Anda di halaman 1dari 17

BAKTERIAL VAGINOSIS

Mei Asrina , Nelly Herfina Dahlan


Pendahuluan
Bacterial vaginosis adalah sindrom klinis akibat pergantian lactolabatius spp.
Sebagai penghasil hidrogen peroksidase (H2O2) dalam vagina normal dengan bakteri
anaerob konsentrasi tinggi (contoh: bacteroides spp, Mobiluncus spp.), Gardnerella
vaginalis (G, vaginalis) dan Myoplasma hominis (M. hominis). Ada yang menamakan
sindrom klinis tersebut dengan Haemophilus vaginalis vaginitis dan yang lain
menamakan vaginitis nonspesifik atau gardnerella vaginalis vaginitis. Karena
penyebab BV dalah bakteria yang merupakan flora normal vagina maka BV disebut
sebagai salah satu infeksi endogen saluran reproduksi wanita. 7
Pemeriksaan yang dilakukan terhadap wanita dengan bakteriologis vagina
normal dan wanita dengan BV, ditemukan bakteri aerob dan anaerob pada semua
wanita baik wanita normal dan BV. Lactobacillus adalah organisme dominan pada
wanita dengan secret vagina normal dan tanpa vaginitis. Lactobacillus biasanya
ditemukan 80-95% pada wanita dengan sekret

vagina normal. Sebaliknya

Lactobacillus ditemukan 25-65% pada wanita dengan BV. 7


Perubahan mikroba vagina yang merupakan penyebab BV tidak sepenuhnya
diketahui, tetapi epidemologi sindrom tersebut menunjukan adanya keterkaitan
dengan aktifitas seksual yang meningkat. 7
BV memberikan gejala ringan berupa peningkatan kuantitas sekret vagina.
Pada masa lalu diagnosis BV dibuat setelah penyebab lain sekret vagina seperti
1

trikomoniasis, kandidiasis vulvovaginalis, serta penyebab sertivisitis disingkirkn.


Sementara kondisi kondisi tersebut dapat timbul bersamaan dengan BV.
Pemeriksaan fisik dan analisis cairan vagina memberikan gambaran sebagai berikut:
secret vagina yang tipis dan homogen, berwarna putih dan melekat pada dinding
vagina; peningkatan vagina diatas 4,5; pemberian KOH 10% pada sekret vagina
memberikan fish ordor, dan didapatkan clue cell pada pemeriksaan gram. Pengecatan
Gram pada sekret vagina yang normal menunjukan keberadaan Lactobacilus yang
dominan, sedangkan pada BV memberikan penurunan atau hilangnya laktobasilus
sementara kuman kokobasil menjadi dominan seperti gardenerella vaginalis atau
bakteriodis spp. Dari kultur cairan vagina nampak

beberapa flora yang serupa

termaksud miko plasma genetal, gardenerella vaginalis dan bakteri anaero seperti
peptostreptokokus, prepotela spp, dan mobilincus spp.
BV dapat berulang sekitar 20- 30% dalam satu bulan setelah pengobatan
kekambuhan yang berulang ulang atau rekuren sering terjadi sehingga banyak
wanita yang menderita penyakit ini perlu berusaha untuk mencegah kekambuhan atau
berulangnya BV. 7
Definisi
Bakterial vaginosis adalah gangguan yang paling umum yang terjadi pada
saluran genital antara usia reproduksi. Hal ini telah dikaitkan dengan sejumlah besar
masalah obstetri dan ginekologi, komplikasi, yaitu lahir prematur, ketuban pecah
dini, aborsi spontan, korioamnionitis, endometritis postpartum, infeksi luka pasca
caesar, Infeksi pasca operasi, dan subklinis disease. 6
2

