Anda di halaman 1dari 48

CO-ASS YARSI

Menurut The International Assosiation for the study of pain :


pengalaman sensoris dan emosional yang tidak
menyenangkan yang disertai oleh kerusakan jaringan secara
potensial dan aktual
Pembagian nyeri :
1. Nyeri akut :

nyeri somatik luar (nyeri tajam di kulit, subkutis, mukosa)

nyeri somatik dalam (nyeri tumpul di otot rangka, tulang,


sendi, jaringan ikat)

nyeri viceral (karena penyakit atau disfungsi alat dalam)


2. Nyeri kronik
Sangat subjektif dan dipengaruhi oleh kelakuan, kebiasaan,
dll

Pembagian berdasarkan kualitas

Nyeri inflamasi
- Inflamasi : proses unik baik secara
biokimia
atau seluler
yang disebabkan
kerusakan
jaringan atau
adanya benda asing
- Tanda utama inflamasi :
1.
2.
3.
4.
5.

Rubor (merah )
Kalor (panas)
Tumor (bengkak)
Dolor (nyeri)
Functio laesa (kehilangan fungsi)

Reseptor nyeri
reseptor nyeri : ujung saraf bebas
nyeri stress peningkatan sirkulasi

katekolamin mual-muntah

Zat penghasil nyeri


Zat

Sumber

Menimbulka
n nyeri

Efek pada
Aferen
primer

Kalium

Sel-sel rusak

++

Aktivasi

Serotonin

Trombosit

++

Aktivasi

Bradikinin

Kininogen

+++

Aktivasi

Histamin

Plasma

Aktivasi

Prostaglandin

Sel-sel mast

Sensitisasi

Lekotrien

Asam
arkidonat dan
sel rusak

Sensitisasi

Substansi P

Asam
arakidonat
dan sel rusak
Aferan primer

Sensitisasi

Nyeri akut berhubungan dengan respon


neuroendokrin
Nyeri menyebabkan :
1. Hormon katabolik meningkat
e.g katekolamin, glukagon, renin, aldosteron,
angiotensin, hormon deuretik
2. Hormon anabolik menurun
e.g insulin, testosteron
Manifestasi nyeri :
- Hypertensi
- Takikardi
- Hiperventlasi
- Tonus spingter saluran cerna dan saluran kemih
meningkat (retensio urin, ileus)

Skala nyeri
Verbal Rating Scales (VRS)
Visual Analogue Scales (VAS)
Dikategorikan :
- tidak nyeri (none)
- nyeri ringan (mild, slight)
- nyeri sedang (moderate)
- nyeri berat (severe)
- sangat nyeri (very severe, intolerable)

Metoda penghilang nyeri


nyeri hebat : opioid
nyeri sedang/ringan : NSAID
metoda sistemis : oral, rectal,transdermal,

sublingual, subkutan, IM, IV, perinfus


metoda regional :

a. Epidural opioid : dws morfin (1-6mg),


petidin(20-60mg), fentanil (25-100g)
b. Intraspinal opioid : dws morfin (0.1-0.3mg),
petidin (10-30mg), fentanil (5-25g)
metoda infiltrasi : sirkumsisi, luka

apendektomi

Opioid = semua zat baik sintetis atau


natural yang dapat berikatan dengan
reseptor morfin
Opioid disebut juga analgetika narkotika
Fungsinya :
Mengendalikan nyeri saat pembedahan
Mengendalikan nyeri pasca pembedahan
Sebagai anstesi total pada pembedahan

jantung

Reseptor opioid :
- Reseptor (mu)
: -1 analgesi supraspinal,
sedasi
-2 analgesia spinal, depresi
nafas,
eforia, ketergantungan
fisik,
kekakuan otot
- Reseptor (delta) : analgesi spinal, eileptogen
- Reseptor (kappa): -1 analgesi spinal
-2 tak diketahui
-3 analgesia supraspinal
- Reseptor (sigma): disforia, halusinasi,
stimulasi
jantung
- Reseptor (epsilon) : respon hormonal

Tempat kerja opioid :


- Sistem supraspinal di reseptor
substansia grisea -> periakuaduktus
dan periventrikular
- Sistem spinal di substansia gelatinosa
korda spinalis
Morfin (agonis) terutama bekerja di
reseptor dan sisanya di reseptor

