BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Pengukuran waktu kerja (Time Study) dikemukan oleh F.W. Taylor. Taylor
gerakan dan waktu kerja ini adalah untuk memperoleh metode kerja yang lebih baik dan
sederhana (memperbaiki pelaksanaan operasi kerja dengan cara menghilangkan gerakangerakan kerja yang tidak efektif dan tidak diperlukan, menyederhanakan gerakan-gerakan
kerja, serta menetapkan gerakan dan urutan langkah kerja yang paling efektif guna
mencapai tingkat efisiensi kerja yang optimal) dan mengukur dan menetapkan waktu baku
untuk penyelesaian pekerjaan tersebut.
1.2
Tujuan Penulisan
Dari praktikum ini diharapkan para praktikan:
1. Dapat memahami dan menerapkan studi gerakan kerja menggunkan Stopwatch
Time Study
2. Mampu melakukan pengukuran waktu siklus secara langsung dari suatu pekerjaan
dengan menggunakan jam henti (stop watch) dan perhitunngan waktu baku.
3. Mampu melakukan pengukuran waktu siklus, waktu normal, waktu baku dari suatu
pekerjaan.
4. Dapat menganalisis metode terbaik dari prinsip ekonomi gerakan dan studi gerakan.
5. Dapat membandingkan pengaruh metode trhadap efisien geraka kerja dalam upaya
perbaikan cara kerja.
1.3
Pembatasan Masalah
Adapun yang menjadi batasan masalah pada praktikum Stopwatch Time Study
adalah dibatasi pada pekerjaan dan elemen pekerjaan merakit piala yang terdiri dari 5 part.
Percobaan terdiri dari 4 buah metode dengan masing-masing metode terdapat 2 variabel
yang berubah, dan setiap metode terdiri dari max 30 kali percobaan.
1.4
Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan laporan praktikum Modul 3 tentang Stopwatch Time Study
PENDAHULUAN
Berisi latar belakang, tujuan praktikum, pembatasan masalah, dan
sistematika penulisan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Berisi tentang dasar teori yang mendukung pemahaman tentang
Stopwatch Time Study.
BAB III
BAB IV
ANALISIS
Berisi tentang analisis dari metode yang digunakan, perbandingan tiap
metode berdasarkan waktu siklus, penentuan performance rating dan
allowance, waktu normal, waktu baku, dan metode terbaik.
BAB V
PENUTUP
Berisi kesimpulan dan saran.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
dibutuhkan oleh operator terlatih dalam menyelesaikan suatu pekerjaan yang spesifik pada
tingkat kecepatan kerja yang normal dalam lingkungan kerja yang terbaik. Pengukuran
kerja dapat diartikan sebagai teknik untuk menyeimbangkan kegiatan manusia yang
dilakukan dengan unit output yang dihasilkan. Pengukuran waktu kerja dibagi menjadi dua
bagian yaitu pengukuran waktu kerja secara langsung dan pengukuran waktu kerja secara
tidak langsung. Pengukuran waktu kerja secara langsung adalah sebuah kegiatan
pengamatan dimana data yang diperoleh secara langsung dari suatu tempat yang diamati.
Pengukuran waktu kerja secara tidak langsung adalah sebuah kegiatan pengamatan dengan
tidak melakukan perhitungan secara langsung dan mengamati langsung tempat kerjanya
melainkan hanya membaca tabel waktu yang ada dan mengerti jalannya pekerjaan melalui
elem-elemen gerakan.
(Wignjosoebroto, Sritomo 2003)
2.1.1
dimana data yang diperoleh secara langsung dari suatu tempat yang diamati. Dalam
pengukuran waktu kerja langsung terdapat dua cara, yaitu dengan teknik sampling kerja
atau memakai jam henti (Stop watch).
2.1.1.1 Pengukuran Waktu dengan Jam Henti (Stop Watch Time Study)
Pengukuran waktu kerja dengan jam henti merupakan suatu metode yang dapat
optimal jika diaplikasikan pada pekerjaan yang berlangsung singkat dan berulang-ulang
(repititive). Untuk mendapatkan hasil yang baik, yaitu yang dapat dipertanggungjawabkan
maka tidaklah cukup sekedar melakukan beberapa kali pengukuran dengan menggunakan
Program Studi Teknik Industri
Universitas Diponegoro
2015
jam henti. Banyak faktor yang harus diperhatikan agar akhirnya dapat diperoleh waktu
yang pantas untuk jumlah pengukuran dan lain-lain. Secara garis besar pelaksanaan metode
ini adalah sebagai berikut:
1. Penetapan tujuan pengukuran yaitu menetapkan maksud dan tujuan kepada operator
tersebut.
2. Melakukan penelitian pendahuluan
3. Memilih operator merupakan kegiatan untuk memilih jenis pekerjaan yang akan
diukur dan siapa operator yang bersangkutan yang akan diukur.
4. Melatih operator (kondisi atau cara kerja yang tidak biasa)
5. Mengurangi pekerjaan atas elemen pekerjaan
6. Menyiapkan alat-alat pengukuran yang diperlukan
7. Mengamati waktu kerja operator
8. Menentukan siklus kerja yang akan diamati dengan penentuan tingkat ketelitian dan
keyakinan
9. Menentukan Penyesuaian dan kelonggaran operator rate performance ini ditetapkan
untuk semua elemen kerja yang ada.
10. Menghitung waktu baku
(Wignjosoebroto 2000)
2.1.2
dengan tidak melakukan perhitungan secara langsung dan mengamati langsung tempat
kerjanya melainkan hanya membaca tabel waktu yang ada dan mengerti jalannya pekerjaan
melalui elemen-elemen gerakan. Pengukuran waktu kerja tidak langsung meliputi tentang
metode standar data / formula, metode analisa regresi, predetermined motion time system.
nilai waktu masing-masing berdasarkan waktu yang ada. Aplikasi sistem gerak yang telah
dikerjakan tersebut, mengharuskan membagi-bagi secara detail operasi kerja yang akan
diukur dalam gerakan-gerakan dasar (basic motion) sesuai dengan siatem yang akan
dipakainya nanti.
(Sritomo, 1989)
2.2
simbol-simbol yang ditujukan untuk keadaan operator pada saat melakukan pekerjaannya.
Sebagian besar dari elemen-elemen dasar Therbligs merupakan gerakan tangan yang biasa
terjadi apabila suatu pekerjaan sedang dilaksanakan, dimana lebih sering bersifat manual.
Terdapat gerakan-gerakan dasar kerja kedalam 17 gerakan dasar therbligs. Berikut ini
masing-masing therbilig;s tersebut di definisikan sebagai:
Menjangkau (reach)
Membawa (move)
Melepas (release)
Memegang (grasp)
Memakai (use)
Merakit (Assamble)
Ineffective Therblig
Mencari (search)
Memilih (select)
Mengarahkan (position)
Memeriksa (inspect)
Merencakan (plan)
Delay
Memilih (select)
Gerakan kerja untuk menemukan suatu objek diantara dua atau lebih obbjek yang
sama lainnya.
