Oleh :
Bani Alkausar
156020301111004
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perusahaan sebagai salah satu wajib pajak memiliki kewajiban dalam membayar
pajak yang besarnya dihitung dari laba bersih yang diperolehnya. Semakin besar pajak
yang dibayarkan maka penerimaan negara akan semakin besar. Namun antara pihak
pemerintah dan wajib pajak (perusahaan) memiliki kepentingan yang berbeda. Dari
pihak pemerintah menginginkan agar wajib pajak dapat maksimal dalam membayar
pajak, namun dari segi wajib pajak perusahaan ingin mengefisienkan beban pajaknya
sehingga memperoleh keuntungan yang lebih besar dalam rangka menyejahterakan
pemilik dan untuk keberlanjutan hidup perusahaan (going concern). Mangoting (1999)
dalam Maretta (2013) menyatakan bahwa bagi perusahaan, pajak dianggap sebagai
biaya, sehingga perlu dilakukan usaha-usaha atau strategi-strategi tertentu untuk
menguranginya. Usaha-usaha atau strategi-strategi yang dilakukan merupakan bagian
dari tax planning. Tujuan yang diharapkan dengan adanya tax planning ini adalah
meminimalkan pajak terutang untuk mencapai laba yang optimal.
Penghematan pajak dapat dilakukan dengan cara legal (tax avoidance) maupun
secara illegal (tax evasion). Maretta (2013) menyatakan agresivitas pajak merupakan
keinginan perusahan untuk meminimalkan beban pajak melalui aktivitas tax planning
dengan tujuan untuk memaksimalkan nilai perusahaan. Aktivitas tax planning
dilakukan melalui cara yang legal, ilegal, maupun kedua-duanya. Jadi, agresivitas
pajak merupakan perilaku wajib pajak yang memiliki kecenderungan untuk
menghindari pajak agar beban pajak yang akan dibayarkan minimal.
Kasus agresivitas pajak tidak hanya dijumpai di Indonesia namun diseluruh dunia.
Hal ini telah diucapkan oleh Basri saat ditemui oleh majalah Tempo disela-sela acara "
6th Meeting of the Global Forum on Transparency and Exchange of Information for
Tax Purposes ", ia mengatakan bahwa penghindaran pajak tidak hanya menjadi
masalah di Indonesia, namun di semua negara. Ada perusahaan-perusahaan besar
dengan sistem yang seolah-olah dapat memindahkan pembayaran pajak ke negara lain
dan pada akhirnya perusahaan tersebut tidak membayar pajak (www.tempo.com).
aset
perusahaan
untuk
menciptakan
keuntuangan
dengan
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas yang menjadi rumusan masalah di penulisan ini adalah
sebagai berikut :
1. Bagaimana variabel kepemilikan manajerial, leverage, foreign operation, dan
profitabilitas mempengaruhi tingkat agresivitas pajak dalam perusahaan?
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah diatas yang menjadi tujuan penulisan adalah :
1. Mengetahui bagaimana variabel kepemilikan manajerial, leverage, foreign
operation, dan profitabilitas mempengaruhi tingkat agresivitas pajak dalam
perusahaan?
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. LANDASAN TEORI
1. Agency Theory
Menurut Jensen dan Meckling (1976) agency theory adalah teori yang menjelaskan
agency relationship dan masalah-masalah yang ditimbulkannya. Pada agency theory
yang disebut prinsipal adalah pemegang saham dan yang dimaksud agen adalah
manajemen yang mengelola perusahaan. Menurut Kim, Nofsinger, dan Mohr (2010)
dalam Hidayanti (2013) pada umumnya terdapat pemisahan antara pemilik perusahaan
(investor) dengan manajemen yang akan mempengaruhi pertumbuhan dari bisnis suatu
perusahaan. Adanya pemisahan kepemilikan antara pemilik perusahaan dengan
manajemen yang menjalankan perusahaan akan menimbulkan konflik di dalam
perusahaan. Konflik tersebut biasanya muncul karena perbedaan kepentingan antara
pihak manajemen dengan pemilik perusahaan.