Klasifikasi opioid :
1.Natural

morfin, kodein, papaverin, tebain


2.Semisintetik
heroin, dihidromorfin derivate tebain
3.Sintetik
petidin, fentanil, alfentanil, sulfentanil,
remifentanil

Opioid digolongkan menjadi :


1.Agonis

=mengaktifkan reseptor
(e.g morfin, papaveretum, petidin, fentanil,
alfentanil, remifentanil, kodein, alfaprodin)
2.Antagonis = tidak mengaktifkan reseptor
dan pada saat bersamaan mencegah
agonis merangsang reseptor
(e.g nalokson, naltrekson)
3.Agonis-antagonis
(e.g pentasosin, nalbufin, butarfanol,
buprenorfin)

Opioid natural
Paling mudah larut dalam air
Kerja analgesianya cukup panjang
Sifat :
a. Depresi ->analgesia, sedasi, perubahan

emosi, hypoventilasi
alveolar
b. Stimulasi ->stimulasi parasimpatis, miosis,
mual-muntah, hipereaktif refleks spinal,
konvulsi, dan sekresi ADH

Efek Morfin :
Jantung-sirkulasi : bradikardi tapi tidak

mendepresi miokardium, hypotensi orthostatik


Respirasi : konstriksi bronkus
Saluran cerna : kejang otot usus, konstipasi,
kolik pada empedu(sfingter oddi kejang)
Ginjal : kejang sfingter buli-buli, retensio urin

ESO : bentol dan gatal di tempat suntikan,


pruritus, mual-muntah
I
: induksi pada pasien penyakit jantung
KI : asma, bronkitis kronis

Sebagai obat utama anestesi


ditambahkan dengan BZD atau
fenotiasin, atau inhalasi volatil dosis
rendah
Dosis Morfin :
Nyeri sedang : 0.1-0.2 mg/kgbb sk, im,

ulang tiap 4 jam


Nyeri hebat : 1-2 mg/kgbb iv
Pasca bedah : 2-4 mg epidural, 0.05-0.2
mg intratekal

Toleransi :
peningkatan dosis pada pemakaian

berulang
hanya tampak pada efek depresinya
kembali normal setelah puasa morfin
selama 1-2 minggu

Withdrawal syndrome :
Takut, gelisah, lakrimasi, rhinorea,
berkeringat, mual-muntah, diare,
menguap, bulu roma berdiri, midriasis,
hipertensi,takikardi, kejang perut, nyeri
otot

Opioid sintetik
Larut lemak
Metabolisme di hepar lebih cepat
Lama kerja lebih pendek
Bersifat seperti atropin->mulut kering,
pandangan kabur, takikardi
Sebabkan konstipasi,tp efek pada
sfingter oddi lebih ringan
Efektif untuk menghilangkan gemetar
pasca bedah (bukan hipotermi) dosis
20-25 mg iv

Morfin 10x lebih kuat dari Petidin


Bila diberikan terlalau cepat (>30 mg) :
depresi nafas
Dosis:
- 1-2mg/kgbb im
- 0.2-0.5 mg/kgbb iv
- 1-2 mg/kgbb anaslgesi spinal

Kekuatan 100x morfin


Lebih larut lemak, menembus
sawar jaringan dengan mudah
Efek depresi nafas lebih lama dari
efek analgesinya
Dosis :
1-3 g/kgbb
50-150 g/kgbb untuk induksi dan
pemeliharaan anestesi + BZD
+anestesi dosis rendah bedah
jantung

Mudah menembus sawar otak


ES Fentanil:
Kekakuan otot punggung
Mencegah peningkatan gula darah,

katekolamin plasma, ADH, renin,


aldosteron, dan kortisol

Indikasi Fentanil : bedah otak dan


bedah jantung

Efek pulih lebih cepat dari fentanil


Kekuatan 5-10 x fentanil
Dosis : 0.1-0.3 mg/kgbb

Kekuatan 1/5-1/3 fentanil


Insiden mual muntahnya sangat besar
Mula kerja cepat
Dosis : 10-20 g/kgbb

Analgetik sentral dengan afinitas


rendah pada reseptor
Kelemahan analgesinya 10-20 %
dibanding morfin
Dosis : 50-100 g/kgbb oral, im, iv.
Dapat diulang 4-6 jam
Max 400 mg/hari

Antagonis murni opioid


Efek : laju nafas meningkat, kantuk
menghilang, pupil dilatasi, TD
meningkat
Dosis :

