Pada tahun 2015 lalu masyarakat Jakarta dikhawatirkan dengan kondisi ekonomi. Masyarakat diresahkan akan kenaikan harga beras yang lumayan tinggi. Sebagian besar masyarakat merasa sangat sulit jika untuk mencari substitusi atau mengurangi konsumsi beras. Menurut data, pasokan beras di Pasar Induk Beras Cipinang pada minggu ke-3 Februari hanya sekitar 1500-an ton, padahal pada bulan sebelumnya hampir 3000 ton. Bagi Jakarta, stok yang menurun sehingga penurunan pasokan tidak dapat ditutupi dari stok merupakan ironi mengingat Jakarta memiliki BUMD dalam bidang perdagangan beras yaitu PT. Food Station Tjipinang Jaya (FSTJ). Harusnya BUMD ini bukan hanya bisa mengamankan pasokan dan stok beras bagi warga Jakarta sehingga kenaikan harga yang tinggi bisa dihindari, namun juga membantu ketersediaan beras bagi daerah sekitarnya. PT. FSTJ tidak pernah mendapatkan penyertaan modal (PMP) dari Pemda DKI Jakarta. Hal ini yang kemudian menyebabkan PT. FSTJ hanya berkutat pada bisnis penyewaan toko dan gudang bagi pedagang beras dan tidak mampu banyak berperan sebagai buffer stok bagi ketersediaan beras di Jakarta dan sekitarnya. Pemda DKI lalai dalam memperkuat permodalan perusahaan. Dibandingkan BUMD lain, BUMD yang bergerak di sektor ketahanan pangan seperti PT. FSTJ, PD. Dharma Jaya dan PD. Pasar Jaya memang kurang mendapat perhatian dalam hal penguatan permodalan melalui PMP.