2. Teori Tindakan Beralasan (Theory of Reasoned Action)
Theory of Reasoned Action atau biasa disebut TRA dikembangkan oleh Icek Ajzen
dan Martin Fishbein (1980). TRA menjelaskan bahwa perilaku dilakukan karena
individu mempunyai niat atau keinginan untuk melakukannya (behavioralintention).
Asumsi theory of reasoned action adalah manusia berperilaku dengan cara yang sadar,
bahwa mereka mempertimbangkan informasi yang tersedia, dan secara implisit dan
eksplisit juga mempertimbangkan implikasi dari tindakan yang dilakukan tersebut.
Dalam lingkungan bisnis, wajib pajak akan memiliki niat atau keinginan untuk
meminimalkan beban pajak dengan mempertimbangkan informasi yang tersedia,
karena beban pajak merupakan pembiayaan bagi perusahaan yang dapat mengurangi
laba perusahaan. Tolok ukur penilaian kinerja keuangan perusahaan dilihat dari laba,
jika laba kecil investor akan menilai bahwa kinerja perusahaan kurang baik,
lingkungan seperti ini akan mempengaruhi wajib pajak untuk agresif terhadap pajak.
3. Teori Ekonomi Bawah Tanah (Underground/Black Theory)
Beberapa pengertian tentang ekonomi bawah tanah diungkapakan oleh beberapa
ahli, diantaranya diungkapkan oleh Friedrich Schneider dan Bruno S. Frey serta Sam
Faknin. Menurut Friedrich dan Bruno, ekonomi bawah tanah terdiri dari semua
kegiatan produktif yang tidak tercatat yang seharusnya menjadi produk nasional.
Beberapa dari aktivitas tersebut legal, namun bukan merupakan objek pajak karena
tidak terukur oleh statistik yang resmi. Aktivitas lain merupakan legal dalam
perpajakan namun menghindari pajak. Pada akhirnya aktivitas ilegal (seperti produksi
dan distribusi obat-obatan) tidak dikenai pajak. Sedangkan menurut Sam, ekonomi
bawah tanah terdiri dari dua aktivitas, yaitu 1) Aktivitas yang legal yang tidak
dilaporkan pada fiskus dan pendapatan dari aktivitas tersebut tidak dilaporkan dan
tidak dibayar pajaknya, 2) Akivitas ilegal yang tidak perlu dilaporkan ke pemerintahan.
Dari dua definisi tersebut, Cahyadi (2006) menyimpulkan bahwa teori ekonomi
bawah tanah merupakan kegiatan produktif baik itu legal maupun ilegal yang tidak
tercatat baik dalam data produk nasional bruto maupun dalam administrasi otoritas
perpajakan. Ekonomi bawah tanah merupakan kegiatan agresif terhadap pajak karena
tidak melaporkan aktivitas produksi yang seharusnya dikenai pajak. Cahyadi (2006)
menyatakan dengan tidak mempunyai otoritas perpajakan memantau sumber-sumber
penerimaan yang menjadi dasar pengenaan pajak terutama yang berkaitan dengan
kegiatan informal, kriminal, dan transaksi dengan uang kas, dapat mendorong para
pelaku untuk mengambil keuntungan dengan cara menghindari pengenaan pajak.
4. Agresivitas Pajak
Frank, lynch, dan Rego (2006) dalam Hidayanti (2013) mendefinisikan agresivitas
pajak sebagai manajemen ke bawah dari kegiatan kena pajak penghasilan melalui
perencanaan pajak, mengelola pajak merupakan bagian penting dari pekerjaan seorang
manajer, karena pajak merupakan biaya yang signifikan untuk perusahaan dan
pemegang saham. an penghematan pajak yang akan dilakukan. Tindakan pajak agresif
erat kaitannya dengan aktivitas perlawanan terhadap pajak. Ada dua bentuk perlawanan
pajak yang dilakukan oleh warga negara menurut R. Santoso Brotihardjo (1993:13-14)
dalam Pohan (2013:23), yaitu perlawanan pasif dan perlawanan aktif. Dalam kaitannya
dengan perlawanan aktif, menurut Pohan (2013:23) ada beberapa modus yang biasanya
digunakan wajib pajak untuk menghindari pajak, yakni : 1. Tax Avoidance 2. Tax
Evasion 3. Tax Saving. Tingkat agresivitas pajak disini diukur berdasarkan tingkat ETR
sehingga semakin rendah tingkat ETR perusahaan maka semakin agresif pula
perusahaan terhadap pajak.
