PENDAHULUAN
1.1.
Latar belakang.
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, termasuk dalam bidang
pengobatan merupakan hasil karsa dan karya manusia yang dihasilkan dengan
akalnya. Kemajuan pesat dalam bidang molekuler telah melahirkan beberapa
alternatif baru dalam usaha pengobatan dan memberikan harapan baru bagi
para penderita, bahkan untuk beberapa penyakit yang di masa lampau
mustahil untuk diobati, misalnya penyakit keturunan. Terapi gen merupakan
kemajuan teknologi yang cukup dapat memberikan harapan di bidang
pengobatan.
Penyakit-penyakit metabolik bawaan biasanya akibat tidak adanya gen
atau adanya kerusakan pada gen tertentu. Pengobatan yang paling radikal
adalah memberikan gen yang tepat, agar tubuh mampu membuat enzim atau
protein yang diperlukan, dengan demikian akar penyebab penyakit dapat
dihilangkan. Sejak ditemukan bahwa informasi genetik pada semua makhluk
hidup ternyata terdapat pada DNA, maka pengetahuan genetika dan biologi
molecular tumbuh dengan sangat pesat. Secara genetika sejumlah penyakit
keturunan telah diidentifikasi dan diharapkan gen penyebab dapat diklon dan
dikarakterisasi.
Dunia
pengobatan
merasakan
keuntungan
dengan
Rumusan masalah
a. Apakah yang dimaksud dengan terapi gen?
b. Bagaimana mekanisme kerja terapi gen?
c. Bagaimana prinsip-prinsip terapi gen ?
d. Bagaimana penanggulanan penyakit melalui beberapa gen oleh terapi gen?
1.3.
Tujuan.
Adapun tujuan dalam pembuatan makalah ini adalah:
a. Untuk mengetahui pengertian terapi gen.
b. Untuk mengetahui mekanisme kerja terapi gen.
c. Untuk mengetahui prinsip-prinsip terapi gen.
d. Untuk mengetahui penanggulanan penyakit melalui beberapa gen oleh
terapi gen?
1.4.
Manfaat.
Adapun manfaat yang diharapkan dari hasil penulisan makalah ini adalah
untuk meningkatkan pemahaman mengenai perkembangan biologi molekular
dan hubungannya dengan farmasi klinis.
BAB II
Terapi Gen untuk Penyembuhan Berbagai Penyakit 3
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
diuji pada pasien yang menderita melanoma (kanker kulit). Tujuannya adalah
untuk membantu mereka memproduksi antibodi (zat memerangi penyakit
dalam sistem kekebalan tubuh) untuk melawan kanker.
Percobaan ini telah melahirkan semakin banyak upaya untuk memperbaiki
mengembangkan terapi gen baru. Sebagai contoh, gen terapi untuk cystic
fibrosis,
penyakit
yang
mempengaruhi
saluran
udara,
sedang
2.3.
2.4.
akan
digunakan
mula-mula
diisolasi
dan
kemudian
di
penggantian gen rusak yaitu dengan memanfaatkan agen virus yang telah
dilemahkan, senyawa kimia organik, atau dengan cara penyuntikkan.
Penggunaan virus sebagai agen pembawa gen disebut metode viral.
Metode ini memiliki keuntungan efektivitas yang tinggi. Metode ini dapat
memanfaatkan sifat serangan virus pada jaringan tertentu yang khas.
Sebagai contoh, retrovirus penyerang sel-sel yang membelah cepat,
mungkin cocok sebagai agen pembawa gen terapeutik untuk penyakit
tumor. Adenovirus penyerang sel dinding paru-paru mungkin cocok untuk
mengirim duplikat gen cystic fibrosis yang dibutuhkan dalam sistem
pernapasan.
Metode
viral
cukup
dapat
diandalkan
dari
segi
efektivitas.
dapat
memetakan
gen
yang
berfungsi
normal
sehingga
2.7.
menembakkan gen baru tersebut ke dalam rantai DNA sel yang dituju.Sel
tersebut masih dibiakkan beberapa saat lagi di laboratorium. Setelah gen
benar-benar menyatu dengan selnya, kemudian sel tersebut dikembalikan ke
dalam tubuh penderita dengan cara disuntikkan ke dalam pembuluh darah.
Kedua secara in vivo. Virus pembawa gen disuntikkan ke dalam tubuh
penderita. Virus yang telah diprogram tersebut akan mencari dan menyerang
sel yang dituju (kanker) dengan cara menembakkan gen baru yang dibawanya
ke dalam sel. Peran virus ini kadang digantikan oleh liposom atau plasmid
sebagai vektor buatan.
