Fraktur 4
Fraktur 4
PATANG TULANG
(Tibia Proksimal, Antebrakial Distal, Fraktur Sternum, Fraktur Humerus,
Fraktur Iga, Fraktur Jari-jari Tangan, Fraktur Kompresi Tulang
Belakang, Fraktur Kruris)
Manifestasi Klinis
Penonjolan dorsal fragmen proksimal, fragmen distal di sisi volar pergelangan, dan deviasi ke
radial (garden spade deformity).
Penatalaksanaan
Dilakukan reposisi dengan posisi tangan diletakkan dalam posisi dorsofleksi ringan, deviasi
ulnar, dan supinasi maksimal (kebalikan posisi Colles). Lalu diimobilisasi dengan gips di atas
siku selama 4 - 6 minggu.
Fraktur Galeazzi
Fraktur Galeazzi merupakan fraktur radius distal disertai dislokasi sendi radius ulna distal. Saat
pasien jatuh dengan tangan terbuka yang menahan badan, terjadi pula rotasi lengan bawah dalam
posisi pronasi waktu menahan berat badan yang memberi gaya supinasi.
Manifestasi Klinis
Tampak tangan bagian distal dalam posisi angulasi ke dorsal. Pada pergelangan tangan dapat
diraba tonjolan ujung distal ulna.
Penatalaksanaan
Dilakukan reposisi dan imobilisasi dengan gips di atas siku, posisi netral untuk dislokasi radius
ulna distal, deviasi ulnar, dan fleksi.
Fraktur Montegia
Fraktur Montegia merupakan fraktur sepertiga proksimal ulna disertai dislokasi sendi radius ulna
proksimal. Terjadi karena trauma langsung.
Manifestasi Klinis
Terdapat 2 tipe yaitu tipe ekstensi (lebih sering) dan tipe fleksi. Pada tipe ekstensi gaya yang
terjadi mendorong ulna ke arah hiperekstensi dan pronasi. Sedangkan pada tipe fleksi, gaya
mendorong dari depan ke arah fleksi yang menyebabkan fragmen ulna mengadakan angulasi ke
posterior.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan radiologis dilakukan untuk menentukan ada/tidaknya dislokasi. Lihat kesegarisan
antara kondilus medialis, kaput radius, dan pertengahan radius.
Penatalaksanaan
Dilakukan reposisi tertutup. Asisten memegang lengan atas, penolong melakukan tarikan lengan
bawah ke distal, kemudian diputar ke arah supinasi penuh. Setelah itu, dengan jari kepala radius
dicoba ditekan ke tempat semula. Imobilisasi gips sirkuler dilakukan di atas siku dengan posisi
siku fleksi 90 dan posisi lengan bawah supinasi penuh. Bila gagal, dilakukan reposisi terbuka
dengan pemasangan fiksasi interna (plate-screw).
Fraktur Sternum
Fraktur sternum terjadi sebagai akibat trauma yang sangat keras. Biasanya fraktur ini disertai
dengan kontusio jantung.
Manifestasi Klinis
Didapatkan keluhan nyeri waktu bernapas, pernapasan dangkal, dan cepat. Mungkin terdapat
deformitas pada tempat hubungan antara manubrium sternum dengan korpus sternum. Pada
auskultasi tentukan ada atau tidaknya aritmia atau bising jantung untuk mengetahui adanya
kontusio jantung.
Penatalaksanaan
Dengan pemberian analgetik dan fisioterapi. Bila diperlukan, dapat dengan anestesi setempat
infiltrasi atau blok.
Flail Chest
Trauma hancur pada sternum atau iga dapat berakibat terjadinya pemisahan total dari suatu
bagian dinding dada, sehingga dinding dada tersebut bersifat lebih mobil. Pada setiap gerakan
respirasi, maka fragmen yang mobil tersebut akan terhisap ke arah dalam. Pengembangan normal
rongga pleura tidak dapat lagi berlangsung, sehingga pertukaran gas respiratorik yang efektif
sangat terbatas.
Manifestasi Klinis
Biasanya karena ada pembengkakan jaringan lunak di sekitar dan terbatasnya gerak
pengembangan dinding dada, deformitas, dan gerakan paradoksal, flail chest yang ada akan
tertutupi. Pada mulanya, penderita mampu mengadakan kompensasi terhadap pengurangan
cadangan respirasinya. Namun bila terjadi penimbunan sekret-sekret dan penurunan daya
pengembangan paru-paru akan terjadi anoksia berat, hiperkapnea, dan akhirnya kolaps.
