Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dalam bidang industri farmasi, perkembangan teknologi farmasi sangat
berperan aktif dalam peningkatan kulitas produksi obat-obatanyang disesuaikan
dengan karakteristik dari zat aktif obat, kondisi pasien dan peningkatan kualitas obat
dengan meminimalkan efek samping obat tanpa harus menguragi atau mengganggu
dari efek farmakologisnya.
Suspensi adalah sediaan yang mengandung bahan obat padat dalam bentuk
halus dan tidak larut,terdispersi dalam cairan pembawa. Zat yang terdispersi harus
halus, tidak boleh cepat mengendap, dan bila digojog perlahan-lahan, endapan harus
segera terdispersi kembali. Dapat ditambahkan zat tambahan untuk menjamin
stabilitas suspensi tetapi kekentalan suspensi harus menjamin sediaan mudah digojog
dan dituang.
Suspensi merupakan sediaan cair yang mengandung partikel padat yang tidak
larut tetapi terdispersi dalam fase cair. Partikel yang tidak larut tersebut dimaksudkan
secara fisiologi dapat diabsorpsi yang digunakan sebagai obat dalam atau untuk
pemakaian luar denagn tujuan penyalutan. Sediaan dalam bentuk suspensi juga
ditujukan untuk pemakaian oral dengan kata lain pemberian yang dilakukan melalui
mulut. Sediaan dalam bentuk suspensi diterima baik oleh para konsumen dikarenakan
penampilan baik itu dari segi warna atupun bentuk wadahnya. Pada prinsipnya zat
yang terdispersi pada suspensi haruslah halus, tidak boleh cepat mengendap, dan bila
digojog perlahan-lahan, endapan harus segera terdispersi kembali. Selain larutan,
suspensi juga mengandung zat tambahan (bila perlu) yang digunakan untuk menjamin
stabilitas suspensi tetapi kekentalan suspensi harus menjamin sediaan mudah digojog
dan dituang.
Suspensi dapat didefinisikan sebagai preparat yang mengandung partikel obat
yang terbagi secara halus (dikenal sebagai suspensoid) disebarkan secara merata
dalam pembawa dimana obat menunjukkan kelarutan yang sangat minimum.
1

Beberapa suspensi diperdagangan tersedia dalam bentuk siap pakai, telah disebarkan
dalam cairan pembawa dengan atau tanpa penstabil dan bahan tambahan farmasetik
lainnya. Selain itu pembuatan suspensi ini didasarkan pada pasien yang sukar
menerima tablet atau kapsul, terutama bagi anak-anak dan lansia, dapat menutupi rasa
obat yang tidak enak atau pahit yang sering kita jumpai pada bentuk sediaan tablet,
dan obat dalam bentuk sediaan suspensi lebih mudah diabsorpsi daripada
tablet/kapsul dikarenakan luas permukaan kontak antara zat aktif dan saluran cerna
meningkat.
Oleh karena itu dibuatlah sediaan suspensi. Pembuatan suspensi ini pula
didasarkan pada pengembangan sediaaan cair yang lebih banyak diminati oleh
masyarakat luas. Tetapi dalam pembuatan suspensi juga memerlukan ketelitian dalam
proses pembuatan sehingga kestabilannya dapat terjaga.
Salah satu masalah yang dihadapi dalam proses pembuatan suspensi adalah
cara memperlambat penimbunan partikel serta menjaga homogenitas dari partikel.
Cara tersebut merupakan salah satu tindakan untuk menjaga stabilitas suspensi.
Penggunaan dalam bentuk suspensi bila dibandingkan dengan larutan sangatlah
efisien sebab suspensi dapat mengurangi penguraian zat aktif yang tidak stabil dalam
air.
Kekurangan suspensi sebagai bentuk sediaan adalah pada saat penyimpanan,
memungkinkan terjadinya perubahan sistem dispersi (cacking, flokulasi, deflokulasi)
terutama jika terjadi fluktuasi atau perubahan temperatur.
Sasaran utama didalam merancang sediaan berbentuk suspensi adalah untuk
memperlambat kecepatan sedimentasi dan mengupayakan agar partikel yang telah
tersedimentasi dapat disuspensi dengan baik.
Jadi, alasan pembuatan suspensi yaitu untuk membuat sediaan obat dalam
bentuk cair dengan menggunakan zat aktif yang tidak dapat larut dalam air tetapi
hanya terdispersi secara merata. Dengan kata lain, bahan-bahan obat yang tidak dapat
larut dapat dibuat dalam bentuk suspense

1.2. Prinsip
Prinsip dari pembuatan suspensi bahwa bahan padat yang tidak larut
disuspensikan dengan penambahan suspending agent. Bila zat padatnya bersifat
hidrofobik maka dibasahi terlebih dahulu dengan zat pembasah (wetting agent).
Kemudian dihomogenkan dengan suspending agent, tambahkan aqua dalam jumlah
tertentu, digerus sampai diperoleh massa seperti bubur dan diencerkan dengan sirup.

