Anda di halaman 1dari 22

INVENTARISASI PERMASALAHAN

INDUSTRI KEUANGAN MIKRO SYARIAH


(STUDI PADA BMT-BMT DI KOTA DAN KABUPATEN MAGELANG)
Oleh: Eko Kurniasih Pratiwi dan Nasitotul Janah

ABSTRAK
Baitul Maal wat Tamwil (BMT) merupakan lembaga keuangan mikro yang berbasis
syariah muncul dan mencoba menawarkan solusi bagi masyarakat untuk mengatasi
permasalah yang dihadapi. BMT merupakan lembaga keuangan syariah berbadan
hukum koperasi yang bisa dibilang paling sederhana. Keberadaan BMT diharapkan
dapat membantu masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraannya. Di balik
perkembangan BMT saat ini, baik dari sisi kuantitas maupun asset, terdapat berbagai
permasalahan yang harus segera dicari solusinya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui permasalahan BMT di wilayah kota dan
kabupaten Magelang. Penelitian ini adalah penelitian survey (field research), tepatnya
survey eksploratif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian ini didesain untuk
mengetahui permasalahan yang hadapi BMT-BMT di Kota dan Kabupaten Magelang
dengan menggunakan sumber data primer (wawancara dengan pengelola BMT) dan
data sekunder (referensi dan dokumentasi dari pihak BMT), dengan metode
pengambilan sampel purposive random sampling, yaitu BMT yang tergabung dalam
FORSILA sebagai sampelnya. Metode pengambilan data yang digunakan adalah
observasi lapangan, wawancara (depth interview), dan dokumentasi. Data yang
terkumpul dianalisis untuk diambil simpulan dengan menggunakan metode kualitatif
dengan pengamatan dan penelaahan dokumen.
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa permasalahan yang dihadapi oleh BMT secara
umum hampir sama, yaitu (1)permasalahan kelembagaan (2) Permasalahan sumber
daya manusia (3) Permasalahan yang terkait dengan tingkat kepercayaan dan
pemahaman masyarakat terhadap BMT.
Kata Kunci: Inventarisasi, permasalahan, BMT

A. PENDAHULUAN
Pasca krisis moneter pada tahun 1998, hingga saat ini Indonesia
dihadapkan pada kondisi ekonomi yang cenderng labil. Bencana alam, kenaikan
minyak mentah dunia yang berimbas pada pengurangan subsidi, indeks kurs
rupiah yag nak turun, kenaikan beberapa komponen harga yang menjadi

kebtuhan pokok masyarakat, termasuk sembako menyebabkan kondisi ekonomi


nasioanal semakin terpuruk, dan nasib masyarakat kecil semakin mengancam.
Bagi masyarakat miskin, kondisi diatas semakin menambah kesulitan
mereka untuk bersaha (berwirausaha). Salah satu kendalanya adalah kekurangan
modal untuk membeli bahan dan alat produksi. Para pengusaha kecil
membutuhkan pihak lain untuk menyediakan bantuan (pinjaman) lunak untuk
menghidupkan usaha mereka. Hal itulah yang kemudian mendorong banyak
pihak untuk membentuk lembaga keuangan mikro yang memang sangat strategis
untuk membantu pengembangan ekonomi kelas bawah.diharaJika berharap pada
peran lembaga keuangan makro, jelas hal ini sulit diharapkan. Pembiayaan yang
diberikan berbagai lembaga keuangan saat ini masih didominasi pembiayaan
konsumtif, sehingga laju ekonomi masyarakat cenderung konsumtif dan kurang
produktif.
Dalam kondisi yang demikian inilah, BMT sebagai lembaga keuangan
mikro yang berbasis syariah muncul dan mencoba menawarkan solusi bagi
masyarakat untuk mengatasi permasalah yang dihadapi. BMT merupakan
lembaga keuangan syariah berbadan hukum koperasi yang bisa dibilang paling
sederhana.
Realitas di lapangan, dalam beberapa tahun terakhir, BMT mengalami
perkembangan yang sangat pesat. Data PINBUK Jawa Tengah dalam Eljunusi
(2008), menunjukkan dari 3.000 BMT di Indonesia, terdapat 513 BMT atau
(17%) yang berlokasi di Jawa Tengah. Penyebarannya sudah menjangkau semua
kabpaten/kota di jawa tengah. Dengan perkembangan tersebut, masyarakat yang
tidak mendapatkan dana pembiayaan/permodalan dari bank karena kendala
administrasi (not bankable) dapat dilayani oleh BMT. Dalam berbagai seminar,
sarasehan dan diskusi banyak dibicarakan tentang perkembangan lembaga
keuangan syariah, baik bank maupun non bank, termasuk didalamnya
pembahasan mengenai perkembangan BMT. Bisa dipastikan bahwa lembaga
keuangan syariah (khususnya BMT)yang umurnya masih remaja dibandingkan
2

dengan lembaga keuangan konvensional, masih mengalami banyak kendala.