Penatalaksanaan
Tindakan stabilisasi yang bersifat sementara terhadap dinding dada akan sangat menulong
penderita, yaitu dengan menggunakan towl-clip traction atau dengan menyatukan fragmenfragmen yang terpisah dengan pembedahan. Takipnea, hipoksia, dan hiperkarbia merupakan
indikasi untuk intubasi endotrakeal dan ventilasi dengan tekanan positip.
Fraktur Humerus
Dibagi menjadi:
1. Fraktur suprakondilar humerus
2. Fraktur interkondilar humerus
3. Fraktur batang humerus
4. Fraktur kolum humerus
Fraktur Suprakondilar Humerus
Berdasarkan mekanisme terjadinya fraktur:
a. Tipe ekstensi. Trauma terjadi ketika siku dalam posisi hiperekstensi, lengan bawah dalam
posisi supinasi. Hal ini akan menyebabkan fraktur pada suprakondilar, fragmen distal humerus
akan mengalami dislokasi ke anterior dari fragmen proksimalnya.
b. Tipe fleksi. Trauma terjadi ketika posisi siku dalam fleksi, sedang lengan bawah dalam posisi
pronasi. Hal ini menyebabkan fragmen distal humerus mengalami dislokasi ke posterior dari
fragmen proksimalnya.
Apabila terjadi penekanan pada arteri brakialis, dapat terjadi komplikasi yang disebut dengan
iskemia Volkmanns. Timbulnya sakit, denyut arteri radialis yang berkurang, pucat, rasa
kesemutan, dan kelumpuhan merupakan tanda-tanda klinis adanya iskemia ini (Ingat 5P: Pain,
Pallor, Pulselessness, Puffyness, Paralyses).
Manifestasi Klinis
Pada tipe ekstensi posisi siku dalam posisi ekstensi. Pada tipe fleksi posisi siku dalam posisi
fleksi (semifleksi).
Penatalaksanaan
Bila pembengkakan tak hebat, dapat dicoba reposisi dalam narkosis umum. Setelah tereposisi,
posisi siku dibuat fleksi secara perlahan-lahan. Gerakan fleksi diteruskan sampai arteri radialis
mulai tak teraba. Kemudian siku diekstensikan sedikit untuk memastikan arteri radialis teraba
lagi. Dalam posisi fleksi maksimal ini dilakukan imobilisasi dengan gips spalk (foreslab).
Pascareposisi harus juga diperiksa denyut arteri radialis untuk menghindarkan terjadi komplikasi
iskemia Volksmann.
Fraktur Interkondilar Humerus
Pada fraktur ini bentuk garis patah yang terjadi berupa bentuk huruf T atau Y
Manifestasi Klinis
Di daerah siku tampak jelas pembengkakan, kubiti varus atau kubiti valgus.
Penatalaksanaan
Permukaan sendi harus dikembalikan secara anatomis. Bila hanya konservatif, biasanya akan
timbul kekakuan sendi (ankilosis). Untuk mengatasi keadaan ini dilakukan tindakan operasi
reduksi dengan pemasangan fiksasi interna dengan lag-screw.
Fraktur Batang Humerus
Biasanya terjadi pada penderita dewasa, terjadi karena trauma langsung yang menyebabkan garis
patah transveral atau kominutif.
Manifestasi Klinis
Terjadi functio laesa lengan atas yang cedera, untuk menggunakan siku harus dibantu oleh
tangan yang sehat. Bila terjadi gangguan pada nervus radialis, akan terjadi wrist drop (drop
hand).
Penatalaksanaan
Tindakan konservatif memberikan hasil yang baik karena fraktur humerus ini sangat baik daya
penyembuhannya. Imobilisasi dengan gips berupa U-slab atau hanging cast selama 6 minggu.
Fraktur Kolum Humerus
Sering terjadi pada wanita tua karena osteoporosis. Biasanya berupa fraktur impaksi.
Manifestasi Klinis
Sakit di daerah bahu tetapi fungsi lengan masih baik karena fraktur impaksi merupakan fraktur
yang stabil.
Penatalaksanaan
Pada fraktur impaksi tidak diperlukan reposisi, lengan yang cedera cukup diistirahatkan dengan
memakai gendongan (sling) selama 3 minggu. Bila disertai dislokasi abduksi, dilakukan reposisi
dan diimobilisasi dengan gips spica, posisi lengan dalam abduksi posisi overhead.
Fraktur Iga
Merupakan cedera toraks terbanyak, dan komplikasi yang sering terjadi akibat luka tembus.
Fraktur iga bisa disebabkan pukulan, kontusio, atau penggilasan.
Manifestasi Klinis:
Terlihat gerak pernapasan penderita yang terbatas dan sangat nyeri pada sisi dada yang terkena
trauma, apalagi bila disuruh bernapas dalam. Usahakan mencari jejas luka.
