KLARIFIKASI ISTILAH
1.1.
Poliklinik
Trauma
Trauma merupakan kerusakan psikologis atau emosional (Dorland, 2012)
1.3.
Kesemutan
Kesemutan atau paresthesia adalah sensasi sentuh abnormal seperti rasa terbakar,
tertusuk, kesemutan, dan seringkali tanpa adanya rangsangan luar (Dorland, 2012)
BAB II
IDENTIFIKASI MASALAH
1.
2.
3.
4.
BAB III
ANALISIS MASALAH
3.1.
pada retina, yaitu timbulnya angiopati dan degenerasi retina. Angiopati dapat
menyebabkan mikroaneurisma dan eksudat lunak. Sedangkan mikroaneurisma
dapat menimbulkan perdarahan (Pandelaki, 2015). Vaughan, Asbury & RiordanEva (2000) menyatakan bahwa fungsi retina adalah untuk menangkap sinar
cahaya yang masuk ke mata, dimana impuls cahaya kemudian dikirim ke otak
untuk diproses, melalui saraf optik. Disamping itu retina tidak hanya mendeteksi
cahaya, melainkan juga memainkan peran penting dalam persepsi visual. Oleh
karena itu, apabila ada gangguan yang serius pada retina, maka akan
mengakibatkan terjadinya penurunan ketajaman penglihatan.
3.2.
dapat dikoreksi oleh kacamata, sehingga jelas tidak ada kacamata yang cocok
untuk memperbaiki penglihatan pada kasus gangguan retina seperti yang terjadi
pada pasien. Penurunan tajam penglihatan yang dapat dikoreksi oleh kacamata
adalah pada kasus gangguan refraksi (Vaughan, Asbury & Riordan-Eva, 2000;
James, Chew & Bron, 2006; Ilyas et al., 2010) .
3.3. Banyak minum, sering kencing dan kesemutan
Menurut Depkes RI (2005) banyak minum, sering kencing dan kesemutan
merupakan manifestasi klinis dari DM. Pada penderita diabetes DM, masuknya
glukosa ke dalam jaringan otot dan adiposa sangat berkurang. Akibatnya glukosa
tetap berada dalam darah dan terjadi hiperglikemia (tingginya kadar glukosa
dalam darah) yang normalnya adalah sekitar 100 mg glukosa/100 ml plasma.
Salah satu efek dari hiperglikemi tersebut adalah meningginya kadar glukosa
melebihi threshold atau ambang batas ginjal untuk melakukan reabsorpsi sehingga
terjadi glikosuria. Selanjutnya, glikosuria atau adanya glukosa dalam urin, akan
menginduksi diuresis osmotik yang menyebabkan poliuria (sering kencing),
Pada penderita diabetes, kesemutan diakibatkan oleh gangguan pada
pembuluh darah kapiler yang kecil dan rusaknya pembuluh darah tepi. Hal ini
menyebabkan volume darah yang mengalir di ujung saraf berkurang, sehingga
dapat menyebabkan
dirasakan pada malam hari. Kejadian tersebut bersumber dari hiperglikemia yang
berkepanjangan (Subekti, 2015).
3.4. Hubungan pasien sering minum jamu kuat dengan keluhan
Pasien sering minum jam kuat dengan maksud untuk memperbaiki
vitalitasnya yang menurun. Dimana penurunan vitalitas tersebut berhubungan
dengan DM yang dideritanya.
Depkes RI (2005)
DM
berat badan menurun itu bukan akibat diet, melainkan akibat adanya
BAB VII
BERBAGI INFORMASI
1. All About Retinopati Diabetik
a. Definisi
Retinopati diabetik adalah suatu kelainan mata pada pasien diabetes yang
disebabkan karena kekurangan kapiler retina dalam berbagai tingkatan, sehingga
menimbulkan gangguan penglihatan mulai dari yang ringan samopai yang berat
bahkan sampai terjadi kebutaan total dan permanen (Pandelaki, 2015).
b. Etiologi
Walaupun penyebab retinopati diabetik sampai saat ini belum diketahui
secara pasti, namun keadaan hiperglikemia yang berlangsung lama dianggap
sebagai faktor resiko utama.
c. Klasifikasi
Adapun
klasifikasi
menurut
ETDRS
(Early
Treatment
Diabetic
Nefropati
Hipertensi.
diabetik
nonproliferatif
dapat
digunakan
stereoscopic
retinopati.