Banyak faktor yang mempengaruhi perkembangan BMT. Salah satu faktor yang
mempengaruhi adalah kondisi geografis serta sosioekonomi masyarakat. Dengan
demikian, setiap BMT di suatu wilayah akan mempunyai permasalahan yang
berbeda dengan permasalahan di BMT yang ada di daerah lain. Kondisi itulah
yang kemudian menjadi dasar bagi peneliti untuk menginventarisasi dan
memetakan permasalahan yang ada di BMT di Kota Magelang. Penelitian ini
diharapkan dapat digunakan sebagai langkah dan pijakan awal untuk mengurai
permasalahan yang ada, sehingga bisa dicarikan solusi sesuai dengan prioritas
permasalahan.
BMT merupakan salah satu lembaga keuangan syariah non bank yang
melayani masyarakat mikro. Selain memiliki landasan syariah, BMT juga
memiliki landasan filosofis, karena BMT bukan bank syariah dan lebih
berorientasi pada pemberdayaan, maka sudah barang tentu landasan filosofisnya
berbeda dengan bank. Landasan ini dimaksudkan untuk menjadi pedoman
operasional, sehingga setiap penggunaan nama BMT (bank) harus mengacu pada
landasan filosofis. Landasan filosofis BMT dapat terlihat dalam pengertian, visi,
misi, tujuan, asas, sifat, fungsi/peran, prinsip utama dan ciri (Ridwan: 125).
Secara konseptual, BMT memiliki 2 fungsi utama, yaitu berkaitan dengan
baitul maal dan baitul tamwil. Secara harfiah, bait adalah rumah sedangkan maal
maksudnya harta. Kegiatan baitul maal menyangkut kegiatan dalam menerima
titipan dana zakat, infaq dan shadaqah serta mengotimalkan distribsinya sesuai
dengan peraturan dan amanahnya. Kedua, terkait dengan baitul tamwil, secara
harfiah, bait adalah rumah dan at-tamwil adalah pengembangan harta.
Baitultamwil melakukan kegiatan pengambangan usaha-usaha produktif dan
investasi dalam meningkatkan kesejahteraan pengusaha mikro dan kecil melalui
kegiatan pembiayaan dan menabung (berinvestasi) (Alma dan Priansa, 2009: 18).
Dalam penjelasan lain disenutkan bahwa BMT merupakan lembaga keuangan
mikro yang dioperasikan dengan prinsip bagi hasil, menumbuhkembangkan
3

bisnis usaha mikro dalam rangka mengangkat derajat dan martabat serta
membela kepentingan kaum fakir miskin, ditumbuhkan atas prakarsa dan modal
awal dari tokoh-tokoh masyarakat setempat dengan berlandaskan pada sistem
ekonomi yang salaam(keselamatan berintikan keadilan, kedamaian dan
kesejahteraan) (Ahmad: 174).
Selain pengertian diatas, visi BMT juga harus mengarah pada upaya untuk
mewujudkan BMT menjadi lembaga yang mampu meningkatkan kualitas ibadah
anggota (ibadah dalam arti luas), sehingga mampu berperan sebagai wakilpengabdi Allah SWT, memakmurkan kehidupan anggota pada khususnya dan
masyarakat pada umumnya.Dengan demikian masing-masing BMT dapat saja
merumuskan visinya sendiri.Karena visi sangat dipengaruhi oleh lingkungan
bisnisnya, latar belakang masyarakatnya serta visi para pendirinya.Adapun misi
BMT adalah membangun dan mengembangkan tatanan perekonomian dan
struktur masyarakat madani yang adil berkemakmuran-berkemajuan, serta
makmur-maju berkeadilan berlandaskan Syariah dan ridho Allah SWT (Ridwan,
2004: 127). Dengan visi dan misinya tersebut, kelahiran BMT diharapkan dapat
menunjang system perekonomian pada masyarakat yang berada di daerah karena
disamping sebagai lembaga keuangan

Islam, BMT juga memberikan

pengetahuan-pengetahuan agama pada masyarakat yang tergolong mempunyai


pemahaman agama yang rendah. Dengan demikian fungsi BMT sebagai lembaga
ekonomi dan social keagamaan betul-betul terasa dan nyata hasilnya (Sumiyanto,
2008:23)
Kegiatan Operasional BMT
Berdasarkan fungsi dan jenis dana yang dikelola oleh BMT , terdapat dua
tugas fungsi BMT yaitu yang berkaitan dengan pengumpulan (funding) dan
pembiayaan (lending).
a. Pengumpulan dana (funding)
Pengumpulan dana BMT dilakukan melalui bentuk simpanan
tabungan dan deposito, dengan menggunakan akad wadiah dan mudharabah.
4

b. Penyaluran Dana
Dana yang dikumpulkan dari anggota harus disalurkan dalam bentuk
pinjaman kepada anggotanya. Pinjaman dana kepada anggota tersebut
disebut sebagai pembiayaan, yaitu suatu fasilitas yang diberikan BMT
kepada anggota yang membutuhkan untuk menggunakan dana BMT yang
telah dihimpun dari anggota. Terdapat berbagai jenis pembiayaan yang
dikembangkan oleh BMT, yang semuanya mengacu pada dua jenis akad,
yaitu akad tijarah dan syirkah, dengan uraian sebagai berikut:
1) Akad Tijarah (jual beli), yaitu suatu perjanjian pembiayaan yang
disepakati antara BMT dengan anggota, dimana BMT menyediakan
dananya untuk pembelian barang modal dan usaha anggotanya dan
kemudian proses pembayarannya dilakukan dengan angsuran atau
pengembalia saat jatuh tempo.
2) Akad syirkah (penyertaan dan bagi hasil), meliputi:
a) Musyarakah, yaitu penyertaan BMT sebagai pemilik modal dalam
suatu usaha yang mana antaa resiko dan keuntungan ditanggung
bersama secara seimbang dengan porsi penyertaan
b) Mudharabah, yaitu suatu perjanjian pembiayaan antara BMT
dengan Anggota, dimana BMT menyediakan dana untuk
penyediaan modal kerja sedangkan peminjam berupaya mengelola
dana tersebut untuk mengembangkan usahanya.
Keunggulan BMT
Menurut Rodoni dan Hamid (2008), BMT memiliki beberapa
keunggulan dibandingkan dengan lembaga-lembaga keuangan lainnya, yaitu:
a) Adanya jaminan pelayanan jasa keuangan berdasarkan prinsip syariah dan
bebas dari praktik riba; b) prinsip bagi hasil; c) masing-masing pihak antara
BMT dan anggota dapat berbagi risiko karena masing-masing memiliki hak
dan kewajiban yang sama sesuai proporsinya; d) terhindarnya praktik-praktik

