ISI
II.1. Pengertian Batuan Sedimen
Pengertian umum mengenai batuan endapan/sedimen adalah batuan yang terbentuk
akibat lithifikasi bahan rombakan batuan asal atau hasil reaksi kimia maupun kegiatan
organisme. Sedangkan menurut Pettijohn batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk dari
akumulasi material hasil perombakan batuan yang sudah ada sebelumnya atau hasil aktivitas
kimia maupun organisme, yang di endapkan lapis demi lapis pada permukaan bumi yang
kemudian mengalami pembatuan (Pettijohn, 1975).
Menurut (Tucker, 1991), 70 % batuan di permukaan bumi berupa batuan sedimen.
Tetapi batuan itu hanya 2 % dari volume seluruh kerak bumi. Ini berarti batuan sedimen
tersebar sangat luas di permukaan bumi, tetapi ketebalannya relatif tipis.
Volume batuan sedimen dan termasuk batuan metasedimen hanya mengandung 5%
yang diketahui di litosfer dengan ketebalan 16 kilometer di luar tepian benua, dimana batuan
beku metabeku mengandung 95%. Sementara itu, kenampakan di permukaan bumi, batuanbatuan sedimen menempati luas bumi sebesar 75%, sedangkan singkapan dari batuan beku
sebesar 25% saja. Batuan sedimen dimulai dari lapisan yang tipis sekali sampai yang tebal
sekali. Ketebalan batuan sedimen antara 0 sampai 13 kilometer. Hanya 2,2 kilometer
ketebalan yang tersingkap dibagian benua. Bentuk yang besar lainnya tidak terlihat, setiap
singkapan
ketebalannya hanya 1,8 kilometer. Di dasar lautan dipenuhi oleh sedimen dari pantai ke
pantai. Ketebalan dari lapisan itu selalu tidak pasti karena setiap saat selalu bertambah
ketebalannya. Ketebalan yang dimiliki bervariasi dari yang lebih tipis dari 0,2 kilometer
sampai lebih dari 3 kilometer, sedangkan ketebalan rata-rata sekitar 1 kilometer (Endarto,
2005).
Batuan sedimen banyak sekali jenisnya dan tersebar sangat luas dengan ketebalan
antara beberapa centimeter sampai beberapa kilometer. Juga ukuran butirnya dari sangat
halus sampai sangat kasar dan beberapa proses yang penting lagi yang termasuk kedalam
batuan sedimen. Dibanding dengan batuan beku, batuan sedimen hanya merupakan tutupan
kecil dari kerak bumi. Batuan sedimen hanya 5% dari seluruh batuan-batuan yang terdapat
dikerak bumi. Dari jumlah 5% ini,batu lempung adalah 80%, batupasir 5% dan batu gamping
kira-kira 80% (Pettijohn, 1975).
Sedimen tidak hanya bersumber dari darat saja tetapi dapat juga dari yang
terakumulasi di tepi-tepi cekungan yang melengser kebawah akibat gaya gravitasi. Meskipun
secara teoritis dibawah permukaan air tidak terjadi erosi, namun masih ada energy air,
gelombang dan arus bawah permukaan yang mengikis terumbu-terumbu karang di laut dan
hasil kikisannya terendapkan di sekitarnya. Material sedimen dapat berupa :
Fragmen dan mineral-mineral dari batuan yang sudah ada. Misalnya kerikil di sungai,
pasir di pantai dan lumpur di laut atau di danau.
Material organik, seperti terumbu koral di laut, sisa-sisa cangkang organisme air dan
vegetasi di rawa-rawa.
Hasil penguapan dan proses kimia seperti garam di danau payau dan kalsium karbonat
di laut dangkal.
Frost action and hydro-fracturing: pembekuan air dalam batuan. Proses ini
tergantung:
-
mineral
baru.
Kecepatan pelapukan kimia tergantung dari iklim, komposisi mineral dan ukuran
butir dari batuan yang mengalami pelapukan. Pelapukan akan berjalan cepat pada
daerah yang lembab (humid) atau panas dari pada di daerah kering atau sangat dingin.
