Anda di halaman 1dari 23

ACARA I

UJI SIFAT FISIK DAN KIMIA CAIRAN TUBUH


(AIR LIUR DAN EMPEDU)
A. PELAKSANAAN PRAKTIKUM
1. Tujuan Praktikum
Mempelajari sifat fisik dan kimia cairan tubuh (air liur dan empedu).
2. Waktu Praktikum
Selasa, 10 Mei 2016
3. Tempat Praktikum
Lantai III, Laboratorium Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Mataram.

B. LANDASAN TEORI
Saliva adalah cairan yang lebih kental daripada air biasa. Saliva terdiri atas ionion Ca2+, Mg2+, Na+ , K+ , PO43-, Cl- , HCO3-, SO42-, dan zat-zat organic seperti musin dan
enzim amilase atau ptyalin. Saliva mempunyai pH antar 5,75 sampai 7,05. Pada
umumnya pH saliva sedikit dibawah 7. Rangsangan yang menyebabkan pengeluaran
saliva dari kelenjar saliva adalah pikiran tentang makanan yang disukai, adanya bau
makanan yang sedap atau melihat makanan yang diharapkan sehingga menimbulkan
selera. Rangsangan demikian disebut rangsangan reflex. Rangsangan keluarnya saliva
karena adanya makanan dalam mulut disebut rangsangan mekanik, sedangkan rasa
makanan yang lezat atau manis dapat menimbulkan rangsangan yang disebut
rangsangan kimiawi (Poedjadi, 2007: 235).
Air liur sebagai komponen biologis yang unik pada rongga mulut memiliki
potensi sebagai mediator untuk uji biologis noninvasive. Untuk industri peternakan
masa depan hal ini sangat dibutuhkan karena tuntutan animal welfare. Hingga saat ini
penelitian dan pengembangan penggunaan air liur sebagai mediator uji invasive masih
dominan untuk manusia, sementara untuk ternak/hewan piaraan masih terbatas. Teknik
dan metode yang umum digunakan adalah yang berkaitan dengan analisis proteomik.
Dengan metode ini banyak hal yang dapat diungkap tentang proteomik air liur yang
bermanfaat bagi pengembangan biomarka berbasis air liur (Depamede, 2014).
Air liur memiliki potensi besar sebagai cairan diagnostik dan menawarkan
keuntungan lebih, serum dan cairan biologis lainnya dengan metode pengumpulan

ekonomi non-invasif untuk pemantauan kesehatan sistemik dan perkembangan


penyakit. Seluruh air liur yang paling sering digunakan untuk diagnosis penyakit
sistemik, karena dapat dengan mudah dikumpulkan dan berisi sebagian besar konstituen
serum. Air liur dapat digunakan dalam skrining massal untuk gangguan tulang
metabolik. Air liur manusia dianalisis untuk deoxypyridinium (D-PYR) dan osteocalcin
(OC). Korelasi yang signifikan telah dilaporkan antara usia, indeks massa tubuh, DPYR, atau skor konsentrasi OC dan kalkaneus T. Hal ini menunjukkan bahwa air liur
dapat digunakan sebagai cairan untuk pengujian biomarker perombakan tulang manusia
(Malathi, 2014).
Kantung empedu atau kandung empedu (Bahasa Inggris: gallbladder) adalah
organ berbentuk buah pir yang dapat menyimpan sekitar 50 ml empedu yang
dibutuhkan tubuh untuk proses pencernaan. Pada manusia, panjang kantung empedu
adalah sekitar 7-10 cm dan berwarna hijau gelap - bukan karena warna jaringannya,
melainkan karena warna cairan empedu yang dikandungnya. Organ ini terhubungkan
dengan hati dan usus dua belas jari melalui saluran empedu. (Vogel, 117 : 1985).
Fungsi empedu adalah untuk membuang limbah tubuh tertentu (terutama
pigmen hasil pemecahan sel darah merah dan kelebihan kolesterol) serta membantu
pencernaan dan penyerapan lemak. Garam empedu menyebabkan meningkatnya
kelarutan kolesterol, lemak dan vitamin yang larut dalam lemak, sehingga membantu
penyerapannya dari usus. Hemoglobin yang berasal dari penghancuran sel darah merah
dirubah menjadi bilirubin (pigmen utama dalam empedu) dan dibuang ke dalam empedu
(Wirahadikusumah, 1989: 203).
Kantung empedu atau kandung empedu adalah organ berbentuk buah pir yang
dapat menyimpan sekitar 50 ml empedu yang dibutuhkan tubuh untuk proses
pencernaan. Pada manusia, panjang kantung empedu adalah sekitar 7-10 cm dan
berwarna hijau gelap - bukan karena warna jaringannya, melainkan karena warna cairan
empedu yang dikandungnya. Organ ini terhubungkan dengan hati dan usus dua belas
jari melalui saluran empedu. Didalam empedu terdapat garam empedu yang
menyebabkan meningkatnya kelarutan kolesterol, lemak dan vitamin yang larut dalam
lemak, sehingga membantu penyerapannya dari usus. Tujuan dari praktikum ini antara
lain mengetahui fungsi empedu dalam proses pencernaan lemak dan mengetahui adanya
lemak dalam kantung empedu.Manfaat dari jurnal ini adalah untuk menguraikan hasil
pembahasan dari praktikum fisiologi hewan yang berjudul fungsi empedu dalam lemak

