Anda di halaman 1dari 74

BAB I

KRISTOLOGRAFI
Kristologi adalah cabang ilmu dari mineralogi yang
mempelajari sifat geometris dari kristal terutama perkembangan,
pertumbuhan, kenampakan bentuk luar, struktur dalam dan
hubungan dengan sifat fisik dari suatu mineral. Kristal adalah
suatu hubungan polieder atau bidang banyak yang teratur dan
dibatasi oleh bidang-bidang datar dengan jumlah tertentu.
Selama proses kristalisasi terbentuk kristal karena adanya gaya
tarik menarik antara satu atom dengan yang lainnya.
1.1Bentuk Kristal
Secara umum bentuk dinyatakan dengan kenampakan luar
suatu benda. Di dalam kristalografi, bentuk berhubungan dengan
sumbu simetri. Bentuk-bentuk kristal dilihat dari bidang muka
dibagi menjadi bentuk sederhana, kombinasi dan kembar
(twinning).
Bentuk kristal sederhana mempunyai bentuk kristal yang
semua bidang mukanya sama (Gambar 1).

Gambar 1. Bentuk Kristal Sederhana

Kristal yang mempunyai bidang muka tidak sama


bentuknya atau mempunyai dua atau lebih bidang muka yang
tidak sama (Gambar 2.)

Gambar 2. Bentuk Kristal Kombinasi


Kristal dengan bentuk kembar merupakan gabungan
bentuk-bentuk kristal, yang terdiri dari dua atau tiga bentuk
sederhana yang sama atau dapat juga terdiri dari dua atau lebih
bentuk kombinasi yang sama (Gambar 3).

Gambar 3. Bentuk Kristal Kembar


Setiap model atau bentuk kristal memiliki penamaan
tersendiri sesuai dengan bentuknya masing-masing. Nama dari
bentuk-bentuk kristal yang dimaksud adalah sebagai berikut:

Pedion merupakan bentuk kristal yang terdiri dari satu bidang

datar.
Pinakoid terdiri dari dua bidang datar yang sejajar.
Dome terdiri dari dua bidang datar yang tidak sejajar dan
simetris bila dilalui oleh sebuah bidang simetri.

Sphenoid merupakan bentuk kristal yang memiliki dua bidang


datar yang tidak sejajar, simetris jika dilalui dua atau empat

sumbu simetri.
Disphenoid memiliki empat bidang datar yang mana dua
bidang datar merupakan upper sphenoid diselingi dengan

dua bidang datar lower sphenoid.


Prisma merupakan bentuk kristal yang terdiri dari 3, 4, 6, 8
atau 12 bidang datar yang sejajar pada suatu sumbu yang

sama (kecuali monoklinik prisma).


Piramid merupakan bentuk kristal yang terdiri dari 3, 4, 6, 8
atau 12 bidang datar yang tidak sejajar dan berpotongan

disatu titik.
Schalenohedron merupakan bentuk kristal dengan delapan
bidang datar (tetragonal) atau dua belas bidang datar
(heksagonal) dalam bentuk tertutup dengan kelompok

bidang datar dalam pasangan- pasangan tertentu.


Trapezohedron terdiri dari 6, 8 atau 12 bidang datar yang
mana 3, 4 atau 6 bidang datar diatas adalah cabang dari 3,
4 atau 6 bidang datar yang dibawah (isometric

trapezohedron bentuknya terdiri dari 24 bidang datar).


Dipyramid merupakan bentuk kristal tertutup yang terdiri

dari 6, 8, 12, 16 atau 24 bidang datar.


Rhombohedron merupakan bentuk kristal tertutup yang
terdiri dari enam bidang datar, perpotongan ujung-ujungnya
yang tidak pada sudut siku-siku (rhombohedron hanya
dijumpai pada divisi Rhombohedral pada system
Hexagonal).