Jenis pelapukan kimia:
Hidrolisis adalah reaksi antara mineral silikat dan asam (larutan mengandung
ion H+) dimana memungkinkan pelarut mineral silikat dan membebaskan
kation logam dan silika. Mineral lempung seperti kaolin, ilit dan smektit besar
kemungkinan hasil dari proses pelapukan kimia jenis ini (Boggs, 1995).
Pelapukan jenis ini memegang peran terpenting dalam pelapukan kimia.
Oksidasi berlangsung pada besi atau mangan yang pada umumnya terbentuk
pada mineral silikat seperti biotit dan piroksen. Elemen lain yang mudah
teroksidasi pada proses pelapukan adalah sulfur, contohnya pada pirit (Fe2S).
Reduksi terjadi dimana kebutuhan oksigen (umumnya oleh jasad hidup) lebih
banyak dari pada oksigen yang tersedia. Kondisi seperti ini membuat besi
menambah elektron dari Fe3+ menjadi Fe2+ yang lebih mudah larut sehingga
lebih mobil, sedangkan Fe3+ mungkin hilang pada sistem pelapukan dalam
pelarutan.
Pelarutan mineral yang mudah larut seperti kalsit, dolomit dan gipsum oleh
air hujan selama pelapukan akan cenderung terbentuk komposisi yang baru.
Pergantian ion adalah proses dalam pelapukan dimana ion dalam larutan
seperti pergantian Na oleh Ca. Umumnya terjadi pada mineral lempung.
Akibat grafitasi: akibat adanya grafitasi bumi maka pecahan batuan yang ada
bisa langsung jatuh ke permukaan tanah atau menggelinding melalui tebing
sampai akhirnya terkumpul di permukaan tanah.
Akibat air: air yang melewati pecahan-pecahan kecil batuan yang ada dapat
mengangkut pecahan tersebut dari satu tempat ke tempat yang lain. Salah satu
contoh yang dapat diamati dengan jelas adalah peranan sungai dalam mengangkut
pecahan-pecahan batuan yang kecil ini.
Akibat angin: selain air, angin pun dapat mengangkut pecahan-pecahan batuan
yang kecil ukurannya seperti halnya yang saat ini terjadi di daerah gurun.
Akibat glasier: sungai es atau yang sering disebut glasier seperti yang ada di
Alaska sekarang juga mampu memindahkan pecahan-pecahan batuan yang ada.
Penurunan cekungan sendiri banyak disebabkan oleh penambahan berat dari sedimen
yang ada dan kadang dipengaruhi juga struktur yang terjadi di sekitar cekungan seperti
adanya patahan.
Sedimen dapat diangkut dengan empat cara:
Suspension: ini umumnya terjadi pada sedimen-sedimen yang sangat kecil ukurannya
(seperti lempung) sehingga mampu diangkut oleh aliran air atau angin yang ada.
Bed load: ini terjadi pada sedimen yang relatif lebih besar (seperti pasir, kerikil,
kerakal, bongkah) sehingga gaya yang ada pada aliran yang bergerak dapat berfungsi
memindahkan pertikel-partikel yang besar di dasar. Pergerakan dari butiran pasir
dimulai pada saat kekuatan gaya aliran melebihi kekuatan inertia butiran pasir
tersebut pada saat diam. Gerakan-gerakan sedimen tersebut bisa menggelundung,
menggeser, atau bahkan bisa mendorong sedimen yang satu dengan lainnya.
Saltation yang dalam bahasa latin artinya meloncat, umumnya terjadi pada sedimen
berukuran pasir dimana aliran fluida yang ada mampu menghisap dan mengangkut
sedimen pasir sampai akhirnya karena gaya grafitasi yang ada mampu
mengembalikan sedimen pasir tersebut ke dasar.
Grafity flow : terjadi pada sedimen berukuran pasir dimana aliran fluida yang ada
mampu menghisap dan mengangkut sedimen pasir sampai akhirnya karena gaya
grafitasi yang ada mampu mengembalikan sedimen pasir tersebut ke dasar.