manipulasi dan monopoli keuangan; e) adanya pemerataan dan keseimbangan


dalam perolehan keuntungan.
Permasalahan BMT
Menurut Rodoni dan Hamid terdapat beberapa masalah dalam
pengmbangan BMT, antara lain; 1) belum memadainya SDM yang terdidik
dan profesional; 2) Masih lemahnya SDM yang berjiwa enterpreneurship; 3)
Modal yang relatif kecil dan terbatas; 4) tingkat kepercayaan umat islam yang
masih rendah; 5) belum terumuskan platform yang sempurna secara
akademik; 6) perangkap pendukung; 7) Accountability (gejala sosial dan
ekonomi di masyarakat) dan 8) limitedlinks. Persoalan tersebut dapat dilihat
dari dua perspektif, yaitu BMT belum sepenuhnya mampu menjawab problem
real ekonomi masyarakat dan BMT merupakan lembaga swadaya masyarakat
yang mengandalkan masa depannya pada partisipasi masyarakat (Rodoni dan
Hamid: 70). Sedangakan menurut Alma dan Priansa (2009), Kendala yang
dihadapi oleb BMT antara lain: 1) Akumulasi kebuthan dana masyarakat belm
bisa dipenuhi oleh BMT; 2) Adanya rentenir yang memberikan dana yang
memadai dan pelayanan yang baik dibanding BMT; 3) nasabah bermasalah;
4) adanya persaingan tidak Islami antar BMT, karena persepsi bahwa BMT
lain adalah lawan, bukan partner; 5) ketimpangan fungsi utama BMT antara
baitulmaal dan baituttamwildan 6) kualitas SDM yang kurang.
Review Penelitian Terdahulu
Sebelum penulis melakukan penelitian ini, telah ada penelitian
terdahulu yang meneliti tentang BMT, diantaranya sebagai berikut:
1. Andi Triyanto (2009), judul penelitian; Studi Komparasi Penerapan Akad
Murabahah Pada Baitul Maal Wa Tamwil (Studi Kasus BMT LeSyariah
Magelang dengan BMT Arafah Surakarta).Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pelaksanaan akad Murabahah di BMT LE Syariah dengan
BMT Arafah Surakarta.Hasil penelitian menunjukkan bahwaPraktik
6

murabahah yang diterapkan di BMT LeSyariah UMM dan BMT Arafah


secara normatif sangat berbeda, karena keduanya mengacu pada pokok
akad transaksi yang berbeda.BMT LE Syariah menggunakan akad
wakalah sedangkan BMT Arofah mengembalikan kepada transaksi jual
beli (Bai).
2. Nasithotul Jannah (2009), judul Penelitian Evaluasi Sistem Pengendalian
Internal di Lembaaga Keuangan Syariah (Studi Terhadap Lembaga
Keuangan Syariah di Kota dan Kabupaten Magelang). Hasil penelitian
tersebut menunjukkan bahwa pada prinsipnya sistem pengendalian
internal di lembaga keuangan syariah yang ada di kota dan kabupaten
magelang sudah berjalan dengan baik, namun masih perlu dikembangkan
lagi, terutama dalam sistem pembiayaan.
3. Indah Piliyanti (2010), judul penelitian Peran BMT dalam Pemberdayaan
Ekonomi Dhuafa (Studi Pinjaman Qardhul Hasan pada BMT-BMT
anggota FORSILA Magelang). Penelitian ini menunjukkan bahwa potensi
pengembangan pembiayaan qardhul hasan dapat dikelola BMT sebagai
fungsi sosial dalam memberdayakan ekonomi dhuafa, namun beberapa
alasan dan kendala menjadikan pengelola BMT memiliki pandangan
masing-masing terhadap pengembangan qardhul hasan sebagai program
pemberdayaan ekonomi dhuafa.
B. METODE PENELITIAN
Penelitian ini adalah penelitian survey (field research), tepatnya survey
eksploratif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian ini didesain untuk
mengetahui permasalahan yang hadapi BMT-BMT di Kota Magelang. Data
primer diperoleh dari kuesioner dan wawancara mendalam (depth interview)
yang dilakukan kepada pengelola (terutama manager) BMT-BMT di Kota
Magelang.Sedangkan data sekunder berasal dari referensi dan dokumentasi pihak
BMT. Adapun yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh BMT yang

