Log adalah suatu grafik kedalaman (atau waktu) dari satu set yang menunjukkan
parameter fisik, yang diukur secara berkesinambungan dalam sebuah sumur
(Harsono, 1997). Logging adalah pengukuran atau pencatatan sifat-sifat fisika
batuan di sekitar lubang bor secara tepat dan kontinyu pada interval kedalaman
tertentu (Schlumberger, 1986). Maksud dari logging adalah untuk mengukur
parameter
fisika
sehingga
dapat
diinterpretasi
litologi penampang
sumur,
formasi
dan
identifikasi
ciri-ciri
batuan
dibawah permukaan
Microresistivity
log
[Microlog
(ML),Microlaterolog
(MLL),
Hasil Rekaman Wireline Well logging dapat digunakan untuk mengevaluasi baik secara
Kwalitatif maupun Kwantitatif.
Evaluasi Kwalitatif:
a. Penentun Lithologi, yaitu penentuan susunan perlapisan batuan yang ditembus
sumur pemboran sehingga dapat diketahui jenis batuan dan lain lain.
b. Penentuan lapisan permeable yaitu lapisan yang diperkirakan mengandung
minyak dan atau gas bumi
c. Penentuan Fluida content (isi kandungan batuan) yaitu :
Penentuan lapisan minyak, gas dan air
Penentuan batas minyak air = oil water contact (BMA = OWC)
Penentuan batas gas miyak = gas oil contact (BMG = GOC)
Evaluasi Kwantitatif :
Data yang diperoleh dari hasil rekaman, dibantu dengan rumus pendukungnya maka
parameter reservoir dapat ditentukan antara lain dapat menghitung:
Porositas ( )
Saturasi air (Sw)
Saturasi hodrokarbon sisa = residual hidrokarbon saturation (Shr)
Saturasi : hidorkarbon yang dapat bergerak = moveable hydrocarbon saturation
(Shm)
1. 1 Log Resistiviy
Log ini mengukur tahanan jenis formasi, untuk medapatkan sifat sifat fisik
batuan.Tahanan jenis suatu media adalah tahanan /hambatan yang diberikan oleh suatu
media tersebut terhadap aliran arus listrik yang melewatinya. Tahanan jenis diukur
dengan alat normal yang mengukur Ra ( tahanan jenis semu dari formasi ) dan alat
lateral dan induksi yang dapat mengukur tahanan jenis sebenarnya Rt. Log tahanan
jenis dapat dibagi lagi menjadi tiga berdasarkan tempat pengambilan datanya, yaitu :
1. Log tahanan jenis dangkal digunakan untuk mengukur tahanan jenis zona invasi
yakni zona yang berada di sekitar tabung bor. Zona inidapat dipengaruhi oleh air
lumpur bor ataumud filtrat. Log ini disebut juga Lateral log Shallow (LLS).
2. Log tahanan jenis menengah, log ini mengukur tahanan jenis zona transisi yakni zona
yang sebagian dari fluidanya terusir olehmud filtrate dan sebagian masih merupakan
fluida asli. Log ini disebut juga MicroSpherically FocusLog (MSFL)
2
3. Log tahanan jenis dalam, log ini mengukur tahanan jenis formasiyang tidak
terganggu oleh proses pemboran.Tujuan penggunaan adalah untuk mengukur tahanan
jenis asli ( Rt ), membantu mengetahui porositas dan permeabilitas batuan. Juga
untuk menghitung Sw dan untuk korelasi.Log ini disebut juga Lateral log Deep
(LLD
LATEROLOG :
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI.
KONDISI LUBANG BOR :
DIAMETER LUBANG
KEDUDUKAN ALAT
STAND OFF
RESISTIVITY LUMPUR (Rm)
KETEBALAN LAPISAN YANG DIUKUR (BED THICKNESS) DAN RESISTIVITY
LAPISAN SEBELAH-MENYEBELAHNYA (ADJACENT BED).
JIKA LAPISANNYA SANGAT RESISTIVE (RESISTIVITY TINGGI) DAN TIPIS
(TEBAL LAPISAN = h LEBIH KECIL DARI BEAM WIDTH) MAKA RESISTIVITY
HASIL PENGUKURAN MERUPAKAN FUNGSI h, Rs DAN Rt.
