Anda di halaman 1dari 4

Journalism History

Sejarah jurnalisme memiliki sejarah yang panjang. Batas pemisah antara


sejarah jurnalisme dengan bentuk sejarah media hampir tidak bisa dibedakan karena
sejak 1970 sejarah jurnalisme mengalami krisis identitas.
Sejarah jurnalisme bersumber dari kaum cendekiawan yang tertarik dengan
evolusi alat komunikasi, kemudian melacak dan mempelajari sejarah jurnalisme. jadi,
sejarah jurnalisme tumbuh bersama jurnalisme dan kesadaran akan sejarah jurnalisme
itu sendirilah yang menjadi fitur pembangun sejarah jurnalisme.

Prehistory
Pada awalnya berita disebarkan melalui tulisan tangan yang kemudian dilipat
gandakan dan menjadi sarana untuk memperluas buku. Surat kabar yang dicetak
pertama kali muncul di Eropa awal abad ke-17 dan diciptakan untuk kalangan
tertentu saja. Kemudian pada akhir abad 17, target pembaca surat kabar mulai
diperluas dengan topik pembahasan seputar masalah politik dan pemerintahan.
Terjadi perubahan fungsi surat kabar. Awalnya surat kabar adalah instrumen
perdagangan dan kontroversi agama kemudian berubah menjadi instrumen yang
mewadahi musyawarah dan adu argumentasi politik. Perubahan itu mengakibatkan
surat kabar menjadi sumber utama yang melatarbelakangi Revolusi Inggris, Revolusi
Perancis, dan Revolusi Amerika yang kemudian memunculkan suatu hubungan antara
media dengan demokrasi. Atas dasar pergeseran legitimasi politik dan permasalahan
utama pemerintahan abad ke-18, pemikir politik pun mulai aktif berargumen tentang
pentingnya dan perlunya sistem komunikasi nasional, pembangunan infrastruktur, dan
jaringan transportasi umum.
Memasuki negara-negara Eropa sadar akan perlunya regulasi dan budaya
sensor berita pada media cetak karena media cetak terlibat dalam serangkaian perang
agama yang kemudian diikuti oleh Reformasi Protestan. Negara Eropa bersama
Vatikan akhirnya mulai mengembangkan sistem kontrol pers yang di dalamnya
berupa perizinam dan larangan. Sistem kontrol pers tersebut mengakibatkan
terjadinya monopoli yang nyata terhadap media cetak.

Kebebasan pers adalah cerita umum untuk awal sejarah jurnalisme. Ceritacerita heroik yang berisi propaganda untuk melawan sistem sensor berita. Kebebasan
pers menegaskan bahwa pemerintahan yang demokratis seharusnya didasarkan pada
opini publik yang dihasilkan melalui musyawarah politik yang adil dan bebas.

Emergence
Pertengahan hingga akhir abad ke-19, Amerika dan Eropa mulai menciptakan
pers massa. Namun pers massa tersebut harus terhalangi oleh ketatnya biaya pajak.
Ketatnya pajak berakibat pers mengalami komersialisasi.
Komersialisasi pers membuat pers sangat bergantung pada pendapatan iklan
dan memberi dampak yang lebih luas daripada sebelumnya kepada khalayak umum
terutama surat kabar politik.
Surat kabar lalu disegmentasi sesuai dengan jenis pembacanya agar dapat
dijual kepada pengiklan. Konten yang ada pada surat kabar pun lebih condong pada
kepentingan cerita manusia-manusia tertentu. Oleh karena isinya yang cenderung
untuk kepentingan menusia tertentu, pers pun mendapat citra yang negatif dari kaum
reformis dan elit tradisional. Mereka beranggapan bahwa pers telah melunturkan
kemampuan masyarakat untuk bermusyawarah dan hanya sebagai sarana pencitraan
orang-orang tertentu melalui sensasi yang disebarluaskan oleh pers. Upaya-upaya pun
segera dilakukan untuk mengembalikan citra pers yaitu melalui penyesuaian
sosiologis.

Professionalization
Pada awal abad ke-20, dunia barat sudah siap dengan proyek profesionalisasi
jurnalisme. Proyek profesionalisasi jurnalisme dibentuk berbeda dari sejarah
jurnalisme sebelumnya. Sekolah baru jurnalisme ingin sejarah yang mendidik dan
bisa memberikan teladan moral untuk para calon profesional. Selain itu pengajaran
tentang industri berita juga menyerukan kesadaran lebih untuk kondisi bisnis.
Kebanyakan negara-negara barat melembagakan jurnalisme berdasar pada
model profesional di abad ke-20. Menurut Hallin dalam buku The Handbook of
Journalism Studies (2008:21), proyek pembentukan sekolah jurnalistik, penciptaan
kode etik, penetapan standar perizinan dan pembentukan serikat mempunyai
kontribusi terhadap apa yang disebut The High Modernism of Journalism.

Institusionalisasi profesional jurnalisme di dunia barat terbagi menjadi tiga


model, yaitu partisanisme di Eropa Selatan (bersistem pluralis terpolarisasi),
demokrasi sosial di Eropa Utara (bersistem korporatis demokrasi) dan sistem berbasis
pasar di Atlantik Utara (sistem liberal). Setiap model mendapat perhatiannya masingmasing agar jurnalisme profesional tetap lestari.

Alternatives
Keguncangan antar paham di dunia pasca Perang Dunia II mengakibatkan
sejarah jurnalisme mempunyai banyak versi cerita. Kemudian di akhir abad ke-20,
terjadi erosi tinggi modernitas terhadap jurnalisme. Globalisasi, berakhirnya perang
dingin, munculnya teknologi baru, model pelayanan publik dalam penyiaran dan
telekomunikasi dan melemahnya dukungan budaya terhadap identitas monolitik
adalah segelintir faktor penyebab tergerogotinya model otonom jurnalisme yang
sebelumnya.

Scholarly Approaches
Pers mendapat pengakuan hukum setelah terjadi penelusuran mengenai
problematis kebebasan pers dan perkembangan hukum dan politik. Sebagai pekerjaan
atau praktek tertentu, jurnalis dipercayai memperoleh hak sebelum dan selama proses
hukum, serta hak kebijakan untuk mengakomodasi kehadiran mereka lebih dekat
dengan kegiatan pemerintah.

Genres
Sejarah jurnalisme telah dibagi menjadi beberapa genre/jenis. Yang paling
menonjol dalam jurnalisme ada 4 genre, 3 diantaranya terfokus dan 1 masih bersifat
umum yang dikategorikan sebagai berikut: biografi, komprehensif, dan yang terfokus
di event dan di gambar. Genre yang paling tua adalah biografi, terfokus pada individu
tertentu, sebagai seorang jurnalis atau pengolah berita.

New Direction
Setiap dari jenis jurnalisme yang ada memiliki esensi jurnalisme tersendiri.
Melakukan apa yang jurnalisme lakukan adalah hal yang seolah-olah latihantanpa ada

hambatan. Bentuk lain dari sejarah jurnalisme mengkontruksikan jurnalisme itu


sendiri sebagai suatu masalah.
Konstruksi budaya baru-baru ini menjadi agenda setting di lapangan. Analisis
dari suatu bentuk berita menyarankan sebuah pendekatan yg berbeda mengenai
pertanyaan dari kekuatan yang dimiliki press.
Jenis sejarah jurnalisme yang tradisional menyamakan kekuatan dari press dan
dari ide. Tradisional jurnalisme berpendapat bahwa pers mempunyai kekuatan yang
bisa mengajak publik dengan cara mengekspos penonton untuk memberikan
informasi yang benar.

Anda mungkin juga menyukai