Anda di halaman 1dari 13

TUGAS IV BISNIS INTERNASIONAL

Nama Anggota :
-

Ayu Maulydya W.
Titis Yulinda
Umiriyana

1301025006
1301025021
1301025049

Neraca Pembayaran Indonesia

NERACA LANCAR

NERACA
PEMBAYARAN
INDONESIA

NERACA MODAL
DAN KEUANGAN

SELISIH PERHITUNGAN

NERACA
PENYEIMBANG

Neraca Pembayaran adalah catatan statistik tentang transaksi ekonomi


Internasional yang dilakukan oleh penduduk suatu negara (Perekonomian)
dengan penduduk negara lainnya. BOP merupakan laporan rugi laba yang
merupakan ringkasan arus keluar masuk barang, jasa dan asset-asset dalam
suatu perekonomian selama kurun waktu/periode tertentu. Biasanya periode
laporan neraca pembayaran adalah triwulanan dan tahunan.
Komponen dalam neraca pembayaran terdiri dari:
1. Neraca Lancar
Neraca lancar (current account) komponen neraca pembayaran yang
menggambarkan secara ringlas transaksi barang dan jasa yang
diproduksi selama periode tertentu (triwulan/tahun), atau bisa juga
dikatakan bahwa neraca lancar adalah komponen neraca pembayaran
yang menggambarkan secara ringkas tentang pembayaran-pembayaran
jangka pendek.

2. Neraca Modal dan Keuangan (Capital & Financial Account)


Neraca Modal dan Keuangan (Capital & Financial Account) mencatat
pembelian dan penjualan aset finansial (surat-surat berharga, deposito)
maupun investasi langsung. Neraca modal mencatat arus modal masuk
(capital inflow) dan arus modal keluar (capital outflow) selama periode
tertentu. Neraca modal mencatat pembayaran dan penerimaan jangka
panjang. Suatu negara dikatakan mengalami surplus neraca modal jika
arus modal masuk lebih besar daripada arus modal keluar, dan jika arus
modal masuk lebih kecil dari modal keluar maka dikatakan defisit neraca
modal.
3. Selisih Perhitungan
Selisih perhitungan mencatat transaksi-transaksi yang tidak tercatat
(unrecorded transaction) atau istilah yang digunakan untuk selisih
perhitungan adalah error and omission
4. Neraca Penyeimbang
Neraca penyeimbang adalah komponen neraca pembayaran yang
menjelaskan bagaimana surplus atau defisit neraca pembayaran dibiayai,
yang termasuk dalam bagian ini adalah arus keluar masuk emas,
pembelian dan atau penjualan mata uang domestik dan valuta asing oleh
pemerintah.

NARASI

W
H
O
H
W
A
Y
T
HOW
1.Jelaskan bagaimana perkembangan NPI pada triwulan IV-2014 , triwulan I
- 2015 ,triwulan II 2015 ,triwulan III 2015 , dan triwulan IV 2015 !
WHAT
2. Apakah didalam perkembanganya transaksi NPI mengalami peningkatan
dalam transaksi keluar masuknya barang dan jasa ?

NERACA PEMBAYARAN INDONESIA


20,000

15,000

10,000

5,000

-5,000

-10,000

Kuartal IV tahun 2014


Sinergi kebijakan stabilisasi yang ditempuh oleh Bank Indonesia dan
pemerintah telah berhasil menjaga dan memperbaiki keseimbangan sektor
eksternal Indonesia

di 2014. Secara keseluruhan, defisit transaksi berjalan

2014 tercatat sebesar USD26,2 miliar (2,95% PDB), menurun dibandingkan


tahun sebelumnya yang mencapai USD29,1 miliar (3,18% PDB). Perbaikan
tersebut didukung

oleh menurunnya impor, akibat melemahnya permintaan

domestik sebagai dampak dari moderasi pertumbuhan ekonomi domestik,


menyusutnya defisit neraca jasa, dan meningkatnya Sejalan dengan kebijakan
stabilisasi yang dilakukan secara konsisten di tengah dinamika perekonomian
global, neraca pembayaran Indonesia mengalami surplus USD15,2 miliar pada
2014. JakartaBank Indonesia (BI) mencatat, kinerja neraca pembayaran
Indonesia (NPI) selama 2014 mengalami surplus USD15,2 miliar, atau meningkat
bila dibandingkan dengan 2013 lalu yang tercatat USD7,3 miliar.