II.2.3. Deposisi/Pengendapan
Pecahan-pecahan batuan yang terbawa akibat erosi tidak dapat terbawa selamanya.
Seperti halnya sungai akan bertemu laut, angin akan berkurang tiupannya, dan juga glasier
akan meleleh. Akibat semua ini, maka pecahan batuan yang terbawa akan terendapkan.
Proses ini yang sering disebut proses pengendapan, sedangkan tempat terendapkannya
material tadi disebut lingkungan pengendapan.
10
11
teranyam terkonsentrasi pada zona aliran utama. Jika sedang banjir sungai ini
banyak material yang terbawa terhambat pada tengah sungai baik berupa
batang pepohonan ataupun ranting-ranting pepohonan.
o Sungai Anastomasing
Sungai anastomasing terjadi karena adanya dua aliran sungai yang bercabangcabang, dimana cabang yang satu dengan cabang yang lain bertemu kembali
pada titik dan kemudian bersatu kembali pada titik yang lain membentuk satu
aliran. Energi alir sungai tipe ini rendah. Ada perbedaan yang jelas antara
sungai teranyam dan sungai anastomosing. Pada sungai teranyam (braided),
aliran sungai menyebar dan kemudian bersatu kembali menyatu masih dalam
lembah sungai tersebut yang lebar. Sedangkan untuk sungai anastomasing
adalah beberapa sungai yang terbagi menjadi beberapa cabang sungai kecil
dan bertemu kembali pada induk sungai pada jarak tertentu pada daerah
onggokan sungai sering diendapkan material halus dan biasanya ditutupi oleh
vegetasi
12
Lacustrine environments (danau): mempunyai karakteristik yang bermacammacam; besar atau kecil, dangkal atau dalam; diisi oleh sedimen evaporit,
karbonatan, atau terrigeneous. Sedimen berbutir halus dan bahan organic yang
mengendap pada beberapa danau menghasilkan serpih berlapis yang
mengandung minyak. Lingkungan pengendapan danau dibagi menjadi 2 yaitu:
o Danau permanen
Danau permanen model pertama adalah danau yang terisi oleh endapan
klastika yang terletak di daerah pegunungan. Danau ini mempunyai hubungan
dengan lingkungan delta sungai yang berkembang ke arah danau dengan
mengendapkan pasir dan sedimen suspensi berukuran halus. Ciri dari endapan
danau ini dan juga endapan model lainnya adalah berupa varve yaitu laminasi
lempung yang reguler. Pada endapan danau periglasial, varves berbentuk
perselingan antara lempung dan lanau. Lanau diendapkan pada saat
mencairnya es, sedangkan lempung diendapkan pada musim dingin dimana
tidak ada air sungai yang mengallir ke danau.
Danau permanen model kedua adalah danau yang terletak di dataran rendah
dengan iklim yang hangat. Material yang dibawa oleh sungai dalam jumlah
yang sedikit. Endapan karbonat terbentuk pada daerah yang jauh dari mulut
sungai disekitar pantai. Cangkang-cangkang molluska dijumpai pada endapan
pantai, yang dapat membentuk kalkarenit jika energi gelombang cukup besar.
Kearah dalam dijumpai adanya ganggang merah berkomposisi gampingan.
13
Contoh danau ini adalah Danau Schonau di Jerman dan Danau Great Ploner di
Kanada Selatan.
Danau permanen model ketiga adalah danau dengan endapan sapropelite
(lempung kaya akan organik) pada bagian dalam yang dikelilingi oleh
karbonat di daerah dangkal. Endapan pantai berupa ganggang dan molluska.
