NO Pembahasan
1
Peran Perawat
Merupakan tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang
sesuai dengan kedudukan dalam system, di mana dapat dipengaruhi oleh
keadaan sosial baik dari profesi perawat maupun dariluar profesi
keperawatan yang bersipat konstan. Peran perawat menurut konsorsium ilmu
kesehatan tahun 1989 terdiri dari :
a. Pemberi Asuhan Keperawatan
Peran sebagai pemberi asuhan keperawatan ini dapat dilakukan perawat
dengan memperhatikan keadaan kebutuhan dasar manusia yang
dibutuhkan melalui pemberian pelayanan keperawatan dengan
menggunakan proses keperawatan sehingga dapat ditentukan diagnosis
keperawatan agar bisa direncanakan dan dilaksanakan tindakan yang
tepat sesuai dengan tingkat kebutuhan dasar manusia, kemudian dapat
dievaluasi tingkat perkembangannya. Pemberian asuhan keperawatan
ini dilakukan dari yang sederhana sampai dengan kompleks.
b. Advokat Klien
Peran ini dilakukan perawat dalam membantu klien dan keluarga dalam
menginterpretasikan berbagai informasi dari pemberi pelayanan atau
informasi lain khusunya dalam pengambilan persetujuan atas tindakan
keperawatan yang diberikan kepada pasien, juga dapat berperan
mempertahankan dan melindungi hak-hak pasien yang meliputi hak
atas pelayanan sebaik-baiknya, hak atas informasi tentang penyakitnya,
hak atas privasi, hak untuk menntukan nasibnya sendiri dan hak untuk
menerima ganti rugi akibat kelalaian.
c. Edukator
Peran ini dilakukan dengan membantu klien dalam meningkatkan
tingkat pengetahuan kesehatan, gejala penyakit bhkan tindakan yang
diberikankan, sehingga terjadi perubahan perilaku dari klien setelah
dilakukan pendidikan kesehatan.
d. Koordinator
peran ini dilaksanakan dengan mengarahkan, merencanakan serta
mengorganisasi pelayanan kesehatan dari tim kesehatan sehingga
1
2.
2.
3.
4.
d.
5.
membatu pasien untuk memahami informasi dokter tentang rencana tindakan medik /
pengobatan dengan jujur.
6.
F. Kridensialitas ( kerahasiaan ) :Prinsip ini berkaitan dengan kepercayaan pasien
terhadap perawat. Perawat tidak akan menyampaikan informasi tentang kesehatan
pasien kepada orang yang tidak berhak. Prinsip Info diagnose medik diberikan oleh
dokter. Perawat memberi onfo kondisi kesehatan umum
7.
G. Fidelity ( kesetiaan ) : Ini berkaitan dengan kewajiban perawat untuk selalu setia
pada kesepakatan dan tanggung jawab yang telah dibuat.
8.
H. Justice ( keadilan ) :Berkenaan dengan kewajiban perawat untuk adil kepada
semua orang . Adil tidak memihak salah satu orang. Semua pasien harus mendapatkan
pelayanan yang sama sesuai dengan kebutuhannya. Kebutuhan pasien klas Utama
berbeda dengan kebutuhan pasien klas III.
3.
HakPasien
Hak pasien menurut undang undang Rumah Sakit Nomor44 Tahun 2009
padapasal32adalah:
1 Pasien berhak memperoleh informasi mengenai tata tertib dan aturan yang
berlakudiRumahSakit.
1) Pasienberhakatasinformastentanghakdankewajibanpasien.
2) Pasien berhak memperolah layanan yang manusiawi, adil, dan tanpa
diskriminasi.
3) Pasien berhak memperoleh layanan kesehatan yang bermutu sesuai dengan
standarprofesidanstandarproseduroperasional.
4) Pasienberhakmemperolehlayananyangefektifdanefisiensehinggapasien
terhindardarikerugianfisikdanmateri.
5) Pasien berhak mengajukan pengaduan atas kualitas pelayanan yang
didapatkan.
6) Pasien berhak memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dengan
keinginannyadanperaturanyangBerlakudiRumahSakit
7) Pasienberhakmemintakonsultasitentangpenyakityangdideritanyakepada
dokterlainyangmempunyaiSuratIjinPraktek(SIP)baildidalammaupun
diluarRumahSakit.
8) Pasien berhak mendapat privasi dan kerahasiaan penyakit yang di derita
termasukdatadatamedisnya.