Neraca pembayaran Indonesia di triwulan IV-2014 mengalami surplus


USD2,4 miliar yang didukung oleh defisit transaksi berjalan yang menurun
(2,81%) dari PDB di triwulan IV-2014. Ini seiring dengan kebijakan stabilisasi
yang dilakukan secara konsisten di tengah dinamika perekonomian global.
Membaiknya neraca pembayaran Indonesia juga didorong oleh surplus Transaksi
Modal dan Finansial (TMF) yang cukup besar selama 2014 dari USD22 miliar
pada 2013 meningkat dua kali lipat menjadi USD43,6 miliar pada 2014. Realisasi
surplus TMF ini tertinggi sepanjang sejarah, yang ditopang oleh meningkatnya
arus modal asing pada investasi portfolio, investasi langsung dan penarikan
pinjaman LN swasta. Surplus neraca pembayaran Indonesia yang sebesar
USD15,2 miliar tersebut, pada gilirannya akan mendorong kenaikan posisi
cadangan devisa dari USD99,4 miliar di akhir 2013 menjadi USD111,9 miliar
pada akhir 2014.
Sebenarnya penyumbang defisit terbesar adalah neraca pendapatan
primer. Pada 2014 lalu, neraca pendapatan primer mengalami defisit hingga
mencapai US$ 27 miliar. JakartaBank Indonesia (BI) telah mengumumkan
bahwa Neraca Pembayaran Indonesia pada triwulan IV-2014 mengalami surplus
sebesar US$ 2,4 Milliar. Namun, pada saat yang sama, nilai tukar Rupiah terus
mengalami pelemahan terhadap dolar AS. Seringkali argumentasi pelemahan
Rupiah disandarkan pada situasi ketidakpastian global. Pada satu sisi
argumentasi tersebut dapat diterima, namun di sisi lain pelemahan Rupiah juga
disebabkan

oleh

buruknya

kinerja

perekonomian

nasional,

khususnya

pembengkakan defisit pada neraca transaksi berjalan. Neraca transaksi berjalan


Indonesia telah mengalami defisit sejak 2012. Berbagai jurus yang telah
ditempuh pemerintah maupun BI masih belum dapat mengatasi masalah ini.
Surplus

pada

perdagangan

nonmigas

dan

penurunan

defisit

neraca

perdagangan migas dalam beberapa bulan terakhir pun belum memberikan


dampak yang signifikan terhadap kinerja transaksi berjalan.
Kuartal I tahun 2015
Bank Indonesia melansir data terbaru yang menunjukkan Neraca
Pembayaran Indonesia (NPI) pada kuartal I 2015 mencatat surplus USD 1,3
miliar. Dengan perkembangan tersebut, posisi cadangan devisa pada akhir

Maret 2015 tercatat USD 111,6 miliar. Neraca perdagangan Indonesia pada April
2015 menunjukkan perkembangan yang positif dengan kembali mencatat surplus
sebesar 0,45 miliar dolar AS, yang ditopang oleh kenaikan surplus neraca
nonmigas.
Namun, defisit neraca migas yang meningkat mengakibatkan surplus
neraca perdagangan tersebut lebih rendah dibandingkan dengan surplus pada
periode sebelumnya sebesar 1,02 miliar dolar AS. Akan tetapi jika dibandingkan
kinerja neraca perdagangan April 2015 tersebut dengan kinerja pada April 2014,
kinerja tahun ini lebih baik dengan mencatat defisit sebesar 1,97 miliar dolar AS.
Meski pasar keuangan dunia masih dalam kondisi ketidakpastian, Transaksi
Modal dan Finansial (TMF) triwulan I-2015 surplus USD 5,9 miliar. Bank sentral
mengaku hal ini terutama ditopang aliran modal asing yang masuk dalam bentuk
investasi portofolio dan investasi langsung.
Secara akumulatif aliran masuk modal portofolio asing sepanjang tiga
bulan pertama tahun ini mencapai USD 8,4 miliar. Jumlah ini jauh lebih besar
dibanding triwulan IV-2014 sebesar USD 62 juta. Bank Indonesia sendiri
memandang kinerja neraca perdagangan April 2015 tersebut akan berdampak
positif terhadap kinerja transaksi berjalan triwulan II-2015. Bank Indonesia
memperkirakan struktur neraca perdagangan Indonesia ke depan akan lebih
sehat dan semakin mendukung proses pemulihan keseimbangan eksternal
Indonesia.