sehingga mahasiswa memahami fungsi empedu dan ada atau tidaknya lemak dalam
empedu (Sihombing, 2014).
Penelitian dalam satu dekade terakhir membuktikan bahwa asam empedu
berperan memfasilitasi penyerapan dalam usus, tetapi juga penting dalam regulator
metabolik glukosa dan homeostasis lipid. Perubahan farmokologi pada metabolisme
asam empedu atau jalur sinyal asam empedu seperti menggunakan asam empedu
sebagai reseptor agonis atau pengikat resin mungkin menjadi strategi terapi yang
menjanjikan untuk pengobatan obesitas dan diabetes. Asam empedu, sekali diproduksi
di hati, diangkut melintasi membran canalicular dari hepatosit ke dalam empedu dan
disimpan di dalam kandung empedu. Setelah makan, asam empedu pada kandung
empedu dilepaskan ke dalam saluran usus, efisiensi penyerapan terjadi di ileum, dan
diangkut kembali ke hati melalui darah portal untuk re-ekskresi ke dalam empedu.
Proses ini disebut sirkulasi sebagai enterohepatik asam empedu (Li, 2012).

C. ALAT DAN BAHAN


1. Alat-alat Praktikum
a. Corong kaca 75 mm
b. Gelas kimia 100 mL
c. Gelas kimia 250 mL
d. Gelas kimia 600 mL
e. Kertas saring
f. Penjepit kayu
g. pH stick
h. Pipet tetes
i. Pipet volume 2 mL
j. Rak tabung reaksi
k. Rubber bulb
l. Spatula
m. Tabung reaksi

2. Bahan-bahan Praktikum

a. Aquades (H2O)(l)
b. Air liur
c. Empedu
d. H2SO4 pekat
e. HNO3 pekat
f. Larutan BaCl2 2%
g. Larutan CH3COOH 2 M
h. Larutan CuSO4 0,1 M
i. Larutan HCl 1 M
j. Larutan NaOH 10%
k. Larutan sukrosa 5%
l. Minyak goreng
m. Reagen Molisch

D. SKEMA KERJA
1. Air Liur
a. Penetapan pH Air Liur

Air liur
Diukur pH dengan pH stick
Hasil

b. Uji Biuret

2 mL (30 tetes) air liur


Dimasukkan dalam tabung reaksi
Ditambahkan 2 mL NaOH 10%
Hasil
Ditambahkan beberapa tetes CuSO4 0,1 M
Hasil

c. Uji Molisch
2 mL (30 tetes) air liur
Dimasukkan dalam tabung reaksi
Ditambahkan 2 tetes pereaksi molisch dan dicampur dengan baik

Hasil
Dimiringkan tabung reaksi
Ditambahkan 2 mL H2SO4 pekat melalui dinding tabung reaksi