ada di kota Magelang, dengan enggunakan teknik purposive random sampling


untuk pengabilan sampelnya.
Selain mengacu pada peneltiian sebelumnya, penelitian ini juga
menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data merupakan daftar sejumlah
pertanyaan tertulis yang berguna untuk memperoleh informasi dari responden
berdasarkan hal-hal yang diketahuinya. Jawaban dari responden yang bersifat
kualitatif untuk kemudian dianalisis dan disimpulkan apa saja permasalahan yang
dihadapi BMT-BMT di Kota Magelang dan bagaimana permasalahan itu bisa
diklasifikasikan, apakah permasalahan tersebut termasuk permasalahan internal
atau eksternal serta permasalahan mana yang diprioritaskan untuk dicarikan
solusi. Secara lengkap, pengumpulan data dilakukan dengan wawancara (depth
interview), observasi lapangan, dan dokumentasi. Data yang terkumpul dianalisis
untuk diambil simpulan dengan menggunakan metode kualitatif dengan
pengamatan, penelaahan dokumen yang kemudian diolah menggunakan pola
pikir deduktif, pola pikir induktif dan analisis komparatif,

C. HASIL PENELITIAN
1. BMT Bina Insan Mulia (BIMA) Cabang Kota Magelang
BMT BIMA Cabang Kota Magelang didirikan pada tahun 2007. Saat
ini kantor cabang ini sudah mengelola keuangannya secara mandiri, dan
hanya memberikan laporan keuangan secara periodik ke kantor Pusat
BIMA yang ada di Muntilan. Produk jasa yang ditawarkan BMT Bima
Kantor Cabang Kota Magelang adalah si supra (simpanan suka rela
praktis), si kurba (simpanan kurban dan aqiqah), simpati (simpanan idul
fitri), si padi (simpanan pendidikan). Sedangkan pembiayaan terbanya
menggunakan akad ijarah dan murabahah (multi jasa).

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti dengan


Pimpinan BMT BIMA Cabang Kota Magelang dapat ditarik garis merah
bahwa permasalahan yang dihadapi oleh pengelola BMT BIMA,
khususnya cabang Kota Megelang adalah sebagai berikut:
1) Pemahaman tentang konsep syariah masyarakat yang masih minim
2) Adanya krisis serta banyaknya BMT yang kolaps mempengaruhi
persepsi masyarkat tentang BMT BIMA.
3) Perbedaan karakter masyarakat pedesaan dan perkotaan.
2. BMT ARMA Mertoyudan
BMT ARMA Mertoyudan berada di Japunan, Desa Danurejo,
Kecamatan Mertoyudan, dengan aset awal sebesar Rp. 10.000.000,- dan
saat ini telah berkembang menjadi sekitar 7 Milliar Rupiah. Terdapat
berbagai produk jasa yang ditawarkan oleh BMT ini, salah satunya adalah
produk pembiayaan yang sebagian besar menggunakan akad murabahah
dan ijarah. Sejak awal, BMT ARMA tidak membidik pasar sebagai
prioritas pemasaran produk-produknya. Hal ini dikarenakan sudah banyak
lembaga keuangan baik makro maupun mikro, sehingga yang menjadi
konsen dalam strategi pemasaran BMT ARMA adalah daerah
perkampungan penduduk, sekolah dan dinas instansi.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti dengan
Pimpinan BMT ARMA Mertoyudan dapat disimpulkan

bahwa

permasalahan yang dihadapi oleh pengelola BMT ARMA dapat


diketegorikan menjadi dua ranah, yaitu ranah administratif dan non
administratif. Permasalahan yang termasuk dalam ranah administratif

adalah payung hukum BMT yang belum tepat karena selama ini BMT
menggunaan koperasi sebagai payung hukumnya. Permasalahan lain yang
terkait

dengan

non

administrative

masyaratakat,

terutama

trust

masyarakat (kepercayaan) terutama para pemodal besar belum terbangun,


khususnya berkaitan dengan dana funding. Hal ini menyebabkan BMT
ARMA belum bisa optimal dalam menggalian dana (funding).

3. BMT Al-Khusna Borobudur


a. Profil Singkat Lembaga
1) Sejarah
BMT Al-Khusna adalah BMT pertama yang berdiri di
Kecamatan Borobudur Kabupaten Magelang, dengan Badan Hukum
No. 138/BH/KDK 11-19/VIII/99 tanggal 1 Agustus 1999. Pendirian
BMT ini dilatar belakangi oleh keberadaan banyaknya rentenir yang
beroperasi di pasar Borobudur dan sekitarnya. Dengan modal awal
dalam

bentuk uang tunai Rp. 4.500.000,- para pendiri BMT Al-

Khusna mengkhidmatkan untuk membantu masyarakat yang terbelit


hutang dengan rentenir. BMT Al-Khusna sudah dirintis pada tahun
1999, namun baru mulai aktif pada tahun 2000. Saat ini BMT alKhusna sudah mulai melebarkan sayapnya dengan mendirikan Kantor
Cabang Pembantu di Salaman dan Secang.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti dengan
Pimpinan BMT Al-Khusna Borobudur dapat disimpulkan

bahwa

permasalahan yang dihadapi oleh pengelola BMT Al-Khusna dapat


dikategorikan sebagai berikut:

