satu bulan penuh, dengan kata lain pembelian akan dianggap
terjadi pada hari pertama dari bulan tersebut. Dalam hal ini, perusahaan akan
menghitung besarnya penyusutan atas aktiva untuk keseluruhan bulan
bersangkutan. Namun untuk pembelian aktiva yang dilakukan pada tanggal 15
atau sesudahnya, akan dianggap seolah-olah sebagai pembelian yang terjadi
pada awal bulan berikutnya, dengan kata lain pembelian akan dianggap terjadi
pada hari pertama dari bulan berikutnya. Dalam hal ini, perusahaan juga akan
tetap menghitung besarnya penyusutan atas aktiva untuk keseluruhan bulan,
hanya saja baru akan diperhitungkan mulai untuk bulan berikutnya. Metode
penyusutan yang digunakan untuk tujuan pembukuan dapat berbeda dengan
metode yang digunakan untuk tujuan perpajakan. Beberapa metode tersebut
yaitu:
1. Berdasar Umur
Metode alokasi harga perolehan umumnya terkait dengan berlalunya
waktu, dimana aktiva digunakan sepanjang waktu dan kemungkinan
keusangan akibat perubahan teknologi juga merupakan fungsi dari waktu.
Dari metode penyusutan yang berdasarkan factor waktu, penyusutan garis
lurus merupakan metode yang paling sering digunakan. Sedangkan metode
penyusutan yang dipercepat berdasarkan pada asumsi bahwa akan ada
penurunan yang cepat dalam efisiensi aktiva, output atau manfaat lain pada
tahun-tahun awal umur aktiva.

Kebanyakan metode penyusutan yang

dipercepat menggunakan metode saldo menurun ganda.

37

Metode Saldo Menurun Ganda


Metode ini menghasilkan suatu beban penyusutan periodic yang
menurun selama estimasi umur ekonomis aktiva. Jadi, metode ini pada
hakikatnya sama dengan metode jumlah angka tahun dimana besarnya
beban penyusutan akan menurun setiap tahunnya. Beban penyusutan
periodic dihitung dengan cara mengalikan suatu tariff persentase (konstan)
ke nilai buku aktiva yang kian menurun. Besarnya tariff penyusutan yang
umum dipakai adalah dua kali tariff penyusutan garis lurus, sehingga
dinamakan sebagai metode saldo menurun ganda. Aktiva tetap dengan
estimasi masa manfaat 5 tahun akan memiliki tariff penyusutan garis lurus
20% dan tariff penyusutan saldo menurun ganda 40%, sedangkan aktiva
tetap dengan estimasi masa manfaat 10 tahun akan memiliki tariff
penyusutan garis lurus 10% dan tariff penyusutan saldo menurun ganda
20%, dan seterusnya.
Dengan metode saldo menurun ganda, besarnya estimasi nilai
residu tidak digunakan dalam perhitungan, dan penyusutan tidak akan
dilanjutkan apabila nilai buku aktiva telah sama atau mendekati estimasi
nilai residunya. Besarnya penyusutan untuk tahun terakhir dari umur
ekonomis aktiva harus disesuaikan agar supaya nilai buku diakhir masa
manfaat aktiva tetap tersebut mencerminkan besarnya estimasi nilai residu.
Sebagai contoh, asumsi bahwa pada awal bulan Januari 2016 dibeli
sebuah aktiva tetap dengan harga perolehan sebesar Rp. 100.000.000,-.
Berdasarkan estimasi manajemen, aktiva tetap ini diperkirakan memiliki

38

umur ekonomis selama 5 tahun dengan nilai sisa sebesar Rp. 5.000.000,pada akhir tahun kelima. Dengan menggunakan contoh tersebut, dan
apabila metode saldo menurun ganda (double declining balance method)
diterapkan, maka besarnya penyusutan tahunan akan dihitung sebagai
berikut (dalam ribuan Rupiah):

Akhir Tahun

Beban Penyusutan

Akumulasi

Nilai Buku

Penyusutan

akhir
100.000

2016

100.000 x 40% = 40.000

40.000

60.000

2017

60.000 x 40% = 24.000

64.000

36.000

2018

36.000 x 40% = 14.400

78.400

21.600

2019

21.600 x 40% = 8.640

87.040

12.960

2020

95.000 87.040 = 7.960

95.000

5.000

Yang perlu mendapat perhatian khusus disini adalah pada waktu


menghitung besarnya beban penyusutan untuk pemakaian tahun 2020, yang
dimana merupakan tahun terakhir dari estimasi umur ekonomis. Besarnya
beban penyusutan untuk pemakaian tahun 2020 tidaklah dihitung melalui
hasil perkalian antara nilai buku pada akhir tahun 2019 (Rp.12.960.000)
dengan tariff 40%. Ingat sekali lagi, bahwa besarnya beban penyusutan
untuk tahun terakhir dari umur ekonomis aktiva harus disesuaikan agar
supaya nilai buku diakhir masa manfaatnya tersebut mencerminkan
estimasi nilai residu.
Dalam contoh ini, karena besarnya estimasi nilai residu adalah Rp
5.000.000,- dan agar supaya besarnya akumulasi penyusutan pada akhir
tahun 2020 menjadi Rp 95.000.000, maka besarnya akumulasi penyusutan
pada akhir tahun 2020 ini (Rp.95.000.000) dikurangi dengan besarnya
akumulasi penyusutan pada akhir tahun 2019 (Rp.87.040.000) akan

