B. LANDASAN TEORI
Saliva adalah cairan yang lebih kental daripada air biasa. Saliva terdiri atas ionion Ca2+, Mg2+, Na+ , K+ , PO43-, Cl- , HCO3-, SO42-, dan zat-zat organic seperti musin dan
enzim amilase atau ptyalin. Saliva mempunyai pH antar 5,75 sampai 7,05. Pada
umumnya pH saliva sedikit dibawah 7. Rangsangan yang menyebabkan pengeluaran
saliva dari kelenjar saliva adalah pikiran tentang makanan yang disukai, adanya bau
makanan yang sedap atau melihat makanan yang diharapkan sehingga menimbulkan
selera. Rangsangan demikian disebut rangsangan reflex. Rangsangan keluarnya saliva
karena adanya makanan dalam mulut disebut rangsangan mekanik, sedangkan rasa
makanan yang lezat atau manis dapat menimbulkan rangsangan yang disebut
rangsangan kimiawi (Poedjadi, 2007: 235).
Air liur sebagai komponen biologis yang unik pada rongga mulut memiliki
potensi sebagai mediator untuk uji biologis noninvasive. Untuk industri peternakan
masa depan hal ini sangat dibutuhkan karena tuntutan animal welfare. Hingga saat ini
penelitian dan pengembangan penggunaan air liur sebagai mediator uji invasive masih
dominan untuk manusia, sementara untuk ternak/hewan piaraan masih terbatas. Teknik
dan metode yang umum digunakan adalah yang berkaitan dengan analisis proteomik.
Dengan metode ini banyak hal yang dapat diungkap tentang proteomik air liur yang
bermanfaat bagi pengembangan biomarka berbasis air liur (Depamede, 2014).
Air liur memiliki potensi besar sebagai cairan diagnostik dan menawarkan
keuntungan lebih, serum dan cairan biologis lainnya dengan metode pengumpulan
sehingga mahasiswa memahami fungsi empedu dan ada atau tidaknya lemak dalam
empedu (Sihombing, 2014).
Penelitian dalam satu dekade terakhir membuktikan bahwa asam empedu
berperan memfasilitasi penyerapan dalam usus, tetapi juga penting dalam regulator
metabolik glukosa dan homeostasis lipid. Perubahan farmokologi pada metabolisme
asam empedu atau jalur sinyal asam empedu seperti menggunakan asam empedu
sebagai reseptor agonis atau pengikat resin mungkin menjadi strategi terapi yang
menjanjikan untuk pengobatan obesitas dan diabetes. Asam empedu, sekali diproduksi
di hati, diangkut melintasi membran canalicular dari hepatosit ke dalam empedu dan
disimpan di dalam kandung empedu. Setelah makan, asam empedu pada kandung
empedu dilepaskan ke dalam saluran usus, efisiensi penyerapan terjadi di ileum, dan
diangkut kembali ke hati melalui darah portal untuk re-ekskresi ke dalam empedu.
Proses ini disebut sirkulasi sebagai enterohepatik asam empedu (Li, 2012).
2. Bahan-bahan Praktikum
a. Aquades (H2O)(l)
b. Air liur
c. Empedu
d. H2SO4 pekat
e. HNO3 pekat
f. Larutan BaCl2 2%
g. Larutan CH3COOH 2 M
h. Larutan CuSO4 0,1 M
i. Larutan HCl 1 M
j. Larutan NaOH 10%
k. Larutan sukrosa 5%
l. Minyak goreng
m. Reagen Molisch
D. SKEMA KERJA
1. Air Liur
a. Penetapan pH Air Liur
Air liur
Diukur pH dengan pH stick
Hasil
b. Uji Biuret
c. Uji Molisch