Bacterial vaginosis (BV) adalah penyakit disebabkan oleh Gardnerella


Vaginalis .BV juga adalah penyakit vaginitis non spesifik yang ditegakkan diagnosa
berdasarkan bau flour albush amis disertai dengan keputihan yang homogen dan
encer yang meliputi mukosa vagina . Dalam sebuah observasi dikatakan penyakit BV
meningkat pada wanita muda dengan infeksi Human Papillomavirus (HPV) ,adapun
antara penyebab lainnya adalah karena penderita sering berganti pasangan seksual
yang baru. 4
Epidemiologi
Bacterial vaginosis (BV) biasa terkena wanita pada usia reproduktif antara usia
20-35 tahun. Sebanyak 16% wanita yang hamil di Amerika Serikat terkena penyakit
BV. BV juga sering didapatkan pada wanita berkulit hitam dibanding wanita berkulit
putih, wanita homoseksual

(lesbian) dan wanita yang merokok. Prevalensi BV

meningkat karena kurangnya skrining dan infeksi ini berlaku asimptomatik. 10


Etiologi
BV kurang dipahami dan masih menjadi bahan perdebatan. BV dapat timbul
secara spontan atau berkembang menjadi penyakit kronis atau berulang (Donders,
2010). Tidak ada individu yang terbukti faktor-faktor eksklusif untuk BV (Henn et al.,
2005). Faktor risiko yang telah dikaitkan dengan BV adalah memiliki banyak
pasangan seks, pasangan seks laki-laki baru, seks dengan seorang wanita, usia dini
saat hubungan seksual pertama, sering memakai douching vagina, penggunaan benda
asing vagina atau sabun wangi, merokok, dari Lactobacilli vagina (Cherpes et al.,
2008). Meskipun BV tidak pernah terbukti dapat menular secara seksual, ia memiliki
3

profil epidemiologi konsisten dengan infeksi menular seksual (IMS) (Henn et al.,
2005). Hal ini lebih sering terjadi pada wanita yang memiliki IMS atau yang
menggunakan intrauterine device (fethers et al, 2008;. Wilson et al, 2007.).3
Wanita yang belum pernah melakukan hubungan seksual juga dapat
dipengaruhi. BV juga kadang-kadang dapat mempengaruhi perempuan setelah
menopause. Dimana Penurunan kadar estrogen pada wanita perimenopause dan
menopause telah dikaitkan dengan flora vagina dari normal menjadi abnormal dari 35
dan 70%, (Wilson et al., 2007). Ini juga telah menunjukkan bahwa amenorea
menurunkan resiko BV, tidak adanya darah yang mempertahankan pH vagina 4,5.
Menyebabkan defisiensi besi subklinis (anemia) adalah prediktor kuat dari BV pada
ibu hamil (Verstraelen et al., 2005), terutama di negara-negara berkembang. Sebuah
studi longitudinal yang diterbitkan pada tahun 2006 menunjukkan hubungan antara
stres psikososial dan BV independen dari faktor risiko lain (Verstraelen et al., 2005).
Secara umum diakui bahwa vagina Lactobacilli memainkan peran penting dalam
menjaga lingkungan yang membatasi pertumbuhan mikroorganisme patogen dalam
vagina (Mania-Pramanik et al., 2009). Sudah disarankan bahwa kehadiran estrogen
dan Lactobacillus diperlukan untuk mencapai pH vagina optimal 4,0-4,5 (Melvin et
al, 2008;. Suresh dkk, 2009.). Setelah pubertas di bawah pengaruh estrogen, glikogen
disimpan dalam sel-sel epitel vagina, yang dimetabolisme oleh sel-sel epitel vagina
menjadi glukosa (Suresh dkk., 2009). Lactobacilli menghasilkan asam laktat dari
glukosa, menjaga vagina pada pH asam (Suresh dkk., 2009). Beberapa spesies