Hasil

2 mL (30 tetes) air liur

d. Uji Presipitasi

Disaring
Ditambahkan 1 tetes CH3COOH 2 M
Dicampur dengan baik

Hasil

e. Uji Sulfat
2 mL (30 tetes) air liur
Dimasukkan dalam tabung reaksi
Ditambahkan 3-5 tetes HCl 1 M
Hasil
Ditambahkan 5-10 tetes BaCl2 2%
Hasil

2. Empedu
a. Sifat Empedu

Empedu
Diperhatikan dan dicatat sifat fisik empedu
Hasil
Empedu
b. Preparasi Empedu

Dilumatkan
Ditambahkan aquades
Disaring

Hasil

c. Uji Gmelin
Tabung reaksi
Ditambahkan 3 mL HNO3 pekat
Ditambahkan 3 mL larutan empedu encer (melalui dinding tabung reaksi)

Hasil

d. Uji Pettenkofer
5 mL larutan empedu encer
2 buah tabung
reaksi dalam tabung reaksi
Dimasukkan
Ditambahkan 5 tetes sukrosa 5%
Hasil
Tabung 1

Tabung 1
Ditambahkan 3 mL H2SO4 pekat (melalui dinding tabung reaksi)

Ditambahkan 3 mL aquades
Ditambahkan 3 mL aquades
Ditambahkan 3 tetes minyak goreng
Ditambahkan 3 tetes minyak goreng
Ditambahkan 3 mL larutan empedu encerDikocok
Hasil Emulgator
e. Fungsi Empedu sebagai
Dikocok

Hasil

Hasil

E. HASIL PENGAMATAN
1. Uji Sifat Fisik dan Kimia Air Liur
No
1

Prosedur
Penetapan pH Air Liur
a. Diukur pH air liur tanpa penyaringan

Uji Biuret
a. 2 mL air liur ditambah 2 mL NaOH
10%

Hasil Pengamatan

Warna air liur = bening

pH air liur = 7

Warna air liur = bening. Warna awal


NaOH = bening. Campuran = larutan
berwarna bening

b. Ditambah 5-10 tetes CuSO4 0,1 M

Warna awal CuSO4 = biru. Campuran


= terbentuk gumpalan berwarna biru
muda pada lapisan tengah campuran
(melayang)

Uji Molisch
a. 2 mL air liur ditambah 2 tetes
pereaksi molisch

Warna air liur = bening. Warna awal


pereaksi molisch = merah gelap.

Campuran = terbentuk gumpalan


coklat pada campuran dan menempel
b. Ditambah 2 mL H2SO4 pekat melalui
dinding tabung reaksi

di dinding tabung

Warna awal H2SO4 = bening.


Campuran = terbentuk 4 lapisan. Pada
lapisan pertama terdapat gumpalan
coklat yang juga menempel pada
dinding tabung. Lapisan kedua berupa
larutan berwarna kuning. Lapisan
ketiga larutan berwarna hijau
danlapisan keempat berwarna bening.
Tabung reaksi terasa panas.

Uji Presipitasi
a. 2 mL air liur disaring dan ditambah
CH3COOH 2 M

Warna air liur = bening. Warna awal


CH3COOH = bening. Campuran =
larutan berubah warna menjadi keruh
dan terbentuk gumpalan bening pada
larutan (digunakan 2 tetes
CH3COOH)

Uji Sulfat
a. 2 mL air liur ditambah HCL 1 M

Warna air liur = bening. Warna awal


HCl = bening. Campuran = larutan
menjadi keruh dan terdapat gumpalan

b. Ditambah 5-10 tetes BaCl2 2%

pada larutan (digunakan 3 tetes HCl)

Warna awal BaCl2 = bening.


Campuran = gumpalan yang
terbentuk semakin banyak (digunakan
6 tetes BaCl2)

2. Uji Sifat Fisik dan Kimia Empedu


No
1

Prosedur

Hasil Pengamatan

Sifat Empedu
a. Diperhatikan dan dicatat sifat fisik
empedu

Bentuk empedu lonjong

Warna empedu hijau lumut

Bau amis yang menyengat

Terbungkus oleh selaput

Lembek/lunak

Setelah dilumatkan = empedu pecah

Preparasi Empedu
a. Empedu dilumatkan

dan cairan empedu berwarna hijau


lumut
b. Cairan empedu ditambah aquades

Warna awal aquades = bening.