2 mL (30 tetes) air liur
Dimasukkan dalam tabung reaksi
Ditambahkan 2 tetes pereaksi molisch dan dicampur dengan baik
Hasil
Dimiringkan tabung reaksi
Ditambahkan 2 mL H2SO4 pekat melalui dinding tabung reaksi
Hasil
d. Uji Presipitasi
Disaring
Ditambahkan 1 tetes CH3COOH 2 M
Dicampur dengan baik
Hasil
e. Uji Sulfat
2 mL (30 tetes) air liur
Dimasukkan dalam tabung reaksi
Ditambahkan 3-5 tetes HCl 1 M
Hasil
Ditambahkan 5-10 tetes BaCl2 2%
Hasil
2. Empedu
a. Sifat Empedu
Empedu
Diperhatikan dan dicatat sifat fisik empedu
Hasil
Empedu
b. Preparasi Empedu
Dilumatkan
Ditambahkan aquades
Disaring
Hasil
c. Uji Gmelin
Tabung reaksi
Ditambahkan 3 mL HNO3 pekat
Ditambahkan 3 mL larutan empedu encer (melalui dinding tabung reaksi)
Hasil
d. Uji Pettenkofer
5 mL larutan empedu encer
2 buah tabung
reaksi dalam tabung reaksi
Dimasukkan
Ditambahkan 5 tetes sukrosa 5%
Hasil
Tabung 1
Tabung 1
Ditambahkan 3 mL H2SO4 pekat (melalui dinding tabung reaksi)
Ditambahkan 3 mL aquades
Ditambahkan 3 mL aquades
Ditambahkan 3 tetes minyak goreng
Ditambahkan 3 tetes minyak goreng
Ditambahkan 3 mL larutan empedu encerDikocok
Hasil Emulgator
e. Fungsi Empedu sebagai
Dikocok
Hasil
Hasil
E. HASIL PENGAMATAN
1. Uji Sifat Fisik dan Kimia Air Liur
No
1
Prosedur
Penetapan pH Air Liur
a. Diukur pH air liur tanpa penyaringan
Uji Biuret
a. 2 mL air liur ditambah 2 mL NaOH
10%
Hasil Pengamatan
pH air liur = 7
Uji Molisch
a. 2 mL air liur ditambah 2 tetes
pereaksi molisch
di dinding tabung
Uji Presipitasi
a. 2 mL air liur disaring dan ditambah
CH3COOH 2 M
Uji Sulfat
a. 2 mL air liur ditambah HCL 1 M
Prosedur
Hasil Pengamatan
Sifat Empedu
a. Diperhatikan dan dicatat sifat fisik
empedu
Lembek/lunak
Preparasi Empedu
a. Empedu dilumatkan
Uji Gmelin
a. 3 mL HNO3 pekat ditambah 3 mL
Uji Pettenkofer
a. 5 mL larutan empedu encer ditambah
5 tetes sukrosa 5%
minyak goreng
encer, dikocok
b. Tabung 2
F. ANALISIS DATA
1. Air Liur
a. Uji Biuret
HO
O
R
O - Na
+
NaOH
CH
NH3 +
CH
NH3 +
OO
R
CH
Larutan ungu
CuSO4
NH3 +
b. Uji Molisch
O
HO
OH
OH
OH
pentosa
H2SO4
O
O
fulfural
+
OH
naftol
O
H
OH
HO
OH
HO
H2SO4
OH
O
OH
naftol
Hidroksimetilfulfural
OH
heksosa
OH
O
H
HO
H 2SO4
+
OH
OH
SO3 H
naftol
O
cincin ungu
c. Uji Presipitasi
O - Na
+
O
O - CH3 COONa
+ CH3 COOH
CH
NH3 +
O
R
CH
NH3 +
penggumpalan/endapan putih
Na+ + CH3COOH CH3COONa (mengendap)
d. Uji Sulfat
HCl
BaCl2(aq) + SO42-(aq) BaSO4(s) + 2Cl-(aq)
Penguraiannya:
b. Uji Gmelin
Bilirubin + HNO3 kompleks senyawa warna-warni
c. Uji Pettenkofer
O
OH
HO
OH
O H
H
H
OH
O
H
H
HO
terhidrolisis
HO
OH
HO
H
OH
OH
OH
H
OH
OH
H
OH
sukrosa
glukosa
O
H
OH
HO
OH
OH
H2SO 4
H2C
OH
CH
CH CH
OH
5-hidroksimetil furfural
glukosa
H2SO4(l)
garam empedu
asam empedu
O
O
H2C
OH
CH
CH CH
5-hidroksimetil furfural
asam-asam empedu
G. PEMBAHASAN
Saliva adalah suatu cairan oral yang kompleks dan tidak berwarna yang terdiri
atas campuran sekresi dari kelenjar ludah besar dan kecil yang ada pada mukosa oral.