BILA h SEMAKIN KECIL MAKA RESISTIVITY HASIL PENGUKURAN AKAN JAUH
LEBIH KECIL LAGI DARI Rt.
JIKA LAPISANNYA SANGAT CONDUCTIVE (RESISTIVITY RENDAH) DAN TIPIS
(h LEBIH KECIL DARI BEAM WIDTH) MAKA RESISTIVITY HASIL PENGUKURAN
MERUPAKAN FUNGSI h, Rs DAN Rt.
BILA Rt JAUH LEBIH KECIL DARI Rs MAKA RESISTIVITY HASIL PENGUKURAN
AKAN JAUH LEBIH BESAR DARI Rt.
kurva SP tidak pernah tajam saat melewati dua lapisan yang berbeda, melainkan selalu
mempunyai sudut kemiringan. Jika lapisan permeabel itu cukup tebal maka SP menjadi
konstan mendekati nilai maksimumnya (SSP-StaticSP). Memasuki lapisan serpih lagi,
situasi sebaliknya akan terjadi, dan potensial kembali ke nilai serpih secara teratur.
Kurva SP biasanya tidak mampu dengan tepat memberikan ukuran ketebalan lapisan,
karena sifatnya yang malas ataulentur. Perubahan dari posisi garis-dasar-serpih ke
daris permeable tidak tajam melainkan molor, sehingga garis batas tidak mudah dengan
tepat ditentukan. Garis batas tersebut tidak harus setengah dari garis lenturnya.Tahap
pertama yang dilakuakan dalam analisis log adalahmengenal lapisan-permeabel, dan
serpih yang tak-permeabel. Untuk itu digunakan log SP
Log SP digunakan untuk :
SP log merupakan log elektrik yang mencatat perbedaan potensial listrik (voltage) pada
batuan yang disebabkan oleh interaksi formation connate water, drilling fluid, dan shale.
Terdiri dari 2 elektroda : recording elektrode yang ditempatkan dalam sumur dan ground
electrode yang ditempatkan di permukaan.
Pengukuran untuk seluruh interval kedalaman dilakukan dengan mengukur beda potensial
listrik antara kedua elektroda tersebut.
Pengukuran listrik dalam satuan milivolt (mv)
LIMITASI
9
Tidak bisa digunakan jika lumpur yang digunakan Oil base mud
KOREKSI SP
Koreksi terhadap ketebalan lapisan : ketebalan lapisan <10 feet perlu dilakukan koreksi
General rule : Selalu dilakukan koreksi kurva SP terhadap ketebalan
Efek borehole diameter dan invasi pada log SP sangat rendah sehingga dapat diabaikan
10
MENGHITUNG RW DARI SP :
Siapkan data Rmf @ T dari header log
Hitung temperatur formasi
Hitung harga Rmf pada temperatur formasi
Hitung harga Rmfe (chart)
Tentukan clean sand water bearing zone
Tentukan shale base line
Baca harga defleksi kurva SP
Koreksi harga SP
Hitung harga Rwe
Hitung harga Rw (chart)
R= R
TxD = Ts
1(
BHT +Ts
)
T 2+ 6.77
T 1+ 6.77
)
DBHT
Jika Rmf tidak ada pada header log dapat didekati sbb :
Fresh Water Mud
Rmf = (Rm)1.065 x 10((9 - W)/13)
Rmc = (Rm)0.88 x 10((W - 10.4)/7.6)
W = mud weight, lb/gallon.
NaCl mud :
Rmf = 0.75 Rm
Rmc = 1.5 Rm
Persamaan SP dapat dituliskan
SP = -K log (Rmfe/Rwe)
K = 60 + (0.133 x ToF
K = 65 + (0.24 x ToC)
11
Dx
3. Log Radioaktif :
3.1 Log Gamma Ray (Log GR)
Sejarah Log Sinar Gamma (GR) sudah lama, tapi hanya sedikit pengembangan yang
dilakukan pada alat GR atau cara interpretasinya. Dengan kehadiran GR spektroskopi
beberapa tahun silam telah membuka era baru bagi kemungkinan interpretasi yang lebih
rinci.