9) Pasienberhakmendapatkaninformasiyangmeliputidiagnosisdantatacara
tindakan medis, tujuan tindakan medis, alternatif tindakan, resiko dan
komplikasiyangmungkinakanterjadidanprognosisterhadaptindakanyang
dilakuakansertaperkiraanbiayapengobatan.
10) Pasien berhak memberikan persetujuan atau menolak tindakan yang akan
dilakukanolehtenagakesehatanterhadappenyakityangdideritanya.
11) Pasienberhakdidampingikeluarganyadalamkeadaankritis.
3
12) Pasienberhakmenjalankanibadahsesuaiagama/kepercayaanyangdianutnya
selamahalitutidakmengganggupasienlainnya.
13) Pasienberhakmemperolehkeamanandankeselamatandirinyaselamadalam
perawatandiRumahSakit.
14) Pasienberhakmengajukanusul,saran,perbaikanatasperilakuRumahSakit
terhadapdirinya.
15) Pasienberhakmenolakpelayananbimbinganrohaniyangtidaksesuaidengan
agamadankepercayaanyangdianutnya.
16) Pasien berhak menggugat dan/atau menuntut Rumah Sakit apabila diduga
Rumah Sakit memberikan pelayaan yang tidak sesuai dengan standar baik
secaraperdatamaupunpidana.
17) PasienberhakmengeluhkanpelayananRumahSakityangtidaksesuaidengan
standarpelayananmelaluimediacetakdanelektroniksesuaidenganketentuan
peraturanperundangundangan.
2 KewajibanPasien
Pasiendankeluarganyaberkewajibanuntukmenaatiperaturandansegalatatatertib
yangadadiRumahSakit.
a. Pasienberkewajibanuntukmenandatanganiinformconsent.
b. Pasien berkewajiban memberikan informasi dengan jujur danselengkapnya
tentangpenyakityangdideritakepadadokteryangmerawat.
c. Pasiendanataupenanggungnyaberkewajibanuntukmemenuhipersyaratan
administrasi yang dikriteriakan oleh pihak penjamin serta melunasi semua
biayaatasjasapelayananRumahSakit.
d. Pasienataupenanggungjawabnyaberkewajibanmemenuhihalhalyangtelah
disepakati/perjanjianyangtelahdibuatnya.
FAKTOR
SKALA
POIN
SKOR
4
RISIKO
Riwayat jatuh
Diagnosis
sekunder ( 2
diagnosis medis)
Alat bantu
Terpasang infus
Gaya berjalan
Status mental
ya
tidak
ya
tidak
Berpegangan pada
perabot
Tongkat/ alat
penopang
Tidak ada/ kursi
roda/perawat/tirah
baring
Ya
tidak
Terganggu
Lemah
Normal/tirah
baring/mobilisasi
Sering lupa akan
keterbatasan yang
dimiliki
Sadar akan
kemampuan diri
sendiri
total
25
0
15
0
30
15
0
20
0
20
9
10
0
15
0
Kategori:
Risiko tinggi : 45
Risiko sedang : 25-44
Risiko rendah : 0-24
Pengkajian tersebut dilakukan oleh perawat dan kemudian dapat
dijadikan dasar pemberian rekomendasi kepada dokter untuk
tatalaksana lebih lanjut.
Perawat memasang gelang risiko berwarna kuning di
pergelangan tangan pasien dan mengenduksi pasien dan atau
keluarga
1. Sebelum dan sesudah kontak dengan pasien,
2. sebelum tindakan aseptic ,
3. sesudah kontak dengan cairan tubuh ,
4. sesudah kontak dengan lingkungan sekitar pasien
Obat-obat yang termasuk dalam hight alert medication:
1. Elektrolit pekat: KCl, MgSO4, Natrium bikarbonatum Bikarbont, NACl 0,3%
2. NORUM ( Nama Obat Rupa Ucapan Mirip ) / LASA ( Look Alike Sound
Alike ) yaitu Obat-obat yang terlihat mirip dan kedengarannya mirip.
Pengelolaan hight alert medication:
1. Penyimpanan di lokasi khusus dengan akses terbatas dan diberi penandaan yang
jelas berupa stiker yang berwarna merah bertuliskan Hight Alert
2. NaCl 0,3% dan KCl tidak boleh disimpan di ruang perawatan kecuali di Unit
5
1.
2.
3.
4.