Saliva dapat disebut juga kelenjar ludah atau kelenjar air liur. Semua kelenjar ludah
mempunyai fungsi untuk membantu mencerna makanan dengan mengeluarkan suatu
sekret yang disebut salivia (ludah atau air liur). Pengeluaran air ludah pada orang
dewasa berkisar antara 0,3-0,4 ml/menit sedangkan apabila distimulasi, banyaknya air
ludah normal adalah 1-2 ml/menit. Menurunnya pH air ludah (kapasitas dapar / asam)
dan jumlah air ludah yang kurang menunjukkan adanya resiko terjadinya karies yang
tinggi. Dan meningkatnya pH air ludah (basa) akan mengakibatkan pembentukan
karang gigi. Manusia memproduksi sebanyak 1000-1500 cc air ludah dalam 24 jam,
yang umumnya terdiri dari 99,5% air dan 0,5 % lagi terdiri dari garam-garam , zat
organik dan zat anorganik. Unsur-unsur organik yang menyusun saliva antara lain :
protein, lipida, glukosa, asam amino, amoniak, vitamin, asam lemak. Unsur-unsur
anorganik yang menyusun saliva antara lain : Sodium, kalsium, magnesium, bikarbonat,
khloride, rodanida dan thiocynate (CNS) , fosfat, potassium. Yang memiliki konsentrasi
paling tinggi dalam saliva adalah kalsium dan natrium. Saliva memiliki beberapa fungsi,
yaitu :
1. Melicinkan dan membasahi rongga mulut sehingga membantu proses mengunyah
dan menelan makanan.
2. Membasahi dan melembutkan makanan menjadi bahan setengah cair ataupun cair
sehingga mudah ditelan dan dirasakan.
3. Membersihkan rongga mulut dari sisa-sisa makanan dan kuman
4. Mempunyai aktivitas antibacterial dan sistem buffer.
air liur. Hal ini dikarenakan air liur terdiri atas musin yang merupakan suatu
glikoprotein yaitu protein yang mengandung karbohidrat yang terikat secara kovalen.
Percobaan ketiga yaitu uji molisch. Uji ini berfungsi untuk mengetahui adanya
karbohidrat. Sebanyak 2 mL air liur yang tidak disaring ditambahkan dengan pereaksi
molisch. Air liur yang tidak disaring bertujuan agar kandungan dalam air liur tetap utuh
dan alami. Pada hasil campuran, terdapat gumpalan-gumpalan kecil berwarna coklat
kemerahan yang juga menempel pada dinding tabung. Reaksi positif dalam uji ini
adalah dengan munculnya cincin merah-ungu yang merupakan hasil kondensasi antara
furfural atau hidroksimetil furfural dengan alfa-naftol dalam pereaksi molisch. Pereaksi
molisch sendiri terdiri dari alfa-naftol dalam etil alcohol. Selanjutnya ditambahkan
H2SO4 melalui dinding tabung. Hal ini bertujuan agar cincin yang terbentuk nantinya
tidak akan rusak. Penambahan H2SO4 mengakibatkan terbentuknya empat lapisan dalam
campuran. Lapisan pertama merupakan gumpalan coklat kemerahan, lapisan kedua
larutan berwarna hijau dan berwarna kuning pada lapisan ketiga, lapisan keempat
larutan bening. Dinding tabung reaksi terasa panas dikarenakan reaksi berjalan secara
eksoterm. H2SO4 disini akan mendehidrasi senyawa karbohidrat dengan menghidrolisis
ikatan glikosidik (ikatan antara monosakarida yang satu dengan yang lainnya) yang
selanjutnya di dehidrasi menjadi furfural dan turunan senyawa karbohidrat lainnya.
Furfural sendiri merupakan senyawa organik siklik dengan lima atom karbon sebagai
penyusun utama kerangkanya dan termasuk dalam sakarida yang juga merangsang saraf
lidah merasakan manis. Pada percobaan ini tidak didapatkan cincin merah-ungu, yang
menandakan air liur tidak mengandung karbohidrat.
Percobaan keempat yaitu uji presipitasi. Uji bertujuan untuk mengetahui
adanya protein dalam air liur. Uji presipitasi sendiri merupakan proses pengendapan.
Dimana pengendapan pada uji ini terjadi karena denaturasi protein yang ada dalam air
liur akibat penambahan asam hingga terbentuk endapan atau gumpalan. Uji ini diawali
dengan menyaring air liur sebanyak 2 mL yang kemudian ditambahkan CH 3COOH.