Memegang (Grasp)
Elemen gerakan tangan yang dilakukan dengan menutup jari-jari tangan objek yang
dikehendaki dalam suatu operasi kerja.
Menjangkau / Membawa tanpa beban (Transport Empty)
Gerakan kerja tang yang menggambarkan berpindah posisi tanpa beban atau
hambatan
Membawa dengan beban (Transport Loaded)
Gerakan perpindahan tangan dengan tangan bergerak dalam kondisi membawa
beban (obyek).
Memegang untuk memakai (Hold)
Gerakan yang tangan memegang objeknya tetapi tangan tidak bergerak
Melepas (release load)
Gerakan melepas yang terjadi pada tangan operator melepaskan kembali terhadap
obyek yang dipegang sebelumnya.
Mengarahkan (Position)
Gerakan yang terdiri dari menempatkan obyek pada lokasi yang dituju secara tepat
Mengarahkan awal (Pre-Position)
Elemen kerja yang mengarahkan obyek pada suatu tempat sementara sehingga pada
saat kerja mengarahkan obyek benar-benar dilakukan maka obyek tersebut degan
mudah akan bisa dipegang dan dibawa kearah tujuan yang diinginkan
Memeriksa (Inspection)
Elemen yang langka yaitu untuk menjamin bahwa obyek telah memenuhi syarat
kualitas yang ditetapkan
Merakit (assemble)
Elemen garakan untuk menghubungkan antara dua obyek atau lebih menjadi satu
kesatuan
Program Studi Teknik Industri
Universitas Diponegoro
2015
2.3
melakukan pekerjaan-pekerjaan yang dapat diatur dengan prinsip ekonomi gerakan dan
menjadikan gerakan-gerakan yang ekonomis.
Prinsip-prinsip ekonomi gerakan tersebut adalah sebagai berikut:
Eleminasi Kegiatan
1. Eleminasi semua kegiatan yang memungkinkan, langkah atau gerakan-gerakan
(dalam hal ini banyak berkaitan dengan aplikasi anggota badan, kaki, lengan,
tangan).
2. Eliminasi kegiatan yang tidak beraturan dalam setiap kegiatan. Tempatkan
3. Eliminasi pada penggunaan tangan
Program Studi Teknik Industri
Universitas Diponegoro
2015
10
11
2.4.1
Waktu siklus
Waktu siklus merupakan waktu penyelesaian satu satuan produksi mulai dari bahan
baku hingga proses di tempat kerja sehingga menghasilkan produk yang merupakan jumlah
dari tiap elemen kerja. Waktu yang diperlukan untuk melakukan elemen-elemen kerja pada
dasarnya akan sangat berbeda dari suatu siklus ke siklus kerja yang lainnya, walaupun
tenaga kerja berkerja pada kecepatan normal dan uniform. Waktu siklus dapat dihitung
menggunakan rumus sebagai berikut:
X=
.(2.1)
Dimana:
X
= Waktu Siklus
= Waktu Pengamatan
2.4.2
Westing House
Perfomance rating menurut Westing House mencakup antara lain kecakapan
(skill) dan usaha (effort) yang dinyatakan oleh Bedeaux sebagai faktor yang
mempengaruhi perfomansi manusia, lalu Westing House menambahkan faktor
kondisi kerja (working condition) dan konsistensi (concistency) dari operator dalam
melakukan kerja. Untuk mendukung ini Westing House membuat suatu tabel
performance rating yang berisi nilai berdasarkan tingkatan yang ada untuk masingmasing faktor tersebut.
12
Skill
Effort
+0,15
A1
+0,13
A2
+0,11
B1
+0,08
B2
+0,06
C1
+0,03
C2
0,00
-0,05
E1
-0,10
E2
-0,16
F1
-0,22
F2
Superskill
+0,13
A1
+0,12
A2
+0,10
B1
+0,08
B2
+0,05
C1
+0,02
C2
Average
0,00
Average
Fair
-0,04
E1
Fair
-0,08
E2
-0,12
F1
-0,17
F2
Excellent
Good
Poor
Condition
Superskill
Excellent
Good
Poor
Concistency
+0,06
Ideal
+0,04
Ideal
+0,04
Excellent
+0,03
Excellent
+0,02
Good
+0,01
Good
0,00
Average
0,00
Average
-0,03
Fair
-0,02
Fair
-0,07
Poor
-0,04
Poor
.............(2.2)
(Sritomo Wignjosoebroto, 2003)
13
2.4.3
Allowance
Allowance adalah waktu yang diberikan kepada operator yang berguna untuk
memberikan waktu kelonggaran pada saat bekerja. Waktu longgar yang dibutuhkan dan
akan mempengaruhi proses produksi ini dapat diklasifikasikan menjadi personal
allowance, fatigue allowance, dan delay allowance
a. Personal Allowance
Pada dasarnya setiap pekerja/operator memiliki hak untuk mendapatkan
kelonggaran waktu untuk memenuhi kebutuhannya yang bersifat pribadi.Jumlah
waktu longgar untuk kebutuhan personil dapat ditetapkan dengan jalan
melaksanakan aktivitas time study sehari kerja penuh atau dengan metode sampling
kerja. Untuk waktu kerja 8 jam sehari tanpa jam istirahat yang resmi, maka personal
allowance-nya adalah 2-5% (10-24 menit) setiap harinya
b. Fatigue Allowance
Merupakan kelonggaran waktu untuk pekerja/operator untuk melepaskan
rasa lelah.Kelelahan fisik manusia pada umumunya disebabkan oleh beberapa
penyebab diantaranya adalah pekerjaan yang membutuhkan pikiran yang banyak
yang dapat mengakibatkan lelah mental.Umumnya perusahaan memberikan satu
kali periode istirahat pada pagi hari dan pada siang hari menjelang sore hari yang
berkisar antara 5-15 menit.
c. Delay Allowance
Delay atau keterlambatan biasa disebabkan oleh beberapa faktor yang tidak
dapat dihindarkan maupun yang dapat dihindarkan (avoidable dan unavoidable
delay). Avoidable delay biasanya disebabkan oleh mesin, operator, maupun hal-hal
lain yang di luar control.Sedangkan unavoidable delay seharusnya dapat dieleminir
agar tidak mengganggu jalannya lini produksi.
(Wignjosoebroto, 2003)
14
2.4.4
Waktu Baku
Waktu baku merupakan waktu yang dibutuhkan secara wajar oleh pekerja normal
pada umumnya dalam menyelesaikan pekerjaannya yang dikerjakan dalam system kerja
terbaik saat itu dengan mempertimbangkan allowance
(Sritomo, 1989)
2.4.5
Output Standart
Waktu atau output standart dihasilkan oleh pengukuran waktu kerja. Output standart
Perencanaan sistem pemberian bonus dan insentif bagi pekerja yang berprestasi
oleh
seorang
menyelesaikan
pekerja
suatu
yang
memiliki
pekerjaan.