10
ke grup lainnya dan hal ini berarti pula bahwa pajak yang terutang di kedua grup yang
terlibat tersebut akan mengalami perubahan (Permatasari, 2004).
8. Leverage
Rasio leverage digunakan untuk menjelaskan penggunaan hutang untuk membiayai
sebagian dari pada aktiva korporasi. Leverage dihitung dari total hutang jangka
panjang dibagi dengan total aset yang tujuannya adalah menggambarkan struktur
modal perusahaan dan menangkap keputusan pembiayaan perusahaan. Tingkat
leverage perusahaan dapat menggambarkan risiko keuangan perusahaan. Hal ini
disebabkan karena leverage merupakan alat untuk mengukur seberapa besar
perusahaan bergantung pada kreditur dalam membiayai aset perusahaan (Maretta,
2013). Pembiayaan dengan hutang mempunyai pengaruh bagi korporasi karena hutang
mempunyai beban yang bersifat tetap. Penggunaan hutang memberikan subsidi pajak
atas bunga (Tampubolon, 2013:41).
9. Profitabilitas
Dalam setiap operasional perusahaan, yang menjadi tujuan utama dari usahanya
yaitu mencari keuntungan atau profitabilitas (Nugrahani, 2012) dalam Kurniasih dan
Sari. Profitabilitas adalah kemampuan manajemen untuk memperoleh laba. Laba terdiri
dari laba kotor, laba operasi, dan laba bersih (Utari, dkk., 2014:63). Profitabilitas dalam
penelitian ini menggunakan rasio Return on Assets (ROA). Rasio ini merupakan suatu
indikator yang mencerminkan performa keuangan perusahaan, semakin tingginya nilai
ROA yang mampu diraih oleh perusahaan maka performa keuangan perusahaan
tersebut dapat dikategorikan baik. Menurut Chen et al., (2010) dalam Kurniasih dan
Sari (2013) perusahaan yang memiliki profitabilitas tinggi memiliki kesempatan untuk
memposisikan diri dalam tax planning dengan tujuan untuk mengurangi jumlah beban
kewajiban perpajakan.
11
Foreign
Operation
Agresivitas
Pajak
Leverage
Profitabilitas
BAB III
12
METODE PENELITIAN
A. Sumber Data
1. Jenis dan Sumber Data
Jenis data dalam penelitian ini adalah data kualitatif, sedangkan sumber data yang
digunakan adalah data sekunder. Data sekunder yang digunakan pada penelitian ini
diperoleh dari jurnal-jurnal atau penelitian-penelitian yang terkait dengan agresivitas
pajak yang dapat diunduh melalui scholar.google.co.id. Pencarian sumber data lain
seperti literatur terkait penelitian diakses melalui internet.
2. Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu:
a. Studi Pustaka
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan mengkaji
berbagai literatur seperti buku-buku, jurnal, artikel, hasil penelitian terdahulu
dan sumber-sumber lain yang berkaitan dengan topik pembahasan dalam
penelitian ini.
b. Studi Dokumentasi
Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu
mengumpulkan seluruh data sekunder dan informasi yang dibutuhkan terkait
masalah yang diteliti.
B. Metode Penulisan
Metode penulisan yang digunakan dalam makalah ini adalah dengan cara
melakukan studi literatur berupa jurnal-jurnal yang berkaitan dengan agresivitas pajak.
Kemudian hasil dari penelitian tersebut akan coba disimpulkan oleh penulis dan
dimasukkan kedalam pembahasan.
