3.1.1. Definisi
Penyakit demam menular yang disebabkan oleh protozoa genus Plasmodium, yang
merupakan parasit pada sel darah merah; malaria ditularkan oleh nyamuk Anopheles dan
ditandai adanya serangan menggigil, demam, dan berkeringat, yang terjadi pada interval yang
bergantung pada waktu yang diperlukan untuk berkembangnya generasi baru parasit di dalam
tubuh.
P. falciparum paling sering di sub-Saharan Africa dan Melanesia (Papua New Guinea
dan Solomon Islands);
P. vivax terutama ditemukan di Central dan South America, North Africa, Middle East
dan Indian subcontinent;
P. ovale paling sering ditemukan di West Africa tetapi dapat juga di Asia; dan
P. malariae terjadi di seluruh dunia, walaupun paling banyak kasus terjadi di Africa.
Daerah dengan kasus malaria klinis tinggi dilaporkan dari Kawasan Timur Indonesia
antara lain dari provinsi Papua, Nusa Tenggara Timur, Maluku, Maluku Utara dan Sulawesi
1
Tenggara. Di Kawasan lain angka malaria dilaporkan masih cukup tinggi antara lain di
provinsi Kalimantan Barat, Bangka Belitung, Sumatera Selatan, Bengkulu dan Riau.
Jenis Plasmodium yang banyak ditemukan di Indonesia adalah P. falciparum dan P.
vivax, sedangkan P. malariae dapat ditemukan di beberapa provinsi antara lain : Lampung,
Nusa Tenggara Timur dan Papua. P. ovale pernah ditemukan di Nusa Tenggara Timur dan
Papua.
Epidemiology
Menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga tahun 2001, terdapat 15 juta kasus malaria
dengan 38.000 kematian setiap tahunnya.
Sejak lima tahun terakhir, angka kesakitan malaria meninjukkan penurunan. Di JawaBali Annual Parasite Incidence (API) pada tahun 2000 sebesar 0.81% turun menjadi 0.15%
pada tahun 2004. Untuk diluar Jawa-Bali, Annual Malaria Incidence (AMI) pada tahun 2000
sebesar 31.09% turun menjadi 20.57% pada tahun 2004.
Namun demikian, sejak 1997-2005 kejadian luar biasa (KLB) malaria masih sering
terjadi, dengan jumlah kasus 32.987 penderita dan 559 kematian akibat malaria. Case fatality
rate (CFR) malaria berat yang dilaporkan dari beberapa rumah sakit berkisar 10-50%.
The vector
Transmisi malaria tidak dapat terjadi pada temperatur di bawah 16C atau di atas
33C, dan pada ketinggian lebih dari 2000 m di atas permukaan laut karena
perkembangan di dalam nyamuk (sporogony) tidak dapat terjadi.
Kondisi optimal untuk transmisi adalah kelembaban yang tinggi dan temperatur
lingkungan antara 20 dan 30C.
Endemicity malaria secara tradisional ditentukan dengan istilah spleen atau parasite
rates pada anak usia antara 2 dan 9 tahun.
Hyperendemic: spleen atau parasite rate 50-75% dan adult spleen rate juga tinggi.
Holoendemic: spleen atau parasite rate di atas 75%, dan adult spleen rate rendah.
Parasite rates pada tahun pertama kehidupan tinggi.
Clinical epidemiology
3.1.3. Etiology
3
P. falciparum
P. vivax
P. ovale
P. malariae
Duration of
5.5
intrahepatic phase
(days)
15
Number of
merozoites
released per
infected
hepatocyte
10,000
15,000
15,000
48
50
72
30,000
Duration of
48
erythrocytic cycle
(hours)
Red cell
preference
Older cells
Morphology
Usually only
ring formsa;
banana-shaped
gametocytes
Irregularly shaped
large rings and
trophozoites;
enlarged
erythrocytes;
Schffner's dots
Infected
erythrocytes,
enlarged and oval
with tufted ends;
Schffner's dots
Band or
rectangular
forms of
trophozoites
common
Pigment color
Black
Yellow-brown
Dark brown
Brown-black
Ability to cause
relapses
No
Yes
Yes
No
Malaria masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang dapat
menyebabkan kematian terutama pada kelompok risiko tinggi yaitu bayi, anak balita, ibu
hamil, selain itu malaria secara langsung menurunkan produktivitas kerja.
Beberapa pasien non-immune akan menjadi febrile sebelum parasit terlihat di dalam
apus darah (yaitu masa inkubasi lebih pendek daripada prepaten period), sedangkan
immune adults pada saat kejadian dapat tahan sampai 100.000 P. falciparum
parasites/l tanpa adanya demam.
Pyrogenic density untuk P. vivax secara umum lebih rendah daripada P. falciparum,
pada 76% kasus yang dilaporkan oleh Kitchen pyrogenic density nya < 100
parasites/l.