Pada palpasi, tentukan adanya krepitasi akibat adanya udara dalam jaringan subkutan pada
daerah dada yang sakit. Kemudian tiap tulang iga ditekan secara lembut. Bila terdapat fraktur,
akan timbul rasa nyeri yang hebat. Pada kasus yang meragukan, dada ditekan secara lembut
dengan kedua tangan pemeriksa yang masing-masing diletakkan di bagian anterior dan posterior
bagian yang sakit. Biasanya timbul nyeri bila terdapat fraktur iga di daerah tersebut. Cara ini
tidak boleh dila.kukan bila terdapat tanda-tanda efusi pleura atau tanda-tanda trauma intratorakal
lainnya.
Pada perkusi dan auskultasi, tentukan posisi trakea dan jantung untuk melihat adanya pergeseran
mediastinum. Pada fraktur iga sederhana biasanya tidak ditemukan tanda-tanda trauma
intratorakal. Fraktur iga-iga atas, klavikula, atau skapula secara tidak langsung menunjukkan
trauma yang bermakna. Selain itu cedera vaskular harus dicurigai.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Rontgen toraks harus dilakukan untuk menyingkirkan cedera toraks lain, namun
tidak perlu untuk identifikasi fraktur iga.
Penatalaksanaan
Dengan blok saraf interkostal, yaitu pemberian narkotik ataupun relaksan otot merupakan
pengobatan yang adekuat. Pada cedera yang lebih hebat, perawatan rumah sakit diperlukan untuk
menghilangkan nyeri, penanganan batuk, dan pengisapan endotrakeal.
Tampak pembengkakan di daerah karpometakarpal (CMC) I, nyeri tekan, dan sakit ketika
digerakkan.
Penatalaksanaan
Dilakukan reposisi tertutup dengan cara melakukan ekstensi dan abduksi dari ibu jari tangan,
diimobilisasi. Kadang-kadang pada keadaan yang tidak stabil, perlu reposisi terbuka dengan
kawat Kirschner atau dilakukan reposisi tertutup di bawah C arm dan diikuti dengan asi dengan
memakai wire (percutaneus pinning).
dilakukan tindakan konservatif (tanpa operasi), setelah 6 minggu atau fraktur kuat, dilakukan
mobilisasi duduk/berdiri dengan menggunakan external support seperti gips Bohler, gips
korset, jaket Minerva, tergantung dari tempat fraktur. Pemasangan gips korset harus meliputi
manubrium sterni, simfisis, daerah fraktur, dan di bawah ujung skapula.
Fraktur Kruris
Fraktur kruris merupakan akibat terbanyak dari kecelakaan lalu lintas.
Manifestasi Klinis
Gejala yang tampak adanya deformitas angulasi atau endo/eksorotasi. Daerah yang patah tampak
bengkak, juga ditemukan nyeri gerak dan nyeri tekan.
Penatalaksanaan
Pada fraktur tertutup dilakukan reposisi tertutup dan imobilisasi dengan gips. Caranya pasien
tidur terlentang di atas meja operasi. Kedua lutut dalam posisi fleksi 90, sedang kedua tungkai
bawah menggantung di tepi meja. Tungkai bawah yang patah ditarik ke arah bawah. Rotasi
diperbaiki. Setelah tereposisi baru dipasang gips melingkar.
Ada beberapa cara pemasangan gips, yaitu:
1. Cara long leg plaster. Gips dipasang mulai dari pangkal jari kaki sampai proksimal femur
dengan sendi talokrural dalam posisi netral, sedang posisi lutut dalam fleksi 15-20.
2. Cara Sarmiento. Pemasangan gips dimulai dari jari kaki sampai di atas sendi talokrural dengan
molding sekitar maleolus. Setelah kering segera dilanjutkan ke atas sampai 1 inci di bawah
tuberositas tibia dengan molding pada permukaan anterior tibia. Gips dilanjutkan sampai
ujung proksimal patela.
Pada fraktur terbuka dilakukan debrideman luka. Kemudian dilakukan reposisi secara terbuka
tulang yang patah, dilanjutkan dengan imobilisasi. Dapat digunakan cara long leg plaster, hanya
saja untuk fraktur terbuka dibuat jendela di atas luka setelah beberapa hari. Dari lubang jendela
ini luka dirawat sampai sembuh. Dapat juga dengan memakai pen di luar tulang untuk fraktur
terbuka grade III (fiksasi eksterna), contohnya dengan fiksasi eksterna Judet, Roger Anderson,
Hoffman, Screw dan metil metakrilat (INOE teknik).