Lactobacillus menghasilkan hidrogen peroksida yang merupakan racun bagi berbagai


mikroorganisme.3
a. Secara fisiologis
Koloni flora normal yang terdapat pada dinding vagina berperan sebagai
pertahanan serta meindungi dari infeksi. Bakteri Lactobacillus spp.adalah
sejenis bakteri yang normal di dapatkan pada dinding vagina, bakteri ini
berfungsi mengekalkan keasaman vagina di antara pH 3,8 hingga 4,4. Kualitas
dan kuantiti keputihan yang keluar dari vagina boleh berubah-ubah pada
seorang wanita dan tergantung kondisinya pada waktu itu mengikut apa yang di
butuhkan oleh tubuhnya.1
b. Secara histologis
Secara histologist epitel yang terdapat pada vagina adalah epitel
squamosa tidak bertanduk. Setelah masa pubertas, epitel pada vagina
mengalami penebalan dan kaya akan glikogen. Tidak seperti mamalia lain,
epitel vagina pada manusia tidak mengalami perubahan secara signifikan
selamasiklus menstruasi. Tapi yang mengalami perubahan hanyalah kadar
glikogen yang meningkat pada masa setelah ovulasi dan berkurang pada saat
masa siklus.
Produksi glikogen pada epitel vagina dipengaruhi oleh estrogen.
Hormone ini menstimulasi epitel vagina sehingga dapat memproduksi dan

menyimpan glikogen dalam jumlah yang besar, yang kemudian dilepaskan pada
lumen vagina untuk membasahi daerah sekitarnya. Secara alami, flora normal
vagina memetabolisme glikogen membentuk asam laktat yang bertanggung
jawab dalam merendahkan suasana PH vagina, terutama saat pertengahan siklus
menstruasi. Suasana ini sangat berperan dalam mencegah invasi bakteri
patologis.
c. Secara apatologis
BV adalah penyakit yang banyak ditemukan pada kasus IMS dan 50%
kasusnya adalah asimptomatik.Etiologi BV adalah polimikribial dan terjadinya
penyakit ini adalah akibat dari ketidakstabilan flora normal dalam vagina.
Penggantian fungsi hydrogen - peroxide lactobacilli pada Gardnerella
vaginalis, Mobilincus sp.,M. hominis, bakteri Gram negative anaerob
( Prevotella, Porphyromonas, dan Bacteroides, dan Peptostreptococcus sp.). 1
Patogenesis
Pathogenesis masih belum jelas Gardnerella vaginalis termasuk flora normal
dalam vagina yang melekat pada dinding. Beberapa peneliti menyatakan terdapat
hubungan yang erat antara kuman ini dengan bakteri anaerob pda pathogenesis
penyakit vaginosis bakterialis (VB). 5

Gambar 1. Patomekanisme terjadinya flour albus BV

Diagnosis
Sebanyak 75% kasus BV adalah asimptomatik dan kebanyakan penderita
datang adalah dengan keluhan keputihan yang berbau dan kelainan warna serta
tekstur keputihannya. Penyakit ini harus dicurigai pada wanita yang datang dengan
keluhan keputihan berbau fishy odour. Diagnosa boleh ditegakkan dengan
anamnesis, gejala klinisnya, pemeriksaan spekulum, kriteria Amsel, pemeriksaan
penunjang dan mikroskopi. Setiap pemeriksaan dijelaskan seperti di bawah. 6
1. Gejala klinis
Penderita datang dengan keluhan keputihan yang keluar dari vagina berbau
fishy odour dan berwarna putih keabu-abuan, encer dan terdapat juga keluhan
rasa gatal.8

Gambar 2:

