Anda di halaman 1dari 12

PROPOSAL PENELITIAN

NILAI-NILAI RELIGIUS DALAM NOVEL


PENANGSANG: TEMBANG RINDU DENDAM
KARYA NASSIRUN PURWOKARTUN: TINJAUAN SEMIOTIK

Proposal Penelitian ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah


Seminar Penelitian Sastra dan Pengajarannya
Dosen Pengampu: Drs. Adyana Sunanda

Diusulkan oleh :
SUKRISNO SANTOSO
A. 310080094

PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA DAN DAERAH


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2011

www.sastra33.co.cc

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sastra dapat berfungsi sebagai karya seni yang bisa digunakan sebagai sarana menghibur diri
pembaca. Hai ini sesuai dengan pendapat Warren (dalam Nurgiyantoro, 2007: 3) yang menyatakan
bahwa membaca sebuah karya sastra fiksi berarti menikmati cerita dan menghibur diri untuk
memperoleh kepuasan batin. Karya sastra merupakan karya imajinatif yang dipandang lebih luas
pengertiannya daripada karya fiksi. Novel sebagai salah satu bentuk karya sastra dapat dengan
bebas berbicara tentang kehidupan yang dialami oleh manusia dengan berbagai peraturan dan
norma-norma dalam interaksinya dengan lingkungan sehingga dalam karya sastra (novel) terdapat
makna tertentu tentang kehidupan.
Ada beberapa masalah yang muncul saat membahas masalah karya sastra. Nurgiyantoro
(2007: 31-32) mengemukakan bahwa salah satu penyebab sulitnya pembaca dalam menafsirkan
karya sastra, yaitu dikarenakan novel merupakan sebuah struktur yang kompleks, unik, serta
mengungkapkan sesuatu secara tidak langsung. Oleh karena itu, perlu dilakukan suatu bukti-bukti
hasil kerja analisis. Pengkajian terhadap karya fiksi, berarti penelaah, penyelidikan, atau mengkaji,
menelaah, menyelidiki karya fiksi tersebut. Novel merupakan sebuah struktur organisme yang
kompleks, unik, dan mengungkapkan segala sesuatu (lebih bersifat) secara tidak langsung. Tujuan
utama analisis kesastraan, fiksi, puisi, ataupun yang lain adalah untuk memahami secara lebih baik
karya sastra yang bersangkutan, di samping untuk membantu menjelaskan pembaca yang kurang
dapat memahami karya itu.
Aspek-aspek pokok kritik sastra adalah analisis, interpretasi (penafsiran), dan evaluasi atau
penilaian. Karya sastra merupakan sebuah sebuah struktur yang komplek, maka untuk
memahaminya perlu adanya analisis, yaitu penguraian terhadap bagian-bagian atau unsur-unsurnya.
Sesungguhnya, analisis itu merupakan salah satu sarana penafsiran atau interpretasi. (Pradopo,
2008: 93)
Manfaat yang akan terasa dari kerja analisis itu adalah jika kita (segera) membaca ulang
karya-karya kesastraan (novel,cerpen) yang dianalisis itu, baik karya-karya itu dianalisis sendiri
maupun orang lain. Namun demikian adanya perbedaan penafsiran dan atau pendapat adalah
sesuatu hal yang wajar dan biasa terjadi, dan itu tidak perlu dipersoalkan. Tentu saja masing-masing

www.sastra33.co.cc

pendapat itu tak perlu memiliki latar belakang argumentasi yang dapat diterima. (Nurgiyantoro,
2007 : 34-35)
Salah satu karya sastra yang mengandung banyak nilai religious adalah novel Penangsang:
Tembang Rindu Dendam karya NasSirun PurwOkartun. NasSirun PurwOkartun selama ini lebih
terkenal sebagai seorang kartunis. Novel ini merupakan novel pertamanya. Novel ini diibaratkan
oleh Langit Kresna Hadi penulis Tetralogi Gajah Mada- bagaikan disertasi bagi penulisnya.
Sedangkan Ahmad Tohari berkomentar, Memberi suara pada lama yang terbungkam. Demikianlah
novel ini berbicara.
Kisah Pangeran Haryo Penangsang di masa Kerajaan Demak diceritakan oleh Kang Nass
secara berbeda dengan teks sejarah dalam Babad Tanah Jawi. Dalam Babad Tanah Jawi, Haryo
Penangsang digambarkan sebagai sosok yang gila kekuasaan dan sangat beringasan, hatinya selalu
panas dan jiwanya mudah marah. Melalui novel ini, Kang Nass seperti ingin membalik kisah dalam
Babad Tanah Jawi. Haryo Penangsang dalam novel ini adalah sosok pemberani, pembela kebenaran
dan keadilan, serta penganut ajaran Islam yang bersih, sekaligus penentang sinkretisme di tanah
Jawa yang gigih.
Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti tertarik untuk mengadakan kajian guna
mengungkap nilai-nilai religius dalam novel Penangsang: Tembang Rindu Dendam karya NasSirun
PurwOkartun, dengan judul: Nilai-nilai Religius dalam Novel Penangsang: Tembang Rindu
Dendam karya NasSirun PurwOkartun: Tinjauan Semiotik.

