Oleh :
Selventhen Shanmugam 100100309
Vethanayaki Sellapan 100100302
Pavithra Palani 100100293
Jessica Panjaitan 100100147
DEPARTEMEN FORENSIK DAN KEDOKTERAN KEHAKIMAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2015
BAB 1
Latar Belakang
Entomologi forensik pertama kali digunakan pada abad ke-13
serangga dinilai lebih akurat dan terkadang bisa menjadi satusatunya metode pilihan dalam menentukan waktu kematian.
Dr
Bergeret
d'
Arbois
merupakan
yang
pertama
kali
berkaitan
didalamnya
dengan
termasuk
kepentingan
dua
famili
medikolegal,
utama,
yaitu
interval
kematian
adalah
dengan
BAB 2
entomon serangga
logos ilmu pengetahuan
Ilmu dasar ilmu-ilmu lain - memberikan data awal
Dimana informasi
mengenai serangga
digunakan untuk
membuat kesimpulan
Dalam suatu
penyidikan kasus
hukum baik pada
manusia maupun
margasatwa
< 72 jam
Metode Entomologi Forensik lebih akurat
> 72 jam
Entomologi Forensik dibagi dalam 3 aspek;
1. Urban
2. Stored-product
3. Medikolegal
Aspek Urban
menekankan keberadaan serangga hidup dalam lingkungan di sekitar
manusia. Hal tersebut dapat berguna dalam masalah hukum dengan
ditemukannya serangga yang hidup pada manusia yang masih
hidup/sudah mati. Serangga tersebut dapat menyerang tubuh dan
kemudian
menimbulkan
kerusakan
berupa
luka
yang
dapat
Aspek stored-product
melibatkan
makanan
keberadaan
atau
produk
serangga
lainnya.
atau
arthropoda
Contohnya
pada
terdapat
Aspek Medikolegal
Aspek yang penting dalam memecahkan kasus kriminal. Hal ini
berkaitan dengan adanya suatu jenis serangga, larva ataupun telur,
kapan dan dari mana asalnya, atau dalam keadaan yang bagaimana
organisme tersebut dapat muncul di tubuh manusia.
Hal tersebut dapat sangat berguna dalam memperkirakan waktu
atau interval post mortem (post mortem interval) dan menentukan
lokasi terjadinya kematian karena beberapa spesies hanya berada
pada tempat tertentu atau hanya aktif pada saat-saat tertentu (musim
atau waktu tertentu).
lokasi pembunuhan
3. Menentukan keterlibatan obat atau bahan toksik
dalam kematian.
larva melepaskan diri dari kapsul pembungkusnya namun tetap berada di dalam
kapsul
kapsul ini akan mengeras yang kemudian disebut kantung pupa atau
puparia yang berfungsi untuk melindungi larva yang sedang mengalami fase
perubahan menjadi pupa
Telur
~ berwarna putih dengan bentuk seperti sosis dan berukuran sangat kecil
~ bergerombol
~ sering ditemukan pada luka terbuka, lubang yang ada pada tubuh maupun
pada pakaian yang menempel pada tubuh mayat
~ berkembang menjadi larva yang berkembang dengan cara memakan
bagian tubuh mayat
Larva
~ Berwarna sangat putih namun berbentuk menyerupai kerucut
~ Terdapat mulut pada puncak kerucut dengan sepasang kait yang
digunakan oleh larva untuk melekatkan dirinya pada jenazah ketika ia
memakannya
Pupa
~ terbentuk setelah larva mengalami tiga kali pengelupasan kulit
Dewasa
JENIS-JENIS SERANGGA
~ termasuk ordo diphtera pada kelas insecta, dengan ciri - ciri sepasang sayap
yang terletak di mesothorax.
~ Sepasang sayap lainnya bereduksi menjadi alat keseimbangan terbang yang
disebut halter
~ Bentuk mulut bervariasi untuk menghisap, menusuk dan mengunyah
~ Ordo diptera dibagi menjadi 3 subordo yaitu :
a) Nematocera
ordo Orthorrapha yang akan meninggalkan bekas pecahan seperti huruf T atau
Y pada kulit larvanya saat b) Brachycera menjadi dewasa
c) Cyclorrhapha
~ meninggalkan pecahan berbentuk sirkuler. Hanya tiga famili lalat yang berperan
dalam entomologi forensik dalam subordonya yaitu famili Calliphoridae,
Sarcophagidae dan Muscidae.