Waktu
tingkat
standar
kemampuan
tersebut
rata-rata
sudah
untuk
mencakup
kelonggaran waktu yang diberikan dengan memperhatikan situasi dan ko ndisi yang
harus diselesaikan.
15
BAB III
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
3.1
Pengumpulan Data
3.1.1
Deskripsi Gerakan
a. Metode 1
Tabel 3.1 Deskripsi Gerakan Metode 1
No
Langkah Kerja
Elemen Therblig
Merencanakan
langkah pertama
yang akan diambil
Mencari letak kepala
dan badan 1 pada
layout.
Menjangkau kepala
dan badan 1 piala
supaya bisa diambil.
Memegang bagian
kepala piala.
Membawa badan 1
untuk disassembly
pada kepala piala.
Mengarahkan badan
1 ke sumbu kepala
piala
Merakit dan
memasang badan 1
pada. kepala piala
Simbol
Pn
SH
RE
H
M
16
No
Langkah Kerja
Elemen Therblig
Merencanakan
langkah selanjutnya
yang akan diambil.
Menjangkau badan 2
pada layout.
Memegang badan 2
pada layout agar bisa
dibawa.
Melepas kepala
assembly untuk
diletakkan pada
tempat assembly.
Merencanakan
langkah yang akan
diambil selanjutnya.
Menjangkau alas dan
tumpuan pada layout
Memegang alas dan
tumpuan agar bisa
dibawa ke tempat
assembly
Membawa alas dan
tumpuan piala
menuju tempat
assembly.
Mengarahkan alas
pada tumpuan
Merakit dan
memasang alas ke
tumpuan piala.
Simbol
Pn
RE
H
RL
Pn
RE
P
A
17
No
Langkah Kerja
Elemen Therblig
Merencanakan
langkah yang akan
diambil selanjutnya.
Menjangkau kepala
assembly yang telah
diletakkan di tempat
assembly.
Memegang kepala
assembly dan
tumpuan assembly.
Mengarahkan
tumpuan assembly
ke kepala assembly
Merakit tumpuan
assembly dan kepala
assembly menjadi
piala yang utuh.
Melepas piala yang
telah diassembly ke
tempat assembly.
Simbol
Pn
RE
RL
b. Metode 2
Tabel 3.2 Deskripsi Gerakan Metode 2
No
Langkah Kerja
Memasang alas pada tumpuan
Elemen Therblig
Merencanakan
langkah pertama yang
akan diambil.
Menjangkau alas dan
tumpuan pada layout.
Memegang alas dan
tumpuan agar bisa
dibawa.
Membawa alas dan
tumpuan dari layout.
Simbol
Pn
RE
H
M
18
No
Langkah Kerja
Elemen Therblig
Mengarahkan alas
pada tumpuan agar
bisa diassembly.
Melepas tumpuan
assembly ke tempat
assembly.
Merencanakan
langkah selanjutnya
yang akan diambil
Mencari letak kepala
dan badan 1 pada
layout.
Menjangkau kepala
dan badan 1 piala
supaya bisa diambil.
Memegang bagian
kepala piala.
Membawa badan 1
untuk disassembly
pada kepala piala.
Mengarahkan badan
1 ke sumbu kepala
piala
Merakit dan
memasang badan 1
pada. kepala piala
Merencanakan
langkah selanjutnya
yang akan diambil.
Menjangkau badan 2
pada layout.
Memegang badan 2
pada layout agar bisa
dibawa.
Simbol
P
RL
Pn
SH
RE
H
M
Pn
RE
H
19
No
Langkah Kerja
Elemen Therblig
Membawa badan 2
dari layout menuju
tempat assembly.
Mengarahkan badan
2 pada kepala
assembly agar bisa
dirakit.
Merakit dan
memasang badan 2
pada sumbu kepala
assembly.
Merencanakan
langkah yang akan
diambil selanjutnya.
Menjangkau kepala
assembly yang telah
diletakkan di tempat
assembly.
Memegang kepala
assembly dan
tumpuan assembly.
Mengarahkan
tumpuan assembly ke
kepala assembly
Merakit tumpuan
assembly dan kepala
assembly menjadi
piala yang utuh.
Melepas piala yang
telah diassembly ke
tempat assembly.
Simbol
M
Pn
RE
RL
20
c. Metode 3
Tabel 3.3 Deskripsi Gerakan Metode 3
No
Langkah Kerja
Elemen Therblig
Merencanakan
langkah pertama yang
akan diambil
Mencari letak kepala
dan badan 1 pada
layout.
Menjangkau kepala
dan badan 1 piala
supaya bisa diambil.
Memegang bagian
kepala piala.
Membawa badan 1
untuk disassembly
pada kepala piala.
Mengarahkan badan
1 ke sumbu kepala
piala
Melepas dan
meletakkan kepala
assembly ke tempat
assembly.
Merencanakan
langkah selanjutnya
yang akan diambil.
Menjangkau alas dan
tumpuan pada layout.
Memegang alas dan
tumpuan agar bisa
dibawa ke tempat
assembly.
Membawa alas dan
tumpuan menuju
tempat assembly
Mengarahkan alas
pada tumpuan
Simbol
Pn
SH
RE
H
M
RL
Pn
RE
M
P
21
No
Langkah Kerja
Elemen Therblig
Merakitdan
memasang alas pada
tumpuan
Melepaskan tumpuan
assembly ke tempat
assembly untuk
sementara.
Merencanakan
langkah selanjutnya
yang akan diambil.
Menjangkaubadan 2
pada layout
Memegang badan 2
dan kepala assembly
Membawa badan 2
menuju tempat
assembly.
Mengarahkan badan
2 pada kepala
assembly.
Merakit dan
emmasang badan 2
ke kepala assembly.
Merencanakan
langkah selanjutnya
yang akan diambil.
Memegang tumpuan
assembly dan kepala
assembly.
Membawa tumpuan
assembly yang telah
diletakkan di tempat
assembly.
Mengarahkan
tumpuan assembly ke
kepala assembly.
Merakit dan
memasang tumpuan
assembly ke kepala
assembly.
Simbol
A
RL
Pn
RE
H
M
Pn
22
No
Langkah Kerja
Elemen Therblig
Melepas dan
meletakkan piala
yang telah jadi di
tempat assembly.
Simbol
RL
d. Metode 4
Tabel 3.4 Deskripsi Gerakan Metode 4
No
Langkah Kerja
Elemen Therblig
Merencanakan
langkah pertama
yang akan
diambil.
Menjangkau alas
dan tumpuan
pada layout.
Memegang alas
dan tumpuan
agar bisa dibawa.
Membawa alas
dan tumpuan dari
layout.
Mengarahkan
alas pada
tumpuan agar
bisa diassembly.
Merakit dan
memasang alas
pada tumpuan.
Melepas
tumpuan
assembly ke
tempat assembly.
Simbol
Pn
RE
RL
23
No
Langkah Kerja
Elemen Therblig
Merencanakan
langkah
selanjutnya yang
akan diambil.