Didapatkan larutan yang berwarna keruh dan terbentuknya gumpalan yang menandakan
hasil positif adanya protein pada air liur. Percobaan kelima yaitu uji sulfat yang
bertujuan untuk mengetahui adanya zat anorganik sulfat dalam air liur. Terbentuknya
endapan putih merupakan uji positif adanya sulfat. Pengujian sulfat ini menggunakan
BaCl2 yang akan membentuk BaSO4 yang memiliki kelarutan rendah sehingga akan
menandakan uji positif adanya garam empedu. Hal ini terjadi karena garam empedu
akan bereaksi dengan asam sulfat membentuk asam empedu. Dimana asam empedu
akan bereaksi dengan hidroksimetilfurfural yang berasal dari reaksi antara gugus
heksosa pada sukrosa dengan asam sulfat yang membentuk kompleks warna merah
diantara dua lapisan.
Percobaan kelima yaitu uji yang dilakukan untuk melihat fungsi empedu
sebagai emulgator. Emulgator adalah bahan aktif permukaan yang dapat menurunkan
tegangan antar muka antara minyak dan air. Percobaan dilakukan pada dua tabung yang
berbeda. Tabung pertama ditambahkan aquades, minyak, larutan empedu dan dikocok.
Pada tabung kedua ditambahkan aquades dan minyak. Hasil pada tabung kedua ialah
terdapatnya bulir minyak di tengah permukaan yang tidak menyatu dengan aquades.
Sedangkan pada tabung pertama, setelah dikocok bulir-bulir minyak menjadi kecil
sehingga agak larut dalam air. Hal ini membuktikan bahwa empedu berfungsi sebagai
emulgator. Fungsi ini berfungsi dalam sistem pencernaan, dimana cairan empedu akan
membantu proses penyerapan lemak dengan cara merubah lemak menjadi emulsi
sehingga lebih mudah diserap oleh tubuh.
H. KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa dalam
mengetahui sifat fisik dan kimia dari saliva (air liur) juga empedu dapat dilakukan
beberapa percobaan/uji. Pada saliva dilakukan lima percobaan yang dimulai dengan
penetapan pH saliva dan didapatkan pH sebesar 7. Sifat fisik yang dapat kita lihat dari
saliva ialah berupa cairan yang bening. Selanjutnya dilakukan uji biuret dan uji
presipitasi yang bertujuan untuk mengetahui adanya protein dalam saliva. Hasil positif
pada uji biuret ditandai dengan terbentuknya gumpalan biru pada larutan sedangkan
pada uji presipitasi ditandai terbentuknya endapan putih atau gumpalan. Kemudian
dilakukan uji molisch untuk mengetahui adanya karbohidrat dimana hasil positif
ditandai dengan terbentuknya cincin merah-ungu. Uji sulfat yang bertujuan untuk
mengetahui adanya ion sulfat yang hasil positifnya ditandai dengan terbentuknya
endapan putih atau gumpalan dalam larutan. Pada empedu dilakukan beberapa uji untuk
mengetahui sifat fisik dan kimia empedu. Empedu memiliki fisik yang lonjong dan
lunak, memiliki bau amis yang menyengat, dan dilindung oleh selaput. Uji gmelin pada
empedu dilakukan untuk mengetahuinya ada pigmen bilirubin yang hasil uji positifnya
DAFTAR PUSTAKA
Depamede, Sulaiman Ngongu, dkk. 2014. Potensi Air Liur Sebagai Perantara dalam
Pemeriksaan Noninvasive pada Hewan Piaraan. Mataram: Jurnal Veteriner.
Li, Tiangang dan John Y. L. Chiang. 2012. Bile Acid Signaling in Liver Metabolism and
Diseases. USA: Northeast Ohio Medical University.
Malathi, Narasimhan, dkk. 2014. Salivary Diagnostics: A Brief Review. India: Hindawi
Publishing Corporation.
Poedjiadi, Anna dan F. M. Titin Supriyanti. 2007. Dasar-dasar Biokimia. Jakarta: UIPress.
Sihombing, Debby O.L, dkk. 2014. Fungsi Empedu dalam Pencernaan Lemak. Medan:
Universitas Negeri Medan.
Vogel, A.I. 1985. Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Anorganik Makro dan
Semimikro. Jakarta: Kalman Media Pustaka.
Wirahadikusumah, M. 1989. Biokimia: Protein, Enzim dan Lemak. Bandung: Penerbit
Institut Teknologi Bandung.
Disusun Oleh
NAMA
NIM
UNIVERSITAS MATARAM
2016