10
Yang di maksud Kredensial adalah proses evaluasi terhadap tenaga keperawatan untuk
menentukan kelayakan pemberian kewenangan klinis
11
Intervensi NIC
1. Manajemen jalan napas: memfasilitasi kepatenan jalan udara
2. Pengisapan jalan napas: mengeluarkan sekret dari jalan napas dengan
memasukkan sebuah kateter penghisap ke dalam jalan napas oral dan/ atau trakea
3. Kewaspadaan aspirasi: mencegah atau meminimalkan faktor risiko pada pasien
yang berisiko mengalami aspirasi
4. Manajemen asma: mengidentifikasi, menangani dan mencegah reaksi inflamasi/
konstriksi di dalam jalan napas
5. Peningkatan batuk: meningkatkan inhalasi dalam pada pasien yang memiliki
riwayat keturunan mengalami tekanan intratoraksik dan kompresi parenkim paru
yang mendasari untuk pengerahan tenaga dalam menghembuskan udara.
6. Pengaturan posisi: mengubah posisi pasien atau bagian tubuh pasien secara
sengaja untuk memfasilitasi kesejahteraan fisiologis dan psikologis
7. Pemantauan pernapasan: mengumpulkan dan menganalisis data pasien untuk
memastikan kepatenan jalan napas dan pertukaran gas yang adekuat
8. Bantuan ventilasi: meningkatkan pola napas spontan yang optimal, yang
9.
12.
intervensi:
R: Untuk mengetahui sampai sejauh mana tingkat kecemasan klien sehingga memudahkan penanganan/pemberian askep se-lanjutnya.
R: Agar klien tidak terlalu memikirkan kondisinya Beri Informasi Faktual mengenai
diagnosis dan pronogsis
R: Untuk mengetahui cara mana yang paling efektif untuk menurunkan/ mengurangi
tingkkat kecemasan
R/ Bertujuan agar pasien dengan senang hati melakukan aktivitas karena sesuai
dengan keinginannya dan tidak bertentangan dengan program perawatan.
R/ memberikan keyakinan pada diri pasien bahwa pasien tidak sendiri dalam
menghadapi masalah yang dialaminya.
13
Nyeri kronis adalah suatu situasi atau keadaan pengalaman nyeri yang menetap
/ kontinyu selama beberapa bulan / tahun setelah fase penyembuhan dari suatu
penyakit akut / injuri. Karakteristik nyeri kronis adalah area nyeri tidak mudah
diidentifikasi, intensitas nyeri sukar diturunkan, rasa nyerinya biasanya
meningkat, sifatnya kurang jelas dan kemungkinan kecil untuk sembuh /
hilangg
Nyeri kronis dapat dikatagorikan menjadi dua yaitu nyeri kronis maligna dan
non maligna. Nyeri kronis maligna dapat digambarkan sebagai nyeri yang
berhubungan dengan kanker atau penyakit progresif lainnya. Nyeri kronis non
maligna biasanya dikaitkan dengan nyeri akibat kerusakan jaringan non
14
perawat untuk membantu klien dalam mengatasi masalahnya atau menanggapi reaksi
karena adanya stressor (penyait), misalnya :
1. Membantu klien dalam melakuan kegiatan sehari-hari
2. Memberikan perawatan kulit untuk mencegah dekubitus
3. Memberikan dorongan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya
secara wajar
4. Menciptakan lingungan terapeutik
b. B. Saling ketergantungan (interdependent/kolaborasi) : adalah tindakan keperawatan
atas dasar kerjasama sesama tim perawatan atau dengan tim kesehatan lainnya seperti
dokter, fisioterapi, analis kesehatan dan sebagainya, misalnya dalam hal :
1. Pemberian obat-obatan sesuai dengan instruksi dokter
2. Pemberian infus
c.
1) Pemberian makan pada klien sesuai dengan diit yang telah dibuat oleh ahli gizi
2) Latihan fisik ahli fisioterapi
15
Pasien sendiri yaitu apabila telah berumur 21tahun atau telah menikah
Saudara-saudara kandung.
a
Bagi pasien dibawah umur 21 tahun tidak mempunyai orang tua atau
orang tuanya berhalangan hadir, persetujuan ( informed consent ) atau
penolakan tindakan medis diberikan oleh mereka menurut hak sebagai
berikut :
1
Saudara-saudara kandung
Induk Semang
16
17
Tensi,nadi, RR,Temperatur,Nyeri
Adapun Komponen hemodinamik secara umum terfokus pada tiga komponen utama
yang meliputi:
1. Volume (darah dan cairan) sebagai diibaratkan sebagai isi / air
2. Pembuluh darah (arteri, vena dan kapiler) diibaratkan sebagai pipa
3. Dan Jantung sebagai pomp
18
19
A. Cuci Tangan, , palpasi pada daerah kulit ,Cubitlah lengan atas atau abdomen
pasien ,Lepaskan dengan cepat tanpa meninggalkan tandaobeservasi Cuci tangan.