Danau permanen model ke empat dicirikan oleh adanya marsh pada daerah
dangkal yang kearah dalam menjadi sapropelite. Contoh dari danau ini adalah
Danau Gytta di Utara Kanada.
o Danau Ephemeral
Danau ephemeral adalah danau yang terbentuk dalam jangka waktu yang
pendek di daerah gurun dengan iklim yang panas. Hujan hanya terjadi sesekali
dalam setahun. Danau playa antar-gunung pada bagian dekat pegunungan
berupa fan alluvial piedmont yang kearah luar berubah menjadi pasir dan
lempung. Ciri dari danau playa ini adalah lempung berwarna merah-coklat
yang setempat disisipi oleh lanau dan gamping. Contoh danau ini adalah
Danau Qa Saleb dan Qa Disi di Jordania. Karena adanya pengaruh evaporasi,
danau ephemeral ini dapat membentuk endapan evaporite pada lingkungan
sabkha. Contoh dari danau ini adalah Danau Soda di Amerika Utara dan di
Gurun Sahara dan Arab.
14
Delta: endapan berbentuk kipas, terbentuk ketika sungai mengaliri badan air yang
diam seperti laut atau danau. Pasir adalah endapan yang paling umum ditemui.
15
Pantai dan barrier islands: didominasi oleh pasir dengan fauna marine. Barrier
islands terpisah dari pulau utama oleh lagoon. Umumnya berasosiasi dengan
endapan tidal flat.
Lagoons:
badan
dari
air
yang
menuju
darat
dari barrier
islands. Lagoons dilindungi dari gelombang laut yang merusak oleh barrier
islands dan mengandung sediment berbutir lebih halus dibandingkan dengan yang
ada di pantai (biasanya lanau dan lumpur). Lagoons juga hadir di balik reef atau
berada di pusat atoll.
Tidal flats: membatasi lagoons, secara periodik mengalami pasang surut (biasanya
2 kali sehari), mempunyai relief yang rendah, dipotong oleh saluran yang
bermeander. Terdiri dari lapisan-lapisan lempung, lanau, pasir halus. Stromatolit
dapat hadir jika kondisi memungkinkan.
16
Continental shelf: terletak pada tepi kontinen, relative datar (slope < 0.1o),
dangkal (kedalaman kurang dari 200 m), lebarnya mampu mencapai beberapa
ratus meter. Continental shelf ditutupi oleh pasir, lumpur, dan lanau.
Continental slope dan continental rise: terletak pada dasar laut dari continental
shelf. Continental slope adalah bagian paling curam pada tepi
kontinen. Continental slope melewati dasar laut menujucontinental rise, yang
punya kemiringan yang lebih landai. Continental rise adalah pusat pengendapan
sedimen yang tebal akibat dari arus turbidity.
17
Abyssal plain: merupakan lantai dasar samudera. Pada dasarnya datar dan dilapisi
oleh very fine-grained sediment, tersusun terutama oleh lempung dan sel-sel
organisme mikroskopis seperti foraminifera, radiolarians, dan diatom.
Selama proses pengendapan, pecahan batuan akan diendapkan secara berlapis dimana
pecahan yang berat akan diendapkan terlebih dahulu baru kemudian diikuti pecahan yang
lebih ringan dan seterusnya. Proses pengendapan ini akan membentuk perlapisan pada batuan
yang sering kita lihat di batuan sedimen saat ini.
II.2.4. Lithifikasi
Litifikasi adalah proses perubahan material sediment menjadi batuan sediment yang
kompak. Misalnya, pasir mengalami litifikasi menjadi batupasir. Seluruh proses yang
menyebabkan perubahan pada sedimen selama terpendam dan terlitifikasi disebut sebagai
diagenesis. Diagenesis terjadi pada temperatur dan tekanan yang lebih tinggi daripada kondisi
selama proses pelapukan, namun lebih rendah daripada proses metamorfisme.
Proses diagenesis dapat dibedakan menjadi tiga macam berdasarkan proses yang
mengontrolnya, yaitu proses biologi, fisik, dan kimia
18
Organisme yang menyebabkan proses ini dapat merupakan organisme yang ssangat
kecil (mikrobia) dimana aktifitas jasad renik sangat berhubungan dengan proses
dekomposisi
material
organic.
Proses
dekomposisi
material
organic
akan
oleh proses presipitasi. Proses ini dapat juga terjadi karena adanya
penambahan unsure kimia pada butiran mineral penyusun sedimen sehingga
menyebabkan mineral tersebut semakin bertumbuh. Semen dapat mengisi
semua lubang pori batuan, sehingga dapat menurunkan porositas batuan
menjadi nol.