1.3. Tujuan

Mengetahui
Mengetahui
Mengetahui
Mengetahui
Mengetahui

defenisi dari sediaan suspensi.


karakteristik dari sediaan suspensi.
penggunaan sediaan suspensi.
penggolongan sediaan suspensi.
keuntungan dan kerugian sediaan suspensi.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian
Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut yang
terdispersi dalam fase cair. Sediaan yang digolongkan sebagai suspensi adalah
sediaan seperti tersebut diatas dan tidak termasuk kelompok suspensi yang lebih
spesifik, seperti suspensi oral, suspensi topikal, dan lain-lain. Beberapa suspensi
dapat langsung digunakan, sedangkan yang lain berupa campuran padat yang harus
dikonstitusikan terlebih dahulu dengan pembawa yang sesuai segera sebelum
digunakan. Sediaan seperti ini disebut untuk suspensi oral.
Suspensi oral adalah sediaan cair mengandung partikel padat yang terdispersi
dalam pembawa cair dengan bahan pengaroma yang sesuai dan ditujukan untuk
penggunaan oral. Beberapa suspensi yang diberi etiket sebagai susu atau magma
termasuk dalam kategori ini.
Suspensi dapat dibagi dalam 2 jenis, yaitu suspensi yang siap digunakan atau
yang dikonstitusikan dengan sejumlah air untuk injeksi atau pelarut lain yang sesuai
sebelum digunakan. Suspensi tidak boleh diinjeksikan secara intravena dan intratekal.
Sesuai sifatnya, partikel yang terdapat dalam suspensi dapat mengendap pada dasar
wadah bila didiamkan. Pengendapan seperti ini dapat mempermudah pengerasan dan
pemadatan sehingga sulit terdispersi kembali, walaupun dengan pengocokan. Untuk
mengatasi masalah tersebut, dapat ditambahkan zat yang sesuai untuk meningkatkan
kekentalan dalam bentuk gel suspensi seperti tanah liat, surfaktan, poliol, polimer
atau gula. Yang sangat penting adalah bahwa suspensi harus dikocok baik sebelum
digunakan untuk menjamin distribusi bahan padat yang merata dalam pembawa,
hingga menjamin keseragaman dan dosis tepat. Suspensi harus disimpan dalam
wadah tertutup rapat.
Suspensi obat suntik harus steril, mudah disuntikkan dan tidak menyumbat
jarum suntik. Suspensi obat mata harus steril dan zat yang terdispersi harus sangat
halus, bila untuk dosis berganda harus mengandung bakterisida. Pada etiket harus

tertera Kocok dahulu dan disimpan dalam wadah tertutup baik dan disimpan ditempat
sejuk.

BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Defenisi Suspensi


Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut yang
terdispersi dalam fase cair. Sediaan yang digolongkan sebagai suspensi adalah
sediaan seperti tersebut diatas dan tidak termasuk kelompok suspensi yang lebih
spesifik, seperti suspensi oral, suspensi topikal, dan lain-lain. Beberapa suspensi
5

dapat langsung digunakan, sedangkan yang lain berupa campuran padat yang harus
dikonstitusikan terlebih dahulu dengan pembawa yang sesuai segera sebelum
digunakan. Sediaan seperti ini disebut untuk suspensi oral.
Umumnya pemilihan sediaan suspensi ditujukan untuk pasien yang sukar
mengkonsumsi tablet atau kapsul, membuat sediaan dengan homogenitas tinggi,
menutupi rasa tidak enak zat aktif, sediaan dengan tingkat adsorbsi lebih tinggi (dari
pada tablet dan kapsul), dan untuk mengurangi penguraian zat aktif yang tidak stabil
dalam air. Maka dari itu suspensi harus memiliki syarat dan sifat-sifat tertentu
sehingga dapat dikatakan sebagai suspensi yang baik.