1. Teraba Permukaan rmukaan kulit, rasakan kelembapannya. Normalnya kulit teraba
lembap, tetapi tidak basah
2. Rasakan suhu pada permukaan kulit, normalnya tubuh akan teraba hangat
3. Cubit sedikit pada bagian dada, atau lengan bagian dalam. Turgor kulit akan
kembali dalam waktu < 2 detik.
4. Untuk adanya pitting edema, tekan perlahan pada daerah pretibialis, dorsum pedis
atau sakrum
jika aliran darah baik ke daerah kuku, warna kuku kembali normal kurang dari 2
detik
CRT memanjang (> 2 detik) pada :
Dehidrasi (hipovolumia)
Syok
Peripheral vascular disease
hipotermia
mengalami ekstravasasi cairan dan penurunan cardiac output dan jatuh pada
keadaan syok.
PERUT/ABDOMEN
9
Tujuan
1. Untuk mengetahui bentuk dan gerak-gerakkan perut
2. Untuk mendengarkan bunyi pristaltik usus
3. Untuk mengetahui respon nyeri tekan pada organ dalam abdomen
Tindakkan:
1. Inspeksi
Amati bentuk perut secara umum, warna kulit, adanya retraksi, penonjolan, adanya
ketidak simetrisan, adanya asites.
2.
2. Auskultasi
Auskultasi dilakukan pada keempat kuadran abdomen. Dengarkan peristaltik ususnya
selama satu menit penuh. Bising usus normalnya 5-30 kali/menit. Jika kurang dari itu
atau tidak ada sama sekali kemungkinan ada peristaltik ileus, konstipasi, peritonitis,
atau obstruksi. Jika peristaltik usus terdengar lebih dari normal kemungkinan klien
3.
Lumbal 3-4 dibawah kosta kanan. Untuk palpasi ginjal kiri letakkan tangan setinggi
Lumbal 1-2 di bawah kosta kiri. Tekan sedalam 4-5 cm setelah pasien inhalasi jika
teraba adanya ginjal rasakan bentuk, kontur, ukuran, dan respon nyeri
20
Pengembangan Dinding Dada
(PD)
Kesan
Statis
PD kanan = kiri
T.a.k.
Trauma di kanan
Massa di kanan
Trauma di kiri
Massa di kiri
T.a.k.
Trauma di kanan
Massa di kanan
Trauma di kiri
Massa di kiri
Dinamis
PD kanan = kiri
Palpasi
11
Cairan
Massa
FR normal
Jaringan paru
FR menurun
Udara
FR meningkat
Perkusi
Perkusi
Hipersono
r
Sonor
Redup
Diagnosis Banding
Pneumothoraks
PPOK
Paru fisiologis
Hidrothoraks
Kilothoraks
Udara
Jaringan paru
Cairan
Pekak
Darah
Hematothoraks
Padat
Bronkopneumonia
Pneumonia
12
Massa mediastinum
Massa paru
Auskultasi
Suara
Diagnosis Banding
Suara dasar
Vesikuler
Cairan
o Hidrothoraks
o Pyothoraks atau Empyema
Vesikuler menguat/meningkat
o Kilothoraks
Massa
o Tumor
Jaringan paru
Vesikuler normal
o T.a.k.
Vesikuler melemah/menurun
Udara
o Pneumothoraks
o PPOK
13
Udara
o Pneumothoraks
Vesikuler hilang
Darah
o Hematothoraks
Bronkhial
Bronkhovesikuler
Suara tambahan
Asma
Udem pulmo
Udem pulmo
PPOK
Udem pulmo
Mengi (wheezing)
Gallop
14
21
Sianosis adalah gejala dari penyakit yang mendasari daripada kondisi atau penyakit
sendiri. Sianosis mengacu pada warna kebiru-biruan kulit, bibir, jari-jari dan jari-jari
kaki dan membran mukosa.
Ada dua jenis Sianosis-tengah dan peripheral. Dalam kasus perifer Sianosis biasanya
ada masalah dengan sirkulasi darah di jari tangan dan kaki yang berubah biru.
Beberapa kondisi seperti paparan dingin saja dapat mengakibatkan perifer Sianosis.
Di sisi lain tengah Sianosis biasanya berarti lebih dalam dan lebih serius penyakit
jantung atau paru-paru. Ini perlu dievaluasi.