1.2 Hukum Kristalografi II: Hukum Indices Bidang Kristal (


Hauy, 1784 )
Indices yang dikenal adalah indices yang diusulkan oleh
Miller dan disebut Indices Miller. Indices adalah cara pemberian
singkatan suatu bidang muka kristal didalam ruang yang
mempunyai arah tertentu. Ada tiga arah dasar didalam kordinat
ruang seperti gambar di bawah ini:

Gambar 6. X Arah poros-poros kristalografi a,b, dan c

Masing-masing poros kristalografi mempunyai satuan panjang yang tidak


harus sama pada ketiga poros kristalografi. Arah suatu bidang muka kristal
ditentukan oleh arah kutub yaitu suatu arah garis yang ditarik dari pusat kristal
dan menembus tegak lurus bidang tersebut. Suatu bidang dengan arah tertentu
ikan memotong ketiga poros kristal utama. Berikut ini ada 7 jenis arah bidang
terhadap ketiga poros kristalografi utama atau disebut 7 bidang prinsipil.

Gambar 7. Arah bidang terhadap ketiga poros kristalografi utama

Ketentuan tersebut diatas hanya berlaku untuk sistimsistim isometrik, tetragonal, orthorombik, monoklin dan triklin.
Sedangkan untuk sistim heksagonal dan Trigonal mempunyai 4
sumbu adalah sebagai berikut:

Pada sistim heksagonal dan trigonal, jumlah ketiga sumbu


horisontalnya adalah = ( pi + p2 + p3) = 0.
1.2.2 Parameter
Parameter adalah cara mencari perpotongan bentuk muka
bidangn kristal dengan sumbu - sumbu kristalografi. Contoh
sebagai berikut:

Bidang ABC, memotong sumbu - sumbu kristalografi pada A, B


dan C.

Parameter bidang ABC

OA = a, OB = b, OC =c

Parameter ratio bidang ABC

OA : OB : OC = a : b : c

Parameter ratio ada dua jenis menurut Weiss dan menurut Miller.
Weiss:

Miller:

2a : b : 3c

: 1/1 : 1/3 = 3 : 6 : 2

2a: b : 5c

: 1/1 : 1/5 = 5 :10:2

Tanda koefisian ratio/indises:


Untuk bidang (.........)
Untuk bentuk {.........}
Contoh:

A. Proyeksi stereografik
Dalam proyeksi stereografik, sebagai bidang proyeksi
adalah bola yang disebut bola proyeksi, dimana pusat bola
berimpit dengan pusat kristal yang akan di proyeksikan. Proyeksi
dari kristal terletak pada bidang proyeksi (bidang ekuator), yaitu
pada bidang horizontal yang melalui pusat bola.
Cara memproyeksikan:
1.Menarik garis yang tegak lurus dari pusat kristal ke bidang muka
kristal.dimana garis akan memotong bidang bola pada suatu
titik yang disebut titik kutub.
2.Titik kutub dihubungkan dengan titik nadir dari bola dan akan
memotong bidang ekuator/bidang proyeksi dititik-titik
tertentu, dimana hasilnya merupakan proyeksi stereografik
dari kristal tersebut.
Notasi dari proyeksi stereografik sebagai berikut:

Bidang yang berada di atas ekuator proyeksinya diberi

tanda X
Bidang yang berada di bawah ekuator proyeksinya diberi

tanda 0
Tetap proyeksi inilah yang selanjutnya akan digunakan
dengan hanya menggambarkan bidang ekuatornya saja
dan kemudian diberi notasi sesuai dengan nilai sumbu
simetri yang ada.

Contoh:
Pada kubus dengan elemen simetri

10

1.3

Klasifikasi Kristal
Pengelompokan kedalam suatu klas simetri didasarkan

dengan unsur simetri. Unsur simetri terdiri dari Sumbu simetri,


bidang simetri dan titik simetri atau pusat simetri.
Sumbu simetri adalah suatu garis lurus yang dibuat melalui
titik pusat kristal dimana apabila kristal tersebut diputar sebesar
360 dengan garis tersebut sebagai poros perputaran, maka
pada kedudukan-kedudukan tertentu kristal tersebut akan
menunjukkan kenampakan-kenampakan seperti semula.
Bidang simetri adalah bidang datar yang dibuat melalui
pusat kristal dan membagi kristal menjadi dua bagian yang
sama, dimana bagian yang satu merupakan pencerminan bagian
yang lain.