A. SIFAT FISIK SEDIAAN SUSPENSI


Sifat fisik sediaan suspensi yang baik :
1

Mudah dikelola. Misal: mudah dituangkan dari botol, mudah dikeluarkan

dari alat suntik


Tingkat sedimentasi rendah. Dan jika terjadi sedimentasi sediaan dapat
didispersikan/dihomogenkan kembali dengan mudah sehingga setiap titik

memiliki kadar zat aktif yang sama


Mempunyai penampilan menarik. Karena umumnya sediaan emulsi
(khususnya oral) ditujukan untuk anak-anak yang kesulitan mengkonsumsi
sediaan tablet/kapsul

Syarat-syarat suspensi
Menurut FI IV, 1995
1

Suspensi tidak boleh diinjeksikan secara iv dan intratekal

Suspensi yang dinyatakan untuk digunakan dengan cara tertentu harus


mengandung zat antimikroba.

Suspensi harus dikocok sebelum digunakan

Suspensi harus disimpan dalam wadah tertutup rapat


Menurur Fornas Edisi 2, 1978

1. Pada pembuatan suspensi, untuk mencegah pertumbuhan cendawan, ragi dan


jasad renik lainnya, dapat ditambahkan zat pengawet yang cocok terutama
untuk suspensi yang akan diwadahkan dalam wadah satuan ganda atau wadah
dosis ganda

3.2

APLIKASI SUSPENSI DALAM BIDANG FARMASI


Suspensi dapat digunakan sebagai bentuk sediaan oral, dioleskan pada kulit atau

selaput membrane mukosa, atau diberikan secara parenteral dengan suntikan.


1. Suspensi sebagai sistem pemberian obat oral
Banyak orang mengalami kesulitan dalam menelan obat dalam dosis bentuk
padat karenanya memerlukan obat yang dapat terdispersi dalam cairan.
Beberapa zat dibutuhkan untuk ada dalam saluran pencernaan dalam bentuk
halus terbagi, dan formulasi sebagai suspense akan memberikan luas permukaan yang
diinginkan tinggi. Padatan seperti kaolin, magnesium karbonat dan magnesium
trisilikat, sebagai contohnya, digunakan untuk adsorpsi racun, atau menetralisir
kelebihan keasaman. Sebuah dispersi halus terbagi dari silika dalam dimethicone
1000 digunakan dalam praktek pengobatan hewan untuk mengobati penyakit frothy
7

bloat, yaitu sebuah penyakit diaman hewan tersebut mengalami perut kembung
sehingga tidak mau makan, mencret berat, dan dehidrasi.
Rasa dari beberapa obat lebih terlihat jika dalam bentuk larutan bukan dalam
bentuk tidak terlarut. Parasetamol tersedia baik dalam larutan sebagai larutan
parasetamol oral pediatrik dan juga sebagai suspensi. Selanjutnya adalah lebih enak,
dan karena itu sangat cocok untuk anak-anak. Sebagai alasan yang sama campuran
kloramfenikol dapat dirumuskan sebagai suspense karena mengandung kloramfenikol
palmitat yang tidak larut
2.Suspensi untuk pemberian topikal
Suspensi juga dapat dirumuskan untuk aplikasi topikal. Seperti Lotion Calamine,
yang dirancang untuk meninggalkan deposit cahaya dari agen aktif pada kulit setelah
penguapan cepat dari medium pendispersi. Beberapa suspensi, seperti pasta, yang
dalam bentuk semi padat dan mengandung konsentrasi bubuk tinggi yang terdispersi
biasannya dalam basis paraffin juga mungkin untuk mensuspensikan bubuk obat
dalam basis emulsi, seperti dalam krim zink.
3.Suspensi untuk penggunaan parenteral dan terapi inhalasi
Suspensi

juga

dapat

dirumuskan

untuk

pemberian

parenteral

untuk

mengendalikan laju penyerapan obat. Dengan memvariasikan ukuran partikel


terdispersi dari agen aktif, durasi dari aktivitas dapat dikendalikan. Tingkat
penyerapan obat ke dalam aliran darah tergantung hanya pada laju disolusi.
Jika obat ini di suspensikan pada minyak seperti arachis atau wijen, produk akan
meninggalkan sisa setelah injeksi, dalam bentuk minyak globul, sehingga
membawakannya ke dalam cairan tubuh yang ada didalam jaringan dengan luas
permukaan kecil dimana pemisahan obat dapat terjadi.

Pelepasan pada suspense dalam air akan lebih cepat, karena beberapa difusi dari
produk akan terjadi sepanjang serabut otot dan menjadi larut dengan cairan yang
terdapat did
alam jaringan. Hal tesrsebut terjadi pada area permukaan yang lebih besar dari
mana obat dapat di lepaskan.