Ada beragam jenis virus yang digunakan untuk ujicoba terapi gen, antara
lain retrovirus, adenovirus, virus herpes, cacar, dan lain-lain. Masing-masing
memiliki kelebihan dan kekurangan. Sebelum digunakan semuanya
direkayasa terlebih dahulu sehingga tidak mampu menjangkitkan penyakit,
sekaligus ditingkatkan kemampuannya untuk mengenali dan memasuki sel
target, juga mentransfer gen.
Sekalipun memberi harapan besar, bahkan beberapa RS kanker telah
berani menjadikannya terapi unggulan, terapi ini juga bisa menimbulkan
masalah. Karena virus bisa menyerang lebih dari satu jenis sel, jika
disuntikkan ke dalam tubuh bisa saja virus tersebut memasuki sel tubuh yang
lain, bukan hanya sel kanker seperti yang diharapkan atau, kalau gen yang
ditransfer menempel pada lokasi yang salah dalam rantai DNA, hal ini bisa
menimbulkan mutasi yang berbahaya, bahkan kanker jenis baru. Jika gen
tersebut salah sasaran mengenai sel reproduksi, maka mutasi ini akan
diturunkan juga pada keturunan penderita, jika kelak si penderita punya anak.
Ada juga kemungkinan gen yang ditransfer tersebut bereaksi berlebihan di
lingkungan barunya (sel kanker) sehingga malah menimbulkan peradangan,
atau memicu reaksi pertahanan/perlawanan dari sel kankernya. Bagaimana
juga kalau virus yang telah direkayasa itu malah menular kepada orang lain
yang sehat?
Para ilmuwan terus mencari cara yang aman dan memberikan hasil paling
optimal sesuai dengan kondisi penderita yang berbeda-beda. Angiogenesis
berarti proses pembentukan pembuluh darah. Proses ini berjalan seiring
dengan proses tumbuh kembang manusia. Pada manusia dewasa, proses ini
terjadi pada saat penyembuhan luka dan perbaikan jaringan tubuh yang rusak.
Sebetulnya angiogenesis adalah sebuah proses yang sehat. Tetapi pada
penderita kanker, proses pembentukan pembuluh darah baru ini akan
membuat tumor memiliki jaringan pembuluh darah sendiri yang akan
membuatnya tumbuh dengan cepat dan ganas.
Anti-angiogenesis adalah terapi yang bertujuan untuk menghentikan
pembentukan pembuluh darah baru. Karena tanpa suplai darah, sel
tumor/kanker akan mati. Tanpa memiliki pembuluh darah sendiri, tumor
hanya dapat tumbuh maksimal satu milimeter saja.
Malangnya, sel kanker mengeluarkan zat-zat kimia yang memicu
pertumbuhan pembuluh darah baru.Contohnya, protein yang disebut vascular
endothelial growth factor (VEGF). VEGF akan menempel pada vascular
endothelial growth factor receptor (VEGFR), yang kemudian tumbuh dan
membentuk pembuluh darah baru. Pembuluh darah baru itu akan membuat sel
kanker tumbuh dengan cepat, semakin banyak mengeluarkan VEGF, dan pada
gilirannya semakin memicu tumbuhnya jaringan pembuluh darah baru lagi.
Riset anti-angiogenesis yang mulai dikembangkan tahun 1999 tampaknya
akan membawa terapi ini pada posisi penting untuk menghentikan
pertumbuhan tumor.
Penderita kanker otak, kanker payudara, kanker ginjal, melanoma, dan
beberapa jenis kanker lain yang mengikuti ujicoba klinis anti-angiogenesis
kebanyakan terhenti pertumbuhan penyakitnya, bahkan sebagian bisa
mengecil.
Sejauh ini telah ditemukan sekitar 300 jenis substansi yang bisa
menghambat angiogenesis.Ada yang berasal dari tubuh manusia sendiri
(interferon alfa/beta/gamma, interleukin-12, retinoid, heparinas, dsb), ada
yang berasal dari alam (teh hijau, kedelai, jamur, bawang putih, ginseng, sirip
ikan, bisa ular, kulit pohon, dsb), ada juga yang sintetis buatan manusia
(bevacizumab, sunitinib, sorafenib, dsb).
Mereka bekerja dengan cara yang berbeda-beda. Ada yang menghambat
pembentukan pembuluh darah baru, ada yang menyerang pembuluh darah
BAB III
PEMBAHASAN
3.1.
sedang dan berat. Dapat berupa perdarahan spontan yang berat, kelainan
pada sendi, nyeri menahun, perdarahan pasca trauma atau tindakan medis
ekstraksi gigi atau operasi. Tanpa pengobatan sebagian besar penderita
hemofilia meninggal pada masa anak-anak.