39

menghasilkan besarnya beban penyusutan untuk pemakaian tahun 2020


(Rp.7.960.000). besarnya akumulasi penyusutan pada akhir tahun 2020
(Rp.95.000.000) diperoleh dari hasil pengurangan harga perolehan
(Rp.100.000.000) dengan besarnya estimasi nilai residu yang telah
ditetapkan (Rp.5.000.000). cara lain untuk menghitung besarnya beban
penyusutan untuk pemakaian tahun 2020 adalah nilai buku pada akhir
tahun 2019 (Rp.12.960.000) dikurangi dengan besarnya estimasi nilai
residu yang telah ditetapkan (Rp.5.000.000).
Dalam contoh di atas, diasumsikan bahwa aktiva tetap dibeli dan
ditempatkan pemakaiannya pada awal tahun (awal Januari 2016). Hal ini
sesungguhnya sangat jarang terjadi dalam praktik. Jika seandainya aktiva
dibeli dan ditempatkan penggunaannya pada awal bulan bulan Maret 2016,
maka besarnya beban penyusutan untuk pemakaian tahun 2016 akan
menjadi 40% x Rp.100 juta x 10/12 = Rp. 33.333.333,-. Sedangkan
besarnya beban penyusutan untuk pemakaian tahun 2017 adalah [40% x
(Rp.100.000.000-Rp.33.333.333)] = Rp.26.666.667,-.
2. Berdasar Produktivitas
Metode produktivitas didasarkan pada anggapan bahwa aktiva
yang diperoleh diharapkan dapat memberikan jasa dalam bentuk hasil unit
produksi tertentu. Metode ini memerlukan suatu estimasi mengenai total
unit output yang dapat dihasilkan aktiva. Harga perolehan yang dapat
disusutkan (harga perolehan dikurangi dengan estimasi nilai residu) dibagi
dengan estimasi total output, menghasilkan besarnya tariff penyusutan
aktiva untuk setiap unit produksinya. Jumlah unit produksi yang dihasilkan
selama suatu periodic dikalikan dengan tariff penyusutan per unit
menghasilkan besarnya beban penyusutan periodic. Besarnya beban

40

penyusutan ini akan berfluktuasi setiap periodenya tergantung pada


kontribusi yang dibuat oleh aktiva dalam unit yang dihasilkannya.
Sebagai contoh, asumsi bahwa pada awal bulan Maret 2016 dibeli
sebuah aktiva tetap dengan harga perolehan sebesar Rp.100.000.000,-.
Berdasarkan estimasi manajemen, aktiva tetap ini diperkirakan dapat
menghasilkan

25.000

unit

produksi

dengan

nilai

sisa

sebesar

Rp.5.000.000,-. Dengan menggunakan contoh tersebut, dan apabila metode


unit produksi diterapkan, maka besarnya tariff penyusutan untuk setiap unit
produksi yang dihasilkan adalah:
(Rp.100.000.000-Rp.5.000.000) : 25.000 unit = Rp.3.800,- per unit.
Jika sepanjang tahun 2008, aktiva tersebut telah memproduksi
4.200 unit, maka besarnya beban penyusutan untuk pemakaian tahun 2016
akan menjadi Rp.3.800,-/unit x 4.200 unit = Rp.15.960.000,-.
3. Berdasar Rata-Rata
Metode rata-rata adalah salah satu cara yang dilakukan dalam
penyusutan asset dengan cara rata-rata. Metode ini dikelompokkan atas 3
bagian, yaitu metode garis lurus, metode jam kerja mesin, metode yang
didasarkan pada jumlah produksi.
Jumlah penyusutan yang didasarkan pada metode penyusutan
persentase rata-rata adalah hasil pembagian dari nilai asset yang dinilai
dalam keadaan baru (100%) dengan umur ekonomis dari asset. Apabila
harga beli asset seharga Rp. 10.000.000 dengan umur ekonomis selama 5
Tahun, maka besarnya penyusutan tahunan adalah sebesar 100% / 5 =

41

20%. Untuk membeli asset baru pada masa yang akan datang dengan harga
yang lebih mahal, baik sebagai akibat tingkat inflasi maupun akibat
perubahan teknologi maka persentase penyusutan rata-rata ditingkatkan
dengan cara kelipatan dua. Berdasarkan pada penjelasan ini, jumlah
penyusutan setiap tahun dihitung sebagai berikut:
a. Tahun I = 40% x Rp. 10.000.000
Rp. 10.000.000 Rp. 4.000.000
b. Tahun II = 40% x Rp. 6.000.000
Rp. 6.000.000 Rp. 2.400.000
c. Tahun III = 40% x Rp. 3.600.000
Rp. 3.600.000 Rp. 1. 440.000
d. Tahun IV = 40% x Rp. 2.160.000
Rp. 2.160.000 Rp. 864.000
e. Tahun V

= 40% x Rp. 1.296.000

Rp. 1. 296.000 Rp. 518.400

= Rp. 4.000.000
= Rp. 6.000.000
= Rp. 2.400.000
=Rp. 3.600.000
= Rp. 1.440.000
= Rp. 2.160.000
= Rp. 864.000
= Rp. 1.296.000
= Rp.