~ Lalat ini tertarik terhadap mayat atau bangkai dalam berbagai keadaan,
baik panas, kering, teduh, basah, dalam maupun luar ruangan.
~ Berbeda dari famili lainnya, mereka tidak meletakkan telurnya pada
tubuh mayat.
~ Ketika menghitung interval postmortem, waktu yang diperlukan bagi
telur untuk berkembang menjadi larva harus dihilangkan
Famili Muscidae
~ Famili ini biasanya muncul pada tubuh mayat sesudah blow flies dan flesh flies
~Mereka juga meletakkan telur-telurnya pada lubang-lubang yang ada pada
tubuh
Kumbang (ordo Coleoptera)
~ Serangga ini memiliki karakteristik yaitu sayap yang berkulit keras yang
menutupi dan melindungi lapisan sayap dibawahnya
~ dapat memakan bangkai, tumbuhan, maupun segalanya, dengan beberapa
diantaranya dapat hidup sebagai parasit.
~ Tipe-tipe kumbang :
a) Famili Silphidae (Kumbang Bangkai)
~ Bentuk dewasanya memiliki kebiasaan mengubur bangkai dalam ukuran
kecil di bawah tanah untuk disiapkan bagi anaknya
Tahap
Pembusukan
Aktivitas serangga
spesies nekrofagus: memakan jaringan tubuh mayat,
kelompok predator : memakan serangga nekrofagus
kelompok parasit : kelompok spesies omnivora yang memakan baik
1)Fresh stage
serangga pertama yang tiba adalah lalat.
Blowflies:
-famili Calliphoridae dan dikenal sebagai green
bottles, blue bottles, dan lalat rumah
-berwarna metalik, hijau, biru atau hitam
-bertelur di luka atau daerah terbuka seperti mata,
hidung, penis atau vagina.
-Telur blowfly memiliki panjang sekitar 2 mm, dan
berwarna putih atau kuning.
fleshflies :
2) Bloated Stage
Tahap ini dibedakan dari terdapatnya produksi gas
oleh bakteri yang memecah jaringan.
3) Decay Stage
kulit telah pecah dan cairan tubuh menyerap ke
area sekitarnya. Belatung (larva) akan berhenti
makan dan pergi dari tubuh.
4) Post-Decay stage
paling banyak ditemukan pada tubuh adalah
kumbang.
5) Skeletal Stage
hanya serangga tanah yang dapat ditemukan.
Pada tahap ini penting untuk mengambil contoh
tanah dari bawah tubuh sampai jarak 3 kaki dari
tubuh.
Prosedur Pemeriksaan
A)Pengumpulan Sampel
Mark Benecke - Ten Basic Rules for Collection
1. Ambil foto close-up dari semua lokasi artropoda diambil.
2. Karena larva umumnya tidak terlihat saat penggunaan blitz, usahakan untuk tidak
menggunakan blitz terutama pada foto digital.
3. Selalu sertakan alat ukur dalam setiap foto yang diambil untuk menjelaskan
ukuran larva atau bentuk serangga lain.
4. Kumpulkan kira-kira satu sendok makan penuh sertangga dari minimal 3 lokasi
berbeda dari tempat kejadian perkara dan untuk serangga dari tubuh mayat, letakkan pada
3 wadah bertutup yang bening.
5. Jangan memasukkan serangga ke dalam isopropyl atau formalin, sebagai gantinya gunakan
ethanol 98% bagi setengah dari jumlah serangga yang kita kumpulkan.
6. Matikan serangga dengan air panas sebelum meletakkannya dalam ethanol.
7. Masukkan setengah jumlah spesimen pada pendingin.
8. Lengkapi setiap wadah sampel dengan label yang dilengkapi dengan informasi tanggal,
inisial, waktu dan lokasi.
9. Konsultasikan dengan entomology forensik yang berpengalaman untuk setiap pertanyaan
yang timbul saat pengumpulan sampel dan pemrosesannya.
10.Identifikasi dan analisa harus dilakukan dengan bantuan entomolog.
BAB 3
KESIMPULAN
Penentuan perkiraan saat kematian dalam suatu kasus forensik adalah hal
dengan 1 metode saja, gabungan dari 2 atau lebih metode akan memberikan
hasil perkiraan yang lebih akurat dengan rentang bias yang lebih kecil.
Penentuan waktu kematian dapat dilakukan dengan mengidentifikasi umur