19
biasanya terjadi pada mineral yang polimorf (mineral dengan komosisi kimia
sama tetapi bentuknya berbeda. Contohnya adalah perubahan mineral
aragonite (CaCO3 ortorombik) menjadi kalsit (CaCO3 romhedaral). Contoh
lain adalah perubahan dari opal A (SiO2 amorf) menjadi opal CT yang
mengandung kristobalit (SiO2ortorombik). Proses ini biasanya bersamaan
dengan proses rekristalisasi.
o Rekristalisasi merupakan poses yang sering dikacaukan denga pengertian
20
Oleh sebab itu akibat rekristalisasi, tekstur dan struktur awal mineral
mengalami perubahan total. Proses rekristaliasi dapat terjadi pada semua
batuan sedimen, tetapi proses ini sangat umum pada bauan sedimen nonklastik
terutama batuan karbonat
o Proses
21
3. Golongan Karbonat
Batuan ini umum sekali terbentuk dari kumpulan cangkang moluska, algae dan foraminifera.
Atau oleh proses pengendapan yang merupakan rombakan dari batuan yang terbentuk lebih
dahulu dan di endpkan disuatu tempat. Proses pertama biasa terjadi di lingkungan laut litoras
sampai neritik, sedangkan proses kedua di endapkan pada lingkungan laut neritik sampai
bahtial. Jenis batuan karbonat ini banyak sekali macamnya tergantung pada material
penyusunnya.
4. Golongan Silika
Proses terbentuknya batuan ini adalah gabungan antara pross organik dan kimiawi untuk
lebih menyempurnakannya. Termasuk golongan ini rijang (chert), radiolarian dan tanah
diatom. Batuan golongan ini tersebarnya hanya sedikit dan terbatas sekali.
5. Golongan Evaporit
Proses terjadinya batuan sedimen ini harus ada air yang memiliki larutan kimia yang cukup
pekat. Pada umumnya batuan ini terbentuk di lingkungan danau atau laut yang tertutup,
sehingga sangat memungkinkan terjadi pengayaan unsure-unsur tertentu. Dan faktor yang
penting juga adalah tingginya penguapan maka akan terbentuk suatu endapan dari larutan
tersebut. Batuan-batuan yang termasuk kedalam batuan ini adalah gip, anhidrit, batu garam.
6. Golongan Batubara
Batuan sedimen ini terbentuk dari unsur-unsur organik yaitu dari tumbuh-tumbuhan. Dimana
sewaktu tumbuhan tersebut mati dengan cepat tertimbun oleh suatu lapisan yang tebsl di
atasnya sehingga tidak akan memungkinkan terjadinya pelapukan. Lingkungan terbentuknya
batubara adalah khusus sekali, ia harus memiliki banyak sekali tumbuhan sehingga kalau
timbunan itu mati tertumpuk menjadi satu di tempat tersebut.
22
23
Klasifikasi Dunham (1962) didasarkan pada tekstur deposisi dari batugamping, karena
menurut Dunham dalam sayatan tipis, tekstur deposisional merupakan aspek yang tetap.
Kriteria dasar dari tekstur deposisi yang diambil Dunham (1962) berbeda dengan Folk
(1959).
Kriteria Dunham lebih condong pada fabrik batuan, misal mud supported atau grain
supported bila ibandingkan dengan komposisi batuan. Variasi kelas-kelas dalam klasifikasi
didasarkan pada perbandingan kandungan lumpur. Dari perbandingan lumpur tersebut
dijumpai 5 klasifikasi Dunham (1962). Nama nama tersebut dapat dikombinasikan dengan
jenis butiran dan mineraloginya. Batugamping dengan kandungan beberapa butir (<10%) di
dalam matriks lumpur karbonat disebut mudstone dan bila mudstone tersebut mengandung
butiran yang tidak saling bersinggungan disebut wackestone. Lain halnya apabila antar
butirannya saling bersinggungan disebut packstone / grainstone.