C. Teknik Analisis
Teknik analisis yang digunakan yaitu berupa studi literatur yang dilakukan oleh
penulis terhadap beberapa hasil penelitian terkait dengan agresivitas pajak yang
nantinya akan disimpulkan dan akan dilakukan pembahasan oleh penulis berdasarkan
teori yang ada di tinjuan pustaka dalam makalah ini.
BAB IV
13
PEMBAHASAN
A. Pembahasan
1. Kepemilikan Manajerial
Dalam teori keagenan Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa perusahaan
yang memisahkan fungsi pengelolaan dengan fungsi kepemilikan akan rentan terhadap
agency conflct. Konflik kepentingan yang terjadi antara manajer dan pemegang saham
dapat diminimumkan dengan suatu mekanisme pengawasan yang dapat mensejajarkan
kepentingan yang terkait tersebut. Akibat dari munculnya mekanisme pengawasan
tersebut menyebabkan timbulnya suatu biaya yang disebut agency cost.
Salah satu cara untuk mengurangi agency cost adalah dengan meningkatkan
kepemilikan saham oleh pihak manajemen (Jensen dan Meckling, 1976). Analisisnya
menyatakan bahwa proporsi kepemilikan saham yang dikontrol oleh manajer dapat
mempengaruhi kebijakan-kebijakan perusahaan. Selain itu, kepemilikan manajerial
akan mensejajarkan kepentingan manajemen dan pemegang saham, sehingga pihak
manajemen akan merasakan langsung manfaat dari keputusan yang diambil dengan
benar dan akan merasakan kerugian sebagai konsekuensi dari pengambilan keputusan
yang salah (Sari, 2010). Penelitian mengenai pengaruh kepemilikan manajerial
terhadap agresivitas pajak pernah diteliti oleh Hartadinata dan Tjaraka (2013), hasil
penelitian tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi kepemilikan manajerial maka
semakin rendah tingkat keagresifan terhadap pajak.
Namun ada beberapa penelitian lain yang justru menunjukkan bahwa kepemilikan
manajerial tidak mempengaruhi tingkat agresivitas dalam perusahaan. Hasil penelitian
ini variabel kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap agresivitas pajak
karena disinyalir kepemilikan saham oleh pihak manajemen relatif sedikit atau kurang
dari 20%.
Menurut Tarigan (2013) kepemilikan saham kurang dari 20% dari keseluruhan
saham yang dikeluarkan perseroan termasuk saham minoritas. Dengan kepemilikan
saham yang relatif sedikit, pemegang saham minoritas tidak memiliki kontribusi yang
cukup besar dalam RUPS terkait penentuan kebijakan perusahaan dalam peningkatan
kinerja/nilai perusahaan. Sesuai dengan Undang Undang Nomor 40 Tahun 2007 Pasal
7 Ayat 2 menyatakan bahwa pemegang saham perseroan meminta diselenggarakannya
14
Rapat Umum Pemegang Saham, sedangkan pemegang saham minoritas hanya sekedar
mengusulkan tanpa ada kewenangan untuk memutuskan diadakannya RUPS. RUPS
memiliki kewenangan tertinggi dalam perseroan.
Dalam RUPS direksi mengajukan laporan tahunan yang telah ditelaah oleh dewan
komisaris mengenai keadaan dan jalannya kegiatan usaha perseroan, hasil yang telah
dicapai, kegiatan utama, dan masalah-masalah yang timbul yang mempengaruhi
kegiatan usaha perseroan. Sedangkan mekanisme pengambilan keputusan atas laporan
yang telah diajukan berdasarkan pemungutan suara. Dalam pengambilan keputusan
dapat dipastikan bahwa pemegang saham minoritas akan selalu kalah dengan
pemegang saham mayoritas. Hal tersebut dikarenakan pola pengambilan keputusan
dalam RUPS didasarkan atas besarnya persentase saham yang dimiliki. Pemegang
saham minoritas memiliki beberapa kepentingan, diantaranya: a) Pihak pemegang
saham minoritas tidak mempunyai kewenangan untuk mengurus perusahaan karena
tidak mempunyai cukup suara untuk menunjukkan direktur atau komisarisnya sendiri.
b) Pemegang saham minoritas tidak memiliki kewenangan untuk melakukan hal-hal
yang penting baginya. c) Pemegang saham minoritas sama sekali tidak berdaya dalam
suatu perseroan karena selalu kalah suara dengan pemegang saham mayoritas dalam
RUPS selaku pemegang kekuasaan tertinggi.