Menjangkau
badan 1 pada
layout.
Memegang
badan 1 agar bisa
dibawa.
Membawa badan
1 menuju tempat
assembly
Mengarahkan
badan1 pada
kepala piala.
Merakit badan 1
dan kepala piala.
Merencanakan
langkah
selajutnya yang
akan diambil.
Menjangkau
badan 2 pada
layout.
Memegang
badan 2 agar bisa
dibawa.
Membawa badan
2 menuju tempat
assembly.
Mengarahkan
badan 2 ke
kepala assembly.
Merakit badan 2
dan keapala
assembly.
Simbol
Pn
RE
P
A
Pn
RE
24
No
Langkah Kerja
Memasang tumpuan assembly pada kepala assembly
Elemen Therblig
Merencanakan
langkah
selajutnya yang
akan diambil.
Memegang
tumpuan
assembly yang
diletakkan di
tempat assembly.
Membawa
tumpuan
assembly menuju
kepala assembly.
Mengarahkan
tumpuan
assembly pada
kepala assembly
Merakit tumpuan
assembly dan
kepala assembly.
Melepas dan
meletakkan piala
yang telah jadi di
tempat assembly.
Simbol
Pn
RL
25
3.1.2
No
Nama Part
Kepala Piala
Badan 1
Badan 2
Tumpuan
Gambar
Jumlah
26
No
Nama Part
Alas
3.1.3
Gambar
Jumlah
Penjelasan Metode
15 cm
2 3
15 cm
4 5
20 cm
Langkah :
1. Memasang badan 1 pada kepala
2. Memasang badan 2 pada kepala assembly
3. Memasang alas pada tumpuan
4. Memasang tumpuan assembly pada kepala assembly
27
No
1
2
3
4
Langkah
Memasang badan 1
pada kepala
Memasang badan 2
pada kepala assembly
Memasang alas pada
tumpuan
Memasang tumpuan
assembly pada kepala
assembly
Langkah
Memasang badan 1
pada kepala
Memasang badan 2
pada kepala assembly
Memasang alas pada
tumpuan
Memasang tumpuan
assembly pada kepala
assembly
10
11
12
13
14
15
4.1
3.33
3.56
3.86
4.15
3.74
3.23
3.51
5.39
3.48
4.21
3.88
4.46
3.11
3.59
3.01
2.73
7.11
5.66
5.78
6.44
5.78
6.74
6.78
5.88
4.61
5.83
5.31
6.04
5.2
5.85
3.06
2.96
3.28
2.84
3.1
3.05
3.21
3.38
2.71
2.86
2.96
2.71
3.23
3.01
3.88
6.31
5.78
7.24
6.05
6.66
5.98
5.94
6.31
5.56
6.3
5.76
5.11
6.21
5.69
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
3.73
3.06
3.58
3.48
4.68
3.63
3.96
4.25
5.79
4.85
4.38
3.74
3.76
3.74
4.18
3.95
4.44
5.03
4.99
4.16
5.68
4.08
5.33
4.89
4.83
4.69
5.11
5.95
4.53
4.81
4.63
5.20
3.73
3.24
3.03
3.2
3.36
3.03
2.91
2.94
3.43
2.88
2.98
2.96
2.61
2.85
3.28
3.16
5.8
4.73
6.68
5.41
5.98
6.68
6.66
5.58
5.85
5.25
4.89
5.29
4.86
6.83
5.73
5.83
28
Metode 2
Kombinasi
Penjelasan Metode
25 cm
2 3
4 5
10 cm
Langkah :
1. Memasang alas pada tumpuan
2. Memasang badan 1 pada kepala
3. Memasang badan 2 pada kepala assembly
4. Memasang tumpuan assembly pada kepala assembly
29
No
1
2
3
Langkah
Memasang alas
pada tumpuan
Memasang badan 1
pada kepala
Memasang badan 2
pada kepala
assembly
Memasang tumpuan
assembly pada
kepala assembly
Langkah
Memasang alas
pada tumpuan
Memasang badan 1
pada kepala
Memasang badan 2
pada kepala
assembly
Memasang tumpuan
assembly pada
kepala assembly
10
11
12
13
14
15
3,66
4,2
3,49
3,41
4,11
4,23
4,18
4,46
4,28
4,89
4,81
4,81
4,2
3,83
4,95
5,08
6,25
5,09
4,48
4,73
4,95
4,78
4,19
4,68
4,68
5,39
5,46
4,83
5,2
5,91
2,9
2,36
2,2
2,71
2,51
2,84
2,76
2,23
2,56
2,81
2,63
2,61
2,66
2,85
2,48
3,16
3,84
3,38
3,25
3,88
3,43
3,33
3,04
3,3
3,6
4,26
3,18
3,33
3,34
3,36
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
4,14
5,08
4,08
3,9
4,21
3,86
4,88
4,59
4,04
3,59
4,13
3,95
4,33
4,88
4,24
4.25
4,1
5,31
4,46
5,24
4,79
4,64
5,1
5,09
4,58
5,01
4,98
5,18
4,73
6,61
5.02
2,86
2,71
3,03
2,93
2,41
2,66
2,61
3,44
2,63
2,73
2,58
2,81
2,63
2,43
2,63
2.67
3,6
4,56
3,19
3,85
3,3
3,16
3,23
3,43
4,13
3,18
3,25
3,71
3,86
3,28
4,51
3.53
30
Metode 3
Kombinasi
Penjelasan Metode
1
2 3
4 5
15 cm
Langkah :
1. Memasang badan 1 pada kepala piala
2. Memasang alas pada tumpuan
3. Memasang badan 2 pada kepala assembly
4. Memasang kepala assembly pada tumpuan assembly
31
No
1
2
3
4
Langkah
10
11
12
13
14
15
4,53
4,59
6,27
5,21
5,28
5,37
4,44
3,23
5,97
5,16
5,78
5,41
4,49
6,43
4,07
3,41
3,42
2,95
3,2
2,88
3,2
2,96
2,75
2,75
3,65
3,2
3,2
3,02
2,74
2,89
4,12
3,7
2,94
3,24
3,57
3,66
2,92
3,19
3,18
4,02
3,15
3,69
2,9
3,66
3,56
3,78
2,98
3,19
2,56
3,55
3,72
3,87
2,8
3,33
3,96
3,43
3,6
2,58
3,2
3,78
Langkah
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
Memasang badan 1
pada kepala piala
Memasang alas pada
tumpuan
Memasang badan 2
pada kepala assembly
Memasang kepala
assembly pada
tumpuan assembly
4,27
4,51
5,11
4,88
5,36
4,32
4,69
4,8
6,23
4,33
4,64
4,24
2,75
3,35
3,34
4.77
2,8
2,88
3,02
3,26
2,48
3,02
3,19
2,96
2,56
2,91
2,92
3,5
4,45
4,3
4,29
3.16
3,22
3,33
3,5
3,29
4,39
3,14
3,03
3,43
3,1
3,39
3,09
2,8
2,69
3,97
3.36
3,32
3,53
3,25
3,05
3,58
3,1
3,2
3,1
3,47
2,99
3,4
3,17
3,07
3,36
3,15
3.30
Memasang badan 1
pada kepala piala
Memasang alas pada
tumpuan
Memasang badan 2
pada kepala assembly
Memasang kepala
assembly pada
tumpuan assembly