B. Rumusan Masalah
Untuk mendapatkan hasil peneltian yang terarah, maka diperlukan suatu perumusan masalah.
Ada dua rumusan masalah dalam penelitian ini.
1. Bagaimana unsur-unsur yang membangun novel Penangsang: Tembang Rindu Dendam karya
NasSirun PurwOkartun?
2. Nilai religius apa saja yang terkandung dalam novel Penangsang: Tembang Rindu Dendam
karya NasSirun PurwOkartun dari tinjauan semiotik?

C. Tujuan Penelitian
Tujuan suatu penelitian haruslah jelas mengingat penelitian harus mempunyai arah dan
sasaran yang tepat. Ada dua tujuan penelitian ini.

www.sastra33.co.cc

1. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan unsur-unsur yang membangun novel Penangsang:


Tembang Rindu Dendam karya NasSirun PurwOkartun.
2. Penelitian ini bertujuan menganalisis nilai-nilai religius dalam novel Penangsang: Tembang
Rindu Dendam karya NasSirun PurwOkartun dari tinjauan semiotik.

D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan akan dapat berhasil dengan baik, yaitu dapat mencapai tujuan secara
optimal, menghasilkan laporan yang sistematis dan dapat bermanfaat secara umum. Ada dua
manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini, yaitu manfaat teoritis dan manfaat praktis.
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi pengembangan keilmuan sastra
Indonesia terutama dalam pengkajian novel dengan pendekatan semiotik.
2. Manfaat Praktis
a. Hasil penelitian ini dapat memperluas cakrawala apresiasi pembaca sastra Indonesia
terhadap aspek moral dalam sebuah novel.
b. Hasil penelitian ini dapat menambah referensi penelitian karya sastra di Indonesia dan
dapat dijadikan sebagai acuan bagi peneliti sastra selanjutnya.

E. Sistematika Laporan Penelitian


Penulisan laporan penelitian ini dengan sistematika sebagai berikut:
Bab I berisi pendahuluan yang berisi Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian,
Manfaat Penelitian, dan Sistematika Laporan Penelitian. Bab II membahas Kajian Pustaka, dan
Landasan Teori. Isi dalam Bab II ini merupakan landasan yang akan dipakai sebagai dasar dalam
mengkaji permasalahan.
Bab III berisi metode penelitian. Metode penelitian ini meliputi beberapa hal, yaitu Lokasi
dan Waktu Penelitian, Pendekatan dan Strategi Penelitian, Objek dan Subjek Penelitian, Data dan
Sumber Data, Teknik Pengumpulan Data, Teknik Validasi Data, dan Teknik Analisis Data. Bab IV
merupakan pembahasan dari permasalahan penelitian ini berisi deskripsi unsur-unsur pembangun
novel Penangsang: Tembang Rindu Dendam karya NasSirun PurwOkartun dan analisis nilai-nilai
religius dalam novel tersebut. Bab V berupa penutup dengan simpulan dan saran.