10

1) Permasalahan pada awal pendirian


Permasalahan atau kendala yang dihadapi oleh Pengelola BMT AlKhusna pada awal pendirian adalah sebuah realita yang menunjukkan
bahwa sumber daya manusia yang bergabung sebagai pengelola BMT
al-Khusna belum sepenuhnya memahami hakikat ekonomi Islam atau
syariah, sehingga para founding father BMT ini harus memberikan
pelatihan yang terkait dengan konsep syariah dalam lembaga
keuangan. Kendala lainnya adalah kondisi masyarakat yang belum
mengetahui pemahaman tentang lembaga keuangan syariah, sehingga
sebagian besar dari mereka menyamakan BMT dengan lembaga
keuangan yang lain. Hal ini menjadikan masyrakat enggan untuk
menjadi nasabah atau anggota BMT al-Khusna. Karena latar belakang
permasalahan tersebut BMT al-Khusna hanya menerapkan satu akad
saja pada pembiayaan, yaitu akad murabahah. Dengan harapan,
penyederhanaan satu macam akad dapat membantu pengelola untuk
menjelaskan konsep syariah yang ditawarkan dalam akad tersebut,
baik kepada karyawan maupun masyarakat pengguna.

2) Permasalahan yang dihadapi saat ini


Permasalahan yang dihadapi oleh pengelola BMT Al-Khusna saat ini
adalah sebagai berikut:
a) Permodalan.
Berdasarkan peraturan Depatemen Koperasi struktur modal yang
ada di lembaga keuangan mikro, termasuk BMT minimal 10 %

11

dari total asset. Hal ini menurut manajer BMT Al-Khusna tidak
mudah dicapai mengingat pengelola BMT sebagian besar dari
masyarakat kalangan Ekonomi menengah kebawah.
b) Sumber Daya Manusia
Sumber

daya

manusia

menurut

BMT

al-Khusna

adalah

permasalahan utama. Permasalahan yang berkaitan dengan SDM


antara lain terdapat pada kesulitan proses perekrutan karyawan
awal yaitu tidak mudahnya mencari sosok ideal bagi pengelola
BMT, yaitu punya ghiroh yang tinggi, mempunyai etika dan
kejujuran.
c) Belum adanya lembaga penjamin simpanan (LPS).
Jika terjadi rush, BMT tidakmempunyai sumber dana yang tetap
untuk membantu likuiditas BMT, terutama pada saat tahun ajaran
baru dan menjelang idul fitri. Meskipun telah diantisipasi, ternyata
setiap tahun mempunyai dinamika yang berbeda-beda, sehingga
jika tidak punya sumber pendanaan yang tetap,

BMT akan

mengalami kesulitan.
d) Permasalahan yang terkait dengan data debitur
Data debitur yang bermasalah belum bisa diakses dengan mudah,
sehingga debitur sering memanfaatkannya untuk mengambil
keuntungan. Permasalahan tersebut disebabkan antara lain karena
belum tersediannya data center nasabah/debitur. Belum terjalinya
komunikasi yang menyeluruh antara pengelola BMT, sehingga
peristiwa yang dihadapi oleh satu BMT belum tentu diketahui oleh
BMT yang lain. Hal ini menyebabkan sering terjadi debitur nakal
bisa berpindah dari satu BMT ke BMT yang lain, selain itu
perbedaan persepsi antar pengelola BMT juga menjadi kendala
tersendiri bagi terbukanya informasi yang berkaitan dengan
debitur bermasalah.
12

4. BMT KHARISMA
BMT Karisma didirikan dan diresmikan tanggal 21 April 1995 oleh
Prof. Dr. Ir. Ing. BJ. Habibie. BMT ini dikukuhkan sebagai unit
otonomi dari KSU Harapan Makmur pada tanggal 26 Juli 1996 dengan
Badan Hukum No. 12734/ BH/KWK.II/ VI/ 1996. Pada tahun 2009
bentuk koperasi diubah menjadi Koperasi Jasa Keuangan Syariah
(KJKS) BMT Karisma dengan badan hukum 12734 a/PAD/BH/ KW K.II35/V/ 1999.
Berdasarkan hasil wawancara dengan pengelola BMT Kharisma,
permasalah yang dihadapi oleh BMT Kharisma antara lain sebagai berikut:
a. Tingginya Pembiayaan bermasalah yang dipicu oleh faktor faktor
antara lain :
1) Birokrasi pembiayaan yang sederhana dan mudah sehingga semua
segmen masyarakat bisa mengakses pembiayaan BMT. Implikasinya
budaya khusnuddon yang tinggi terhadap calon nasabah menyebabkan
rendahnya sikap kehati-hatian (prudensial ) dalam penyaluran
pembiayaan.
2) Pendekatan kekeluargaan dan kepercayaan yang kental sehingga aspek
profesionalisme sering diabaikan seperti tidak dilakukannya proses
survey dan lain-lain.
3) Perikatan yuridis formal yang tidak kuat sehingga BMT tidak memiliki
akses untuk melakukan tindakan-tindakan hukum seperti menyita,
menjual, melelang dan lain-lain . BMT hanya melakukan pendekatan
persuasif dalam menangani pembiayaan bermasalah sehingga hasilnya
seringkali kurang efektif.
4) Pembiayaan lebih banyak untuk konsumtif dengan akad murabahah
bukan untuk kegiatan produktif.