Campuran = larutan empedu
berwarna hijau lumut dan terdapat
kotoran selaput

c. Cairan empedu disaring

Terbentuk filtrat berwarna hijau


lumut yang lebih pudar

Uji Gmelin
a. 3 mL HNO3 pekat ditambah 3 mL

Warna awal HNO3 = bening. Warna

larutan empedu encer (melalui

awal larutan empedu = hijau lumut.

dinding tabung reaksi)

Campuran = terbentuk 2 fase, lapisan


atas berwarna hijau muda, lapisan
bawah berwarna bening dan terbentuk
cincin berwarna merah kecoklatan
diantara kedua fase

Uji Pettenkofer
a. 5 mL larutan empedu encer ditambah

5 tetes sukrosa 5%

Warna awal larutan empedu hijau


lumut. Warna awal sukrosa = bening.
Campuran = warna larutan menjadi
hijau lumut dan lebih jernih dari
sebelumnya

b. Ditambah 3 mL H2SO4 pekat


(melalui dinding tabung reaksi)

Warna awal H2SO4 = bening.


Campuran = dinding tabung reaksi
terasa panas dan terbentuk 2 fase,
lapisan atas berwarna hijau, lapisan
bawah berwarna bening dan terbentuk

cincin merah kecoklatan yang cukup


tebal
5

Fungsi Empedu sebagai Emulgator


a. Tabung 1

3 mL aquades ditambah 3 tetes

minyak goreng

Warna awal aquades = bening. Warna


awal minyak goreng kuning bening.
Campuran = aquades dan minyak
goreng tidak menyatu serta terdapat
bulir minyak di tengah permukaan
larutan

Ditambah 3 mL larutan empedu

encer, dikocok

Warna awal larutan empedu = hijau


lumut. Campuran = terbentuk larutan
berwarna hijau kuning bening, bulirbulir minyak menjadi kecil dan agak
larut dalam air

b. Tabung 2

3 mL aquades ditambah 3 tetes


minyak goreng

Warna awal aquades = bening. Warna


awal minyak goreng kuning bening.
Campuran = aquades dan minyak
goreng tidak menyatu serta terdapat
bulir minyak di tengah permukaan
larutan

F. ANALISIS DATA
1. Air Liur
a. Uji Biuret

HO
O
R

O - Na
+

NaOH

CH

NH3 +

CH
NH3 +

OO
R

CH

Larutan ungu

CuSO4

NH3 +
b. Uji Molisch
O
HO

OH

OH
OH
pentosa

H2SO4

O
O
fulfural

+
OH
naftol

O
H

OH

HO

OH

HO

H2SO4

OH

O
OH
naftol

Hidroksimetilfulfural

OH
heksosa

OH
O
H

HO

H 2SO4

+
OH

Hidroksi metil furfural

OH

SO3 H

naftol

O
cincin ungu

c. Uji Presipitasi

O - Na

+
O

O - CH3 COONa
+ CH3 COOH

CH
NH3 +

O
R

CH
NH3 +

penggumpalan/endapan putih
Na+ + CH3COOH CH3COONa (mengendap)
d. Uji Sulfat
HCl
BaCl2(aq) + SO42-(aq) BaSO4(s) + 2Cl-(aq)
Penguraiannya:

BaCl2(aq) + HCl(aq) Ba2+(aq) + 3Cl-(aq) + H+(aq)


Ba2+(aq) + SO42-(aq) BaSO4(s) (endapan putih)
2. Empedu
a. Sifat-sifat Empedu
Berbentuk bulat memanjang (lonjong) dan dibungkus oleh selaput putih
bening
Berwarna hijau tua dan di dalamnya terdapat cairan berwarna hijau pekat
Berbau amis, kenyal dan licin

b. Uji Gmelin
Bilirubin + HNO3 kompleks senyawa warna-warni
c. Uji Pettenkofer
O
OH
HO