gejala klinis BV

berwarna putih

keabu-abuan. 2

2. Pemeriksaan

spekulum

Pemeriksaan

spekulum

dilakukan pada

wanita

sudah menikah

atau

yang
pernah

melakukan hubungan seksual dan pada pemeriksaan didapatkan keputihan yang


homogen, putih keabu-abuan atau kuning yang menempel pada dinding vagina.8
3. Kriteria Amsel
Kriteria Amsel dipakai dalam bagian genitourinaria untuk mendiagnosa
BV.Kriteria ini di ilhamkan oleh Gardner dan Dukes pada tahun 1955 dalam
penemuan mereka tentang clue cells. Mereka mendiskripsikan bahawa sel-sel
epitelial yang di kelilingi oleh bakteri-bakteri kecil sehingga memberikan
gambaran batas yang tidak tegas. Perkataan clue cells dipakai karena
memberi kata kunci untuk mendiagnosa penyakit BV.Pemeriksaan yang
dilakukan untuk melihat sel-sel ini adalah wet amount examination, satu tetes
cairan saline di campurkan dengan keputihan tadi dan kemudian di periksa di
bawah mikroskop dengan kuasa tinggi (x800) serta menggunakan immersion
oil .
Kriteria amsel boleh berubah jika : 8
a. Sekresi vagina yang baru melakukan coitus dan Douching. 8

b. Candida dan Trichomonas memberikan gambaran yang sama secara


klinisnya.8
c. Reaksi KOH 10% positif dan pH vagina meningkat serta menjadi asam
pada keputihan yang bercampur dengan semen. 8
d. PH vagina boleh menjadi asam semasa menstruasi. 8
e. Interpretasi salah dari mikroskopi boleh terjadi karena debris dan degerasi
sel yang di salah anggap sebagai clue cellsdan lactobacilli yang sedikit
jumlahnya pada vagina. 8

Tabel 1. Kriteria (Amsel) untuk diagnosa


bakterial vaginosis
1
.
2
.
3
.
4
.

pH Vagina > 4,5


Terdapat bau amis pada penambahan alkali (10 %
Potassium hydroxide)
Pada pemeriksaan di dapatkan discharge yang spesifik
Pada pemeriksaan mikroskopi didapatkan "Clue cells"
Gambar 3: Kriteria Amsel untuk mendiagnosa Bacterial Vaginosis.8

4. Pemeriksaan penunjang
a. Whiff test
Pemeriksaan bau-bau yang amis seperti bau ikan memberikan hasil positif. 8
b. Pemeriksaan Gram-staining

Pemerisaan ini adalah mudah untuk menkorfirmasi BV. Pada vagina yang
normal jumlah lactobacilli banyak dan bentuknya adalah rod, Gram-positif dan
ujungnya yang tumpul. Gardnerella bersifat Gram-negatif, dan berbentuk
kokus.Pada BV di dapatkan banyak bakteri Gram-negatif dan rod-rod kecil. 8
c. Pemeriksaan kultur
Jarang dilakukan pemeriksaan ini karena kurang sensitivitas dan spesifitas.8
d. BV Blue dan Fem Exam
Pemeriksaan ini adalah pemeriksaan lanjutan jika diagnosanya masih di
curigai, tes ini mendeteksi perubahan biokimia cairan vagina. Ada juga yang
menggunakan kertas pH untuk menilai keasaman cairan vagina karena tes
penunjang BV blue dan Fem Exam agak mahal biayanya.8
5. Mikroskopi
Pada pemeriksaan mikroskopi, clue cell adalah gambaran yang akan
didapatkan.8

Gambar 4: Gambaran clue cells pada pemeriksaan gram.6

Diagnosis Banding
Beberapa penyakit yang menggambarkan keadaan klinik bakterial vaginosis,antara
lain :
10

1. Kandidiasis vulvovaginalis
Kandidiasis merupakan suatu infeksi yang disebabkan oleh candida albicans
atau candida spp lainnya.gejala diawali muncul pada kandidiasis adalah pruritus
akut,keputihan sering kali tidak ada dan hanya sedikit. Kadang dijumpai gambaran
khas berupa vaginal thursh yaitu bercak putih yang terdiri dari gumpalan jamur,
jaringan nekrosis epitel yang menempel pada vagina. Dapat juga disertai rasa sakit
pada vagina iritasi,rasa panas saat berkemih.
Pada pemeriksaan mikroskopik, sekret vagina ditambahkan KOH 10% berguna
untuk mendeteksi hifa dan spora kandida. 6

gambar 5. Kandidiasis vulvovaginalis

2. Trichomoniasis vaginitis
Trichomoniasis merupakan penyakit menular seksual yang disebabkan oleh
trichomonas vaginalis. Biasanya penyakit ini tidak bergejala tapi pada beberapa
keadaan tricomoniasis akan menunjukkan gejala. Terdapat duh tubuh vagina
berwarna kuning kehijauan, berbusa dan berbau. Eritem dan edem pada vulva, juga
vagina dan serviks pada beberapa perempuan. Serta prurito, disuria, dan dispareunia.