www.sastra33.co.cc

BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

A. Kajian Pustaka
Kajian pustaka bertujuan untuk mengetahui keaslian suatu penelitian. Kajian pustaka dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut.
Aji Wicaksono (2007) berjudul Aspek Religius Puisi dalam Mantra Orang Jawa Karya
Sapardi Djoko Damono: Tinjauan Semiotik yang menitikberatkan pada analisis struktur dalam
puisi yaitu metode puisi (diksi, pengimajian, kata konkret, bahasa figuratif, rima, ritma) dan hakikat
puisi (tema, nada, perasaan, dan amanat). Dalam analisis aspek religius puisi tersebut, peneliti
menggunakan teori yang dikemukakan oleh Riffatere (pembacaan heuristik dan hermeneutik),
semiotika Barthes dalam mitos yang telah dijelaskan melalui diagram, dan semiotika Pierce
(dengan ikon, indeks, dan simbol). Namun yang membedakan dengan penelitian ini yaitu acuannya.
Aji menggunakan puisi sebagai acuannya sedangkan penelitian ini menggunakan novel sebagai
acuannya.
Sekar Nugraheni (2007) meneliti Aspek Sufistik dalam Kumpulan Cerpen Setangkai Melati
di Sayap Jibril Karya Danarto: Tinjauan Semiotik. Penelitian tersebut membahas aspek sufistik
dalam karya sastra dengan tinjauan semiotik. Dalam analisisnya, untuk sampai pada pemaknaan
kumpulan cerpen, maka peneliti menggunakan teori Preminger yang menyatakan semiotik adalah
ilmu tentang tanda-tanda, semiotik yang mempelajari sistem-sistem, aturan-aturan, konvensikonvensi yang memungkinkan tanda tersebut mempunyai arti. Namun yang membedakan dengan
penelitian ini adalah jenis kajian dan acuannya. Sekar menggunakan kajian aspek sufistik dan
menjadikan cerpen sebagai acuannya. Sedangkan penelitian ini menggunakan kajian aspek religius
dan novel sebagai bahan acuannya.
Sepengetahuan penulis, belum ada kajian terhadap novel Penangsang: Tembang Rindu
Dendam untuk mengungkap nilai-nilai releigius yang terkandung di dalamnya dengan tinjauan
semiotik.

B. Landasan Teori
1. Teori Semiotik

www.sastra33.co.cc

Tujuan analisis karya sastra adalah mengungkapkan makna. Karya sastra hanyalah karya
yang bersifat artefak jika tidak diketahui makna yang terkandung di dalamnya. Suatu karya
sastra dalam hal ini novel, merupakan struktur tanda-tanda yang bermakna. Sesuai dengan
konvensi ketandaan maka analisis struktur tidak dapat dilepaskan dari analisis semiotik. Hal ini
sesuai dengan pendapat Pradopo (2008: 108-109), sesungguhnya strukturalisme berhubungan
erat atau bahkan tak terpisahkan dengan semiotik sebagai sarana untuk memahami karya sastra.
Untuk menangkap (merebut) makna unsur-unsur struktur karya sastra harus memerhatikan
sistem tanda yang dipergunakan dalam karya sastra. Dapat dikatakan struktur karya sastra
merupakan struktur sistem tanda yang bermakna.
Semiotik adalah ilmu tentang tanda-tanda. Ilmu ini menganggap bahwa fenomena sosial
atau masyarakat dan kebudayaan itu merupakan tanda-tanda. Semiotik memelajari sistemsistem, aturan-aturan, dan konvensi-konvensi yang meyakinkan tanda-tanda itu mempunyai arti.
Dalam kritik sastra, penelitian semiotik meliputi analisis sastra sebagai sebuah penggunaan
bahasa yang bergantung (ditentukan) pada konvensi-konvensi tambahan dan meneliti ciri (sifatsifat) yang menyebabkan bermacam-macam cara agar wacana memiliki makna (Pradopo, 2008:
119). Hal ini berarti penekanan pendekatan semiotik adalah pemahaman makna karya sastra
melalui tanda-tanda dalam karya sastra.
Pierce (dalam Nurgiantoro, 2007: 42) membedakan hubungan antara tanda dengan
acuannya ke dalam tiga jenis hubungan, yaitu: (1) Ikon adalah tanda yang menggunakan
kesamaan atau ciri-ciri yang sama dengan apa yang dimaksudkannya; (2) Indeks adalah suatu
tanda yang memiliki kaitan kausal dengan apa yang diwakilinya; (3) Simbol (tanda yang sesuai)
adalah hubungan antara penanda dengan petanda yang tidak bersifat alamiah melainkan
merupakan kesepakatan masyarakat semata-mata.
Barthes (dalam Al-Maruf, 2006: 45) mengemukakan bahwa di dalam karya sastra
sebagai sistem semiotik tahap kedua terdapat tiga aspek, yaitu penanda, petanda, dan tanda.
Dalam sistem tanda yaitu asosiasi total antara konsep dan imajinasi yang menduduki posisi
sebagai penanda dalam sistem yang kedua. Barthes memaparkan skema sebagai berikut.