OH

O H

H
H
OH

O
H

H
HO

terhidrolisis

HO
OH

HO
H

OH

OH

OH
H

OH

OH

H
OH

sukrosa

glukosa

O
H

OH

HO

OH

OH

H2SO 4

H2C
OH

CH

CH CH

OH
5-hidroksimetil furfural
glukosa
H2SO4(l)

garam empedu

asam empedu

O
O
H2C
OH

CH

CH CH

5-hidroksimetil furfural

asam-asam empedu

kompleks coklat kehitaman (merah bata)

d. Fungsi Empedu sebagai Emulgator


Garam-garam empedu + minyak micelles
Micelles + air larut

G. PEMBAHASAN
Saliva adalah suatu cairan oral yang kompleks dan tidak berwarna yang terdiri
atas campuran sekresi dari kelenjar ludah besar dan kecil yang ada pada mukosa oral.
Saliva dapat disebut juga kelenjar ludah atau kelenjar air liur. Semua kelenjar ludah
mempunyai fungsi untuk membantu mencerna makanan dengan mengeluarkan suatu
sekret yang disebut salivia (ludah atau air liur). Pengeluaran air ludah pada orang
dewasa berkisar antara 0,3-0,4 ml/menit sedangkan apabila distimulasi, banyaknya air
ludah normal adalah 1-2 ml/menit. Menurunnya pH air ludah (kapasitas dapar / asam)
dan jumlah air ludah yang kurang menunjukkan adanya resiko terjadinya karies yang
tinggi. Dan meningkatnya pH air ludah (basa) akan mengakibatkan pembentukan
karang gigi. Manusia memproduksi sebanyak 1000-1500 cc air ludah dalam 24 jam,
yang umumnya terdiri dari 99,5% air dan 0,5 % lagi terdiri dari garam-garam , zat
organik dan zat anorganik. Unsur-unsur organik yang menyusun saliva antara lain :
protein, lipida, glukosa, asam amino, amoniak, vitamin, asam lemak. Unsur-unsur
anorganik yang menyusun saliva antara lain : Sodium, kalsium, magnesium, bikarbonat,
khloride, rodanida dan thiocynate (CNS) , fosfat, potassium. Yang memiliki konsentrasi
paling tinggi dalam saliva adalah kalsium dan natrium. Saliva memiliki beberapa fungsi,
yaitu :
1. Melicinkan dan membasahi rongga mulut sehingga membantu proses mengunyah
dan menelan makanan.
2. Membasahi dan melembutkan makanan menjadi bahan setengah cair ataupun cair
sehingga mudah ditelan dan dirasakan.
3. Membersihkan rongga mulut dari sisa-sisa makanan dan kuman
4. Mempunyai aktivitas antibacterial dan sistem buffer.