11

Pemeriksan apusan vagina trichomoniasis, mobilincus dan cle cell tidak pernah
ditemukan pada trikomoniasis. Pemeriksaan mikroskop tampak peningkatan sel
polimorfonuklear dan dengan pemeriksaan preparat basah ditemukan protozoa untuk
diagnosis. Whiff test dapat positif pada trichomoniasis dan PH vagina 5 pada
trikomoniasis.

Gambar 6:
Gambaran

trichomoniasis vaginalis.6

3. Cervitis
Duh tubuh vagina berwarna kuning kehijauan (secret mukopurulen) dan
jumlahnya akan tampak lebih banyak bila terdapat infeksi dengan trikomoniasis.
Eritema dan edema pada dinding serviks dan orifisum uretra eksterna serta dapat
timbul rasa nyeri pada panggul bawah.
Pemeriksan sedian gram tampak kuman diplokokus bersifat gram negative
berbentuk biji kopi.
gambar 7. Cervitis vaginalis

12

Tabel 2 Differential Diagnosis f Vaginal Discharge

Gejala

Kandidiasis

Trikomoniasis

Gatal, iritasi
putih kental

Nyeri, Ititasi
Kuning / Hijau

V.
Bakterials
Berbau
Abu-abu

Tebal

Berbusa

Cair

Jamur

Amis/Bau busuk

Amis
Menyeng
at
< 4,5

Warna Duh
Konsistensi
Bau

pH
Mikroskopi
s

< 4,5
Leukositosis
*80%

> 5,0
Leukosit
Trikomonas

Kultur

Perlu

Bermanfaat

Leukosit,
Clue cell
Tidak
Perlu

Cervitis
Nyeri
Kuning/hija
u
Purulen/ken
tal
berbau

diplokokus
perlu

Tabel diferensial diagnosa


Terapi
a. Terapi non medikamentosa
1. Menjaga kelembapan didaerah organ intim wanita(organ intim harus selalu
dalam keadaan kering)
2. Menghindari pakaian ketat
3. Sering mengganti pembalut pada saat menstruasi
4. Menghindari douching (mencuci/membilas ) vagina dengan larutan antiseptik
5. Mancuci alat kelamin bagian luar dengan air bersih.
b. Terapi medikamentosa
1. Topikal
a. Supositoria vaginal yang berisi tetrasiklin memberikan jangka pengobatan
96% sedangkan supositoria yodiu povidon sebesar 76%.9
b. Buffered acid gel. 9
6. Sistemik
a. Metronidazole dengan dosis 2 x 500 mg setiap hari selama 7 hari, atau
tinidazol 2 x 500 mg setiap hari Selma 5 hari memberikan jangka
penyembuhan lebih dari 90%.9

13

b. Ampisilin atau amoksisilin dengan dosis 4 x 500 mg per oral selama 5


hari memberikan kesembuhan 48-100% wanita penderita BV. kegagalan
pada pengobatan dengan ampisilin atau amoksisilin dapat diterangkan
dengan adanya laktamase beta yang diproduksi oleh spesies-spesies
bacteriodes. 9
c. Klindamisin 300 mg per oral 2 x 1/hari selama 7 hari memberikan angka
kesembuhan hampir sama dengan metronidazole 500 mg per oral
2 x sehari selama 7 hari. 9
Komplikasi
a. Pada kebanyakan kasus, bacterial vaginosis tidak menimbulkan komplikasi
setelah pengobatan. Namun pada keadaan tertentu, dapat terjadi komplikasi
yang berat. Bacterial vaginosis sering dikaitkan dengan penyakit radang
panggul PID ( pelvic inflamatory disease).
b. Pada penderita bakterial vaginosis yang sedang hamil menimbulkan komplikasi
antara lain : kelahiran premature, ketuban pecah dini, bayi berat lahir rendah
(BBLR) dan endometritis post partum. Oleh karena itu, agar semua wanita
c.
d.
e.
f.
g.
h.

hamil melakukan screening bacterial vaginosis.