Anak-anak dan bayi dengan pusat Sianosis yang mewujudkan sebagai warna kebirubiruan di sekitar bibir, mulut, lidah dan membran mukosa oral biasanya membutuhkan
pengakuan dan evaluasi.
Tes dilakukan untuk menilai situasi. Ini meliputi:
22
Test paling umum adalah analisis gas darah arteri dan saturasi oksigen darah
oleh pulsa oximetry. Tes ini dilakukan untuk menilai jumlah oksigen dalam
darah arteri.
15
23
24
25
Posisi Fowler
Pengertian
Posisi fowler adalah posisi setengah duduk atau duduk, dimana bagian kepalatempat
tidur lebih tinggi atau dinaikkan. Posisi ini dilakukan untuk mempertahankan
kenyamanan dan memfasilitasi fungsi pernapasan pasien.
Tujuan
1. Mengurangi komplikasi akibat immobilisasi.
2. Meningkatkan rasa nyaman
3. Meningkatkan dorongan pada diafragma sehingga meningkatnya ekspansi
dada dan ventilasi paru
16
Pengertian
Semi fowler adalah sikap dalam posisi setengah duduk 15-60 derajat
Tujuan
1.
Mobilisasi
2.
3.
Cara / prosedur
1.
Mengangkat kepala dari tempat tidur ke permukaan yang tepat ( 45-90 derajat)
2.
Gunakan bantal untuk menyokong lengan dan kepala klien jika tubuh bagian atas
klien lumpuh
3.
Letakan bantal di bawah kepala klien sesuai dengan keinginan klien, menaikan
lutut dari tempat tidur yang rendah menghindari adanya teknan di bawah jarak poplital
( di bawah lutut )
26
Oksigen (O2) merupakan komponen gas yang sangat berperan dalam proses
metabolisme tubuh untuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel tubuh
secara normal. Oksigen diperoleh dengan cara menghirup udara bebas dalam setiap
kali bernafas. Dengan bernafas setiap sel tubuh menerima oksigen, dan pada saat yang
sama melepaskan produk oksidasinya. Oksigen yang bersenyawa dengan karbon dan
hidrogen dari jaringan memungkinkan setiap sel melangsungkan proses
metabolismenya, oksigen hasil buangannya dalam bentuk karbondioksida (CO2) dan
air (H2O).
Terapi oksigen adalah memberikan aliran gas lebih dari 20 % pada tekanan 1
atmosphir sehingga konsentrasi oksigen meningkat dalam darah. Terapi oksigen
adalah memasukkan oksigen tambahan dari luar ke paru melalui saluran pernafasan
dengan menggunakan alat sesuai kebutuhan (Standar Pelayanan Keperawatan di ICU,
Dep.Kes. RI, 2005).
Terapi oksigen adalah pemberian oksigen dengan konsentrasi yang lebih tinggi dari
yang ditemukan dalam atmosfir lingkungan. Pada ketinggian air laut konsentrasi
oksigen dalam ruangan adalah 21 %, (Brunner & Suddarth,2001).
27
28
29
kebelakang sampai seluruh alat tersebut masuk dalam rongga mulut atau ujung
pipa sampai orofaring.
Catatan :
pasien dengan masih adanya reflex glosofarigeal atau reflex
laring, penggunaan pipa ini akan merangsang terjadinya muntah yang dapat
menyebabkan aspirasi dan kejang laring segera cabut pipa
30
Tetapi pada pasien dengan dugaan cedera leher dan kepala, hanya di lakukan Jawthrust dengan hati-hati, dan mencegah gerakan leher.
Penolong menggunakan head tilt, chin lift, manuver head tilt - chin lift dan Jaw thrust
manuover.
a. Head tilt (extensi kepala )
Di lakukan bila jalan napas tertutup oleh lidah pasien
Untuk melakukan : letakkan satu telapak tangan di dahi pasien dan tekan ke bawah,
sehingga kepala menjadi tengadah dan penyangga lidah tegang akhirnya lidah
terangkat ke depan.
b. Chin lift ( angkat dagu )
Di lakukan dengan maksut mengangkat otot pangkal lidah ke depan
Untuk melakukannya : gunakan jari tengah dan telunjuk untuk memegang tulang
dagu pasien, kemudian angkat dan dorong tulangnya ke depan.
2 3 Jari tangan menahan tulang mandibula
c. Manuver Head -Tilt / Chin Lift (Extensi Kepala / Angkat Dagu).
Untuk melakukannya :
1.)