Prinsip Log GR adalah suatu rekaman tingkat radioaktivitas alami yang terjadi karena
tiga unsur : uranium (U), thorium (Th), dan potassium (K ) yang ada pada batuan.
Pemancaran yang terus menerus terdiri dari semburan pendek tenaga tinggi sinar
12
gamma, yang mampu menembus batuan, sehingga dapat dideteksi oleh detektor
yangmemadai (biasanya jenis detektor (scintillation)).Sinar Gamma sangat efektif
dalam membedakan lapisan permeabel dan yang tak permeabel karena unsur-unsur
radioaktif cenderung berpusat di dalam serpih yang tak-permeabel, dan tidak banyak
terdapat dalam batuan karbonat atau pasir secara umum adalah permeable Kadangkala
lumpur bor mengandung sejumlah unsur potassium,karena zat potassium chloride
ditambahkan kedalam lumpur untuk mencegah pembengkakan serpih. Radioaktivitas
dari lumpur akan mempengaruhi pembacaan log GR berupa tingkatan latar belakang
radiasi yang tinggi. Koreksi pengaruhi unsur potassium lumpur inihanya ada pada alat
NGT. Log GR diskala dalam satuan API (GAPI). Satu GAPI = 1/200 dari tanggapan
yang didapat dari kalibrasi standar suatu formasi tiruanyang berisi Uranium, Thorium
dan Potassium dengan kuantitas yangdiketahui dengan tepat dan diawasi oleh American
Petroleum Institute(API) di Houston, Texas. Log GR biasanya ditampilkan pada kolom
pertama, bersama-sama kurva SP dan Kaliper. Biasanya diskala dari kiri ke kanan
dalam 0-100 atau 0-150 GAPI.Tingkat radiasi serpih lebih tinggi dibandingkan batuan
lain karena unsur-unsur radioaktif cenderung mengendap di lapisan serpih yang tidak
permeabel, hal ini terjadi selama proses perubahan geologi batuan.
Pada formasi permeabel tingkat radiasi GR lebih rendah, dan kurva akan turun ke kiri.
Sehingga log GR adalah log permeabilitas yang bagus sekali karena mampu
memisahkan dengan baik antara lapisan serpih dari lapisan permeabel. Secara khusus
log GR berguna untuk definisi lapisan permeable disaat SP tidak berfungsi karena
formasi yang sangat resistif atau bilakurva SP kehilangan karakternya (Rmf= Rw), atau
juga ketika SP tidak dapat direkam karena lumpur yang digunakan tidak konduktif (oil
base mud). Log GR dapat digunakan untuk mendeteksi dan evaluasi terhadap mineralmineral radioaktif, seperti biji potasium atau uranium. Log GR juga dapat digunakan
untuk mendeteksi mineral-mineral yang tidak radioaktif, termasuk lapisan batubara.
Log GR digunakan secara luas untuk korelasi pada sumur-sumur berselubung. Korelasi
dari sumur ke sumur sering dilakukan dengan menggunakan log GR, dimana sejumlah
tanda-tanda perubahan litologi hanya terlihat pada log GR.
Ringkasan dari kegunaan Log GR :
Evaluasi kandungan serpih
Menentukan lapisan permeabel
Evaluasi biji mineral yang radioaktif maupun yang tidak radioaktif
Korelasi log pada sumur yang berselubung
13
Berdasarkan kurva GR, kita melihat bahwa pada kurva GR menunjukkan nilai GR
menuju pada minimum. Hal ini dapat mengindikasikan bahwa daerah dengan kurva
yang mendekati minimum kemungkinan merupakan lapisan reservoir . Lapisan
reservoir adalah lapisan permeabel yang biasanya ditunjukkan oleh rendahnya harga
kurva gamma Ray dan juga radioaktivnya juga rendah yang berasosiasi dengan batu
pasir dan coal sehingga menunjukkan volume serpih yang rendah.