Packstone mempunyai tekstur grain supported dan punya matriks mud. Dunham
punya istilah Boundstone untuk batugamping dengan fabrik yang mengindikasikan asal-usul
komponenkomponennya yang direkatkan bersama selama proses deposisi.
Klasifikasi Dunham (1962) punya kemudahan dan kesulitan. Kemudahannya tidak
perlu menentukan jenis butiran dengan detail karena tidak menentukan dasar nama batuan.
Kesulitannya adalah di dalam sayatan petrografi, fabrik yang jadi dasar klasifikasi kadang
tidak selalu terlihat jelas karena di dalam sayatan hanya memberi kenampakan 2 dimensi,
oleh karena itu harus dibayangkan bagaimana bentuk 3 dimensi batuannya agar tidak salah
tafsir. Pada klasifikasi Dunham (1962) istilah-istilah yang muncul adalah grain dan mud.
Nama-nama yang dipakai oleh Dunham berdasarkan atas hubungan antara butir seperti
mudstone, packstone, grainstone, wackestone dan sebagainya. Istilah sparit digunakan dalam
Folk (1959) dan Dunham (1962) memiliki arti yang sama yaitu sebagai semen dan samasama berasal dari presipitasi kimia tetapi arti waktu pembentukannya berbeda.
Sparit pada klasifikasi Folk (1959) terbentuk bersamaan dengan proses deposisi
sebagai pengisi pori-pori. Sparit (semen) menurut Dunham (1962) hadir setelah butiran
ternedapkan. Bila kehadiran sparit memiliki selang waktu, maka butiran akan ikut tersolusi
sehingga dapat mengisi grain. Peristiwa ini disebut post early diagenesis. Dasar yang dipakai
oleh Dunham untuk menentukan tingkat energi adalah fabrik batuan.
24
Bila batuan bertekstur mud supporteddiinterpretasikan terbentuk pada energi rendah karena
Dunham beranggapan lumpur karbonat hanya terbentuk pada lingkungan berarus tenang.
Sebaliknya grain supported hanya terbentuk pada lingkungan dengan energi
gelombang kuat sehingga hanya komponen butiran yang dapat mengendap.
25
Batuan yang ukurannya besar seperti breksi dapat terjadi pengendapan langsung dari
ledakan gunungapi dan di endapkan disekitar gunung tersebut dan dapat juga
diendapkan dilingkungan sungai dan batuan batupasir bisa terjadi dilingkungan laut,
sungai dan danau. Semua batuan diatas tersebut termasuk ke dalam golongan detritus
kasar. Sementara itu, golongan detritus halus terdiri dari batuan lanau, serpih dan
batua lempung dan napal. Batuan yang termasuk golongan ini pada umumnya di
endapkan di lingkungan laut dari laut dangkal sampai laut dalam.
Fragmentasi batuan asal tersebut dimulai dari pelapukan mekanis maupun secara
kimiawi, kemudian tererosi dan tertransportasi menuju suatu cekungan pengendapan.
Setelah pengendapan berlangsung sedimen mengalami diagenesa yakni, prosessproses yang berlangsung pada temperatur rendah di dalam suatu sedimen, selama dan
sesudah litifikasi. Contohnya; Breksi, Konglomerat, Standsstone (batu pasir), dan
lain-lain.
Setelah pengendapan berlangsung sedimen mengalami diagenesa yakni, proses
proses-proses yang berlangsung pada temperatur rendah di dalam suatu sedimen,
selama dan sesudah litifikasi. Hal ini merupakan proses yang mengubah suatu
sedimen menjadi batuan keras.
26
Ukuran Butir
Fosil , mineral dan fosil dalam batuan sedimen dianggap sebagai butiran.
27
Pemilahan ( Sortasi )
Pemilahan adalah keseragaman dari ukuran besar butir penyusun batuan sedimen
Artinya bila semakin seragam ukuran dan besar butirnya maka pemilahannya se
makin baik .
Kebundaran ( Roundness )
Kebundaran adalah nilai membulat atau nilai meruncingnya butiran , dimana sifat
ini hanya bisa diamati pada batuan sedimen klastik berukuran sedang sampai bongkah .