1. Penanda

2. Petanda
3. Tanda

I. PENANDA

II. PETANDA

III. TANDA

www.sastra33.co.cc

Semiotik berhubungan erat dengan strukturalisme sebagai sarana untuk menganalisis


karya sastra. Hal ini sesuai dengan pendapat Pradopo (2008: 108-109) yang mengemukakan
bahwa strukturalisme berhubungan erat atau bahkan tak terpisahkan dengan semiotik sebagai
sarana untuk memahami karya sastra. Karya sastra adalah sebuah struktur yang komplek. Oleh
karena itu, untuk dapat memahaminya haruslah karya sastra itu dianalisis. Dalam analisis itu
karya sastra diuraikan unsur-unsur pembentuknya. Dengan demikian, makna keseluruhan karya
sastra akan dapat dipahami. Hal ini mengingat bahwa karya sastra itu adalah sebuah karya
sastra yang utuh. Di samping itu, sebuah struktur sebagai satu kesatuan yang utuh dapat
dipahami makna keseluruhannya bila diketahui unsur-unsur pembentuknya dan saling
hubungan di antaranya dengan keseluruhannya. (Pradopo, 2008: 108)
Strukturalisme dapat dipandang sebagi salah satu pendekatan kesastraan yang
menekankan pada kajian hubungan antarunsur pembangun karya sastra yang bersangkkutan.
Analisis struktural karya sastra dalam hal ini fiksi dapat dilakukan dengan mengidentifikasikan,
mengkaji, dan mendeskripsikan fungsi dan hubungan antarunsur intrinsik fiksi yang
bersangkutan. (Nurgiantoro, 2007: 60)
Menurut Teeuw (dalam Ratna, 2008: 103), khususnya dalam ilmu sastra, strukturalisme
berkembang melalui tradisi formalism. Artinya, hasil-hasil yang dicapai melalui tradisi formalis
sebagian besar dilanjutkan dalam strukturalis. Secara definitif, strukturalisme berarti paham
mengenai unsur-unsur, yaitu struktur itu sendiri, dengan mekanisme antarhubungannya, di satu
pihak antarhubungan unsur yang satu dengan unsur yang lainnya.
Sebuah karya sastra, fiksi, atau puisi, menurut kaum strukturalisme adalah sebuah totalitas
yang dibangun secara koherensif oleh berbagai unsur (pembangunnya). Strukturalisme dapat
dipandang sebagi salah satu pendekatan (baca: penelitian) kesastraan yang menekankan pada
kajian hubungan antarunsur pembangun karya sastra yang bersangkkutan. Analisis struktural
karya sastra dalam hal ini fiksi dapat dilakukan dengan mengidentifikasika, mengkaji, dan
mendeskripsikan fungsi dan hubungan antarunsur intrinsik fiksi yang bersangkutan.
(Nurgiantoro, 2007: 61)
Stanton (2007: 22) mendeskripsikan unsur-unsur pembagian struktur fiksi terdiri atas
tema, fakta cerita, dan sarana sastra. Tema merupakan makna penting atau gagasan utama dalam
sebuah cerita. Fakta cerita merupakan aspek cerita yang berfungsi sebagai elemen-elemen
catatan kejadian imajinatif dari sebuah cerita. Fakta cerita terdiri atas alur, tokoh, dan latar.

www.sastra33.co.cc

Sarana cerita adalah metode pengarang dalam memilih dan menyusun detil agar tercapai polapola yang bermakna. Fungsi sarana sastra adalah memadukan fakta cerita dan tema sehingga
makna sastra dapat dipahami dengan jelas. Sarana cerita terdiri atas sudut pandang, gaya bahasa
dan suasana, simbol-simbol, imajinasi, dan juga cara-cara pemilihan judul di dalam karya
sastra.

2. Nilai Religius
Mangunwijaya (dalam Lathief, 2008: 175) mengemukakan bahwa segala sastra adalah
religius. Religius diambil dari bahasa Latin relego, dimaksudkan dengan menimbang kembali
atau prihatin tentang (sesuatu hal). Seorang yang religius dapat diartikan sebagai manusia yang
berarti, yang berhati nurani serius, saleh, teliti, dan penuh dengan pertimbangan spiritual.
(Lathief, 2008: 175)
Religiusitas lebih melihat aspek yang di dalam lubuk hati, moving in the deep hart, riak
getaran hati nurani pribadi, sikap personal yang sedikit banyak merupakan misteri bagi orang
lain. Dengan demikian sikap religius ini lebih mengajuk pada pribadi seseorang dengan
Khaliqnya, bertata laku sesuai dengan karsa Tuhan. (Lathief, 2008: 175)

www.sastra33.co.cc

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Pendekatan dan Strategi Penelitian