11

Pusat simetri adalah titik di dalam kristal, dimana melaluinya


dapat dibuat garis lurus sedemikian rupa sehingga pada sisi yang
satu dengan sisi yang lain pada jarak yang sama terdapat
kenampakan yang sama (tepi, sudut, bidang ).

Cara memberi nama suatu bentuk kristal


Pada bentuk dasar :
-

Untuk sistem isometrik, nama kristal diberikan berdasarkan


jumlah bidang yang menyusun sua tu bangun kristal, atau
bentuk khas dari bidang yang menyusun dan disertakan pula

jumlah bidang secara keseluruhan.


Untuk sistem selain sistem isometrik, Bentuk kristal diberi
nama berdasarkan bentuk secara morfologi kristal yang

membangun kristal tersebut


Pada bentuk kombinasi:

12

Semua bentuk morfologi yang ada disebutkan. Morfologi


yang mendominasi atau tampak lebih menonjol dari bentuk

lainnya disebutkan terlebih dahulu.


Jika kombinasi yang terjadi dari klas yang berbeda maka
bentuk kombinasi mengikuti klas terendah.

BAB II
SYSTIM KRISTALOGRAFI
2.1

Sistim Reguler/Isometrik
Sistem ini juga disebut sistem kristal regular, atau dikenal

pula dengan sistem kristal kubus atau kubik. Jumlah sumbu


kristalnya ada 3 dan saling tegak lurus satu dengan yang
lainnya. Dengan perbandingan panjang yang sama untuk
masing-masing sumbunya.
Pada kondisi sebenarnya, sistem kristal Isometrik memiliki
perbandingan sumbu a = b = c, panjang sumbu a sama dengan
sumbu b dan sama dengan sumbu c, dan sudut kristalografi a = =
= 90. Hal ini berarti, pada sistem ini, semua sudut kristalnya (a,
dan ) tegak lurus satu sama lain (90).
c+

ab-

b+
30
a+

13

Gambar Sistim Isometrik


Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi
orthogonal, sistem Isometrik memiliki perbandingan sumbu a: b :
c = 1: 3 : 3. Artinya, pada sumbu a ditarik garis dengan nilai 1,
pada sumbu b ditarik garis dengan nilai 3, dan sumbu c juga
ditarik garis dengan nilai 3 (nilai bukan patokan, hanya
perbandingan]. Dan sudut antar sumbunya a+^b- = 30. Hal ini
menjelaskan bahwa antara sumbu a+ memiliki nilai 30 terhadap
sumbu b-.
a = = = 90
a=b=c
Cara menggambarkannya:
- sudut antara sumbu a+ dan b- = 30
- - sudut antara sumbu b+ dan c+ = 90
- -a : b : c =1:3:3
Berdasarkan jumlah unsur-unsur simetri yang dikandung
oleh kristal tersebut, maka kristal dapat digolongkan dalam 32
sistem klas . Beberapa cara untuk menentukan klas simetri dari
kristal isometrik antara lain :
1.
2.