Dalam identifikasi litologi berdasarkan kurva log Gamma Ray yang pertama ditentukan
adalah Shale Base Line dan Sand Base Line dari kurva log Gamma Ray tersebut. Shale
base line yang merupakan garis lempung ini adalah garis yang ditarik dari titik yang
memiliki harga paling tinggi yang mengisyaratkan bahwa daerah tersebut merupakan
daerah serpih (shale), sedangkan sand base line merupakan garis yang ditarik dari titik
yang memiliki harga yang paling kecil dalam kurva log gamma ray yang juga
mengisyaratkan bahwa daerah tersebut adalah daerah yang permeabel. Log Gamma ray
14
yang memiliki skala 0 sampai 150 ini kemudian dianggap mempunyai persentase 100%.
Maka selanjutnya barulah ditentukan daerah interes yang menjadi kandidat batu
pasir dimana kandidat ini adalah zona yang terletak diantara 50%-80% (sering juga
disebut cut off ). Daerah yang terletak pada zona inilah yang dianggap sebagai zona
clean sand .
Selain itu, dari kurva ini juga dapat ditentukan batas-batas perlapisan dengan
mengambil patokan adanya perubahan pola kurva(defleksi kurva) merupakan tanda
bahwa terdapat perubahan litologi. Namun yang perlu diingat kurva Gamma Ray ini
tidak mengisyaratkan besar butir tetapi hanya memberikan informasi tentang distribusi
butir dan kandungan lempungnya.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGUKURAN
Jenis detektor
Radioaktifitas butir batuan
Tebal formasi
Berat jenis formasi
Kondisi lubang bor
15
Log neutron mengalami defleksi ke arah kiri dan log densitas mengalami defleksi ke
arah kanan. Hal ini menunjukkan bahwa lapisan batuan ini memiliki porositas yang
rendah dan permeabilitas yang rendah, hal ini berhubungan dengan prinsip log densitas
yang memanfaatkan sinar gamma dimana pada saat sinar gamma bertabrakan dengan
elektron dalam batuan akan mengalami pengurangan energi. Semakin banyaknya
elektron dalam batuan berarti makin padat butiran atau mineral penyusun batuan
tersebut sehinggaapabila semakin padat maka ruang atau pori antar butirannya sangat
kecil sehingga batuan ini porositasnya rendah. Pada depth tertentu terdapat sedikit
sisipan sandy shale dimana log Gamma Ray menunjukkan defleksi ke arah kiri tetapi
belum melewati cut off . Umumnya pada lapisan batuan shale bersifat impermeable.
Pada Log Neutron (CNL) menunjukkan harga yang tinggi dan pada Log Density (LDL)
menunjukkan harga yang rendah, oleh karena itu batuan ini mempunyai porositas yang
sangat kecil dan impermeable . Dari kombinasi data log Neutron dan data log Density
dari kedua litologi tersebut tidak ditemukan adanya crossover yang mengindikasikan
kehadiran porositas yang diisi fluida di dalam batuan ini, sehingga dapat disimpulkan
pada batuan ini tidak terdapat fluida. Kenampakan pada log sonic Pada shale
menunjukkan nilai yang lebih tinggi dibandingkan pada sand stone karena pada
prinsipnya log sonic merupakan suatu log yang berfungsi dalam penentuan besarnya
harga porositas dari batuan dimana pada log ini terdapat transmitter yang mengirimkan
gelombang suara ke dalam formasi yang diterima oleh penerima yang terdapat pada log
ini dimana makin lama waktu tempuhnya maka porositas batuannya makin besar.