32
Metode 4
Kombinasi
Penjelasan Metode
20 cm
4 5
2 3
10 cm
Langkah :
1. Memasang alas pada tumpuan
2. Memasang badan 1 pada kepala
3. Memasang badan 2 pada kepala assembly
4. Memasang tumpuan assembly pada kepala assembly
33
No
1
2
3
Langkah
Memasang alas
pada tumpuan
Memasang badan 1
pada kepala
Memasang badan 2
pada kepala
assembly
Memasang tumpuan
assembly pada
kepala assembly
Langkah
Memasang alas
pada tumpuan
Memasang badan 1
pada kepala
Memasang badan 2
pada kepala
assembly
Memasang
tumpuan assembly
pada kepala
assembly
10
11
12
13
14
15
3,33
3,81
3,88
3,71
3,11
3,71
3,04
3,56
2,88
3,36
3,36
4,45
3,78
3,8
3,39
3,61
3,41
3,33
3,56
3,63
3,4
3,61
3,69
3,9
4,85
4,81
3,36
3,66
3,7
2,56
2,45
2,48
2,56
2,25
2,44
2,46
2,69
2,23
2,28
2,73
2,31
2,65
2,51
2,7
3,76
3,93
4,04
3,99
4,19
3,8
3,85
3,54
3,5
3,95
3,39
3,51
3,71
3,6
3,23
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
3,44
3,71
4,03
3,08
3,49
4,19
4,54
4,4
3,48
3,43
3,43
3,95
3,83
4,28
4,66
3.70
3,16
3,1
4,59
3,19
3,21
4,18
3,63
3,55
3,66
2,96
3,58
3,31
6,13
4,43
4,23
3.75
2,51
2,74
2,34
2,44
2,58
2,54
2,39
2,71
2,68
2,71
2,2
2,53
2,56
2,46
2,18
2.50
3,59
2,56
4,01
2,96
4,01
2,6
2,94
3,6
3,45
3,53
3,34
3,81
4,38
3,51
4,09
3.61
34
3.2
Pengolahan Data
3.2.1
a. Metode 1
Langkah 1
Langkah 2
Langkah 3
35
Langkah 4
b. Metode 2
Langkah 1
Langkah 2
36
Langkah 3
Langkah 4
c. Metode 3
Langkah 1
37
Langkah 2
Langkah 3
Langkah 4
38
d. Metode 4
Langkah 1
Langkah 2
Langkah 3
39
Langkah 4
3.2.2
a. Metode 1
Langkah 3
b. Metode 2
Langkah 3
c. Metode 3
Langkah 3
40
d. Metode 4
Langkah 2
3.2.3
b. Metode 2
c. Metode 3
41
d. Metode 4
= Good (C1)
= +0.06
Usaha
= Good (C2)
= +0.02
Kondisi Kerja
= Average (D)
= 0.00
Konsistensi
= Good (C)
= +0.01
Jumlah
= +0.09
Objektif
Tabel 3.6 Performance Rating Objektif Metode 1
Keadaan
ANGGOTA BADAN TERPAKAI
Lengan atas, lengan bawah, dst
PEDAL KAKI
Tanpa pedal, atau satu pedal dengan sumbu
dibawah kaki
Lambang
Penyesuaian
42
Keadaan
PENGGUNAAN TANGAN
Keadaan tangan saling bantu atau bergantian
KOORDINASI MATA DENGAN
TANGAN
Konstan dan dekat
PERALATAN
Dapat ditangani dengan mudah
BERAT BEBAN
0.45 kg
Lambang
Penyesuaian
B-1
JUMLAH
b. Metode 2
Subjektif
Keterampilan
= Good (C1)
= +0.06
Usaha
= Good (C1)
= +0.05
Kondisi Kerja
= Average (D)
= 0.00
Konsistensi
= Good (C)
= +0.01
Jumlah
= +0.12
Objektif
Tabel 3.7 Performance Rating Objektif Metode 2
Keadaan
ANGGOTA BADAN TERPAKAI
Lengan atas, lengan bawah, dst
PEDAL KAKI
Lambang
Penyesuaian
43
Keadaan
Tanpa pedal, atau satu pedal dengan sumbu
dibawah kaki
PENGGUNAAN TANGAN
Keadaan tangan saling bantu atau bergantian
KOORDINASI MATA DENGAN
TANGAN
Konstan dan dekat
PERALATAN
Dapat ditangani dengan mudah
BERAT BEBAN
0.45 kg
Lambang
Penyesuaian
B-1
JUMLAH
c. Metode 3
Subjektif
Keterampilan
= Good (C2)
= +0.03
Usaha
= Good (C2)
= +0.02
Kondisi Kerja
= Average (D)
= 0.00
Konsistensi
= Good (C)
= +0.01
Jumlah
= +0.06
Objektif
Tabel 3.8 Performance Rating Objektif Metode 3
Keadaan
ANGGOTA BADAN TERPAKAI
Lengan atas, lengan bawah, dst
Lambang
Penyesuaian
44
Keadaan
PEDAL KAKI
Tanpa pedal, atau satu pedal dengan sumbu
dibawah kaki
PENGGUNAAN TANGAN
Keadaan tangan saling bantu atau bergantian
KOORDINASI MATA DENGAN
TANGAN
Konstan dan dekat
PERALATAN
Dapat ditangani dengan mudah
BERAT BEBAN
0.45 kg
Lambang
Penyesuaian
B-1
JUMLAH
d. Metode 4
Subjektif
Keterampilan
= Good (C1)
= +0.06
Usaha
= Good (C2)
= +0.02
Kondisi Kerja
= Average (D)
= 0.00
Konsistensi
= Good (C)
= +0.01
Jumlah
= +0.09
45
Objektif
Tabel 3.9 Performance Rating Objektif Metode 4
Keadaan
ANGGOTA BADAN TERPAKAI
Lengan atas, lengan bawah, dst
PEDAL KAKI
Tanpa pedal, atau satu pedal dengan sumbu
dibawah kaki
PENGGUNAAN TANGAN
Keadaan tangan saling bantu atau bergantian
KOORDINASI MATA DENGAN
TANGAN
Konstan dan dekat
PERALATAN
Dapat ditangani dengan mudah
BERAT BEBAN
0.45 kg
JUMLAH
Lambang
Penyesuaian
B-1
2
9
46
b. Metode 2
c. Metode 3
d. Metode 4
3.2.4
FAKTOR
CONTOH PEKERJAAN
NILAI (%)
A. Tenaga yang
Digunakan
1. Dapat Diabaikan
B. Sikap Kerja
1. Duduk
C. Gerakan Kerja
1. Normal
47
FAKTOR
CONTOH PEKERJAAN
NILAI (%)
D. Kelelahan Mata
2. Pandangan yang hampir Pekerjaan-pekerjaan yang teliti
terus menerus
E. Keadaan
Temperatur
Tempat Kerja
4. Normal
Temperatur 22-28
F. Keadaan Atmosfer
1. Baik
udara segar
G. Keadaan Lingkungan
Yang Baik
1. Bersih, sehat, cerah,
dengan kebisingan
rendah
Kelonggaran Kebutuhan
Wanita
Pribadi
Jumlah
11
Metode 1
Wb
= Wn + (Wn x allowance)
= 21.47 + (21.47 x 0.11)
= 23.83 detik
Metode 2
Wb
= Wn + (Wn x allowance)
= 18.84 + (18.84 x 0.11)
= 20.91 detik
Metode 3
Wb
= Wn + (Wn x allowance)
48
Metode 4
Wb