Herman Mauguin
Schoenflies
Herman Mauguin

Schoenflies

14

Pada sistem ini biasanya ada


1.Dipandang dari sumbu c, maka
tiga bagian: Bagian 1:
ada dua kemungkinan
Menunjukkan nilai sumbu a,
yaitu bernilai 4 atau bernilai
mungkin bernilai 4 atau 2
2.Kalau sumbu c bernilai 4,
dan ada atau tidaknya bidang
termasuk klas 0
simetri yang tegak lurus sumbu
(oktaeder).Kalau sumbu c
a tersebut. Bagian ini
bernilai 2, termasuk klas
T (tetraeder).
dinotasikan dengan : 4/m, 4, 4
2.Dipandang bidang simetrinya:
, 2/m,
Kalau mempunyai:
2. Angka menunjukkan nilai
Bidang
dan huruf m menunjukkan
simetri horizontal, bidang
adanya bidang simetri yang
simetri vertical dan bidang
tegak lurus . sumbu tersebut.
simetri diagonal maka
dinotasikan dengan h
Bagian 2 :
Bidang simetri horizontal
Menunjukkan sumbu simetri
dan bidang simetri vertical
bernilai 3, bagian ini selalu 3
maka dinotasikan dengan h
atau 3 .
Bidang simetri vertical dan
bidang simetri diagonal
Bagian 3 :
maka dinotasikan dengan v
Menunjukkan ada atau
Bidang simetridiagonal
tidaknya sumbu simetri
saja maka dinotasikan d.
diagonal/ intermediet bernilai 2
3.Notasi
h , v atau d dituliskan di
dan ada atau tidaknya bidang
kanan agak kebawah dari
smetri diagonal/intermediet yang
notasi huruf 0 atau T.
tegak lurus sumbu diagonal
tersebut. Bagian ini
dinotasikan dengan : 2/m,
2, m. Angka menunjukkan
nilai dan huruf m
menunjukkan adanya bidang
simetri yang tegak lurus sumbu
tersebut.
Klas dan bentuk-bentuk yang termasuk dalam sistem isometrik
adalah
1. Hexoctahedral ---- 4/m,
3 2/m(Oh)

15

Unsur (elemen) simetrinya yaitu: 3A4, 4A3, 6A2, 9P


Bentuk-bentuk kristalnya sebagai berikut:

16

Selain bentuk-bentuk tersebut diatas masih banyak lagi


bentuk-bentuk lain yang merupakan kombinasi dari bentukbentuk yang diatas.
2.

Hextetrahedral class--- , 3, m ( Td )

Elemen simetrinya yaitu: 3A4, 4A3, 6P


Bentuk-bentuk kristalnya sebagai berikut :

17

2.2

Sistim Tetragonal
Sama dengan system Isometrik, sistem kristal ini

mempunyai 3 sumbu kristal yang masing-masing saling tegak


lurus. Sumbu a dan b mempunyai satuan panjang sama.
Sedangkan sumbu c berlainan, dapat lebih panjang atau lebih
pendek.Tapi pada umumnya lebih panjang.
Pada kondisi sebenarnya. Tetragonal memiliki axial ratio
(perbandingan sumbu) a = b c , yang artinya panjang sumbu a
sama dengan sumbu b tapi tidak sama dengan sumbu c. Dan
juga memiliki sudut kristalografi = = = 90. Hal ini berarti,
pada sistem ini, semua sudut kristalograflnya (, dan ) tegak
lurus satu sama lain (90).

c+

ab-

b+
30
a+

cGambar Sistim Tetragonal


Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi
orthogonal, sistem kristal Tetragonal memiliki perbandingan
sumbu a : b : c = 1 : 3 : 6. Artinya, pada sumbu a ditarik garis
dengan nilai 1, pada sumbu b ditarik garis dengan nilai 3, dan
sumbu c ditarik garis dengan nilai 6 (nilai bukan patokan, hanya
18

perbandingan). Dan sudut antar sumbunya a+^b- = 30. Hal ini


menjelaskan bahwa antara sumbu a+ memiliki nilai 30 terhadap
sumbu b-.
a=bc
a = = = 90
Cara menggambarkannya:
- sudut antara sumbu a+ dan b- = 30
- sudut antara sumbu b+ dan c+ = 90
- a : b : c =1 : 3 : 6
Ada beberapa cara untuk menentukan klas simetri dari
kristaltetragonal antara lain:
1.
2.