Angkat dagu
mengekstensikan.
ke
depan
dan
sangga
rahang,
membantu
untuk
Perhatikan :
Jari tidak boleh menekan terlalu dalam pada jaringan lunak di bawah dagu,
karena dapat menutupi jalan nafas.
19
Pegang sudut rahang bawah korban dan angkat dengan kedua tangan, satu
tangan tiap sisi, mendorong mandibula ke depan sambil ekstensikan kepala ke
belakang
2.) Bila bibir tertutup, buka bibir bawah dengan ibu jari.
3.)
Teknik ini efektif dalam membuka jalan nafas, tetapi melelahkan dan teknik ini sulit.
Teknik jaw thrust tanpa ekstensi kepala lebih aman untuk membuka jalan nafas pada
penderita dengan kecurigaan cedera leher sebab biasanya dapat berhasil tanpa
mengekstensikan kepala. Kepala harus dengan hati hati disangga tanpa
mengekstensikan ke belakang atau memutarnya dari sisi yang satu ke sisi yang lain.
Jika jaw thrust tidak berhasil, kepala harus diekstensikan ke belakang sedikit
31
32
1. Cairan Kristaloid
Yang termasuk cairan kristaloid antara lain salin (salin 0,9%, ringer laktat,
20
Cairan kristaloid bersifat mudah keluar dari intravaskuler, terutama pada kasus
dimana terjadi peningkatan resistensi kapiler seperti pada sepsis. Pada kondisi
tersebut, penting untuk dipikirkan penggantian cairan yang memiliki molekul
lebih besar, yaitu jenis koloid.
2. Cairan Koloid
33
no
1
Langkah - langkah
Rasional
Siapkan peralatan di samping tempat Memungkinkan
2
3
tidur
pelaksanaan prosedur tanpa gangguan.
Cuci tangan dan pakai sarung tangan.
Mengurangi transmisi mikroorganisme
Jelaskan pada klien bagaimana
prosedur
akan
kelancaran
dalam
membantu
membersihkan
jalan
nafas
mnghilangkan
beberapa
dan
masalah
21
perlahan
kateter
atau
nasofaring
leher
ekstensi
lehermeningkatkan
kedalam
secara
untuk berurutan.
penghisapan nasal
-Bila sadar-baringkan klien pada posisi Mencegah lidah klien menghadap
lateral menghadap pada anda untuk jalan nafas, meningkatkan drainase
sekret
aspirasiisi gastrointestinal.
Mencegah linen tempat tidur atau baju
pulmonal,
di
dan
buang,
mencegah
mengurangi
penyebaran bakteri.
Pilih tekanan dan tipe unit penghisap Menjamin tekanan negatif yang aman
yang
tepat.
Untuk
semua
pada bayi.
Tuangkan air steril atau normal salin Diperlukan untuk melumasi kateter
kedalam wadah yang steril.
guna
Gunakan
tangan
menggunakan
sambungkan
10
friksi
dan
mengurangi
sarung
katerter
klien.
telah Mempertahankan sterilisasi
tangan,
ke
mesin
penghisap
Perkirakan jarak antara daun telinga -Jarak ini menjamin bahwa kateter
klien dan ujung hidung dan letakan ibu penghisap akan tetap pada region
22
jari dan jari telunjuk dari tangan yang faringeal. Insersi kateter pada titik ini
11
Pasang
penghisap
pemasangan.
Pemasangan.Penghisap
Penghisap.
-Orofaringeal
dengan
perlahan Mengindari
klaen
dan
arahkan
turbinasi
dan
masuk
nasal
lebih
oleh
mudah
ke kedalam nasofaring.
Arahkan
dasar
kearah
rongga
selama
pemasangan
kateter
medial dikurangi.
hidung.
pada
port
tekanan
pnghisap
penghisap.
trauma
dari
tekanan
dari
kateter
23
untukpenghisapan
16
ulang kateter.
Bil klien mampu, minta ia untuk Meningkatkan mobillitas sekret ke
bernapas dalam dan batuk diantara jalan napas atas, tempat sekret dapat
penghisapan.
17
selanjutnya
sepanjang
tidak
jalan
nafas
18
/menit
Hisap sekret pada mulut atau di Mempertahankan aseptis steril. Mulut
bawah
19
lidah
setelah
menggunakan
sarung
dan
kateter.
Siapkan peralatan untuk penghisapan Memberikan kesiapan akses untuk
berikutnya.