17
18
19
4. Caliper Log :
20
21
PENGUKURAN KEDALAMAN
Dibedakan menjadi :
Measured Depth (MD)
True Vertical Depth
Sub Sea True Vertical Depth
Bagian penting dalam logging :
22
Dimana :
ma= densitas matriks ( Sangstone : 2.65 gr/cc dan Limestone :2.71 gr/cc)
b = densitas batuan ( Pembacaan log )
f
= densitas fluida ( Fresh water = 1 gr/cc dan Salt water = 1.146 gr/cc)
Neutron Log semula digunakan untuk menggambarkan formasi yang porous yang
kemudian dipakai untuk menentukan porositasnya. Log ini mencatat hydrogen content dari
formasi yang diukur. Oleh karena itu di dalam lapisan yang berisi air atau minyak neutron
log akan merefleksikan cairan yang mengisi pori pori. Menentukan porositas dari neutron
log memggunakan persamaan Indonesia sbb :
N= [ 1,02 x N log ] + 0,0425
NC = CN - ( Vsh - Nsh)
Kombinasi pengukuran yang menggunakan dua macam porosity log atau lebih dapat
menentukan antra lain porositas untuk complex lithology formation dan gas zone. Misalkan
Density-Neutron Porosity. Faktor factor yang mempengaruhi pengukuran dengan log ini
adalah borehole , formation, statistical variation, logging speed ,
23
excavation effect. Porositas dari kombinasi neutron-density log yang terkoreksi terhadap
shale dihitung menggunakan rumus sebagai berikur :
D = { x [(Dcorr)2 + ( Ncorr )2 ] }
Ncorr =N - { Nsh/0,45] x 0,3 x Vsh }
Dcorr =D- { [Dsh/0,45] x 0,13 x Vsh }
1.5 Penentun Porositas Neutron Density = ND
Menggunakan rumus :
jika tidak ada gas : ND oil = x [(D) + (N] jika ada gas
{ x [(D)2 + ( N )2 ] }
Atau menggunakan Rumus :
24
ND gas
: ND gas
= [ 2 (D) + (N)
yang terbesar
n,min ditarik garis lurus untuk 0 s/d TD untuk pembacaan Nutron Log
yang terkecil
e= (
2 dc + 2 nc
) untuk Gas
2
2 dc + 2 nc
) untuk Oil
2
26
Perhitungan dapat dibagi menjadi dua yaitu perhitungan Sw pada Clean Formation
dan Shaly Formation.
1
Clean Formation :
a . sw= F(
b
2.
Rw
)
Rt
; F=
a
m
Shaly Formation :
a. Ratio Method --- Chart Schlumberger Sw-2
b. Simandoux Method :
- Chart-1 & 2 Courtesy Dresser
- Rumus :
Vsh 2 Vsh
(
)
Rsh
Rsh
5 e
+
Rw . Rt
C . Rw
sw=
e
e gas
e oil
= (
2 dc + 2 nc
)
2
2 dc + 2 nc
)
2
nc = n ( Vsh x nsh)
dc = d ( Vsh x dsh)
Dimana :
C = 0.4 untuk Sand dan 0.45 untuk Carbonat
Vsh = Volume Shale
Rw = Resistivity Air Formasi
Rt = Resistivity Batuan
Rsh = Resistivity Shale
e = Porositas Efektif
c. Indonesia Formula :
Menggunakan Rumus :
27
Vcaly
)
2
Vclay
n
2
Sw
1
=
Rt
1(
Vcaly
)
2
Vclay
n
2
Sxo
1
=
Rxo
1(
Dimana :
Vclay = Volume clay
Rxo = Resistivityflushed zone (Flushed Zone Resistivity)
Rmf = Resistivitymudfiltrate (Resistivity mud filtrate)
Rsh = Resistivity Shale
= Porositas Effektif
Sxo = Water Saturation in Flushed Zone (Sxo) :
Sebagian parameter utama petrofisika dapat ditentukan dari analisa well logging yaitu :
h = ketebalan reservoir,
Adapat diperkirakan dari data seismic permukaan yang diukur dengan planimeter.
Parameter tersebut dapat digunakan sebagai perhitungan :
1
28
STOIP =
7758 A h (1Sw)
Boi
Dimana :
STOIP = Stock Tank Oil In Place, STB
= ketebalan reservoir, Ft
= porositasefektif, %
Sw
= Saturasi air, %
Boi
Perkiraan cadangan hidrokarbon untuk jenis gas, jumlah cuft ditempat adalah :
GIIP
43560 A h (1Swi)
Bgi
Dimana :
GIIP
Bgi
DAFTAR PUSTAKAN
30