Herman Mauguin
Schoenflies
Herman Mauguin

Schoenflies

19

Pada sistem ini biasanya ada


1.Dipandang nilai dari sumbu yang
tiga
tegak lurus dengan sumbu c,
bagian:
maka ada dua kemungkinan
Bagian 1:
yaitu bernilai 2 atau tidak
Menunjukkan nilai sumbu c,
bernilai .Kalau sumbu c bernilai
mungkin bernilai 4 atau 4
2, termasuk klas D
dan ada atau tidaknya bidang
(Diedrick). Kalau sumbu
simetri yang tegak lurus sumbu
tersebut tidak bernilai termasuk
a tersebut.
klas C (Cyclick).
2.Ke kanan agak ke bawah notasi D
Bagian 2 :
atau C dituliskan nilai sumbu c
Menunjukkan ada atau
nya.
tidaknya sumbu a yang bernilai 3.Dipandang bidang simetrinya :
2 dan ada atau tidaknya bidang
Kalau mempunyai:
simetri vertikal yang tegak
Bidang simetri horizontal,
lurus dengan sumbu a
bidang
simetri vertical
tersebut.
dan bidang simetri diagonal
maka dinotasikan dengan h
Bagian 3 :
Bidang simetri horizontal dan
Menunjukkan ada atau
bidang simetri vertical
tidaknya sumbu simetri
maka dinotasikan dengan h
diagonal/intermediet bernilai 2
Bidang simetri vertical
dan ada atau tidaknya bidang
dan bidang simetri diagonal
smetri diagonal/intermediet yang
maka dinotasikan dengan v
tegak lurus sumbu diagonal
Bidang simetridiagonal
tersebut
saja maka dinotasikan d.
Kelas dan bentuk-bentuk kristal yang termasuk dalam
sistem tetragona adalah:
1.

Dytetragonal dipyramidal class----4/m, 2/m, 2/m (D4h)

20

21

2.3

Sistim Orthorombik
Sistem ini disebut juga sistem Rhombis dan mempunyai 3

sumbu simetri kristal yang saling tegak lurus satu dengan yang
lainnya. Ketiga sumbu tersebut mempunyai panjang yang
berbeda.
Pada kondisi sebenarnya, sistem kristal Orthorhombik
memiliki axial ratio (perbandingan sumbu) a b c, yang
artinya panjang sumbu-sumbunya tidak ada yang sama panjang
atau berbeda satu sama lain. Dan juga memiliki sudut
kristalografi = = = 90. Hal ini berarti, pada sistem ini,
ketiga sudutnya saling tegak lurus (90).

c+
ab-

b+
30
a+
cGambar Sistim Orthorombik

Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi


orthogonal, sistem Orthorhombik memiliki perbandingan sumbu
a : b : c = sembarang . Artinya tidak ada patokan yang akan
menjadi ukuran panjang pada sumbu-sumbunya pada sistem ini.
Dan sudut antar sumbunya a+^b- = 30. Hal ini menjelaskan
bahwa antara sumbu a+ memiliki nilai 30 terhadap sumbu b-.

22

abc

= = = 90
Cara menggambarkannya :
-

sudut antara sumbu a+ dan b- = 30

sudut antara sumbu b+ dan c+ = 90

a : b : c = sembarang
sumbu a sebagai sumbu terpendek
sumbu c disebut sebagai sumbu terpanjang
Ada

simetri
1.
2.

beberapa

cara

untuk

menentukan

klas

dari kristalorthorhombik antara lain:

Herman Mauguin
Schoenflies
Herman Mauguin

Schoenflies

23

Pada sis tem ini terdiri dari 3


1. Dipandang nilai dari sumbu yang
bagian
tegak lurus dengan sumbu c,
yaitu:
maka ada dua kemungkinan
Bagian 1:
yaitu bernilai 2 atau tidak
menerangkan nilai sumbu a dan
bernilai .Kalau sumbu c bernilai
ada tidaknya bidang simetri
2, termasuk klas D
yang tegak lurus terhadap
(Diedrick). Kalau sumbu
sumbu a tersebut.
tersebut tidak bernilai termasuk
klas C (Cyclick).
Bagian 2:
2. Ke kanan agak ke bawah notasi D
menerangkan nilai sumbu b dan
atau C dituliskan nilai sumbu c
ada tidaknya bidang simetri
nya.
yang tegak lurus terhadap
3. Dipandang bidang simetrinya :
sumbu a tersebut.
Kalau mempunyai:
- Bidang simetri horizontal,
Bagian 3:
bidang
simetri vertical
menerangkan nilai sumbu c dan
dan bidang simetri
ada tidaknya bidang simetri
diagonal maka dinotasikan
yang tegak lurus terhadap
dengan h
sumbu a tersebut
- Bidang simetri horizontal
dan bidang simetri vertical
maka dinotasikan dengan h
- Bidang simetri vertical
dan bidang simetri diagonal
maka dinotasikan dengan v
- Bidang simetridiagonal
saja maka dinotasikan d.