Dalam penelitian ini, metode yang digunakan adalah metode kualitatif. Penerapan metode
kualitatif ini bersifat deskriptif yang berarti data yang dihasilkan berupa kata-kata dalam bentuk
kutipan-kutipan. Menurut Moleong (dalam Arikunto, 2002: 6), metode kualitatif yang bersifat
deskriptif dimaksudkan adalah bahwa data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar, dan bukan
angka-angka.
Penelitian kualitatif bersifat deskriptif lebih mengutamakan proses daripada hasil, analisis
data cenderung induktif, dan makna merupakan hal yang esensial (Semi, 1993: 59). Proses dalam
penelitian kualitatif lebih diutamakan karena hubungan antar bagian-bagian yang sedang diteliti
jauh lebih jelas apabila diamati dalam proses. Dalam pelaksanaannya, metode deskriptif kualitatif
menuntut peneliti untuk menangkap aspek penelitian secara akurat serta memperhatikan secara
cermat apa saja yang menjadi fokus penelitian sehingga pemberian interpretasi dapat lebih
mendalam.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian novel Penangsang: Tembang Rindu Dendam
karya NasSirun PurwOkartun ini adalah pendekatan semiotik. Pendekatan semiotik bertolak dari
anggapan bahwa fenomena sosial atau masyarakat dan kebudayaan itu merupakan tanda-tanda. Hal
ini berarti penekanan pendekatan semiotik dalam penelitian ini adalah pemahaman makna novel
Penangsang: Tembang Rindu Dendam melalui tanda-tanda dalam karya sastra.

B. Objek Penelitian
Objek penelitian adalah sasaran yang akan diteliti yang tentu saja tidak terlepas dari masalah
penelitian (Al-Maruf, 2009: 10-11). Objek penelitian ini adalah nilai-nilai religius dalam novel
Penangsang: Tembang Rindu Dendam karya NasSirun PurwOkartun dengan tinjauan semiotik.

C. Data dan Sumber Data


1. Data
Data merupakan bahan yang sesuai untuk memberi jawaban terhadap masalah yang dikaji
(Subroto dalam Al-Maruf, 2009: 11). Data penelitian sastra adalah unsur-unsur sastra yang

www.sastra33.co.cc

terdapat dalam teks sastra yang berkaitan langsung dengan masalah penelitian. Data penelitian
demikian substansinya dipandang berkualifikasi valid (shahih) dan reliable (terandal) (AlMaruf, 2009: 11).
Data dalam penelitian ini berupa paparan bahasa (teks tertulis) yaitu kata-kata, frasa,
kalimat yang terdapat dalam novel Penangsang: Tembang Rindu Dendam karya NasSirun
PurwOkartun.
2. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data dapat diperoleh (Arikunto,
2002: 107). Sumber data yang digunakan dalam penelitian dikelompokkan menjadi dua, yaitu
sumber data primer dan sumber dara skunder (Al-Maruf, 2009: 11-12).
1) Sumber data primer adalah sumber data yang mengandung data primer dalam hal ini adalah
teks sastra yang diteliti. Sumber data primer dalam penelitian ini berupa teks novel
Penangsang: Tembang Rindu Dendam karya NasSirun PurwOkartun yang diterbitkan oleh
penerbit Tiga Kelana tahun 2010.
2) Sumber data sekunder adalah data yang diperoleh dari hasil penelitian atau telaah yang
dilakukan oleh orang lain yang terdapat dalam berbagai pustaka seperti majalah, buku kritik
sastra, makalah artikel pada jurnal sastra, hasil seminar sastra, dan sebagainya.

D. Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data adalah cara yang dilakukan untuk mengumpulkan data yang
diperlukan dalam penelitian. Pengumpulan data dilakukan dengan pembacaan novel Penangsang:
Tembang Rindu Dendam karya NasSirun PurwOkartun secara cermat, terarah, dan teliti. Pada saat
melakukan pembacaan tersebut, peneliti mencatat data-data tentang nilai-nilai religius yang
ditemukan dalam novel Penangsang: Tembang Rindu Dendam.