13

5) Tidak adanya sindikasi/jaringan informasi yang kuat

antar BMT

BMT sehingga sering terjadi anggota yang bermasalah di salah satu


BMT, namun tetap bisa mengakses pembiayaan di BMT lainnya.
6) Geografis kota dan desa sangat menentukan karakteristik anggota,
bandel dan tidaknya, BMT Kharisma yang ada di kota cenderung
memilki tingkat kemacetan pembiayaan lebih tinggi daripada yang di
daerah seperti Grabag.
b. Sumber Daya Manusia
Permasalahan yag berkaitan dengan sumber daya manusia antara lain:
1) Praktisi/tenaga pengelola sangat sedikit yang memahami konsep
ekonomi syariah secara mendalam karena sangat sedikit yang berlatar
pendidikan ekonomi syariah. Hal ini karena dalam perekrutan tenaga
pengelola tidak disyaratkan memilIki kualifikasi pendidikan ekonomi
syariah.
2) BMT yang belum kompetitif dalam memberikan kesejahteraan
sehingga bekerja di BMT bukan menjadi pilihan utama bagi SDM
yang berkualitas
c. Kultur dan pemahaman masyarakat terhadap ekonomi syariah sangat
rendah.
Hal itu diindikasikan oleh beberapa hal diantaranya, 1). Masyarakat
merasa sistem lembaga ekonomi syariah rumit dan sulit untuk dipahami
seperti konsep bagi hasil dan nisbah, dan jauh lebih simple, mudah, dan
populer konsep lembaga keuangan konvensional seperti bunga, prosentase
dan lainnya, 2). Budaya pragmatisme yang ada di masyarakat yang selalu
mengedepankan aspek untung rugi bukan aspek syari, 3). Persepsi
masyarakat yang memahami BMT identik dengan Bank sehingga
masyarakat sering menuntut agar BMT memiliki kemampuan pelayanan,
sarana dan prasarana, fasilitas, dan hadiah-hadiah seperti yang berlaku di

14

lembaga perbankan, dan 4). Sebagian masyarakat belum memahami BMT


sebagai lembaga profesional melainkan lembaga amal-sosial.
d. Lain-lain
1) Komunikasi antar BMT yang kurang dan organisasi/asosiasi BMT
yang sudah ada seperti FORSILA belum diarahkan menjadi sebuah
organisasi yang profesional.
2) Banyaknya BMT yang ada disekitar Magelang sering menimbulkan
rivalitas yang tidak sehat dilapangan disebabkan ego masing-masing
BMT besar, seperti terjadi perebutan pangsa pasar. Hal ini karena
tidak adanya

regulasi/aturan pendirian BMT, sehingga banyaknya

BMT yang berdiri lebih bersifat sporadis, bukan gerakan massif yang
terorganisir dengan baik. Disamping itu fatsoen/etika

yang masih

rendah diantara pengelola BMT menyebabkan banyak terjadi


kanibalisme antar BMT
3) Dalam penggalangan dana, BMT tidak bisa menembus level
masyarakat

yang tinggi karena tidak

adanya

LPS sehingga

kepercayaan masyarakat terhadap kredibilitas BMT relatif masih


rendah.
4) Peran ulama dalam mensosialisasikan ekonomi syariah sangat minim
bahkan banyak ulama yang bersikap apriori terhadap eksistensi LKS
karena dianggap hanya duplikasi dari sistem konvensional yang sudah
ada sebelumnya.
5) Sulitnya menerapkan sistem bagi hasil karena tidak adanya
infrastruktur yang mendukung seperti rendahnya karakter jujur, adil,
transparan dari para anggota/masyarakat

15

5. BMT EKA MANDIRI


Permasalahan yang dihadapi oleh BMT EKA MANDIRI diantaranya
adalah:
1) Sumber daya manusia
Para pengelola belum memiliki kompetensi di bidang ekonomi
syariah bahkan tidak memahami konsep konsep muamalah syariah
secara umum. Faktor yang menyebabkannya antara lain :
a) Latar belakang pendidikan yang variatif dan tidak ada yang
memiliki latar belakang pendidikan ekonomi syariah.
b) Tidak memiliki kesempatan untuk mempelajari konsep ekonomi
syariah karena fokus pada pemenuhan target (baik lending
maupun funding) yang menjadi tuntutan lembaga.
c) Kesejahteraan pengelola masih rendah karena mental pengelola
lebih cenderung sebagai pekerja bukan eunterpreneur
d) Gengsi kerja di BMT sangat rendah sehingga terjadi paradoks
antara kebutuhan SDM dan input SDM. Hal ini disebabkan BMT
masih menjadi sekedar second choice bagi masyarakat untuk
dipilih sebagai tempat aktualisasi diri.
e) Pembinaan dan pengembangan SDM yang kurang karena
pemerintah hanya memberi izin pendirian saja kemudian lepas
tangan dengan alasan keterbatasan personil, tenaga dan dana
(sedikit personalia koperasi yang memahami konsep ekonomi
syariah).
2) Sistem Ekonomi Syariah
Permasalahan yang terkait dengan penerapan system ekonomi
syariah, diantaranya:
a) Secara kelembagaan, respon masyarakat terhadap lembaga
ekonomi syariah besar namun secara sistem, ekonomi syariah

16

dianggap rumit dibandingkan dengan sistem konvensional yang


lebih sederhana, popular dan mudah dipahami oleh masyarakat.
b) Sistem bagi hasil yang berdasarkan profit loss sharing dianggap
tidak memberi kepastian dan kejelasan sebagaimana sistem bunga
dalam lembaga konvensional.
c) Secara implementatif, indeks/nisbah yang berlaku dalam sistem
bagi hasil sering kali dianggap lebih besar/mahal dibandingkan
sistem bunga yang memakai sistem prosentase.
d) Penerapan sistem syariah yang masih abal abal dan formalistik
semata akibat tidak pahamnya para praktisi lembaga ekonomi
syariah terhadap konsep ekonomi syariah.