Tes angiografi menggunakan kontras untuk melihat aliran darah dan
kebocoran. Kontras yang digunakan berbeda dengan yang digunakan di CTscan atau IVP, karena kontras ini tidak memakai yodium.
h. Penatalaksanaan
Menurut Rahmawati (2007), Paulus & Gariano (2009), Fante, Durairaj &
Oliver (2010) dan Pandelaki (2015) penatalaksanaan retinopati diabetik dapat
dilakukan sebagai berikut :
1) Terapi farmakologi
Dewasa ini sedang dilakukan uji klinik beberapa obat diantaranya :
percobaan
terbukti
dapat
menghambat
timbulnya
dan
ARI 809.
Inhibitor protein kinase C. Penggunaan ruboxistaurin mesilat pada hewan
sangat potensial mencegah timbulnya retinopati diabetik.
Uji klinik
mendapatkan
40%
pasien
RDNP
sedang
dapat
dicegah
perbaikan
visus
sehingga
tidak
memerlukan
terapi
visus.
Analog sumatostatin. Hipofisektomi merupakan salah satu cara zaman
dulu untuk pengobatan RDP. Sekarang metode tersebut dikembangkan
dengan menggunakan analog somatostatin untuk mencegah RDP. Uji
klinik octreotide (analog somatostatin) terhadap pasien RDNP dan RDP
mendapatkan penurunan jumlah pasien yang memerlukan terapi
dengan
i. Prognosis
Menurut James, Chew & Bron (2006) dan Pandelaki (2015) prognosis
retinopati diabetik adalah sebagai berikut :
Walau terapi laser dan bedah telah sangat meningkatkan prognosis pasien,
penyakit ini masih menyebabkan kehilangan penglihatan berat pada beberapa
kasus.
progresif.
Pasien RDNP derajat ringan sampai sedang dengan disertai edema makula
yang secara klinik tidak signifikan, perlu diperiksa kembali dalam waktu 4-6
bulan dikarenakan memiliki resiko untuk berkembang menjadi edema makula
4)
Frekuensi pemeriksaan mata dapat dikurangi apabila satu atau lebih hasil
pemeriksaan menunjukkan hasil normal dan dapat ditingkatkan apabila
Ilyas, S., Mailangkay, H.H.B., Taim, H., Saman H.H., Simarmata, M. & Widodo,
P.S. (2010). Ilmu Penyakit Mata. Jakarta : Penerbit Sagung Seto.
James, B., Chew, C. & Bron, A. (2006). Lecture Notes : Ophthalmology.
Bandung : Penerbit Erlangga.
Pandelaki, K. (2015). Retinopati Diabetik. In S. Setiati, I. Alwi, A.W. Sudoyo, M.
Simadibrata, B. Setiyohadi & A.F. Syam (Eds.). Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam. Jilid II. (2402-2409). Jakarta : Interna Publishing.
Paulus, Y.M. & Gariano, R.F. (2009). Diabetic retinopathy : A growing concern
in an aging population. Geriatrics, 64(2), 16-26.
Rahmawati, R.L. (2007). Diabetik Retinopati. Medan : Departemen Ilmu Penyakit
Mata FK Universitas Sumatera Utara.
Sitompul, R. (2011). Diabetic retinopathy. Journal of Indonesian Medicine
Association, 61(8), 338-341.
Vaughan, D.G., Asbury, T. & Riordan-Eva, P. (2000). Oftalmologi Umum. Jakarta
: Widya Medika.