Bacterial vaginosis disertai peningkatan resiko infeksi traktus urinarius.
Transmisi HIV
Neoplasia serviks intraepilial
Demam pasca partus
Abortus
salpingitis

Prognosis
1. Prognosis bacterial vaginosis sangat baik karena infeksinya dapat disembuhkan.
2. Prognosis bacterial vaginosis dapat timbul kembali pada 20-30 % wanita
walaupun tidak menunjukkan gejala.

14

3. Pengobatan metronidazole dan klindamisin member angka kesembuhan yang


tinggi.
Pencegahan
Tindakan yang bisa dilakukan untuk pencegahan terjadinya bacterial vaginosis
misalnya :
1. Menghindari penggunaan vaginal douching maupun produk hygiene, misalnya
2.
3.

sabun antiseptik, , pengencang dan pengering vagina.


Membersihkan bagian luar vagina cukup dengan air
Menggunakan kondom selama hubungan seksual
4. Membersihkan dengan benar alat kontrasepsi setelah pemakaian ( seperti
diafragma, cervical caps, dan spermicide ) (dwimurtiastutik).7

DAFTAR PUSTAKA
1. Adler M., Cowan F., French P., Mitchel H., Richens J. ABC of Sexually
Transmitted Infections, 5th Ed., 2005. BMJ Books, London. Pg. 25-29
2. H philippe girerd. Bacterial vaginosis, drugs and disease Medscape. Mar
27,2014.

15

3. Ilse truter, Michael graz. Bacterial vaginosis : literature review of treatment


options whith specific emphasis on non- antibiotic treatment. African jurnal
of pharmacy and pharmacology. 3 december 2013. Pg 3061-3062.
4. Kasper M., Braunwald E., Fauci AS., Hansen SL.,et al. Harrison's Principle
of Internal Medicine, 17th Ed.,2008. McGraw Hill, USA. Pg.766-767
5. Mansjoer arif dkk. Kapita selekta kedokteran:fakultas kedokteran
universitas Indonesia.edisi ketiga,volume 2.2000. hal 149.
6. Mark h, yudin dkk. Sceerning and management of bacterial vaginosis in
pregnancy.
7. Murtiastutik dwi.buku ajar infeksi menular seksual : fakultas kedokteran
universitas airlangga rumah sakit umum Dr. Soetomo Surabaya.2007.hal.
72-83
8. Phillip Hay, FRCP. Gynaecology: Bacterial Vaginosis. Journal of
Paediatrics, Obstetrics and Gynaecology. Sept/Oct 2002. Pg.36-39.
9. Prof. Dr.dr.adhi djuanda dkk. Ilmu penyakit kulit dan kelamin: fakultas
kedokteran universitas Indonesia.2010. hal. 389-391
10. Straus,SE.Oxman,MN.Schmader,KE.

Gonorrhea

and

other

Venereal

diseaes. In : Wolff KG,LA. Katz, SI. Gilchrest, BA. Paller, AS. Leffeld, DJ.
Fitzpatricks Deramatology In General Medicine. 7thed: McGraw Hill;
2008. Pg. 1886-98
16

11. Sylvia YM. Bakteri anaerob : yang erat kaitannya dengan prombem di
klinik. Jakarta : EGC : 2007.
12. Jack D. Sobel. Vaginitis: Bacterial Vaginosis. The New England Journal of
Medicine. December, 25 1997. Pg.1900-1901.
13. Muchanakbae, jurnal bacterial vaginosis.

17

Anda mungkin juga menyukai