NERACA PEMBAYARAN INDONESIA


Triwulan IV 2015

Triwulan III 2015

Triwulan II 2015

Triwulan I 2015

Triwulan IV 2014
-8,000 -6,000 -4,000 -2,000

2,000 4,000 6,000 8,000 10,000 12,000

Kuartal II tahun 2015


Setelah sempat mencatatkan Surplus US$ 1,3miliar di Kuartal I 2015, Neraca
Pembayaran Indonesia (NPI) kini mengalami Defisit di Kuartal II 2015. Ini terjadi
karena penyusutan Surplus pada Transaksi Modal dan Finansial (TMF) akibat
banyaknya aliran uang keluar (outflow). Berdasarkan data BI, TMF surplus
sebesar US$ 2,5miliar, lebih rendah dibanding surplus kuartal I 2015 sebesar
US$ 6,3 miliar. TMF Surplus lebih besar hingga US$ 13,9 miliar diposisi Triwulan
II 2014.
Meskipun mencatatkan surplus, TMF tidak dapat sepenuhnya membiayai deficit
transaksi berjalan sehingga NPI kuartal II 2015 mencatatkan defisit. Penyusutan
surplus TMF berasal dari penurunan surplus investasi portofolio . Jika di kuartal I
2015 surplus sector ini sebesar US$ 8,796 miliar, kini tinggal US$ 5,774
miliar.Penurunan tersebut terjadi karena ketidakpastian kondisi keuangan global
yang membuat arus modal asing pada instrument portofolio domestic turun US$
2,1miliar menjadi US$ 6,3 miliar. Aksi investor asing yang mengurangi

kepemilikan atas saham domestic dan rendahnya net beli asing atas surat utang
pemerintah jadi berpengaruh.
Investasi lainnya menunjukan waspada karena terjadi defisit US$ 6,936 miliar.
Padahal kuartal II 2014, posisinya surplus sebesar US$ 2,116 miliar. Posisi deficit
pada investasi lainnya ini terja di karena menurunnya penarikan pinjaman
luarnegeri oleh korporasi. Selain itu, juga didorong oleh meningkatnya
penempatan asset sector swasta pada bank di luarnegeri .Walaupun begitu,
posisi current account deficit (CAD) atau deficit transaksi berjalan pada triwulan II
2015 lebih baik dibandingkan periode yang sama 2014. CAD kuartal II 2015
tercatat sebesar US$ 4,5 miliar atau 2,1% produk domestic bruto (PDB), naik dari
kuartal I US$ 4,1 miliar atau 4,3% dari PDB. Peningkatan kinerja transaksi
berjalan ditopang perbaikan neraca perdagangan nonmigas, akibat impor
nonmigas yang anjlok 15,8% year on year (YoY) seiring dengan melambatnya
permintaan dari domestik. Di sisi lain, meskipun ekspor nonmigas turun 5,3%
(YoY) di tengah hancurnya harga komoditas, kinerja ekspor nonmigas secara riil
membaik, yang ditunjukkan dengan peningkatan volume ekspor sebesar 7,7%
(YoY).
Jika pemerintah agresif melakukan belanja modal, maka impor meningkat.
Namun,

keagresifan

belanja

pemerintah,

khususnya

infrastruktur

dapat

menciptakan iklim bisnis yang baik . Neraca pembayaran kedepan tak bias
mengandalkan investasi portofolio karena ketidakpastian keuangan global masih
tinggi, akibat rencana kenaikan suku bunga acuan Bank Sentral Amerika.