3.3Stabilitas Suspensi
Salah satu masalah yang dihadapi dalam proses pembuatan suspensi adalah
cara memperlambat penimbunan partikel serta menjaga homogenitas partikel. Cara
tersebut merupakan salah satu tindakan untuk menjaga stabilitas suspensi (Syamsuni,
2006).
Dalam pembuatan suspensi, pembasahan partikel dari serbuk yang tak larut
didalam cairan pembawa adalah langkah yang penting. Kadang-kadang adalah sukar
mendispersi serbuk, karena adanya udara, lemak dan lain-lain kontaminan. Serbuk
tadi tidak dapat segera dibasahi, walaupun BJ-nya besar mereka terambang pada
permukaan cairan. Pada serbuk yang halus mudah kemasukan udara dan sukar
dibasahi meskipun ditekan di bawah permukaan dari suspensi medium. Mudah dan
sukar terbasahinya serbuk dapat dilihat dari sudut kontak yang dibentuk serbuk
dengan permukaan cairan. Serbuk dengan sudut kontak 90 akan menghasilkan
seebuk yang terapung keluar dari cairan. Sedangkan serbuk yang mengambang
dibawah cairan mempunyai sudut kontak yang lebih kecil dan bila tenggelam,
menunjukkan tidak adanya sudut kontak.
Perubahan organoleptis yang terjadi selama 30 hari penyimpanan suspensi
menandakan bahwa adanya ketidak stabilan pada sediaan suspensi. Hal ini dapat
diakibatkan adanya perubahan partikel obat dalam suspensi yang dihasilkan, Kondisi
ini dapat didukung dengan hasil uji distribusi partikel obat yaitu adanya perubahan
9

stabilitas partikel obat yang disimpan selama 30 hari. Perubahan organoleptis yang
terjadi pada sediaan suspensi dapat diakibatkan oleh ketidakseragaman distribusi
bahan penyusun suspensi, pertumbuhan Kristal atau adanya perubahan pada partikel
obat
Salah satu masalah yang dihadapi dalam proses pembuatan suspensi adalah
dengan cara memperluas penimbunan partikel serta menjaga homogenitas partikel.
Cara tersebut merupakan salah satu tindakan untuk menjaga stabilitas suspensi.
Beberapa faktor yang mempengaruhi stabilitas suspensi ialah:
Ukuran partikel
Ukuran partikel erat hubungannya dengan luas penampang partikel tersebut
serta daya tekan ke atas dari cairan suspensi itu. Hubungan antara ukuran partikel
merupakan perbandingan terbalik dengan luas penampangnya. Sedangkan antara luas
penampang dengan daya tekan ke atas terdapat hubungan linier. Artinya, semakin
kecil ukuran partikel, semakin besar luas penampangnya (dalam volume yang sama).
Sedangkan semakin besar luas penampang partikel, daya tekan ke atas cairan akan
semakin besar, akibatnya memperlambat gerakan partikel untuk mengendap sehingga
untuk memperlambat gerakan partikel tersebut dapat dilakukan dengan memperkecil
ukuran partikel.
Kekentalan (Viskositas)
Kekentalan suatu cairan mempengaruhi pula kecepatan aliran cairan tersebut,
semakin kental suatu cairan, kecepatan alirannya semakin turun atau semakin kecil.
Kecepatan aliran dari cairan tersebut akan mempengaruhi pula gerakan turun partikel
yang terdapat didalamnya. Dengan demikian, dengan menambah kekentalan atau
viskositas cairan, gerakan turun partikel yang dikandungnya akan diperlambat. Perlu
diingat bahwa kekentalan suspensi tidak boleh terlalu tinggi agar sediaan mudah
dikocok dan dituang.

10

Jumlah Partikel (Konsentrasi)