5. Membantu proses pencernaan makanan melalui aktivitas enzim ptyalin (amilase


ludah) dan lipase ludah.
Empedu adalah cairan bersifat basa yang pahit dan mengandung pigmen
bilirubin, biliverdin, dan urobilin, yang disekresikan oleh hepatosit hati pada sebagian
besar vertebrata. Setiap harinya cairan empedu disekresikan oleh hati sebanyak 5001000cc di mana sekresinya berjalan terus menerus, jumlah yang disekresikan akan
meningkat jika mencerna lemak. Pada beberapa spesies, empedu disimpan di
dalam kantung empedu dan dilepaskan ke usus dua belas jari untuk membantu
proses pencernaan makanan. Sebuah kantong empedu berbentuk terong dan merupakan
membran berotot, letaknya dalam sebuah lobus disebelah permukaan di bawah hati
sampai pinggir depannya, panjangnya 812 cm, berkapasitas 60 mL. Lapisan empedu
(kantong) terdiri dari lapisan luar serosa/pariental, lapisan otot bergariss ,lapisan dalam
mukosa/viseral yang disebut juga membran mukosa.
Praktikum kali ini ialah uji sifat fisik dan kimia cairan tubuh (air liur dan
empedu) yang bertujuan untuk mempelajari sifat fisik dan kimia dari air liur dan
empedu. Dimana terdapat dua tahap yang dilakukan. Tahap pertama ialah uji sifat fisik
dan kimia pada air liur yang terdiri dari lima percobaan dan tahap kedua ialah uji sifat
fisik dan kimia pada empedu yang terdiri dari lima percobaan.
Tahap pertama yaitu uji sifat fisik dan kimia pada air liur. Percobaan pertama
ialah penetapan pH, dimana air liur diukur pH nya dengan menggunakan pH stick.
Didapatkan pH air liur adalah 7 yang menandakan sifat netral. pH air liur dapat
berubah-ubah sesuai dengan kondisi tubuh dan dapat juga berasal dari makanan yang
kita konsumsi. Secara fisik air liur berupa cairan yang bening. Percobaan kedua yaitu uji
biuret. Uji ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya protein (ikatan peptida) dalam
air liur. Percobaan dilakukan dengan memasukkan air liur kedalam tabung reaksi dan
ditambahkan dengan NaOH 10%. Hasilnya didapatkan larutan tetap berwarna bening.
Penambahan NaOh ini berfungsi sebagai penyedia suasana basa dalam air liur dan
menghidrolisis protein yang mana akan bereaksi dengan ion Na+ membentuk suatu
garam. Kemudian ditambahkan CuSO4 0,1 M dan didapatkan adanya gumpalan dalam
larutan yang berwarna biru. CuSO4 disini bertindak sebagai reagen dimana nantinya ion
Cu+ akan membentuk suatu kompleks warna dengan asam amino dalam protein. Warna
biru yang didapatkan dalam percobaan menunjukkan hasil positif adanya protein dalam

air liur. Hal ini dikarenakan air liur terdiri atas musin yang merupakan suatu
glikoprotein yaitu protein yang mengandung karbohidrat yang terikat secara kovalen.
Percobaan ketiga yaitu uji molisch. Uji ini berfungsi untuk mengetahui adanya
karbohidrat. Sebanyak 2 mL air liur yang tidak disaring ditambahkan dengan pereaksi
molisch. Air liur yang tidak disaring bertujuan agar kandungan dalam air liur tetap utuh
dan alami. Pada hasil campuran, terdapat gumpalan-gumpalan kecil berwarna coklat
kemerahan yang juga menempel pada dinding tabung. Reaksi positif dalam uji ini
adalah dengan munculnya cincin merah-ungu yang merupakan hasil kondensasi antara
furfural atau hidroksimetil furfural dengan alfa-naftol dalam pereaksi molisch. Pereaksi
molisch sendiri terdiri dari alfa-naftol dalam etil alcohol. Selanjutnya ditambahkan
H2SO4 melalui dinding tabung. Hal ini bertujuan agar cincin yang terbentuk nantinya
tidak akan rusak. Penambahan H2SO4 mengakibatkan terbentuknya empat lapisan dalam
campuran. Lapisan pertama merupakan gumpalan coklat kemerahan, lapisan kedua
larutan berwarna hijau dan berwarna kuning pada lapisan ketiga, lapisan keempat
larutan bening. Dinding tabung reaksi terasa panas dikarenakan reaksi berjalan secara
eksoterm. H2SO4 disini akan mendehidrasi senyawa karbohidrat dengan menghidrolisis
ikatan glikosidik (ikatan antara monosakarida yang satu dengan yang lainnya) yang
selanjutnya di dehidrasi menjadi furfural dan turunan senyawa karbohidrat lainnya.
Furfural sendiri merupakan senyawa organik siklik dengan lima atom karbon sebagai
penyusun utama kerangkanya dan termasuk dalam sakarida yang juga merangsang saraf
lidah merasakan manis. Pada percobaan ini tidak didapatkan cincin merah-ungu, yang
menandakan air liur tidak mengandung karbohidrat.
Percobaan keempat yaitu uji presipitasi. Uji bertujuan untuk mengetahui
adanya protein dalam air liur. Uji presipitasi sendiri merupakan proses pengendapan.
Dimana pengendapan pada uji ini terjadi karena denaturasi protein yang ada dalam air
liur akibat penambahan asam hingga terbentuk endapan atau gumpalan. Uji ini diawali
dengan menyaring air liur sebanyak 2 mL yang kemudian ditambahkan CH 3COOH.
Didapatkan larutan yang berwarna keruh dan terbentuknya gumpalan yang menandakan
hasil positif adanya protein pada air liur. Percobaan kelima yaitu uji sulfat yang
bertujuan untuk mengetahui adanya zat anorganik sulfat dalam air liur. Terbentuknya
endapan putih merupakan uji positif adanya sulfat. Pengujian sulfat ini menggunakan
BaCl2 yang akan membentuk BaSO4 yang memiliki kelarutan rendah sehingga akan