E. Teknik Validasi Data


Validasi data dilakukan sebagai tahapan terakhir dalam proses penelitian. Validasi data
bertujuan untuk agar penafsiran dan analisis data dapat dipertanggungjawabkan dan memeriksa
apakah data yang diolah sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan masalah. Adapun teknik yang
digunakan dalam proses validasi data dikenal dengan nama triangulasi. Terdapat empat jenis

10

www.sastra33.co.cc

triangulasi, yaitu: (1) triangulasi data, (2) triangulasi metode, (3) triangulasi teori, (4) triangulasi
peneliti. (Siswantoro, 2010: 79).
Triangulasi dalam penelitian ini dilakukan dengan triangulasi metode yaitu pendiskusian
dengan ahli (dosen pembimbing) dengan tujuan untuk membantu mengecek kevalidan data.
Kemudian melakukan diskusi dengan teman sejawat yang peneliti anggap tahu akan masalah yang
diangkat.

F. Teknik Analisis Data


Milles dan Huberman (dalam Sutopo, 2002: 74) menyatakan bahwa terdapat dua model
pokok dalam melaksanakan analisis di dalam penelitian kualitatif, yaitu (1) model analisis jalinan
atau mengalir dan (2) model analisis interaktif.
Dari dua model dalam melaksanakan analisis di dalam penelitian kulalitatif tersebut peneliti
menggunakan model kedua, yaitu model analisis interaktif. Dalam model analisis interaktif terdiri
dari empat kemampuan analisis yaiutu, reduksi data, sajian data, pengumpulan data, dan penarikan
kesimpulan, aktivitasnya dilakukan dalam bentuk interaktif dengan proses pengumpulan data
sebagai proses siklus.
Langkah-langkah dalam penelitian ini dapat dipaparkan sebagai berikut (Sutopo, 2002: 87).
1) Pengumpulan data, yaitu pengumpulan data di lokasi studi dengan melakukan observasi,
wawancara mendalam, dan mencatat dokumen menentukan strategi pengumpulan data yang
dipandang tepat dan menentukan fokus serta pendalaman data pada proses pengumpulan data
berikut.
2) Reduksi data, yaitu sebagai proses seleksi pemfokusan, pengabstrakan, dan transformasi data
kasar yang ada dalam lapangan langsung dan diteruskan pada pengumpulan data.
3) Sajian data yaitu, suatu rakitan organisasi informasi yang memungkinkan kesimpulan penelitian
dilakukan.
4) Penarikan kesimpulan, sejak awal pengumpulan data peneliti harus mengamati dan tanggap
terhadap hal-hal yang ditemui dilapangan (dengan meyusun pola-pola asahan dan sebab akibat.

11

www.sastra33.co.cc

DAFTAR PUSTAKA

Al-Maruf, Ali Imron. 2009. Metode Penelitian Sastra: Sebuah Pengantar. Hand Out Kuliah.
Surakarta: FKIP UMS
Al-Maruf, Ali Imron. 2006. Dimensi Sosial Keagamaan dalam Fiksi Indonesia Modern. Surakarta:
Smart Media
Arikunto, Suharsini. 2002. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta
Lathief, Supaat I. 208. Sastra: Eksistensialisme Mistisisme Religius. Lamongan: Pustaka Ilalang
Nugraheni, Sekar. 2007. Aspek Sufistik dalam Kumpulan Cerpen Setangkai Melati di Sayap Jibril
Karya Danarto: Tinjauan Semiotik. Skripsi. Universitas Muhammadiyah Surakarta
Nurgiyantoro, Burhan. 2007. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Pradopo, Rachmat Djoko. 2008. Beberapa Teori Sastra, Metode Kritik, dan Penerapannya.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar
PurwOkartun, NasSirun. 2010. Penangsang: Tembang Rindu Dendam. Jakarta: Tiga Kelana
Ratna, Nyoman Kutha. 2008. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Semi, Atar. 1993. Metode Penelitian Sastra. Bandung: Angkasa
Siswantoro. 2010. Metode Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Stanton, Robert. 2007. Teori Fiksi (Terjemahan oleh Sugihastuti). Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Sutopo. 2002. Penelitian Kualitatif. Surakarta. Sebelas Maret University Press.
Wicaksono, Aji. 2007. Aspek Religius Puisi dalam Mantra Orang Jawa Karya Sapardi Djoko
Damono: Tinjauan Semiotik. Skripsi. Universitas Sebelas Maret

12

www.sastra33.co.cc

Anda mungkin juga menyukai