518.400

= Rp. 777.600

4. Berdasar Utilitas
Berdasarkan factor penggunaan, penyusutan aktiva terutama
terkait dengan output dari aktiva yang bersangkutan atau tingkat jasa yang
diberikan. Dalam hal ini, estimasi umur ekonomis aktiva dapat dinyatakan
baik dalam satuan unit produksi ataupun jumlah jam jasa (operasional).
Metode Jam Jasa
Teori yang mendasari metode ini adalah bahwa pembelian suatu
aktiva menunjukkan pembelian sejumlah jam jasa langsung. Dalam

42

menghitung besarnya beban penyusutan, metode ini membutuhkan estimasi


umur aktiva berupa jumlah jam jasa yang dapat diberikan oleh aktiva
bersangkutan. Harga perolehan yang dapat disusutkan (harga perolehan
dikurangi dengan estimasi nilai residu) dibagi dengan estimasi total jam
jasa, menghasilkan besarnya tariff penyusutan untuk setiap jam pemakaian
aktiva. Pemakaian aktiva sepanjang periode (jumlah jam jasanya)
dikalikan dengan tariff penyusutan tersebut akan menghasilkan besarnya
beban penyusutan periodic. Besarnya beban penyusutan ini akan
berfluktuasi setiap periodenya tergantung pada jumlah konstribusi jam jasa
yang diberikan oleh aktiva bersangkutan.
Sebagai contoh, asumsi bahwa pada akhir bulan Maret 2016 dibeli
sebuah aktiva tetap dengan harga perolehan sebesar Rp.100.000.000,-,
berdasarkan estimasi manajemen, aktiva tetap ini diperkirakan dapat
beroperasi selama 25.000 jam dengan nilai sisa sebesar Rp.5.000.000,-.
Dengan menggunakan contoh tersebut, dan apabila metode jam jasa
diterapkan, maka besarnya tariff penyusutan untuk setiap jam pemakaian
aktiva adalah:
(Rp.100.000.000-Rp.5.000.000) : 25.000 jam = Rp.3.800,- per jam.
Jika sepanjang tahun 2016, aktiva tersebut telah dipakai selama
4.200 jam, maka besarnya beban penyusutan untuk pemakaian tahun 2016
akan menjadi Rp.3.800/jam x 4.200jam = Rp.15.960.000,-.
E. Jurnal dalam Penyusutan

43

Setelah perhitungan selesai dilakukan, langkah berikutnya adalah


mencatat beban penyusutan aktiva tetap. Proses pencatatan ini akan dilakukan
di akhir periode akuntansi dengan dilengkapi bukti transaksi berupa memo
yang di dalamnya memuat adanya ayat jurnal penyesuaian yang menjelaskan
adanya penyusutan jumlah saldo periode tersebut.
Pencatatan dalam jurnal penyesuaian:
Beban penyusutan aktiva tetap xxxx (debet)
Akumulasi penyusutan aktiva tetap xxxx (kredit)
Akumulasi penyusutan aktiva tetap xxxx (debet)
Cadangan xxxx (kredit)
Cadangan xxxx (debit)
Pengganti aktiva

xxxx (kredit)

F. Manfaat Penyusutan
1. Menghitung kegunaan aktiva tetap.
2. Melakukan pencadangan biaya.
3. Untuk perencanaan penggantian aktiva tetap secara berkala (bisa
dijadikan sebagai alokasi perusahaan untuk mengganti aktiva lama yang
telah habis masa manfaatnya tersebut dengan aktiva yang baru).
4. Menentukan strategi harga.
5. Strategi mengatur laba.
6. Mempermudah melakukan pencatatan saat aktiva tetap tersebut dihentikan
pemakaiannya.

44

7. Memegang peranan penting dalam ketepatan perhitungan harga pokok


penjualan sehingga perhitungan laba rugi perusahaan pun menjadi wajar.
Nama : Fian Metal Angga P.
NIM : 2012020129
Kelas : Manajemen Semester 4 B2
Referensi:
Horngren, Charles Sinaga / Foster, George / Sinaga, Marinus. 2006. Akuntansi
Biaya : Suatu Pendekatan Manajerial Jilid 1. Jakarta: Erlanggga
Mulyadi. 2000. Akuntansi Biaya. Yogyakarta : Aditya Media
Mursyidi. 2010. Akuntansi Biaya : Conventional Costing, Just In Time, Dan
Activity-Based Costing. Bandung : Refika Aditama
RA Supriyono. 1999. Akuntansi Biaya Buku 1. Yogyakarta: BPFE
Supawi Pawenang. 2016. Modul Akuntansi Biaya. Surakarta: Uniba

45

Anda mungkin juga menyukai