Kuartal III tahun 2015


Bank Indonesia (BI) mencatat defisit transaksi berjalan dalam Neraca
Pembayaran Indonesia (NPI) triwulan III-2015 tercatat sebesar USD4 miliar
(1,86% PDB), membaik dibandingkan dengan defisit di triwulan III-2014 sebesar
USD7 miliar (3,02% PDB) maupun defisit di triwulan II-2015 sebesar USD4,2
miliar (1,95% PDB).
Perbaikan kinerja transaksi berjalan ditopang oleh neraca perdagangan
nonmigas akibat penurunan impor yang relatif tajam (18,2% yoy) seiring masih

terbatasnya permintaan domestik. Di sisi lain, ekspor nonmigas mengalami


penurunan yang lebih kecil (11,0% yoy) terutama karena menurunnya harga
komoditas, meskipun secara riil mencatat peningkatan sebesar 4,5% (yoy).
Untuk neraca perdagangan migas tercatat mengalami defisit yang relatif sama
dengan triwulan sebelumnya karena penurunan surplus yang terjadi pada neraca
perdagangan

gas

terkompensasi

oleh

penurunan

defisit

pada

neraca

perdagangan minyak.
Selain itu,perbaikan kinerja transaksi berjalan juga didukung oleh penurunan
defisit neraca jasa karena menurunnya impor jasa pengangkutan (freight) yang
seiring dengan penurunan impor barang dan meningkatnya surplus jasa
perjalanan (travel) seiring naiknya jumlah wisatawan mancanegara yang
berkunjung ke Indonesia.
Sementara di tengah meningkatnya ketidakpastian di pasar keuangan global,
kinerja transaksi modal dan finansial masih mencatat surplus. Surplus transaksi
modal dan finansial pada triwulan III-2015 tercatat sebesar USD1,2 miliar, lebih
rendah dibandingkan dengan surplus pada triwulan II-2015 sebesar USD 2,2
miliar maupun triwulan III-2014 sebesar USD14,7 miliar.Penurunan surplus
tersebut terutama karena investasi portofolio yang mengalami defisit dan
menurunnya surplus investasi langsung
Defisit investasi portofolio terutama disebabkan oleh terjadinya net jual asing atas
surat utang pemerintah dan saham domestik. Di sisi lain, meningkatnya
penarikan

ULN

pemerintah

dan

turunnya

pembayaran

ULN

swasta

menyebabkan investasi lainnya berbalik dari defisit menjadi surplus, sehingga


mampu menahan penurunan lebih lanjut surplus neraca transaksi modal dan
finansial.
Surplus transaksi modal dan finansial yang menurun tersebut tidak dapat
membiayai sepenuhnya defisit transaksi berjalan sehingga overall balance NPI
triwulan III-2015 mengalami defisit sebesar USD4,6 miliar.

Namun BI tetap mencermati risiko eksternal yang dapat memengaruhi kinerja


neraca pembayaran secara keseluruhan. Dalam jangka menengah-panjang, BI
meyakini kinerja NPI akan semakin sehat didukung bauran kebijakan moneter
dan makroprudensial, serta penguatan koordinasi kebijakan dengan Pemerintah
dalam

mendorong

percepatan

reformasi

struktural,

termasuk

melalui

implementasi berbagai paket kebijakan ekonomi.

NERACA PEMBAYARAN INDONESIA


100%
90%
80%
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
Triwulan IV 2014 Triwulan I 2015 Triwulan II 2015 Triwulan III 2015 Triwulan IV 2015

Kuartal IV tahun 2015


Setelah triwulan sebelumnya defisit, neraca pembayaran Indonesia (NPI)
triwulan IV 2015 mencatat surplus USD 5,1 miliar, membaiknya NPI ditopang
surplus transaksi modal dan finansial USD 9,5 miliar yang melampaui defisit
transaksi berjalan USD 5,1 miliar
Surplus NPI triwulan IV 2015 mendorong kenaikan posisi cadangan devisa dari
USD 101,7 miliar pada akhir triwulan III 2015 menjadi USD 105,9 miliar pada
akhir triwulan IV 2015. Jumlah cadangan devisa tersebut, cukup untuk