Jika di dalam sutu ruangan terdapat partikel dalam jumlah besar, maka
partikel akan sulit melakukan gerakan bebas karena sering terjadi benturan antara
partikel tersebut. Oleh benturan ini akan menyebabkan terbentuknya endapan zat
tersebut, oleh karena itu semakin besar konsentrasi partikel makin besar
kemungkinannya terjadi endapan partikel dalam waktu yang singkat.
Sifat atau Muatan Partikel
Suatu suspensi kemungkinan besar terdiri atas beberapa macam campuran
bahan yang sifatnya tidak selalu sama. Dengan demikian, ada kemungkinan terjadi
interaksi antar bahan yang menghasilkan bahan yang sukar larut dalam cairan
tersebut. Karena sifat bahan tersebut sudah merupakan sifat alam, kita tidak dapat
mempengaruhinya. Stabilitas suspensi didefinisikan sebagai kondisi suspensi dimana
partikel tidak mengalami agregasi dan tetap terdistribusi merata. Jika partikel
mengendap, partikel tersebut akan mudah tersuspensi kembali dengan pengocokan
ringan. Partikel yang mengendap ada kemungkinan dapatsaling melekat oleh suatu
kekuatan untuk membentuk agregasi dan selanjutnya membentuk compacted cake,
peristiwa itu disebut caking.
Caking adalah agregat padat yang terjadi oleh pertumbuhan atau
penggabungan kristal dalam endapan. Terjadinya setiap tipe aglomerat, baik flokul
atau agregat dianggap sebagai ukuran kecenderungan sistem untuk mencapai keadaan
yang lebih stabil termodinamik.
Sifat dari fase dispers dipilih sedemikian rupa hingga membentuk suspensi
yang mempunyai sifat-sifat fisika, kimia dan farmakologi yang optimum. Stabilitas
fisis suspensi farmasi adalah kondisi dimana partikel tidak mengalami agregasi dan
tetap terdispersi merata. Karena keadaan ideal ini jarang terpenuhi maka perlu
ditambah pernyataan yaitu jika partikel itu tetap mengendap, maka akan mudah
tersuspensi kembali dengan pengocokan ringan. Agar dapat berhasil menstabilkan

11

partikel tersuspensi diperlukan pengetahuan tentang termodinamik untuk mengetahui


kondisi enersi pada permukaan partikel padat untuk memperkecil zat padat dan
mendispersi dalam media kontiniu.
Ukuran partikel dapat diperkecil dengan menggunakan mixer, homogenizer,
colloid mill, dan mortar. Sedangkan viskositas fase eksternal dapat dinaikkan dengan
menambahkan zat pengental yang dapat larut ke dalam cairan tersebut. Bahan-bahan
pengental ini sering disebut suspending agent (bahan pensuspensi), yang umumnya
bersifat mudah mengembang dalam air (hidrokoloid).
Akibat pengecilan partikel terjadi luas permukaam yang besar dan terjadi
enersi bebas permukaan yang besar dan akan menimbulkan sistem ketidakstabilan
termodinamik yaitu partikel-partikel berada dalam berenersi yang tinggi dan
mengumpul sedemikian rupa untuk mengurangi luas permukaan total dan
menurunkan enersi bebas permukaan. Partikel-partikel dalam cairan suspensi
membentuk flokul yaitu membentuk konglomerat ringan yang terikat oleh kekuatan
tarik-menarik Van der Waals. Keadaan suspensi tersebut mudah dikocok dan menjadi
homogen kembali. Dalam kondisi tertentu dapat terjadi partikel-partikel saling
melekat oleh kekuatan yang lebih kuat dan membentuk agregat dan terjadi compacted
cake.
Dalam pembuatan suspensi penggunaan surfaktan (wetting agent) adalah
sangat berguna dalam penurunan tegangan antar muka antara partikel padat dan
cairan pembawa. Sebagai akibat turunnya tegangan antar muka akan menurunkan
sudut konatak, dan pembahasan akan dipermudah. Gliserin dapat berguna dalam
penggerusan zat yang tidak larut karena akan memindahkan udara diantara partikelpartikel hingga bila ditambahkan air dapat menembus dan membasahi partikel karena
lapisan gliseril pada permukaan partikel mudah dicampur dengan air. Maka itu
pendisperian partikel dilakukan dengan menggerus dulu partikel dengan gliserin,
propilenglikol, koloid gom baru diencerkan dengan air, hal ini sudah terkenal dalam
praktik farmasi.

12

3.4 Sistem Pembentukan Suspensi.


Pada pembuatan suspensi dikenal 2 macam sistem, yaitu: sistem deflokulasi
dan sistem flokulasi
Sifat-sifat relatif dari partikel flokulasi dan deflokulasi dalam suspensi adalah
sebagai berikut:
No

Deflokulasi

Flokulasi

.
1.

Partikel suspensi dalam keadaan Partikel merupakan agregat yang


terpisah satu dengan yang lain.

2.

Sedimentasi
masing

lambat,

partikel

bebas.

masingmengenap Sedimentasi cepat, partikel mengenap

terpisah dan ukurannya minimal.


3.

Sedimen terjadi lambat.

4.