28
Kemas ( Fabric )
Kemas yaitu hubungan antar butiran didalam batu tersebut. Didalam batuan
Kemas terbuka ( apabila butiran tidak saling bersentuhan / mengambang didalam matrik.
Kristalin : Tekstur ini terdiri dari kristal-kristal yang interlocking, yaitu kristal-kristal
yang saling mengunci satu dengan yang lain.
Amorf : Tekstur ini terdiri dari mineral yang tidak membentuk kristal-kristal atau
amorf (nonklastik), umumnya berukuran lempung atau koloid, contoh : rijang masif.
yang muda atau baru di endapkan. Ia adalah struktur hasil hakisan seperti terusan (channel),
scour marks, flutes, grooves, tool marking dan sebagainya. Struktur ini sangat penting kerena
ia juga boleh memberikan arah aliran arus. Struktur ini berkaitan dengan struktur yang
dibawahnya, dan ditemui diatas permukaan antar lapisan. Contoh: Grooves, Flutes, Scour
Mark, Tool Markings.
29
30
o Tool Markings merupakan tanda yang dihasilkan oleh pemotongan atau bekas
tindakan dari air atau pun udara yang mengalir di atas dasar sungai atau badan
sungai.
yang terendap. Struktur yang terbentuk semasa proses endapan sedang berlaku termasuk
lapisan mendatar (flat bedding), lapisan silang, laminasi, dan laminasi silang yang mikro
(micro-crosslamination), iaitu kesan riak. Contoh : Cross Bedding, Graded Bedding,
Lamination.
o Cross Bedding merupakan perlapisan silang ini mirip dengan perlapisan hanya
saja antara lapisan satu dengan yang lain membentuk sudut yang jelas. Hal ini
dipengaruhi karena perpindahan dune atau gelembur akibat pertambahan
material.
31
o Struktur Laminasi Struktur ini hampir sama dengan perlapisan namun yang
membedakannya adalah jarak perlapisan yang kurang dari 1 cm. Biasanya
struktur ini diakibatkan oleh proses diagenesis sediment yang cepat dengan
media pengendapan yang tenang.
Gambar 22 Laminasi
32
Gambar 23 Slump
o Load Cast struktur ini terbentuk karena adanya pembebanan material suatu
lapisan terhadap lapisan lainnya sehingga membentuk lengkungan ke bawah.
33
Oolitik, struktur dimana fragmen klastik diselubungi oleh mineral non klastik, bersifat
konsentris dengan diameter kurang dari 2 mm.
Pisolitik, sama dengan oolitik tetapi ukuran diameternya lebih dari 2 mm.
Cone in cone, struktur pada batu gamping kristalin berupa pertumbuhan kerucut per
kerucut.
Septaria, sejenis konkresi tapi memiliki komposisi lempungan. Cirri khasnya adalah
memiliki rekahan-rekahan tak teratur akibat penyusutan bahan lempungan tersebut
karena proses dehidrasi yang kemudian celah-celahnya terisi oleh mineral karbonat.
Goode, banyak dijumpai pada batugamping, berupa rongga-rongga yang terisi oleh
Kristal-kristal yang tumbuh kearah pusat rongga tersebut. Kristal dapat berupa kalsit
maupun kuarsa.
Masif
Bila tidak menunjukkan struktur dalam (Pettijohn & Potter, 1964) atau ketebalan lebih
dari 120 cm. (Mc. Kee & Weir, 1953)
Perlapisan Sejajar
Bila menunjukkan bidang perlapisan yang sejajar.
Laminasi
Perlapisan sejajar yang memiliki ketebalannya kurang dari 1 cm. Terbentuk dari
suspensi tanpa energi mekanis.
Perlapisan Pilihan
Bila perlapisan disusun oleh butiran yang berubah dari halus ke kasar pada arah
vertical,
34
Rekah kerut , rekahan pada permukaan bidang perlapisan sebagai akibat proses
penguapan
Cetak suling , cetakan sebagai akibat pengerusan media terhadap batuan dasar
Cetak beban , cetakan akibat pembebanan pada sedimen yang masih plastis.