Jenis hemofilia terbagi menjadi tiga jenis yaitu Hemofilia A, Hemofilia
B, dan hemofilia C. Berikut penjelasan jenis hemofilia berdasarkan jurnaljurnal yang telah didapat. Dikenal tiga tipe hemofilia yaitu hemofilia A, B,
dan C yang secara klinis ketiganya tidak dapat dibedakan. Hemofilia
terjadi oleh karena adanya defisiensi atau gangguan fungsi salah satu
faktor pembekuan yaitu faktor VIII pada hemofilia A serta kelainan faktor
IX pada hemofilia B dan faktor XI pada hemofilia C.
Klasifikasi hemophilia dibedakan atas 3 macam (Muscari.2005) :
1. Hemofilia A (hemofilia klasik) ditandai karena penderita tidak memiliki
zat anti hemofili globulin (factor VIII).Kira-kira 80 % dari kasus
hemophilia adalah tipe ini.Seseorang mampu membentuk antihemofilia
globulin (AHG) dalam serum darahnya karena ia memiliki gen dominan
H sedang alelnya resesif tidak dapat membentuk zat tersebut.Oleh
karena gennya terangkai X maka perempuan normal dapat mempunyai
genotif H.Perempuan hemophilia mempunyai genotif hh,sedangkan
laki-laki hemophilia h.
2. Hemofilia B atau penyakit Christmas Penderita tidak memiliki
komponen plasma tromboplastin (KPT;faktorIX).Kira-kira 20% dari
hemophilia adalah tipe ini.
3. Hemofilia C Penyakit hemophilia C tidak disebabkan oleh gen resesif
kromosom X melainkan oleh gen resesif yang jarang dijumpai dan
terdapatnya pada auotosom.Tidak ada 1% dari kasus hemophilia adalah
tipe ini.Penderita tidak mampu membentuk zat plasma,tromboplastin
anteseden (PTA).
Penyebab Hemofilia: Pria dan wanita masing-masing memiliki 23
pasang kromosom. Wanita memiliki dua kromosom X; pria memiliki 1
kromosom X dan 1 kromosom Y. Hemofilia merupakan penyakit genetik
terpaut X, yang berarti penyakit ini diwariskan dari ibu ke anak laki-laki
pada kromosom X. Jika si ibu membawa gen hemofilia pada salah satu
kromosom X-nya, setiap anak laki-lakinya memiliki peluang 50% untuk
menderita hemophilia.
Walaupun anak perempuan jarang sekali menunjukkan gejala hemofilia,
kasus, anak perempuan yang pembawa dapat mengalami gejala perdarahan
ringan. Bagi anak perempuan untuk menderita hemofilia, mereka harus
mendapat kromosom dari ayahnya yang hemofilia, dan juga kromosom X
dari ibunya yang merupakan pembawa. Walaupun ini sangat mungkin
terjadi namun sangat kecil kemungkinannya mereka dapat menjadi
pembawa penyakit ini. Pada beberapa. Berbagai faktor penyebab hemofilia
diantaranya yaitu ( Muscari . 2005):
a. Faktor Genetik
Hemofilia menurun dari generasi ke generasi lewat wanita
pembawa sifat (carier) dalam keluarganya, yang bisa secara langsung,
bisa tidak. Di dalam setiap sel tubuh manusia terdapat 23 pasang
kromosom dengan bebagai macam fungsi dan tugasnya. Kromosom ini
dapat menentukan sifat atau ciri organism. Sementara, sel kelamin
adalah sepasang kromosom di dalam inti sel yang menentukan jenis
kelamin. Seorang pria mempunyai satu kromosom X dan satu
kromosom Y, sedangkan wanita mempunyai dua kromosom X. Pada
kasus hemofilia, kecacatan terdapat pada kromosom X akibat tidak
adanya protein faktor VIII dan IX (dari keseluruhan 13 faktor), yang
diperlukan bagi komponen dasar pembeku darah (fibrin).
b. Faktor Komunikasi Antar Sel
Adanya interaksi/komunikasi antar sel, menyebabkan hilangnya satu
bagian saja atau kerusakan sekecil apapun padanya, akan menjadikan
keseluruhan proses tersebut tidak berfungsi. Dalam jalur intrinsic
menggunakan faktor-faktor yang terdapat dalam sistem vaskular atau
plasma. Pengaktifan salah satu prokoagulan akan mengakibatkan
pengaktifan bentuk seterusnya. Faktor XII, XI, dan IX harus diaktivasi
secara berurutan, dan faktor VIII harus dilibatkan sebelum faktor X
dapat diaktivasi.
darah
setelah
pasiennya
mendapat
pengobatan
chemoterapy.