Akhirnya

sedimen

sebagai flok yaitu kumpulan partikel.

akan Sedimen terjadi cepat.

membentuk cake (agregat) yang Sedimen


sukar terdispers kembali.
5.

terbungkus

bebas

dan

membentuk cake yang keras dan

Wujud suspensi dengan zat tetap padat dan mudah terdispersi kembali
tersuspensi dalam waktu relatif seperti semula.
lama,

meskipun

ada

enapan Wujud

cairan atas tetap berkabut.

suspensi

sedimentasi

kurang,

terjadi

cepat

sebab
dan

diatasnya terjadi daerah cairan yang


jernih

3.5 Metode Pembuatan Suspensi.


Suspensi dapat dibuat dengan metode sebagai berikut:

13

Metode Dispersi
Metode ini dilakukan dengan cara menambahkan serbuk bahan obat
kedalam mucilago yang telah terbentuk, kemudian baru diencerkan. Perlu
diketahui

bahwa

kadang-kadang

terjadi

kesukaran

pada

saat

mendispersikan serbuk ke dalam pembawa. Hal tersebut karena adanya


udara, lemak, atau kontaminan pada serbuk. Serbuk yang sangat halus
mudah termasuki udara sehingga sukar dibasahi. Mudah dan sukarnya
serbuk dibasahi serbuk dibasahi tergantung pada besarnya sudut kontak
antara zat terdispersi dengan medium.Jika sudut kontak 900, serbuk
akan mengambang diatas cairan. Serbuk yang demikian disebut memiliki
sifat hidrofob. Untuk menurunkan tegangan permukaan antara partikel zat
padat

dengan

cairan

tersebut

perlu

ditambahkan

zat

pembasah atau wetting agent (Syamsuni, 2006).


Metode Presipitasi
Zat yang hendak didispersikan dilarutkan dahulu ke dalam pelarut organik
yang hendak dicampur dengan air. Setelah larut dalam pelarut organik,
larutan zat ini kemudian diencerkan dengan larutan pensuspensi dalam air
sehingga akan terjadi endapan halus tersuspensi dengan bahan
pensuspensi. Cairan organik tersebut adalah etanol, propilen glikol dan
polietilen glikol (Syamsuni, 2006).

3.6 Formulasi Suspensi.


Untuk membuat suspensi stabil secara fisik ada dua cara, yaitu:
a. Penggunaan structured vehicle untuk menjaga partikel deflokulasi dalam
suspensi. Structured vehicle adalah larutan hidrokoloid seperti tilose, gom,
bentonit, dan lain-lain.

14

b. Penggunaan prinsip-prisip flokulasi untuk membentuk flok, meskipun


cepat terjadi pengendapan, tetapi dengan pengocokan ringan mudah
disuspensikan kembali (Syamsuni, 2006).

3.7 Hal-hal yang Harus Diperhatikan dalam Suspensi


1.

Kecepatan sedimentasi (Hk. Stokes)


Untuk sediaan farmasi tidak mutlak berlaku, tetapi dapat dipakai sebagai
pegangan supaya suspensi stabil, tidak cepat mengendap, maka :
a. Perbedaan antara fase terdispersi dan fase pendispersi harus kecil,
dapat menggunakan sorbitol atau sukrosa. BJ medium meningkat.
b. Diameter partikel diperkecil, dapat dihaluskan dengan blender/ koloid
mill
c. Memperbesar viskositas dengan menambah suspending agent.
2. Pembasahan serbuk
Untuk menurunkan tegangan permukaan, dipakai wetting agent atau
surfaktan, misal : span dan tween.
3. Floatasi (terapung), disebabkan oleh :
a. Perbedaan densitas
b. Partikel padat hanya sebagian terbasahi dan tetap pada permukaan
c. Adanya adsorpsi gas pada permukaan zat padat. Hal ini dapat diatasi
dengan penambahan humektan. Humektan ialah zat yang digunakan
untuk membasahi zat padat. Mekanisme humektan : mengganti
lapisan udara yang ada di permukaan partikel sehingga zat mudah
terbasahi. Contoh : gliserin, propilenglikol.

4.

Pertumbuhan kristal
Larutan air suatu suspensi sebenarnya merupakan larutan jenuh. Bila
terjadi perubahan suhu dapat terjadi pertumbuhan kristal. Ini dapat dihalangi
dengan penambahan surfaktan.

15

5.

Adanya polimorfisme dapat mempercepat pertumbuhan kristal.


Hal-hal yang dapat dilakukan untuk mencegah kristalisasi
Gunakan partikel dengan range ukuran yang sempit
Pilih bentuk kristal obat yang stabil
Cegah penggunaan alat yang membutuhkan energi besar untuk
pengecilan ukuran partikel
Gunakan pembasah
Gunakan colloidal pelindung seperti gelatin, gums, dan lain-lain yang
akan membentuk lapisan pelindung pada partikel
Viskositas ditingkatkan
Cegah perubahan suhu yang ekstrim
Hal-hal yang memicu terbentuknya kristal
Keadaan super jenuh
Pendinginan yang ekstrim dan pengadukan yang cepat
Sifat aliran pelarut yang dapat mengkristalkan zat aktif, dalam ukuran
dan bentuk yang bervariasi
Keberadaan cosolutes, cosolvent, dan absorbent
Kondisi saat proses pembuatan.
6.