Karena kepemilikan saham manajerial yang rendah pada perusahaan yang
menjadikan
pemegang
saham
minoritas
tidak
memiliki
kewenangan
untuk
memutuskan suatu kebijakan untuk perseroan dalam RUPS. Kebijakan yang dimaksud
adalah kebijakan untuk diterapkan di perusahaan, salah satu diantara kebijakan tersebut
dapat berupa kebijakan untuk agresif atau tidak agresif terhadap pajak dengan tujuan
untuk meminimalkan beban pajak. Oleh karena itu, kepemilikan manajerial bisa jadi
tidak mempengaruhi tingkat agresivitas pajak dalam perusahaan.
2. Leverage
Faktor lain yang diprediksi dapat meyebabkan agresivitas pajak adalah faktor
keuangan. Dalam penelitian ini, faktor keuangan yang digunakan adalah leverage dan
profitabilitas. Leverage menunjukkan penggunaan utang untuk membiayai investasi
(Sartono, 2002). Leverage merupakan rasio yang mengukur seberapa jauh perusahaan
menggunakan utang dalam pendanaan kegiatan operasionalnya. Semakin banyak
perusahaan menggunakan utang sebagai pembiayaan operasional perusahaan maka
15
perusahaan akan semakin menghemat pajak. Karena bunga pinjaman tersebut dapat
dikurangkan dalam menghitung penghasilan kena pajak. Hal tersebut tercantum dalam
Undang Undang Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Pajak Penghasilan Pasal 6 Ayat 1
Huruf (a).
Pengaruh leverage terhadap agresivitas pajak perusahaan sebelumnya pernah
diteliti oleh Suyanto (2012) , hasil penelitiannya adalah leverage perusahaan
manufaktur berpengaruh signifikan terhadap agresivitas pajak perusahaan, atau dengan
kata lain adanya pengaruh yang kuat antara leverage perusahaan terhadap tingkat
agresivitas pajak perusahaan, dimana semakin tinggi leverage maka semakin tinggi
agresivitas pajak perusahaan.
Namun dari penelitian lain ada yang menunjukkan bahwa leverage tidak
mempengaruhi agresivitas pajak. Hal ini disebabkan karena tingkat leverage
perusahaan tinggi maupun rendah perusahaan akan tetap agresif terhadap pajak.
Sehingga dianggap bahwa leverage disini tidak mempengaruhi tingkat agresivitas
pajak dalam perusahaan.
Hal tersebut dikarenakan beberapa sifat manusiawi yang tidak bisa dihindari yaitu:
1) kalau bisa tidak membayar pajak sama sekali, 2) kalau tidak bisa tidak membayar
pajak sama sekali, mereka akan mengurangi pembayaran pajaknya dengan tidak
melanggar Undang Undang perpajakan, 3) kalau bisa waktu pembayaran pajak digeser,
4) kalau ketiga cara tersebut tidak bisa dilakukan, baru membayar pajak.
Selain itu, sesuai dengan definisi pajak, yaitu pemungutan pajak bersifat memaksa
dan wajib pajak badan tidak mendapatkan imbalan secara langsung. Sehingga wajib
pajak tetap melakukan tindakan agresif terhadap pajak (penghematan beban pajak)
walaupun tingkat hutang tinggi maupun rendah. Bagi perusahaan pembayaran beban
pajak dapat mengurangi cahsflow perusahaan. Sedangkan,
Cash
flow
memiliki
fungsi penting dalam perusahaan yaitu untuk memenuhi kebutuhan perusahaan seharihari, pembayaran hutang kepada kreditur apabila jatuh tempo, untuk berjaga-jaga
untuk pengeluaran yang tak terduga, serta untuk menghindari penurunan daya beli
ketika terjadi inflasi. Jika cashflow perusahaan berkurang, maka biaya perusahaan
untuk pemenuhan segala kebutuhan juga akan terganggu. Sehingga perusahaan akan
meminimalkan beban pajak agar cashflow tetap stabil.