1-2 g/kgbb iv ->melawan depresi nafas


3-10g/kgbb perinfus -> keracunan opioid
10g/kgbb -> depresi neonatus
Dosis im 2x iv

Diencerkan sampai konsentrasi 0.04


mg/cc

Antagonis opioid kerja panjang


Dosis : 5-10 mg per oral
Dapat mengurangi pruritus, mual
muntah pada analgesi epidural saat
persalinan

Untuk mengurangi nyeri pasca bedah


yang bersifat ringan atau nyeri sedang
Diberikan sebagai tambahan opioid
untuk mengurangi ES opioid depresi
nafas
Sebagai anti inflamasi, analgesik,
antipiretik, anti pembekuan darah
Hambat enzim COX hambat sintetis
prostalglandin perifer

Anti piretik >>


Untuk mengurangi nyeri ringan atau
sedang
Dosis : 250/500 mg/8-12 jam per oral

Untuk mengobati arthritis


Dosis : 25 mg/8-12 jam

Indikasi :
Arthritis rheumatoid
Osteiarthritis
Spondilitis spongiosa
Dosis :
50-100 mg/8-12 jam per oral
75 mg suntikan
50-100/12 jam suppositoria

Antipiretik <<
Anti inflamasi <<
Efek analgesi: 30 menit, lama kerja : 4-6 jam
Menghambat sintesis PG di perifer tanpa
menganggu resepor opioid di SSP
KI :
Tidak dianjurkan wamil, menyusui, usila, anak < 4
tahun, gangguan perdarahan, bedah tonsilektomi
30 mg ketorolak = 12 mg morfin = 100 mg petidin
Dosis :
10 -30 mg/hari
max 90 mg/hari

Dosis :
100-300mg per oral
1-2 supp /hari per rectal
100-300 mg/hari im, perinfus,
dihabiskan dalam 20 menit

Dapat diberikan :peroral (kapsul,


tablet), flash, supp, ampul 10-20 mg

Dosis :
20 mg/hari im, iv dilanjutkan dengan
oral
Ekskresi : ginjal, empedu

Efektivitas sebanding
diklofenak/piroksikam
Mengurangi nyeri dengan ESO minimal
Inhibitor selektif Cox-2
Dosis : 7,5- 15 mg/hari

Tidak punya sifat anti inflamasi


Inhibitor terhadap sintesis PG sangat
lemah
Dosis :
500-1000 mg/4-6 jam oral
Max 4000 mg/hari
Dosis toksis ->nekrosis hati
Efek terhadap lambung dan ggg
pembekuan darah minimal

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Gangguan saluran cerna


Hypersensitivitas kulit
Gangguan fungsi ginjal
Gangguan fungsi hepar
Gangguan sistem darah
Gangguan kardiovaskular
Gangguan respirasi
Keamanan belum terbukti pada wamil,
menyususi, proes persalinan, anak,
manula

Efek NSAID :
1.Efek puncak (cailing)
Bila kita menambah dosis yang sudah
maksimal atau dosis maksimal
dinaikkan, maka tidak mempunyai efek
meningkatkan anelgesik, bahkan
meningkatkan side effect
2. Efek sparing
Golongan NSAID + golongan opioid
sehingga meningkatkan kualitas
analgesic (inhibitor COX-2 )

Aturan obat NSAID


maksimal pemberian dosis dewasa:
120 mg/24 jam
sediaan : 30 mg (max 4 ampul), 10 mg
max pemberian : 5 hari
onset : 30 menit
durasi : 4-6 jam

artinya: jangan sampai mencapai efek


puncak (efek cailing)dan efek sparing
pemberian terbaik saat menjahit kulit

Jika pada kolik diberikan antidotum


morfin seperti nalokson dan naltrekson
keadaan membaik kolik akibat
efek samping morfin

Jika keadaan tidak membaik setelah


pemberian antidotum morfin infeksi

Gabungan opioid dan non opioid


Dosis : 1 tablet/hari

Nyeri bisa menimbulkan :

Nyeri pada operasi:


1. Operasi toraks paling nyeri
2. Operasi pada abdomen atas
3. Operasi pada abdomen bawah
4. Operasi pada ekstermitas

Jika nyeri pada toraks dan abdomen tidak


diterapi, dapat menyebabkan :

Anda mungkin juga menyukai