3) Kelembagaan
Permasalahan yang terkait dengan kelembagaan antara lain:
a) Badan hukum koperasi dianggap kurang prestise dibandingkan
perbankan

sehingga

kepercayaan

masyarakat

dalam

mengamanahkan pengelolaan dananya lebih cenderung ke lembaga


besar seperti perbankan.
b) Peran Pemerintah dalam membina dan mengembangkan lembaga
BMT masih sangat kecil sehingga kepercayaan masyarakat
terhadap BMT juga rendah, contoh tidak adanya lembaga LPS dari
pemerintah untuk lembaga keuangan mikro.
c) Pengawasan pemerintah terhadap proses manajemen BMT tidak
ada sehingga sering disalahgunakan oleh pihak-pihak yang tidak
bertanggungjawab (seperti banyaknya BMT yang berdiri hanya
dengan tujuan memperoleh dana bergulir dari pemerintah dan
kemudian kolaps) sehingga berpengaruh terhadap kepercayaan
masyarakat.
17

d) Pemerintah

hanya

berorientasi

pada

pertumbuhan

bukan

pembinaan sehingga banyak BMT yang berdiri namun tidak


bertahan lama
e) BMT

cenderung

bersifat

paternalistik,

artinya

tingkat

perkembangan BMT lebih disebabkan/tergantung oleh dan pada


personaliti pengelola bukan pada sistem.
f) Tidak adanya blue print tentang operasional lembaga keuangan
mikro sehingga tiap BMT berbeda orientasi.
4) Lain lain
a) Anggota/nasabah yang mencapai ribuan yang

ditangani BMT

terlalu banyak. Idealnya jika sistem kemitraan (akad mudarabah


dan musyarakah) yang akan dilakukan maka idealnya setiap
pengelola hanya menangani 5 sampai 10 mitra usaha. Agar fungsi
BMT sebagai manager investasi yang terlibat aktif dalam setiap
usaha anggota dapat dilaksanakan dengan baik.
b) Peran ulama masih sangat rendah dalam mensosialisasikan konsep
ekonomi syariah kepada masyarakat, bahkan cenderung tidak
peduli, sehingga eksistensi BMT kurang legitimate di masyarakat.
c) Tidak ada asosiasi yang mengatur/membuat regulasi tentang BMT
misal mengatur tentang kompetisi, pangsa pasar, pendirian dan
lain-lain .
d) Di sekitar Magelang banyak sekali tumbuh BMT-BMT sehingga
sering menimbulkan persaingan tidak sehat.
6. BMT YA UMMI FATIMAH CABANG MAGELANG
Pada tahun 2000, BMT Ya Ummi Fatimah yang berpusat di Pati
membuka BMT-BMT di jaringan Lembaga Pendidikan Bina Anak Soleh
(BIAS) diantaranya di

Tegal, Cilacap, Gombong, Klaten dan Magelang

dengan nama seragam BMT Bina Martabat Insani (BMT BMI) dengan Badan
Hukum masing-masing daerah sendiri-sendiri.
18

Namun sejak tahun 2012

seluruh jaringan BMT BIAS diantarnya adalah BMT Martabat Insani


Magelang disatukan didalam Badan Hukum

KJKS BMT Ya Ummi

FATIMAH tingkat Provinsi Jawa Tengah sehingga menjadi KJKS BMT Ya


Ummi Fatimah Cabang Magelang.
Berdasarkan wawancara yang dilakukan peneliti dengan manager BMT Ya
Ummi Fatimah, terdapat beberapa permasalahan yang selama ini dihasapi oleh
pengnelola BMT, yaitu:
a. Sulitnya menerapkan sistem bagi hasil yang syari karena tidak adanya
undang undang Pemerintah yang melindungi sistem bagi hasil seperti
dalam akad Mudharabah ataupun Musyarakah. Jika diterapkan di
masyarakat akan membawa resiko sangat tinggi (high risk) karena jika
terjadi kegagalan dalam akad ini, maka sepenuhnya kerugian secara
finansial akan ditanggung oleh BMT sebagai pihak shahibul maal. Oleh
karena itu BMT Ya Ummi Fatimah dalam operasionalnya masih
mengadopsi sistem prosentase seperti yang berlaku pada sistem bunga
yang berlaku di lembaga konvensional.
b. Rendahnya pemahaman masyarakat terhadap konsep ekonomi syariah
sehingga dalam operasionalnya BMT Ya Ummi Fatimah belum
sepenuhnya dapat merealisasikan sistem dan konsep ekonomi syariah.
Karena dalam

konteks

muamalah,

yang menentukan

proses

muamalah itu berjalan sesuai nilai-nilai syari, bukan hanya pihak


BMT semata, melainkan harus dari dua pihak yang terlibat dalam
muamalah yaitu BMT dan nasabah.
c. Sikap pragmatisme masyarakat membuat sosialisasi konsep ekonomi
syariah berjalan sangat lambat, bahkan cenderung jalan di tempat.
d. Banyak BMT yang hanya memfungsikan dirinya sebagai lembaga
komersial semata, bukan lembaga dakwah ekonomi syariah. Sehingga
persepsi masyarakat terhadap eksistensi BMT juga seringkali tidak