Pengaruh gula (sukrosa)


a. Suspending agent dengan larutan gula : viskositas akan naik
b. Adanya batas konsentrasi gula dalam campuran dengan suspending
agent. Bila batas ini dilalui polimer akan menurun.
c. Konsentrasi gula yang besar juga dapat menyebabkan kristalisasi

yang cepat (lacman, 2008)

3.8 Keuntungan dan Kerugian


Keuntugan sediaan suspensi antara lain sebagai berikut :

16

Bahan obat tidak larut dapat bekerja sebagai depo, yang

dapat memperlambat terlepasnya obat.


Beberapa bahan obat tidak stabil jika tersedia dalam bentuk
larutan.Obat dalam sediaan suspensi rasanya lebih enak
dibandingkan

dalam

larutan,

karena

rasa

obat

yang

tergantung kelarutannya.
Kerugian bentuk suspensi antara lain sebagai berikut :

Rasa obat dalam larutan lebih jelas.


Tidak praktis bila dibandingkan dalam bentuk sediaan lain,

misalnya pulveres, tablet, dan kapsul.


Rentan terhadap degradasi dan kemungkinan terjadinya
reaksi kimia antar kandungan dalam larutan di mana terdapat
air sebagai katalisator

Tanggal :24september 2014

R/Calamin

Zinci oxyd
Glycerin
PGA

3
3
5%

Aq. Rosarium ad

60 cc

S.U.E
parafdokter
pro
: juju
umur : 30 th
alamat :jl. aikmel no. 7

17

Khasiat Bahan

Calamin

mempunyai khasiat sebagai antiseptikum sehingga efektif

untuk pengobatan gatal-gatal yang disebabkan biang keringat, serta


memberikan rasa yang sejuk pada kulit sehingga memberikan rasa
nyaman saat digunakan.

Zinci oxyd mempunyai khasiat sebagai antiseptikum sehingga efektif

untuk pengobatan gatal-gatal yang disebabkan biang keringat.


Glycerin digunakan sebagai bahan tambahan untuk pembasah Zinci

oxyd.
PGA sebagai suspending agent karena calamin dan zinci oxyd tidak larut

dalam cairan pembawanya (Aqua Rosae).


Aqua rosae digunakan sebagai bahan pembawa, karena memiliki bau
yang menarik atau enak untuk pemakaian kulit.
Monografi bahan
Calamin (FI edisi III hal 119)
Pemerian
berasa.

: Serbuk halus, merah jambu, tidak berbau, praktis tidak

Kelarutan

: Praktis tidak larut dalam air, larut dalam asam mineral.

Khasiat

: Antiseptikum ekstern dan sebagai zat utama

Kadar

: 15% untuk lotion (merck indeks hal 189)

Zinci oxyd (FI edisi III hal 636)


Pemerian
: serbuk amor, sangat halus, putih atau putih
kekuningan, tidak berbau, tidak berasa.

18

Kelarutan
: Praktis tidak larut dalam air dan etanol (95%), larut dalam
asam mineral encer dan larutan alkali hidroksida.
Khasiat

: Antiseptikum lokal dan sebagai zat aktif pendukung

Kadar : zinci oxyd dalam lotion adalah 20% (merck indeks hal 1116)

Glycerin (FI edisi III hal 271)


Pemerian
: cairan seperti sirop, jernih, tidak berwarna, tidak berbau,
mais diikuti rasa hangat, higroskopik.
: dapat campur dengan air, dan dengan etanol (95%), praktis tidak larut
dalam klorofom, dalam eter, dan dalam minyak lemak.
Khasiat

: zat tambahan yang digunakan sebagai pembasah

Kadar : sebagai zat pembasah < 30 % (Handbook of pharmaceutical hal


283)
PGA
Pemerian
: Serbuk hablur putih, bahan ini diperoleh dari eksudat kering
tanaman akasiasp.
Kelarutan
: Mudah larut dalam air (1 g dalam 2,7 g air) menghasilkan
larutan yang kental dan tembus cahaya (jernih), praktis tidak larut dalam
etanol 95% P, klorofom, eter, gliserol, dan propilenglikol.
Khasiat
pengental)

: sebagai bahan tambahan (suspending agent dan

Kadar :Suspending agent 2 % dengan menambahkan air sebanyak 1,5 kali


beratnya (Vanduin hal 58)
Aqua Rosae (Ph V hal 105)
Pemerian

: Zat cair jernih

A. Perhitungan bahan

19

Calamine

x 60

6g

Zink oxyd

x 60

3g

Glycerin

x 60

3 cc

PGA

x 60

Air PGA

1.2 g

x 1.2

2.7 ml

Aqua rosae 60 (6+3+3+1,2+2.7) = 60- 15.9


=
B.