= Wn + (Wn x allowance)
= 16.04 + (16.04 x 0.11)
= 17.80 detik
3.2.5
= 1/Wb
= 1/23.83
= 0.042 unit/detik
= 151 unit/jam
Metode 2
Os
= 1/Wb
= 1/20.91
= 0.048 unit/detik
= 173 unit/jam
Metode 3
Os
= 1/Wb
= 1/18.79
= 0.053 unit/detik
= 191 unit/jam
Metode 4
Os
= 1/Wb
= 1/17.80
= 0.056 unit/detik
= 202 unit/jam
49
3.2.6
Metode
18.04
21.47
23.83
15.44
18.84
20.91
14.59
16.93
18.79
13.48
16.04
17.80
50
BAB IV
ANALISIS
4.1
b. Metode 2
Pada metode 2 dilakukan percobaan dengan jumlah repetisi sebanyak 30
kali. Kombinasi yang digunakan pada metode 2 meliputi kombinasi jarak,
langkah, dan layout. Pada metode ini, kelima part diletakkan ke dalam dua
wadah, yaitu part 1, 2 dan 3 diletakkan dalam satu wadah, part 4 dan 5
diletakkan dalam satu wadah, yang kemudian disusun berdampingan dengan
jarak 25 cm. Sedangkan jarak pallet dari benda kerja sebesar 10 cm. Langkah
perakitan pada metode 2 dimulai dari memasang alas pada tumpuan, memasang
badan 1 pada kepala piala, memasang badan 2 pada kepala assembly, dan
51
c. Metode 3
Pada metode 3 dilakukan percobaan dengan jumlah repetisi sebanyak 30
kali. Kombinasi yang digunakan pada metode 3 meliputi kombinasi jarak,
langkah, dan layout. Pada metode ini, kelima part diletakkan ke dalam satu
wadah, yaitu part 1, 2, 3, 4 dan 5 diletakkan berurutan dalam satu wadah dengan
jarak pallet dari benda kerja sebesar 15 cm. Langkah perakitan pada metode 3
dimulai dari memasang badan 1 pada kepala piala, memasang alas pada
tumpuan, memasang badan 2 pada kepala assembly, dan memasang tumpulan
assembly pada kepala assembly. Waktu yang dibutuhkan untuk merakit piala
dengan 30 kali repetisi pada metode 3 adalah 7.3 menit. Tingkat kesulitan yang
dialami operator pada metode 3 tidak terlalu tinggi karena jangkauan benda
kerja masih berada pada jangkauan normal dengan urutan langkah kerja yang
tidak membingungkan.
d. Metode 4
Pada metode 4 dilakukan percobaan dengan jumlah repetisi sebanyak 30
kali. Kombinasi yang digunakan pada metode 4 meliputi kombinasi jarak,
langkah, dan layout. Pada metode ini, kelima part diletakkan ke dalam dua
wadah, yaitu part 1 diletakkan ke dalam satu wadah, part 2, 3, 4 dan 5 diletakkan
ke dalam satu wadah, yang kemudian disusun berdampingan dengan jarak 20
cm. Sedangkan jarak pallet dari benda kerja sebesar 10 cm. Langkah perakitan
pada metode 4 dimulai dari memasang alas pada tumpuan, memasang badan 1
52
pada kepala piala, memasang badan 2 pada kepala assembly, dan memasang
tumpulan assembly pada kepala assembly. Waktu yang dibutuhkan untuk
merakit piala dengan 30 kali repetisi pada metode 4 adalah 6.8 menit. Akan
tetapi terdapat satu data yang dibuang pada langkah 2 dikarenakan nilai waktu
yang diperoleh terlalu ekstrim dan berada diluar batas atas dari persebaran data.
Tingkat kesulitan yang dialami operator pada metode 4 tidak terlalu
tinggi karena jangkauan benda kerja masih berada pada jangkauan normal
dengan urutan langkah kerja yang tidak membingungkan.
4.2
Berdasarkan
No
Metode
Waktu Siklus
Metode 1
18.04 detik
Metode 2
15.44 detik
Metode 3
14.59 detik
Metode 4
13.48 detik
53
Dari keempat nilai waktu siklus tersebut, dapat dilihat bahwa metode 4
memiliki waktu siklus terpendek dibandingkan metode yang lain. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa metode 4 memiliki kombinasi metode yang lebih baik
dibandingkan ketiga metode lainnya.
4.3
4.3.1
a. Metode 1
Secara subjektif, terdapat empat hal yang dinilai dalam menentukan
performance rating, yaitu keterampilan, usaha, kondisi kerja, dan konsistensi.
Penilaian yang dilakukan terhadap metode 1 menghasilkan nilai keterampilan
Good (C1) karena keterampilan dari operator dirasa baik, nilai usaha Good (C2)
karena usaha yang dilakukan oleh operator sudah cukup baik, nilai kondisi kerja
Average (D) karena proses perakitan dilakukan dengan peralatan dan tempat
kerja yang seadanya, dan nilai konsistensi Good (C) karena operator melakukan
kegiatan perakitan dengan lancar dan dalam tingkat konsistensi yang baik. Hal
ini dibuktikan dengan waktu siklus dalam perakitan piala menggunakan metode
1 tidak terlalu besar.
Secara objektif, penilaian performance rating didasarkan pada
penggunaan tubuh dari operator, yang meliputi penilaian terhadap anggota
badan terpakai, pedal kaki, penggunaan tangan, koordinasi mata dengan tangan,
peralatan, dan berat beban. Berdasarkan klasifikasi yang telah ditentukan pada
penentuan performance rating secara objektif, didapatkan hasil anggota badan
yang terpakai dalam proses perakitan adalah lengan atas, lengan bawah, dst yang
dilambangkan dengan huruf D dan memiliki nilai penyesuaian sebesar 5.