Agar target dari pengobatannya tercapai, John Rossi dan tim
risetnya melangkah lebih jauh lagi. Mereka hendak membuktikan
bahwa dengan teknik rekayasa genetika, sistem pembentuk sel darah
dan sumsum tulang belakang yang baru dicangkokan ke tubuh pasien,
juga kebal terhadap virus HIV-AIDS.Atau juga tidak memberikan
peluang atau kemungkinan bagi virus HIV untuk menginfeksi dan
kemudian menghancurkan sel tubuh manusia tersebut.
John Rossi menggambarkan metodenya, Kami menyisipkan
informasi genetika tambahan pada sel punca darah.Sel punca yang
direkayasa secara genetika itu diharapkan berpindah ke sumsum tulang
belakang, dan secara bertahap membentuk berbagai sel pertahanan
tubuh. Semua sel ini juga mengandung informasi genetika tambahan
tsb. Dari uji coba di laboratorium dan pada binatang percobaan, kami
mengetahui bahwa sel yang direkayasa secara genetika ini, memiliki
resistensi tinggi terhadap infeksi HIV
c. Menghancurkan Virus
Sebagai sarana transportasinya, Rossi menggunakan virus Lenti
yang tidak berbahaya.Virus ini mengangkut kode genetika yang telah
direkayasa ke dalam sel dan mendorong agar kode genetika baru itu
menjadi bagian dari kode DNA sel. Yang disisipkan adalah kode
genetika yang memproduksi potongan RNA fungsional.Potongan RNA
ini terus menerus melakukan patroli dalam sel tubuh untuk mencari
RNA pembawa pesan dari virus HIV.
Jika menemukan target yang dicari, RNA patroli itu langsung
melekat pada unsur pembawa pesan virus HIV. Dengan itu, potongan
RNA maupun keseluruhan virusnya ibaratnya sudah diberi tanda agar
langsung dikirim ke bagian pemusnah sel. Artinya, virus HIV-nya
jika
bisa,
menyembuhkan
penyakit
AIDS,
tetap
harus
merupakan
suatu
penyakit
darah
bawaan
yang
akan mengalami anemia berat. Dalam hal ini jika penderita tidak diobati,
maka bentuk tulang wajahnya akan berubah dan wama kulitnya menjadi
hitam. Selama hidupnya penderta akan tergantung pada transfusi darah.
Hal ini dapat berakibat fatal, karena efek samping dari transfuse darah
yang terus menerus akan mengakibatkan kelebihan zat besi (Duwi, 2010).
Terapi gen merupakan harapan baru bagi penderita thallasemia di masa
mendatang. Terapi dilakukan dengan menggantikan sel tunas yang rusak
pada sumsum tulang penderita dengan sel tunas dari donor yang sehat. Hal
ini sudah diujicobakan pada mencit.
Tipe-tipe thalassemia:
Hemoglobin tersusun dari 2 jenis rantai protein, yaitu rantai protein
alpha globin & rantai protein beta globin.
1. Bila yang terganggu pembentukannya adalah rantai protein alpha,
maka thalasemia yang timbul disebut thalasemia alpha.
2. Bila yang terganggu pembentukannya adalah rantai protein beta,
maka thalasemia yang timbul disebut thalasemia beta.
Kedua tipe ini bisa ditemukan dalam bentuk ringan hingga berat.
Pembagian thalassemia, dibagi menjadi:
1. Thalassemia mayor
Tanda dan gejala umumnya muncul beberapa bulan setelah
lahir,wajah pucat dan limpa membesar, perubahan bentuk muka, kulit
kehitaman, gangguan pertumbuhan, dan gizi kurang/buruk.Transfusi
berfungsi membantu penderita thalassemia mayor untuk memperbaiki
pasokan sel darah merah.
3.2.
BAB IV
PENUTUP
4.1.
Kesimpulan
Terapi gen adalah suatu teknik yang digunakan untuk memperbaiki gengen mutan (abnormal/cacat) yang bertanggung jawab terhadap terjadinya
suatu penyakit.
Saran
Suatu
kemajuan
teknologi
dapat
dimanfaatkan
untuk
DAFTAR PUSTAKA
Mulyadi, Masan.
2007.
Buku Patologi
dan
Kedokteran
II.