44.1 ml(Ph 5 hal 58)

Cara kerja
Pembuatan aqua rosae (Pharmacope V hal 105)

1.

Larutkan 1 tetes minyak mawar dalam 19 tetes spiritus keras aduk

sampai larut
Setelah tercampur saring dengan kertas saring
Diambil 4 tetes dari larutan yang didapat
Tambahkan 996 tetes air, 1 tetes = 0,05 ml
Untuk 996 tetes = 49,8 ml
5. Saring larutan dengan kertas saring bagian diganti dgn tetes
2.
3.
4.

Pembuatan lotio calamine


1.
2.
3.

Di setarakan timbangan
Disiapkan alat dan bahan
Pembuatan mucillago

mortir 1

Diambil PGA, lalu timbang sebanyak 1,2 g.


Masukkan PGA ke dalam mortir.
Disiapkan air panas sabanyak 2,7 ml, lalu masukkan ke dalam mortir.
Tunggu hingga permukaan agak padat.
Setelah padat gerus kuat dengan cepat searah jarum jam, sampai
terbentuk lendir.

20

4. Diayak zinci oxyd dengan ayakan no.100, lalu timbang sebanyak 3


g masukkan mortir 2
5. Ditara botol timbang
6. Diambil glycerin, lalu timbang dengan botol timbang sebanyak 3 g.
Masukkan ke dalam mortir
7. Gerus glycerin + zinci oxyd sampai zinci oxyd terbasahi.
9. Ditimbang calamine sebanyak 6 g. Lalu masukkan ke dalam mortir, aduk
ad terbasahi.
8. Dicampur zinci oxyd dan calamine yang sudah dibasahi ke dalam
mucilago lalu gerus.
10. Diaduk ad homogen.
11. Diukur aqua rosarium sebanyak 33ml. Masukkan ke dalam mortir
sedikit demi sedikit sambil diaduk.
12. Dimasukkan ke dalam Botol, tutup rapat
13. Diberi etiket biru dan kocok dahulu.

APOTEK PANDAAN FARMA


JL. LUKMAN HAKIM NO. 1PANDAAN
TELP. (0343)638091

Penandaan

APA: MEDINA I.DSIK : 041315


NO.R/

TGL :

Kocok
dahulu

21

OBAT LUAR

BAB III
Kesimpulan
Prinsip pembuatan suspensi adalah zat padat yang tidak larut disuspensikan
dengan penambahan suspending agent. Bila zat padat hidrofobik maka

22

dibasahi terlebih dahulu dengan zat pembasah (wetting agent), kemudian


dihomogenkan dengan suspending agent.
Bahan-bahan pembantu untuk pembuatan suspensi adalah suspending agent,
dan wetting agent untuk bahan padat yang hidrofobik.
Cara pembuatan suspensi bahan padat yang tidak larut disuspensikan dengan
penambahan suspending agent. Untuk zat padat yang bersifat hidrofobik
dibasahi terlebih dahulu dengan zat pembasah (wetting agent), baru
dihogenkan dengan suspending agent. Tambahkan aqua dalam jumlah
tertentu,digerus sampai diperoleh massa seperti bubur dan diencerkan dengan
sirup.

Saran
Sebagai tenaga kesehatan kita harus mempelajari
dan memahami tentang sediaan suspensi

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 1978. Formularium Nasiona,l Edisi ke-2, Jakarta : Departemen Kesehatan


RI
Anonim. 1979. Farmakope Indonesia, Edisi III. Jakarta : Departemen Kesehatan RI

23

Anonim. 1995. Farmakope Indonesia Jilid IV. Jakarta : Depertemen Kesehatan


Republik Indonesia.
Aulton. M. E. 2002. Pharmaceutics : the science of dosage form design. 2nd edition.
Churchil livingstone.
Rowe, Raymond C et al. 2009. Handbook of Pharmaceutical excipient. 6th edition.
Italy : L.E.G.O. S.p.A.

24

Anda mungkin juga menyukai