19

terlalu positip, karena sama saja dengan lembaga ekonomi yang bukan
syariah.
e. Pertumbuhan asset di lembaga KJKS BMT Ya Ummi Fatimah tidak
dibarengi dengan perkembangan modal yang signifikan. Hal ini karena
prinsip permodalan yang berlaku dalam lembaga

koperasi seperti

simpanan pokok, simpanan wajib dan lainnya masih sulit diterapkan


secara konsisten di lembaga BMT.
D. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
BMT merupakan lembaga keuangan mikro syariah yang punya peran
strategis bagi masyarakat luas. BMT bukan hanya diharapkan dapat membantu
upaya pengentasan kemiskinan. Peran BMT yang strategis tersebut ternyata tidak
dibarengi dengan perkembangan BMT sesuai dengan harapan. Hal tersebut
disebabkan banyaknya permasalahan yang dihadapi oleh BMT. Hal tersebut
terbukti dari data yang diperoleh peneliti sebagaimana uraian diatas.
Seperti

disebutkan

pada

bab

sebelumnya

bahwa

penelitian

ini

menggunakan sampel tujuh BMT di wilayah kota dan kabupaten Magelang yang
tergabung dalam FORSILA. Dari hasil wawancara peneliti dengan pengelola
daru ke tujuh BMT, yaitu BMT Kharisma, BMT Amman, BMT BIMA cabang
kota magelang, BMT Al-Khusna, BMT ARMA Mertoyudan, BMT Ya Ummi
Fatimah dan BMT Bumi Mulia, peneliti mendapatkan bahwa permasalahan yang
dihadapi ketujuh BMT tersebut identik sama, yaitu permasalahan payung hukum
Koperasi yang dianggap tidak tepat, permasalahan yang berkaitan dengan sumber
daya manusia, dimana ketersediaan SDM yang berbasis ekonomi syariah sangat
minim, kalaupun ada namun masih sangat sedikit yang tertarik untuk bergabung
dengan BMT. Keterbatasan kuantitas SDM yang berbasis ekonomi syariah
inilah yang kemudian mendorong banyak BMT menggunakan SDM yang berasal
dari basic keilmuan selain ekonomi syariah. Hasilnya, tidak semua karyawan
bisa memahami esensi dan peran BMT itu sendiri, demikian juga hal-hal yang
20

berkaitan dengan filosofi, etika, akad serta hal lain yang terkait dengan
oerasional BMT yang notabene-nya harus didasarkan pada spirit ekonomi
syariah.

E. SIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis diatas dapat diambil kesimpulan bahwa
permasalahan yang dihadapi oleh BMT adalah: (1) Permasalahan kelembagaan,
permasalahan ini diantaranya terkait dengan penggunaan badan hokum koperasi
sebagai payung hukum BMT dan penjaminan simpanan, saat ini BMT belum
mempunyai Lembaga Penjamin simpanan sehingga investor besar atau kalangan
atas belum tertarik untuk menempatkan dananya di BMT (2) Permasalahan
sumber daya manusia, terkait dengan keterbatasan sumber daya manusia
pengelola BMT yang sebagian besar belum memahami konsep dan pelaksanaan
ekonomi syariah secara utuh. (3) Permasalahan yang terkait dengan trust
masyarakat terhadap keberadaan lembaga keuangan syariah, termasuk BMT.

21

DAFTAR PUSTAKA
Alma, Buchari dan Donni Juni Priansa. 2009.Manajemen Bisnis Syariah. Bandung:
Alfabeta
Ghafur, Muhammad W. 2007. Potret Perbankan Syariah Indonesia Terkini (Kajian
Kritis Perkembangan Perbankan Syariah). Yogyakarta: Biruni Press
Hadi, Sutrisno. 2000. Metodologi Research Jilid I. Yogyakarta: Andi Offset
Jannah, Nasyitotul. 2009. Evaluasi Sistem Pengendalian Internal di Lembaga
Keuangan Syariah (Studi Terhadap Lembaga Keuangan Syariah di Kota dan
Kabupaten Magelang).
Piliyanti, Indah. 2010. Peran BMT Dalam Pemberdayaan Ekonomi Dhuafa(Studi
Pinjaman Qardhul Hasan Pada BMT-BMT Anggota FORSILA Magelang).
Ridwan, Muhammad. 2005. Manajemen Baitul Maal Wa Tamwil (BMT), cetakan
kedua. Yogyakarta: UII Press
Rodoni, Ahmad dan Abdul Hamid. 2008. Lembaga keuangan syariah. Jakarta: Zikrul
Hakim
Sholihin, Ahmad Ifham. Buku Pintar Ekonomi Syariah. Jakarta: PT Gramedia
Sumiyanto, Ahmad. 2008. BMT Menuju Koperasi Modern. Solo: ISES
Triyanto, Andi. 2009. Studi Komparasi Penerapan Akad Murabahah Pada Baitul
Maal Wa Tamwil (Studi Kasus BMT LeSyariah Magelang dengan BMT
Arafah Surakarta).
Internet
http://www.puskopsyahbmtjateng.com/2012/02/daftar-bmt-anggota-dan-calonanggota.html

22

Anda mungkin juga menyukai