Ada kekurangan data untuk pyrogenic densities P. malariae, tetapi tampaknya lebih
tinggi daripada P. vivax; nilainya di atas 500/l ditemukan pada 38% dari kasusnya
Boyd.
Data terbatas untuk P. ovale, tetapi bukti yang tersedia menunjukkan pysogenic
density nya sama dengan P. vivax.
Pyrogenic density adalah penanda dari immunity. Pyrogenic densities yang tinggi
mengindikasikan premunition, dan risiko rendah dari penyakit yang parah.
Uncomplicated malaria
Classical malaria fever charts, dan teeth-chattering rigors dan profuse sweats adalah
karakteristik paroxysm.
Temperature biasanya meningkat tinggi dari normal atau levelnya sedikit meningkat
untuk melebihi 39C.
Pasien merasa cold, clutches at blankets, dan curls up shivering dan uncommunicative
(the chill).
Dalam beberapa menit limbs mulai shake dan teeth chatter, dan temperature
meningkat cepat mencapai puncak (biasanya antara 39 dan 41.5C).
Rigor biasanya berlangsung selama 10-30 menit, tetapi dapat juga sampai 90 menit.
Akhir dari rigor terdapat peripheral vasodilatation dan kulit terasa panas.
Relapse
Baik P. vivax dan P. ovale mempunyai kecenderungan untuk relapse setelah resolusi
infeksi primer.
Pada suatu saat bila imunitas tubuh turun, akan menjadi aktif sehingga dapat
menimbulkan relaps (kambuh).
Relapse terjadi dalam waktu minggu atau bulan (atau tahun) setelah infeksi primer.
Pola relapse ditentukan secara luas oleh geografik origin dari infeksi. Infeksi
subtropical P. vivax cenderung mempunyai selisih yang panjang antara relapse,
sedangkan tropical strains mempunyai interval yang pendek (3-6 minggu).
Gejala relapse mulai lebih tiba-tiba daripada infeksi primer. Dapat mulai dengan
menggigil yang tiba-tiba atau rigor.
Receudescence
P. falciparum adalah penyebab dari infeksi recrudescent dan cenderung muncul 2-4
minggu mengikuti pengobatan ( tetapi dapat juga selama 10 minggu mengikuti
pengobatan mefloquine).
P Malariae
Continuous
mungkin
damage
fever
dengan
hyperparasitemia
dan
compromise.
peningkatan
dengan
Ini
irregular,
microvascular
adalah
medical
Laboratory findings
- hypoglycemia
- acidosis, metabolic acidosis
- severe anemia (hematocrit < 20%, Hb < 7 g/dl)
- haemoglobinuria
- hyperparasitemia
- hyperlacatemia
- renal impairment,
- pulmonary oedema (radiological)
3. Splenomegali
4. Hepatomegali
5. Pada malaria berat:
Suhu rectum 40o C
Nadi cepat/lemah/kecil
Tekanana darah sistol < 70 mmHg pada dewasa dan pada anak < 50 mmHg
Nafas > 35 x permenit pada dewasa atau > 40 x permenit pada balita, anak < 1
tahun > 50 x permenit
GCS turun < 11
Petekie, purpura, hematom
Tanda dehidrasi (mata cekung, turgor turun, bibir kering, oligouria)
Anemia berat (konjungtiva pucat, telapak tangan pucat, lidah pucat, dll)
Mata ikterik
Ronki pada kedua paru
Splenomegali/hepatomegali
Gagal ginjal oligouria/anuria
Gejala neurologi (kaku kuduk, refleks patologik)
LAB:
1. Sediaan darah tebal & tipis:
(+) atau (-) parasit dengan pewarnaan Giemsa/Gram
Utama untuk diagnosis
Darah diambil dari ujung jari
Spesies dan stadium plasmodium
Kepadatan parasit:
Semi kuantitatif:
o (-)
: tidak ada parasit dalam 100 LPB
o (+)
: 1 10 parasit dlm 100 LPB
o (++) : 11 100 parasit dlm 100 LPB
o (+++) : 1 10 parasit dlm 1 LPB
o (++++): > 10 dlm 1 LPB
Kuantitatif:
o Hitung jumlah parasit mikroliter pada sediaan darah tebal (leukosit)
tipis (eritrosit) 1500 parasit per 200 lekosit , jumlah lekosit 8000/uL
= 8000/200 x 1500 = 60.000 parasit/uL
o Pada malaria berat :