3. Foreign Operation
16
17
18
teori atribusi yang menyatakan bahwa individu melakukan suatu hal karena adanya
sebab yang berasal dari faktor internal maupun faktor eksternal.
Dengan meminimalkan beban pajak, maka laba perusahaan akan lebih tinggi
dibandingkan dengan tidak melakukan agresivitas pajak. Dengan laba yang tinggi
maka pembagian dividen dan pemeberian bonus kepada karyawan akan terpenuhi
dengan baik. Oleh karena itu semakin tinggi profitabilitas, maka akan semakin rendah
nilai ETR perusahaan karena perusahaan melakukan tax planning. Chen, et al., 2010
dalam Kurniasih dan Sari 2013 menyatakan, perusahaan yang memiliki profitabilitas
tinggi memiliki kesempatan untuk memposisikan diri dalam tax planning yang baik
untuk mengurangi jumlah beban kewajiban perpajakan.
Hal ini sesuai dengan Theory of Reasoned Action atau biasa disebut TRA
dikembangkan oleh Icek Ajzen dan Martin Fishbein (1980). Dimana manajer ingin
menjaga kinerja keuangan dalam perusahaan dengan meminimalkan beban pajak dari
perusahaan maka laba setelah pajak yang dihasilkan oleh perusahaan akan semakin
tinggi. Sehingga penilaian investor akan kinerja perusahaan akan semakin baik juga.
19
BAB V
SARAN DAN KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan mengenai beberapa hasil penelitian terkait dengan
agresivitas pajak, penulis disini membuat beberapa kesimpulan yaitu :
1. Kepemilikan manajerial bisa mempengaruhi tingkat agresivitas pajak yang
didukung oleh teori agensi, namun kepemilikan manajerial ini bisa tidak
mempengaruhi tingkat agresivitas pajak pajak karena beberapa perusahaanperusahaan yang ada di Indonesia disinyalir merupakan perusahaan keluarga
sehingga kepemilikan manajerial dalam perusahaan tidak ada.
2. Leverage perusahaan bisa jadi tidak mempengaruhi tingkat agresivitas pajak
karena disebabkan oleh sifat dasar manusia, sehingga disini perushaan akan
selalu berusaha untuk meminimalkan beban pajaknya tanpa memperhatikan
tinggi rendahnya tingkat leverage perusahaan.
3. Foreign operation mempengaruhi tingkat agresivitas pajak, hal ini biasanya
dilakukan oleh perusahaan-perusahaan MNC (Multinational Corporate) dengan
cara melakukan transfer pricing untuk meminimalkan beban pajaknya.
4.
B. Keterbatasan penulisan
Keterbatasan penulisan yang dihadapai penulis adalah Pengukuran agresivitas
pajak dalam beberapa penelitian yang diambil oleh penulis hanya menggunakan ETR
(Effective Tax Rate) saja, sehingga hanya melihat agresivitas pajak dari satu sudut
pandang saja yaitu dari sudut pandang sebelum pajak dibayarkan. Padahal ada
indikator untuk mengukur tingkat agresivitas pajak yang lainnya misalkan dengan
menggunakan BTD (Book Tax Difference)
C. Saran
1. Bagi Peneliti Selanjutnya
20
Bagi peneliti yang akan melakukan penelitian mengenai agresivitas pajak bisa
memilih untuk menggunakan indikator BTD (Book Tax Difference) sebagai
alternatif dalam mengukur tingkat agresivitas pajak.
2. Bagi regulator
a. Terkait dengan transfer pricing pemerintah harus bisa membuat peraturan
yang ketat untuk membatasi aktivitas transfer pricing yang sering dilakukan
oleh perusahaan yang memiliki cabang diluar negeri.
b. Pemerintah harus membuat kebijakan terkit sanksi yang berat apabila
perusahaan melakukan tindakan agresivitas pajak melalui tindakan tax
evasion.