21
22
34
35
36
30:2
Therapi injeksi
Air Metabolisme
= cc
= cc
Output cairan:
Urine
= cc
Feses
= ..cc (kondisi normal 1 BAB feses = 100 cc)
Muntah/perdarahan
cairan drainage luka/
cairan NGT terbuka = ..cc
IWL
= ..cc (hitung IWL= 15 cc/kgBB/hari)
(Insensible Water Loss)
Untuk IWL (Insensible Water Loss) pada anak = (30 usia anak dalam tahun) x
cc/kgBB/hari
Jika anak mengompol menghitung urine 0,5 cc 1 cc/kgBB/hari
37
38.
39
luasnnya
pemakaian
injeksi
intramuscular,kiranya
tidak
terlalu
abseb,necrosis,dan
kulit
mengelupas,kerusakan
syaraf
,nyeri
25
4. Dorso gluteal
Merupakan area injeksi intramusculler yang sering digunakkan. Menurut metode
klasik,injeksi dilakukan sekira 5,0-7,5 cmdibawah puncak ileum diperempat atas
bagian dari pinggul. Hanya diidentifikasi dengan pandangan mata bukanpalpasi
puncak ileum. Salah satu perhitungan yang terjadi merupakan akibat persamakan
pinggul dengan otot gluteus. Sehingga lokasi injeksi ditetapkan terlalu kebawah.
Sehinnga menimbulkan kerusakan syarraf di pinggang. Suatu faktor lain yang
menyebabkan kekeliruan penetapan lokasi injeksi adalah pemetaan area yang tidak
tepat.disarankan agar pasien dalam posisi berbaring pada suatu sisi.
kerjanya.
Periksa dengan teliti obat yang tertulis dalam resep atau MR ( lakukan sesuai
26
teliti mengitung
mempertimbangkan;
tersedianya
obat,
dan
dosis
obat
yang
diresepkan/
Topikal .
Termasuk disini adalah cream, salep, losion, liniment, sprei, dan dapat dipakai untuk
melumasi , melindungi, atau menyampaikan obat kedaerah tertentu, pada kulit atau
membran mukosa.
d. Rektal.
Obat dapat diberi melalui rute rektal berupa enema atau supositoria. Pemberian rektal
mungkin dilakukan untuk memperoleh efek lokal, seperti pada konstipasi, atau
hemoroid untuk memberi obat secara sistematik terhadap mual lambung tidak dapat
menahan obat itu . umunya suposittoria lebih unggul dibandingkan enema.
e.
Inhalasi
Saluran napas memiliki luas epitel untuk absorbsi yang sangat luas dan dengan
demikian berguna untuk memberi obat secara lokal pada saluranya, misalnya
salbutamol (ventolin) atau sprei beklometason. (Becotide, Aldecin) untuk asma atau
dalam keadaan darurat, misalnya terapi oksigen.
6. Benar dokumentasikan
Pemberian obat sesuai dengan standar prosedur yang berlaku dirumah sakit. Dan
selalu mencatat informasi yang sesuai mengenai obat yang telah diberikan serta respon
28
41
Nadi carotis dapat diraba dengan menggunakan 2 atau 3 jari menempel pada daerah
kira-kira 2 cm dari garis tengah leher atau jakun pada sisi yang paling dekat dengan
29
pemeriksa. Waktu yang tersedia untuk mengukur nadi carotis sekitar 5 10 detik.
Tanda-tanda sirkulasi normal :
Nafas cepat
JVP rendah
30
Catatan : untuk perdarahan dengan syok kelas III-IV selain diberikan infus kritaloid
sebaiknya disiapkan tranfusi darah segera setelah sumber perdarahan dihentikan.
2.Syok kardiogenik
Penyebab : dapat terjadi pada keadaan-keadaan antara lain kontusio jantung,
tamponade jantung, tension pneumotoraks
Diagnosis : hipotensi disertai gangguan irama jantung (bisa berupa bradiaritmia seperti
blok AV atau takiaritmia seperti SVT, VT), mungkin terdapat peninggian JVP, dapat
disebabkan oleh tamponade jantung (bunyi jantung menjauh atau redup dan tension
pneumotoraks (hipersonor dan pergeseran trakea)
Tindakan : pemasangan jalur intravena dengan cairan kristaloid (batasi jumlah cairan),
pada aritmia berikan obat-obatan inotropik, perikardiosintesis untuk tamponade
jantung dengan monitoring EKG, pemasangan jarum torakosintesis pada ICS II untuk
tension pneumotoraks
4. Syok septik
Penyebab : proses infeksi berlanjut
Diagnosis : fase dini tanda klinis hangat, vasodilatasi; fase lanjut tanda klinis dingin,
vasokontriksi.