Penggunaan pedal kaki masuk ke dalam klasifikasi tanpa pedal, atau satu pedal
dengan sumbu dibawah kaki yang dilambangkan dengan huruf F dan memiliki
nilai penyesuaian sebesar 0. Penggunaan tangan masuk ke dalam klasifikasi
keadaan tangan salig bantu atau bergantian yang dilambangkan dengan huruf H
dan memiliki nilai penyesuaian sebesar 0. Koordinasi mata dengan tangan
tergolong konstan dan dekat yang dilambangkan dengan huruf K dan memiliki
54
b. Metode 2
Secara subjektif, terdapat empat hal yang dinilai dalam menentukan
performance rating, yaitu keterampilan, usaha, kondisi kerja, dan konsistensi.
Penilaian yang dilakukan terhadap metode 2 menghasilkan nilai keterampilan
Good (C1) karena keterampilan dari operator dirasa baik, nilai usaha Good (C1)
karena usaha yang dilakukan oleh operator dirasa baik, nilai kondisi kerja
Average (D) karena proses perakitan dilakukan dengan peralatan dan tempat
kerja yang seadanya, dan nilai konsistensi Good (C) karena operator melakukan
kegiatan perakitan dengan lancar dan dalam tingkat konsistensi yang baik. Hal
ini dibuktikan dengan waktu siklus dalam perakitan piala menggunakan metode
2 tidak terlalu besar.
Secara objektif, penilaian performance rating didasarkan pada
penggunaan tubuh dari operator, yang meliputi penilaian terhadap anggota
badan terpakai, pedal kaki, penggunaan tangan, koordinasi mata dengan tangan,
peralatan, dan berat beban. Berdasarkan klasifikasi yang telah ditentukan pada
penentuan performance rating secara objektif, didapatkan hasil anggota badan
yang terpakai dalam proses perakitan adalah lengan atas, lengan bawah, dst yang
dilambangkan dengan huruf D dan memiliki nilai penyesuaian sebesar 5.
Penggunaan pedal kaki masuk ke dalam klasifikasi tanpa pedal, atau satu pedal
55
dengan sumbu dibawah kaki yang dilambangkan dengan huruf F dan memiliki
nilai penyesuaian sebesar 0. Penggunaan tangan masuk ke dalam klasifikasi
keadaan tangan salig bantu atau bergantian yang dilambangkan dengan huruf H
dan memiliki nilai penyesuaian sebesar 0. Koordinasi mata dengan tangan
tergolong konstan dan dekat yang dilambangkan dengan huruf K dan memiliki
nilai penyesuaian sebesar 2. Penggunaan peralatan tergolong dapat ditangani
dengan mudah yang dilambangkan dengan huruf N dan memiliki nilai
penyesuaian sebesar 0. Dan berat beban tergolong kurang dari 0,45 kg yang
dilambangkan dengan huruf B-1 dan memiliki nilai penyesuaian sebesar 2.
Semua aspek tersebut menghasilkan nilai 9 yang menunjukkan bahwa
performance rating dari operator lebih besar 0.09 dari yang seharusnya.
Nilai performance rating yang dihasilkan pada penilaian objektif ini
dimaksudkan untuk lebih mengobjektifkan pengukuran performance rating
terhadap operator. Total nilai performance rating didapatkan dengan
mengalikan nilai performance rating subjektif dan objektif. Untuk metode 2
didapatkan nilai performance rating sebesar 1.22.
c. Metode 3
Secara subjektif, terdapat empat hal yang dinilai dalam menentukan
performance rating, yaitu keterampilan, usaha, kondisi kerja, dan konsistensi.
Penilaian yang dilakukan terhadap metode 3 Good (C2) karena keterampilan
dari operator sudah cukup baik, nilai usaha Good (C2) karena usaha yang
dilakukan oleh operator sudah cukup baik, nilai kondisi kerja Average (D)
karena proses perakitan dilakukan dengan peralatan dan tempat kerja yang
seadanya, dan nilai konsistensi Good (C) karena operator melakukan kegiatan
perakitan dengan lancar dan dalam tingkat konsistensi yang baik. Hal ini
dibuktikan dengan waktu siklus dalam perakitan piala menggunakan metode 3
tidak terlalu besar.
Secara objektif, penilaian performance rating didasarkan pada
penggunaan tubuh dari operator, yang meliputi penilaian terhadap anggota
badan terpakai, pedal kaki, penggunaan tangan, koordinasi mata dengan tangan,
56
peralatan, dan berat beban. Berdasarkan klasifikasi yang telah ditentukan pada
penentuan performance rating secara objektif, didapatkan hasil anggota badan
yang terpakai dalam proses perakitan adalah lengan atas, lengan bawah, dst yang
dilambangkan dengan huruf D dan memiliki nilai penyesuaian sebesar 5.
Penggunaan pedal kaki masuk ke dalam klasifikasi tanpa pedal, atau satu pedal
dengan sumbu dibawah kaki yang dilambangkan dengan huruf F dan memiliki
nilai penyesuaian sebesar 0. Penggunaan tangan masuk ke dalam klasifikasi
keadaan tangan salig bantu atau bergantian yang dilambangkan dengan huruf H
dan memiliki nilai penyesuaian sebesar 0. Koordinasi mata dengan tangan
tergolong konstan dan dekat yang dilambangkan dengan huruf K dan memiliki
nilai penyesuaian sebesar 2. Penggunaan peralatan tergolong dapat ditangani
dengan mudah yang dilambangkan dengan huruf N dan memiliki nilai
penyesuaian sebesar 0. Dan berat beban tergolong kurang dari 0,45 kg yang
dilambangkan dengan huruf B-1 dan memiliki nilai penyesuaian sebesar 2.
Semua aspek tersebut menghasilkan nilai 9 yang menunjukkan bahwa
performance rating dari operator lebih besar 0.09 dari yang seharusnya.
Nilai performance rating yang dihasilkan pada penilaian objektif ini
dimaksudkan untuk lebih mengobjektifkan pengukuran performance rating
terhadap operator. Total nilai performance rating didapatkan dengan
mengalikan nilai performance rating subjektif dan objektif. Untuk metode 3
didapatkan nilai performance rating sebesar 1.16.
d. Metode 4
Secara subjektif, terdapat empat hal yang dinilai dalam menentukan
performance rating, yaitu keterampilan, usaha, kondisi kerja, dan konsistensi.
Penilaian yang dilakukan terhadap metode 4 menghasilkan nilai keterampilan
Good (C1) karena keterampilan dari operator dirasa baik, nilai usaha Good (C2)
karena usaha yang dilakukan oleh operator sudah cukup baik, nilai kondisi kerja
Average (D) karena proses perakitan dilakukan dengan peralatan dan tempat
kerja yang seadanya, dan nilai konsistensi Good (C) karena operator melakukan
kegiatan perakitan dengan lancar dan dalam tingkat konsistensi yang baik. Hal
57
ini dibuktikan dengan waktu siklus dalam perakitan piala menggunakan metode
4 tidak terlalu besar.
