2. Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil isokor (+/+), reflek cahaya (+/+)
3. Hidung : Deviasi septum (-), discharge (-)
4. Telinga : Simetris, discharge (-/-)
5. Mulut : Lidah tidak kotor, faring tidak hiperemis
6. Leher : JVP tidak meningkat, tidak ada pembesaran kelenjar limfe
7. Thorax : Jantung : S1 > S2, reguler, gallop (-), murmur (-)
Paru : Suara Dasar : Vesikuler
Suara Tambahan : Ronchi (-)
Wheezing (-)
8. Abdomen : Inspeksi : Datar, tidak tampak gambaran usus
Palpasi : Hepar tidak teraba
Lien tidak teraba
Perkusi : Tympani di seluruh lapangan abdomen
Auskultasi : Bising usus (+) normal.
9. Ekstremitas : Superior : Lihat status lokalis
Inferior : gerakan akif pasif dalambatas normal
B. Status Lokalis
1. Regio antebachii Sinistra
Look : Tak tampak luka, oedem (+), deformitas (+)
Feel : Nyeri tekan setempat (+), krepitasi (+)
Move : Gerakan aktif dan pasif terhambat, sakit bila digerakkan, gangguan persarafan tidak
ada
IV. RESUME
A. Anamnesis
- Pasien datang ke RSMS dengan keluhan nyeri pada bagian lengan kiri bawah.
- Keluhan tersebut dirasakan sejak pasien habis terpleset di lantai mesjid pada tanggal 255-2002 jam 06.00 WIB.
- Waktu kejadian pasien dalam keadaan sadar sampai RSU masih sadar.
- Waktu kejadian pasien terpleset dan jatuh terduduk dan berusaha menahan dengan
tangan kiri.
- Setelah kejadian pasien mengeluh lengan kiri bawah terasa nyeri dan sulit digerakkan.
B. Pemeriksaan Fisik
- Regio antebachii Sinistra
Look : Tak tampak luka, oedem (+), deformitas (+)
Feel : Nyeri tekan setempat (+), krepitasi (+)
Move : Gerakan aktif dan pasif terhambat, sakit bila digerakkan, gangguan persarafan tidak
ada
V. DEFERENSIAL DIAGNOSIS
- Fraktur Radius ulna sinistra, komplit displaced :
Tedapat riwayat trauma
Nyeri yang sangat pada gerakan aktif maupun pasif
Tedapat pembengkakan
Deformitas (+), pemendekan (+)
- Fraktur radius ulna sinistra, komplit undisplaced.
Tidak terdapat tanda-tanda pemendekan tulang sedankan pada kasusu ini terdapat tandatanda pemendekan tulang.
3. Terapi operatif
a. Reposisi terbuka dan fiksasi interna : ORIF
IX. PROGNOSIS : Dubia ad Bonam.
PEMBAHASAN
FRAKTUR RADIUS ULNA
Pada kasus diatas
Anatomi dan Insidens
Pada ulna dan radius sangat penting gerakan-gerakan pronasi dan supinasi. Untuk
mengatur gerekan ini diperlukan otot-otot supinator, pronator eres dan pronator quadratus.
Yang bergwerak supinasi pronasi adalah (rotasi) adalah radius.
Gejala Klinik
Pada anamnesis didapati nyeri ditempat patah tulang. Hematom dalam jaringan lunak
dapat terbentuk, sehingga lengan yang patah akan terlihat lebih besar. Pada pemeriksaan,
jelas ditemukan tanda fraktur. Pada pemeriksaan neurologis harus diperiksa n. radialis,
karena n. radialis sering mengalami cedera dapat berupa neuropraxia, axonotmesis atau
neurotmesis. Kalau terjadi hal ini pada pemeriksaan dijumpai kemampuan dorsofleksi pada
pergelangan tangan tidak ada (wrist drop).
Pemeriksaan Radiologi
Sebelum melakukan pembuatan foto, lengan penderita dilakukan pemasangan bidai
terlebih dahulu. Proyeksi foto AP/LAT.
Penanggulangan
Dilakukan reposisi tertutup. Prinsipnya dengan melakukan traksi kearah distal dan
mengembalikan posisi tangan yang sudah berubah akibat rotasi.
Sewtelah ditentukan kedudukan baru dalkukan immobilisasai dengan gips sirkular diatas
siku. Gips dipertahankan selama 6 minggu. Kalu hasil reposisi tertutup tak baik, dilakukan
tindakan operasi (open reposisi) dengan pemasanga internal fiksasi denga plate-screw.
Komplikasi
Malunion : Biasanya terjadi pada fraktur yang kominutiva sedang immobilisasinya longgar,
sehingga terjadi angulasi dan rotasi. Untuk memperbaiki perlu dilakukan asteotomi.
Delayed union : Terutama terjadi pada fraktur terbuka yang diikuti dengan infeksi atau
pada fraktur yang communitiva. Hal ini dapat diatasi dengan operasi tandur alih tulang
spongiosa.
Non union : Disebabkan karena terjadi kehilangan segmen tulang yang disertai dengan
infeksi. Hal ini dapat diatasi dengan melakukan bone grafting.
Kekakuan sendi : Hal ini disebabkan karena pemakaian gips yang terlalu lama. Hal ini
diatasi dengan fisioterapi.
DAFTAR PUSTAKA
1. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah, Staff Pengajar FKUI, Jakarta, 1994.
2. Buku Ajar Ilmu Bedah, Editor R. Sjamsuhidajat, Wim de Jong, EGC, 1997.
Komplikasi
Dini
Compartmen syndrome.
Komplikasi ini sangat berbahaya karena dapat menyebabkan gangguan vaskularisasi
tungkai bawah yang dapat mengancam kelangsungan hidup tungkai bawah. Yang paling
sering terjadi yaitu anterior compartment syndrome.
Mekanisme : Dengan terjadi fraktur tibia terjadi perdarahan intra-kompartment, hal ini akan
menyebabkan tekanan intrakompartmen meninggi, menyebabkan aliran balik darah vena
terganggu. Hal ini akan menyebabkan oedem. Dengan adanya oedem tekanan
intrakompartmen makin meninggi sampai akhirnya sedemikian tinggi sehingga menyumbat
arteri di intrakompartmen.
Gejala : Rasa sakit pada tungkai bawah dan ditemukan paraesthesia, rasa sakit akan
bertambah bila jari digerakan secara pasif. Kalau hal ini berlangsung cukup lama dapat
terjadi paralyse pada otot-otot ekstensor hallusis longus, ekstensor digitorum longus dan
tibial anterior.
Tekanan intrakompartemen dapat diukur langsung dengan cara whitesides.
Penanganan : Dalam waktu kurang 12 jam harus dilakukan fasciotomi.