mengakibatkan terbentuknya endapan dalam larutan yang diasamkan. Percobaan


diawali dengan menambahkan larutan HCl dalam air liur dan didapatkan larutan
menjadi agak keruh dan terdapat gumpalan. Kemudian ditambahkan BaCl 2 2% dan
gumpalan yang terbentuk semakin banyak. Gumpalan tersebut menandakan bahwa air
liur mengandung ion sulfat.
Tahap selanjutnya yaitu uji sifat fisik dan kimia pada empedu. Percobaan
pertama yaitu memperhatikan sifat fisik empedu. Empedu memiliki bentuk yang
lonjong dan lunak, terbungkus oleh selaput, memiliki bau amis yang sangat menyengat
dan cairan didalamnya berwarna hijau lumut. Kandungan empedu yang antara lain
adalah garam-garam empedu, pigmen-pigmen empedu, lesitin, kolesterol dan garamgaram anorganik. Empedu tidakmengandung protein kecuali musin, yang disekresi oleh
dinding kandung empedu, dan sejumlah kecilenzim seperti fosfatase alkali. Percobaan
selanjutnya ialah preparasi empedu. Empedu dilumatkan hingga halus, kemudian
dtambahkan aquades secukupnya dan disaring untuk menghilangkan kotoran sehingga
didapatkan filtrat berwarna hijau lumut pudar. Percobaan ketiga yaitu uji gmelin yang
bertujuan untuk mengetahui adanya kandungan bilirubin dalam empedu. Bilirubin
merupakan pigmen warna kuning pada empedu yang mana akan teroksidasi pada udara
terbuka menjadi berwarna hijau, biru dan coklat. Percobaan diawali dengan larutan
HNO3 yang ditambahkan dengan larutan empedu melalui dinding tabung agar cincin
yang terbentuk nantinya tidak rusak dan mudah diamati. Penambahan HNO 3 berfungsi
sebagai pengoksidasi yang akan bereaksi dengan zat warna yang ada dalam empedu
yang akan menghasilkan serangkaian warna. Didapatkan dua fase dalam hasil
campuran. Fase atas berwarna hijau muda, fase bawah berwarna bening dan terbentuk
cincin berwarna merah kecoklatan diantara dua fase. Terbentuknya cincin merah
kecoklatan menandakan adanya kandungan bilirubin dalam empedu.
Percobaan keempat yaitu uji pettenkofer yang bertujuan untuk mengetahui
adanya garam empedu. Percobaan diawali dengan menambahkan larutan sukrosa pada
larutan empedu dan didapatkan larutan berwarna hijau muda. Kemudian ditambahkan
H2SO4 pekat melalui dinding tabung reaksi. Terbentuk dua fase pada larutan, fase atas
berwarna hijau muda, fase bawah berwarna bening dan terbentuk cincin merah
kecoklatan diantara kedua fase tersebut. Tabung reaksi juga terasa panas yang
menandakan reaksi eksoterm. Terbentuknya cincin merah kecoklatan tersebut