Tindakan :ditujukan agar tekanan sistolik > 90-100 mmHg (Mean Arterial Pressure 60
mmHg).
5. Syok anafilaksis
Penyebab : reaksi anafilaksis berat
32
Klasifikasi
Dehidrasi ringan :
Penemuan Klinis
Pengelolaan
5 % BB
Dehidrasi sedang :
Kehilangan cairan tubuh sekitar
8 % BB
Dehidrasi berat :
Kehilangan cairan tubuh > 10 %
anuria
33
Klasifikasi
Penemuan Klinis
Pengelolaan
IVFD
darah 15 30 % EBV
kali/menit), takipnea
(30-40 kali/menit),
penurunan pulse
pressure, penurunan
produksi urin (20-30
cc/jam)
Takikardi (>120
Kelas IV : kehilangan
Takikardi (>140
kali/menit), takipnea (35 cairan kristaloid (NaCl 0,9% atau RL) dan
kali/menit), perubahan darah
status mental (confused
dan lethargic),
34
35
Rongga perut (hati, limpa, arteri), rongga pleura, panggul atau pelvis, tulang
paha (femur), kulit kepala (anak)
36
Hemothorak : 2 liter
42
43
Jenis Pemeriksaan
Respon buka mata (Eye Opening, E)
Respon spontan (tanpa stimulus/rangsang)
Respon terhadap suara (suruh buka mata)
Respon terhadap nyeri (dicubit)
Tida ada respon (meski dicubit)
Respon verbal (V)
Berorientasi baik
Kata-kata tidak teratur (kata-kata jelas dengan substansi tidak jelas dan
non-kalimat, misalnya, aduh bapak..)
Nilai
4
3
2
1
5
4
3
2
1
6
5
4
3
2
37
44
45
46
Epinephrin
Indikasi : henti jantung (VF, VT tanpa nadi, asistole, PEA) , bradikardi, reaksi
atau syok anfilaktik, hipotensi.
47
Takikardia ventrikel adalah disritmia ventrikel yang terjadi ketika kecepatan denyut
ventrikel mencapai 160-250 kali per menit. Dengan tingkat waktu pengisian yang
terbatas ini, volume sekuncup akan berkurang atau tidak ada.1-4
Sebelum melanjutkan pembahasan tentang takikardia ventrikel, pada kesempatan ini
akan dibahas dahulu mengenai aritmia.
Kriteria Irama sinus normal:
Irama : interval P-P teratur, interval R-R teratur.
38
48
A PendampinganPasienSelamaTransfer
1
Paseindengansakitberat/kritisharusdidampingiolehminimal2orangtenaga
medis.
49
B KriteriaKebutuhanTenagaBerdasarDerajatPasien
Berikut adalah panduan perlu atau tidaknya dilakukan transfer berdasarkan
tingkat/derjat kebutuhan perawatan pasien kritis. (keputusan harus dibuat oleh
DokterICU/DPJP)
1
3. Derajat3:Pasienyangmembutuhkanbantuanpernapasanlanjut(advanced
respiratorysupport)ataubantuanpernapasandasar(basicrespiratorysupport)
dengan dukungan/bantuan pada minimal 2 sistem organ, termasuk pasien
pasien yang membutuhkan penanganan kegagalan multiorgan, harus
didampingi oleh petugas yang kompeten, terlatih, dan berpengalaman (2
perawatIGDdanatauICU).
50
KompetensiSDMuntuktransferintra
PASIEN
Derajat0
PETUGAS
PENDAMPING
(MINIMAL)
KETERAMPILANYANG
DIBUTUHKAN
PERALATANUTAMA
Perawat
Bantuanhidupdasar
Perawat/Petugasyang
1.Bantuanhidupdasar
1.Oksigen
berpengalaman(sesuai
2.Pelatihantabunggas
2.Suction
dengankebutuhanpasien)
3.Pemberianobatobatan
3.Tianginfusportabel
4.Kenalakantanda
Derajat1
deteriorasi
5.keterampilansuction
Duaorangperawat
A Semuaketerampilan
diatasditambah;
A) Salahsatuperawat
Derajat2
Semuaperalatandiatas
ditambah;
A) Pasienmonitor
berpengalaman
dalamperawatan
intensif/Gawat
Darurat
Duaorangperawat
Semua
keterampilan
A) Ventilatordanperalatantransfer
diatasditambah;
Derajat3
A) duaperawat
Semuaperalatandiatasditambah
yangmemenuhistandar
minimal.
berpengalaman
dalamperawatan
intensif/Gawat
Darurat
40