21
DAFTAR PUSTAKA
Agus Sartono, R. 2002. Manajemen Keuangan : Teori dan Aplikasi. Edisi keempat.
Yogyakarta : BPFE.
Ajzen, Icek. 1991. The Theory of Planned Behavior. Organizational Behavior and Human
Decision Processe. University of Massachusetts at Amherst. USA. DOI: 07495978/91Vol. 50, 179 211
Cravens, S.K. (1997). Examining The Role Of Transfer Pricing As A Strategy For
Multinational Firms, International Business Review, 6 (2), 127-145.
http://dx.doi.org/10.1016/S0969-5931(96)00042-X
Hartadinata, Okta S dan Heru Tjaraka. 2013. Analisis Pengaruh Kepemilikan Manajerial,
Kebijakan Hutang, dan Ukuran Perusahaan terhadap Tax Aggressiveness. Jurnal
Ekonomi dan Bisnis Tahun XXIII No. 3 Desember 2013.
Hidayanti. 2013. Pengaruh Antara Kepemilikan Keluarga Dan Corporate Governance
Terhadap Tindakan Pajak Agresif. Jurnal Akuntansi dan Auditting.
Ikatan Akuntan Indonesia. (2010). Pernyataan Standar Akuntansi Kuangan No. 10 (revisi
2010) Transaksi Dalam Mata Uang Asing. Jakarta
Jensen, M. and Meckling, W. 1976. Theory of the Firm: Managerial Behavior Agency
Cost, and Ownership Structure. Journal of Finance Economics 3
Kamila, Putri Almainda dan Martani, Dwi. 2014. Analisis Hubungan Agresivitas Pelaporan
dan Agresivitas Pajak. Jurnal Akuntansi Multi Paradigma (JAMAL)
Kurniasih, T., & Sari, M. M. (2013). Pengaruh Profitabilitass, Leverage, Corporate
Governance, Ukuran Perusahaan, dan Kompensasi Rugi Fiskal pada Tax Avoidance.
Buletin Studi Ekonomi , 18, 58 - 66.
Permatasari. 2004. Transfer Pricing Sebagai Salah Satu Strategi Perencanaan Pajak Bagi
Perusahaan Multi Nasional. Jurnal Bina Ekonomi.
Pohan, Chairil Anwar. 2013. Manajemen Perpajakan. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka
Utama.
Rustiarini. 2011. Pengaruh Struktur Kepemilikan Saham pada Pengungkapan Corporate
Social Responsibility. AUDI (Jurnal Akuntansi dan Bisnis).
Sari, I. (2010). Pengaruh Mekanisme Corporate Governance Terhadap Kinerja Perbankan
Nasional, Skripsi Fakultas Ekonomi Univer-sitas Diponegoro Semarang.
Sekaran, Uma. 2007. Metodologi Penelitian untuk Bisnis. Jakarta: Salemba Empat.
Suandy, Erly. 2003. Perencanaan Pajak. Edisi 3. Jakarta : Salemba Empat.
22
Suharso, puguh. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif Untuk Bisnis : Pendekatan Filosofi
dan Praktis.
Suyanto, K.D., & Supramono. 2012. Likuiditas, Leverage, Komisaris Independen dan
Manajemen Laba terhadap Agresivitas Pajak Perusahaan. Jurnal Keuangan dan
Perbankan, 2 (16), 167-177.
Yenni Mangoting. 1999. Tax Planning : Sebuah Pengantar Sebagai Alternatif
Meminimalkan Pajak. Universitas Kristen Petra : Semarang.
Yoehana, Maretta. 2013. Analisis Pengaruh Corporate Social Responsibility Terhadap
Agresivitas Pajak. Semarang.
http://bisnis.tempo.co/read/news/2013/11/21/087531337/120-negara-bahas-masalahpenghindaran-pajak
http://nasional.kontan.co.id/news/sengketa-pajak-toyota-motor-menanti-palu-hakim
http://www.tempo.co/topik/lembaga/688/Asian-Agri-Group
23