menandakan uji positif adanya garam empedu. Hal ini terjadi karena garam empedu
akan bereaksi dengan asam sulfat membentuk asam empedu. Dimana asam empedu
akan bereaksi dengan hidroksimetilfurfural yang berasal dari reaksi antara gugus
heksosa pada sukrosa dengan asam sulfat yang membentuk kompleks warna merah
diantara dua lapisan.
Percobaan kelima yaitu uji yang dilakukan untuk melihat fungsi empedu
sebagai emulgator. Emulgator adalah bahan aktif permukaan yang dapat menurunkan
tegangan antar muka antara minyak dan air. Percobaan dilakukan pada dua tabung yang
berbeda. Tabung pertama ditambahkan aquades, minyak, larutan empedu dan dikocok.
Pada tabung kedua ditambahkan aquades dan minyak. Hasil pada tabung kedua ialah
terdapatnya bulir minyak di tengah permukaan yang tidak menyatu dengan aquades.
Sedangkan pada tabung pertama, setelah dikocok bulir-bulir minyak menjadi kecil
sehingga agak larut dalam air. Hal ini membuktikan bahwa empedu berfungsi sebagai
emulgator. Fungsi ini berfungsi dalam sistem pencernaan, dimana cairan empedu akan
membantu proses penyerapan lemak dengan cara merubah lemak menjadi emulsi
sehingga lebih mudah diserap oleh tubuh.
H. KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa dalam
mengetahui sifat fisik dan kimia dari saliva (air liur) juga empedu dapat dilakukan
beberapa percobaan/uji. Pada saliva dilakukan lima percobaan yang dimulai dengan
penetapan pH saliva dan didapatkan pH sebesar 7. Sifat fisik yang dapat kita lihat dari
saliva ialah berupa cairan yang bening. Selanjutnya dilakukan uji biuret dan uji
presipitasi yang bertujuan untuk mengetahui adanya protein dalam saliva. Hasil positif
pada uji biuret ditandai dengan terbentuknya gumpalan biru pada larutan sedangkan
pada uji presipitasi ditandai terbentuknya endapan putih atau gumpalan. Kemudian
dilakukan uji molisch untuk mengetahui adanya karbohidrat dimana hasil positif
ditandai dengan terbentuknya cincin merah-ungu. Uji sulfat yang bertujuan untuk
mengetahui adanya ion sulfat yang hasil positifnya ditandai dengan terbentuknya
endapan putih atau gumpalan dalam larutan. Pada empedu dilakukan beberapa uji untuk
mengetahui sifat fisik dan kimia empedu. Empedu memiliki fisik yang lonjong dan
lunak, memiliki bau amis yang menyengat, dan dilindung oleh selaput. Uji gmelin pada
empedu dilakukan untuk mengetahuinya ada pigmen bilirubin yang hasil uji positifnya

ditandai dengan terbentuknya cincin merah-kecoklatan. Kemudian uji pettenkofer yang


dilakukan untuk mengetahui adanya garam empedu yang ditandai dengan terbentuknya
cincin merah-kecoklatan. Dan uji yang terakhir dilakukan untuk membuktikan fungsi
empedu sebagai emulgator.

DAFTAR PUSTAKA

Depamede, Sulaiman Ngongu, dkk. 2014. Potensi Air Liur Sebagai Perantara dalam
Pemeriksaan Noninvasive pada Hewan Piaraan. Mataram: Jurnal Veteriner.
Li, Tiangang dan John Y. L. Chiang. 2012. Bile Acid Signaling in Liver Metabolism and
Diseases. USA: Northeast Ohio Medical University.
Malathi, Narasimhan, dkk. 2014. Salivary Diagnostics: A Brief Review. India: Hindawi
Publishing Corporation.
Poedjiadi, Anna dan F. M. Titin Supriyanti. 2007. Dasar-dasar Biokimia. Jakarta: UIPress.
Sihombing, Debby O.L, dkk. 2014. Fungsi Empedu dalam Pencernaan Lemak. Medan:
Universitas Negeri Medan.
Vogel, A.I. 1985. Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Anorganik Makro dan
Semimikro. Jakarta: Kalman Media Pustaka.
Wirahadikusumah, M. 1989. Biokimia: Protein, Enzim dan Lemak. Bandung: Penerbit
Institut Teknologi Bandung.

LAPORAN MINGGUAN PRAKTIKUM


BIOKIMIA II
ACARA I
UJI SIFAT FISIK DAN KIMIA CAIRAN TUBUH
(AIR LIUR DAN EMPEDU)

Disusun Oleh
NAMA

: RIZKI AMALIA PUTRI

NIM

: G1C 013 040

PROGRAM STUDI KIMIA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS MATARAM
2016

Anda mungkin juga menyukai