Bekas jejak organisme , bekas rayapan, rangka, apun tempat berhenti binatang
Ketebalan (cm)
> 120
60 120
Lapisan tebal
5 60
Lapisan tipis
15
0,2 1
Laminasi
< 0,2
Laminasi tipis
Tabel 4 Penamaan lapisan sedimen berdasarkan ketebalannya
35
Fragmen
Yaitu butiran yang berukuran lebih besar, dapat berupa mineral, pecahan batuan,
cangkang fosil dan zat organik.
Semen
Yaitu material yang sangat halus ( hanya dapat dilihat menggunakan mikroskop )
diendapkan setelah fragmen dan matrik, sebagai pengisi rongga serta pengikat antar
butir sedimen, dapat berbentuk amorf maupun kristalin. Semen umumnya terdiri dari :
o Semen karbonat ( kalsit, dolomit )
o Semen silika ( calsedon, kuarsit )
o Semen oksida ( limonit, hematit)
Pada sedimen berbutir halus ( lanau atau lempung ) tidak terdapat semen, karena tidak
adanya rongga atau ruang antar butir.
Gambar 26 Susunan
36
Chert kalsedon
Nama Butir
Ukuran butir
Nama Batuan
Rudite
>1
Kalsirudit
Arenit
0,062 - 1
Kalkarenit
Lutite
< 0,062
Kalsilutit
Karbonat Nonklastik : Pemeriannya sama dengan pemerian pada batuan sedimen non
klastik lainnya hanya saja dalam jenis batuan memakai karbonat non klastik.
Batugamping non klastik : Terbentuk dari proses kimia maupun aktifitas organisme
dan umum monomineral. Dapat dibedakan menjadi :
o Hasil biokimia
:bioherm, biostorm
:travertine, tufa
o Hasil replacement
:batugamping
fosfat,
batugamping
dolomite,
Pada batuan sedimen klastik pemeriannya meliputi tekstur, struktur dan komposisi
mineral. Untuk struktur dari batuan karbnat sendiri sama seperti batuan sedimen kalstik
37
BATUAN KARBONAT
Klastik
Dominasi rombakan
Karbonat
> 2 mm
Kalsirudit
10,06 mm
Kalkarenit
< 0,06 mm
Kalsilutit
Non Klastik
Dominasi
Pertumbuhan
rombakan fosil
terumbu
Batugamping
Batugamping
Batugamping
Bioklastik
terumbu
Kristalin
Kristalin
Komposisi Mineral : Terdapat pemerian fragmen, matrik dan semen hanya terdapat
perbedaan istilah (Folk, 1954), meliputi :
Sparit : Merupakan semen yang mengisi ruang antar butir dan rekahan, berukuran
halus (0,02-0,1 mm), dapat terbentuk langsung dari sedimentasi secara insitu atau
rekristalisasi dari mikrit.
38
Jenis Batuan
Warna Batu
Putih Keabu-abuan
Struktur
Pelapisan
Tekstur
: - Ukuran butir
Komposisi
- Pemilahan
: Sedang
- Bentuk butir
: Membulat tanggung
- Kemas
: Terbuka
: 40 %
- Hornblenda
: 5%
- Feldspar
: 21 %
: 10%
- Kwarsa
: 20 %
- Semen
NAMA BATUAN : Quartz Arenit
Batupasir Kuarsa
: Silika 4%
(Pettijohn, 1974)
(Wentworth, 1922)
39
Jenis Batuan
Warna Batu
: Coklat kemerahan
Struktur
: Masif
Tekstur
: Amorf
Komposisi Mineral
: Chalcedon 100%
Lain lain
40
Jenis
Warna
: Putih
Tekstur
Komposisi
Nama Batuan
Ukuran Butir
: Arenit
Bentuk Butir
: Membulat
Pemilahan
: Baik
Kemas
: Tertutup
:
Allochem
Mikrit
: Kalsit
20%
Sparit
: Karbonat
5%
41