membiayai kebutuhan pembayaran impor dan utang luar negeri pemerintah


selama 7,4 bulan dan berada di atas standar kecukupan internasional.
Surplus transaksi modal dan finansial meningkat signifikan seiring
menurunnya ketidakpastian di pasar keuangan global dan membaiknya
keyakinan terhadap prospek perekonomian Indonesia.
Surplus transaksi modal dan finansial triwulan IV 2015 lebih tinggi
daripada kuartal sebelumnya USD 0,28 miliar. Kenaikan surplus transaksi modal
dan finansial tersebut terutama didukung kembali meningkatnya arus masuk
investasi portofolio pada obligasi pemerintah, termasuk global bond.
Selain itu, kenaikan surplus transaksi modal finansial didukung lonjakan
kenaikan investasi lainnya dan aliran masuk investasi langsung asing (FDI).
Kenaikan investasi lainnya disebabkan meningkatnya penarikan simpanan di luar
negeri dan penarikan pinjaman luar negeri terkait dengan realisasi proyek
infrastruktur pemerintah. Sementara itu, kenaikan aliran masuk investasi
langsung asing (FDI), terutama pada sektor pertambangan, keuangan, dan
manufaktur, sejalan dengan perbaikan investasi domestik. Surplus transaksi
modal dan finansial pada triwulan IV 2015 tersebut relatif sama besar dengan
surplus yang tercatat pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Untuk keseluruhan tahun, NPI 2015 mengalami tekanan di tengah
dinamika perkembangan ekonomi global dan domestik. NPI 2015 mengalami
defisit USD 1,1 miliar setelah tahun sebelumnya surplus USD 15,2 miliar.
Tekanan terhadap kinerja NPI bersumber dari penurunan surplus transaksi modal
dan finansial yang tidak dapat sepenuhnya membiayai defisit transaksi berjalan.
Meski demikian, defisit transaksi berjalan USD 17,8 miliar (2,06 persen PDB)
lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai USD 27,5 miliar (3,09
persen PDB). Perbaikan tersebut disebabkan penurunan impor yang lebih besar
dibandingkan dengan ekspor serta perbaikan kinerja neraca jasa dan neraca
pendapatan. Surplus NPI merupakan sebuah faktor positif yang mencerminkan
terkendalinya current account deficit (CAD). Pada saat yang sama, aliran
modalnya juga cukup kuat. Secara keseluruhan, NPI kita surplus. Namun BI
terus mewaspadai perkembangan global, khususnya risiko terkait dengan
perlambatan ekonomi Tiongkok dan terus menurunnya harga komoditas yang
dapat memengaruhi kinerja pembayaran secara keseluruhan. Akan tetapi, BI
meyakini NPI akan semakin baik dengan didukung bauran kebijakan moneter

dan makroprudensial serta penguatan koordinasi kebijakan dengan pemerintah.


Khususnya dalam mendorong percepatan reformasi structural.
WHY
2. Mengapa surplus dan deficit bisa terjadi di NPI ?

DEFISIT
NPI
SURPLUS

Dalam neraca pembayaran terdapat kemungkinan terjadinya surplus dan


defisit. Adapun defisit terjadi apabila jumlah ekspor lebih kecil daripada impor,
sedangkan apabila jumlah ekspor lebih besar daripada impor posisi neraca
pembayaran menunjukkan surplus. Neraca pembayaran suatu negara juga dapat
dikatakan seimbang apabila stok nasional (cadangan devisa) tidak berubah dan
tidak ada aliran modal/pinjaman akomodatif. Defisit atau surplus neraca
pembayaran yang terjadi pada suatu negara dikarenakan oleh komponen berikut.
a. Stok Nasional
Jika terjadi penurunan stok nasional berarti defisit, dan jika terjadi kenaikan stok
nasional berarti surplus.
b. Pinjaman Akomodatif
Pinjaman yang masuk karena berkaitan dengan adanya kelebihan impor berarti
merupakan bagian dan defisit, sedangkan pinjaman yang masuk atas
kemauannya sendiri (pinjaman otonom) tidak memengaruhi defisit.
c. Defisit total adalah besarnya penurunan stok nasional ditambah pinjaman
akomodatif.

d. Surplus total adalah besarnya kenaikan stok nasional ditambah pinjaman


akomodatif.
Berdasarkan neraca di atas, negara X mengalami defisit neraca pembayaran
sebesar pinjaman akomodatif ditambah stok nasional, yaitu: 80 + 80 = 160 unit
kayu lapis.

Anda mungkin juga menyukai