1. Jika pertamanya (-) perikas ulang tiap 6 jam ampe 3 hari
berturut-turut
2. Bila sediaan tebal 3 harinya masih (-) no malaria!!!
2. Rapid tes diagnostic:
Deteksi antigen malaria mertode immunokromatografi dipstick hanya
untuk emergensi dan daerah terpencil yang ga punya lab
Mengandung:
a. HRP-2 (Histidine rich protein 2) diproduksi oleh tropozoid, skizon
dan gametosit muda P. falciparum
11
Rusaknya eritrosit
Parasit yang hidup bebas di pembuluh darah
Host reaction
Respon imun
Respon imun
Transient humoral berespon terhadap
sporozoit antigen
Serum IgG, IgM, IgA meningkat
Disfungsi
Paroxysm
Pro-inflamatory
IL-8, IL-12, IL-18
Anti-inflamatory
IL-6 dan IL-10
Berpengaruh terhadap:
13
serebral
Menggigil
Ekstremitas dingin
Sakit kepala
Kedinginan
Spike of fever
Terkadang
kekakuan
diikuti oleh berkeringat
Vasodilatasi
Defevescence
Disfungsi plasenta
Supresi eritropoiesis dan menghambat
glukoneogenesis
Menyebabkan demam
Up-regulates ICAM menyebabkan
sitoadheren
Memediasi
pembunuhan
parasit
dengan mengaktifasi leukosit
Sequestration
Sewaktu eritrosit menempel tidak dapat masuk ke sirkulasi
kembali
-
14
Gagal Ginjal
Vasokontriksi renal dan sebagai akibat hipoperfusi
ARF
Edema Paru
Peningkatan permeabilitas kapiler di paru-paru secara tiba-tiba
Edema paru
Anemia
Penyebab yang multifaktorial
Destruksi eritrosit yang
berisi parasit tahap
merogoni
Percepatan penghancuran
dari eritrosit yang tidak
berparasit
Diseritropoiesis sum-sum
tulang
Anemia
Koagulopati dan Trombositopenia
Peningkatan coagulopathy cascade akibat dari terisinya eritrosit oleh parasit:
- Peningkatan fibrinogen turn over
- Penggunaan anti-trobotic III
- Penurunan faktor III
- Peningkatan konsertrasi FDP
Trombositopenia disebabkan oleh:
- Peningkatan splenic platelet clearance
- Peningkatan konsentrasi trombosit
- Peningkatan makrofag CSF
Stimulasi aktivitas makrofag
Penigkatan penghancuran platelet
Limpa
Pembesaran limpa
-
Pembatasan ekspansi akut dari infeksi malaria dengan pembuangan eritrosit yang berparasit
Disfungsi Saluran Pencernaan
15
Disfungsi Hepar
Jaundice is common other evidence:
- Penurunan sintesis faktor pembekuan
- Penurunan metabolism clearence of antimalaria drugs
- Kegagalan glukoneogenesis
Lactic acidosis dan hipoglikemia
Asidosis
Obstruksi
mikrovaskulatur
Glikolisis anaerob
jaringan
Laktat asidosis
Hipoglikemia
- Peningkatan metabolic demand of febrille illness
- Obligatory demand of parasites dimana menggunakan glukosa sebagai bahan utama
- Kegagalan glukoneogenesis dan glikogenolisis hati
Peningkatan peripheral requirment of glucose
Disfungsi Plasenta
Sequestration of erythrocyte pada
plasenta
Anemia
maternal
Insufisiensi plasenta
Fetal tumbuh retardasi
Infeksi Bakteri
Pasien dengan malaria berat
Mudah diserang oleh bakteria infeksius
16
3.7. Patomekanisme
Infeksi pada manusia dimulai ketika nyamuk anopeles betina menyuntikan sporozoit plasmo
selama menghisap darah
Bentuk mikroskopik motil parasit malaria diedarkan dengan cepat melalui pembuluh dar
Pecahnya skizon hati yang membengkak mengeluarkan merozoit motil ke pembuluh darah
P. malar
P. ovale
P. vivax
Merozoit dengan segera menyerang eritrosit dan menjadi tropozoit
*Penempelan merozoit pada eritrosit dimediasi oleh:
- P. vivax berhungan dengan Duffy blood group antige
- P. falsiparum merozoite protein EBA 175, anggota
(DBL) superfamily of gene
- P. malariae dan P. ovale tidak diketahui
Selama fase awal pada stadium darah (<12 jam) ring form kecil terl
Selama tumbuh merozoit darah memakan isi eritrosit Hb
Dimerisasi sponta
untuk
substansi
haemozoin (pigmen
Untuk memperoleh asam amino dan nutrisi lainnya, merozoit darah memasang transporter spesifik dan kimiaw
*Membuat eritrosit
Lebih permeabel
Kurang elastis dan mudah ru
Lebih membulat
Eritrosit yang berisi penuh merozoit kemudian pecah dan
mengeluarkan merozoit dan menghancurkan eritrosit
Menyerang eritrosit lain dan memulai siklus aseksual
Oosit
Sporozoit kemudian bermigrasi ke
*Pada P. falsiparum
Secara progresif eritrosit menghilang dari sirkulasi dengan menempel/sitoadheren ke dinding venulada
- Reseptor vaskular
ICAM pada otak
Kondroitin sulfat B pada plasenta
CD 36 pada kebanyakan organ lain
- Eritrosit yang terinfeksi mungkin adhesi ke:
Eritrosit yang tidak terinfeksi membentuk rosette
Eritrosit yang terinfeksi lainnya aglutinasi
18