Secara objektif, penilaian performance rating didasarkan pada
penggunaan tubuh dari operator, yang meliputi penilaian terhadap anggota
badan terpakai, pedal kaki, penggunaan tangan, koordinasi mata dengan tangan,
peralatan, dan berat beban. Berdasarkan klasifikasi yang telah ditentukan pada
penentuan performance rating secara objektif, didapatkan hasil anggota badan
yang terpakai dalam proses perakitan adalah lengan atas, lengan bawah, dst yang
dilambangkan dengan huruf D dan memiliki nilai penyesuaian sebesar 5.
Penggunaan pedal kaki masuk ke dalam klasifikasi tanpa pedal, atau satu pedal
dengan sumbu dibawah kaki yang dilambangkan dengan huruf F dan memiliki
nilai penyesuaian sebesar 0. Penggunaan tangan masuk ke dalam klasifikasi
keadaan tangan salig bantu atau bergantian yang dilambangkan dengan huruf H
dan memiliki nilai penyesuaian sebesar 0. Koordinasi mata dengan tangan
tergolong konstan dan dekat yang dilambangkan dengan huruf K dan memiliki
nilai penyesuaian sebesar 2. Penggunaan peralatan tergolong dapat ditangani
dengan mudah yang dilambangkan dengan huruf N dan memiliki nilai
penyesuaian sebesar 0. Dan berat beban tergolong kurang dari 0,45 kg yang
dilambangkan dengan huruf B-1 dan memiliki nilai penyesuaian sebesar 2.
Semua aspek tersebut menghasilkan nilai 9 yang menunjukkan bahwa
performance rating dari operator lebih besar 0.09 dari yang seharusnya.
Nilai performance rating yang dihasilkan pada penilaian objektif ini
dimaksudkan untuk lebih mengobjektifkan pengukuran performance rating
terhadap operator. Total nilai performance rating didapatkan dengan
mengalikan nilai performance rating subjektif dan objektif. Untuk metode 4
didapatkan nilai performance rating sebesar 1.19.
4.3.2
untuk memberikan kelonggaran dalam bekerja. Waktu longgar yang dibutuhkan dan
58
4.4
menyelesaikan suatu pekerjaan dalam kondisi yang pantas yang disesuaikan dengan
performance rating. Dengan adanya waktu normal maka dapat diketahui waktu yang
dibutuhkan operator untuk menyelesaikan pekerjaan dalam kondisi yang wajar dan
kemampuan rata-rata.
59
Metode
Waktu Normal
21.47 detik
18.84 detik
16.93 detik
16.04 detik
Dari keempat metode diatas, dapat dilihat bahwa metode yang terbaik dengan
waktu normal yang paling kecil adalah pada metode 4. Penentuan waktu normal didapat
dengan cara mengalikan waktu siklus dengan performance rating yang sudah ditentukan
sebelumnya secara objektif dan subjektif. Waktu siklus yang didapat dari metode 4
adalah 13,48 dengan performance rating sebesar 1.19. Performance rating diperoleh
dari hasil perkalian subjektif dengan objektif. Penentuan besarnya nilai yang didapat
dilihat dari hasil tabel westing house. Waktu normal yang didapatkan sebesar 16.04
detik. Waktu normal tersebut yang nantinya akan digunakan untuk penentuan waktu
baku.
Waktu baku merupakan waktu yang dibutuhkan secara wajar oleh pekerja
normal/pada umumnya dalam menyelesaikan pekerjaannya yang dikerjakan dalam
system kerja terbaik saat itu dengan mempertimbangkan allowance.
Tabel 4.3 Perbandingan Waktu Baku Tiap Metode
Metode
Waktu Baku
23.83 detik
20.91 detik
18.79 detik
17.80 detik
Jika dilihat lagi pada tabel diatas dapat diketahui bahwa metode yang terbaik
dengan waktu baku yang paling kecil adalah pada metode 4. Penentuan waktu baku
yang didapat dengan cara menjumlahkan waktu normal dengan waktu normal dikali
allowance. Waktu baku yang didapatkan sebesar 17.80 detik. Maka metode keempat
60
adalah metode terbail dalam hal merangkai piala akan memiliki waktu baku yaitu
sebesar 17.80 detik.
4.5
Metode
Waktu Baku
23.83 detik
20.91 detik
18.79 detik
17.80 detik
61
BAB V
PENUTUP
5.1
Kesimpulan
Setelah melakukan pratikum pada modul 3 ini, dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut :
1. Dari pratikum stopwatch time study ini dapat memahami penerapan prinsip
ekonomi gerakan yang sangat dibutuhkan terutama dalam melakukan suatu
pekerjaan, contohnya yaitu tentang gerakan kerja perakitan piala yang dilakukan
oleh kelompok kita dalam melakukan pengukuran waktu agar didapatkan
metode yang lebih efisiensi dalam melakukan gerakan kerja. Konsep stopwatch
time study ini terutama dapat diterapkan dalam lini assembly dalam suatu proses
produksi.
2. Waktu Siklus adalah waktu pengerjaan satu unit produk dari bahan awal sampai
bahan tersebut diproses, dimana dilakukan secara langsung pada suatu pekerjaan
dengan menggunakan stopwatch. Waktu baku adalah waktu yang dibutuhkan
oleh operator untuk menyelesaikan pekerjaan yang dikerjakan dalam suatu
sistem kerja atau metode terbaik pada saat itu. Dari pratikum yang sudah
dilakukan, waktu baku yang diperoleh sebesar 17,644 detik.
3. Pada pratikum ini dapat melakukan pengukuran waktu dari waktu siklus, waktu
normal, dan waktu baku dari suatu pekerjaan. Penentuan waktu normal didapat
dengan cara mengalikan waktu siklus dengan performance rating yang sudah
ditentukan sebelumnya secara objektif dan subjektif. Waktu normal yang
didapatkan yaitu 16,04 detik. Waktu normal tersebut yang nantinya akan
digunakan untuk penentuan waktu baku. Penentuan waktu baku yang didapat
dengan cara menjumlahkan waktu normal dengan waktu normal dikali
allowance. Waktu baku yang didapatkan sebesar 17,644 detik.
4. Pada pratikum ini kita dapat menganalisa metode terbaik dan prinsip ekonomi
gerakan. Dari hasil perhitungan waktu normal dan waktu baku yang telah
didapat, operator dapat menganalisa ekonomi gerakan agar bisa mendapatkan
hasil gerakan yang lebih efisien.
62
5.2
Saran
1. Sebaiknya letak kotak alas piala, tumpuan piala dan badan 1 piala tidak terlalu
dekat dengan tepi meja karena pada saat tangan operator bergerak dengan cepat
dapat berisiko besar menyenggol kotak alas tersebut dan membuatnya jatuh ke
dasar lantai.
2. Sebaiknya pratikan yang akan menjadi operator berlatih terlebih dahulu supaya
terbiasa dalam melakukan perakitan piala.
3. Sebaiknya posisi badan piala dan kotak badan piala selama pratikum harus
selalu dipantau terus, supaya tidak terjadi pergeseran yang nantinya akan
mempengaruhi jarak yang dilalui operator.
63