24

25

2.4

Sistim Monoklin
Monoklin artinya hanya mempunyai satu sumbu yang

miring dari tiga sumbujrang dimilikinya. Sumbu a tegak lurus


terhadap sumbu b; b tegak lurus terhadap sumbu c, tetapi
sumbu c tidak tegak lurus terhadap sumbu a. Ketiga sumbu
tersebut mempunyai panjang yang tidak sama, umumnya sumbu
c yang paling panjang dan sumbu b paling pendek.
Pada kondisi sebenarnya, sistem Monoklin memiliki axial
ratio (perbandingan sumbu] a b c , yang artinya panjang
sumbu-sumbunya tidak ada yang sama panjang atau berbeda
satu sama lain. Dan juga memiliki sudut kristaiografi = = 90
. Hal ini berarti, pada ancer ini, sudut dan saling tegak
lurus (90), sedangkan y tidak tegak lurus (miring].
c+
a-

b-

b+

45
a+
cGambar Sistim Monoklin
Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi
orthogonal, sistem kristal Monoklin memiliki perbandingan
sumbu a : b : c = sembarang. Artinya tidak ada patokan yang
akan menjadi ukuran panjang pada sumbu-sumbunya pada
sistem ini. Dan sudut antar sumbunya a+^b- = 45. Hal ini

26

menjelaskan bahwa antara sumbu a+ memiliki nilai 45 terhadap


sumbu b-.
abc
= = 90
90
Cara menggambarkannya:
-

sudut antara sumbu a+ dan b- = 45


sudut antara sumbu b+ dan c+ = 90
a : b : c = sembarang
sumbu a sebagai sumbu clino
sumbu b disebut sebagai sumbu ortho
Ada beberapa cara untuk menentukan klas simetri dari

kristal monoklin antara lain:


1. Herman Mauguin
2. Schoenflies
Herman Mauguin

Schoenflies

27

Pada sistem ini hanya terdiri


satu bagian, yang
menerangkan sumbu b. apakah
sumbu b tersebut bernilai atau
tidak bernilai serta ada atau
tudaknya bidang simetri yang
tegak lurus dengan sumbu b
tersebut.

1. Dipandang nilai dari sumbu


yang tegak lurus dengan
sumbu b, maka ada dua
kemungkinan yaitu bernilai
2 atau tidak bernilai. Kalau
sumbu b bernilai 2,
termasuk klas D (Diedrick).
Kalau sumbu tersebut tidak
bernilai termasuk klas C
(Cyclick).
2. Ke kanan agak ke bawah
notasi D atau C dituliskan
nilai sumbu c nya.
Dipandang bidang
simetrinya:
Kalau mempunyai:
- Bidang simetri horizontal,
bidang simetri vertical
dan bidang simetri
diagonal
maka
dinotasikan dengan h
- Bidang simetri horizontal
dan bidang simetri
vertical maka dinotasikan
dengan h
- Bidang simetri vertical
dan bidang simetri
diagonal maka
dinotasikan dengan v
- Bidang simetridiagonal
saja maka dinotasikan d.

28

29

30

2.5

Sistim Triklin
Sistem ini mempunyai 3 sumbu simetri yang satu dengan

yang lainnya tidak saling tegak lurus. Demikian juga panjang


masing-masing sumbu tidak sama. Pada kondisi sebenarnya,
sistem kristal Triklin memiliki axial ratio (perbandingan sumbu) a
b c, yang artinya panjang sumbu-sumbunya tidak ada yang
sama panjang atau berbeda satu sama lain. Dan juga memiliki
sudut kristalografi = 90. Hal ini berarti, pada system
ini, sudut a, b dan c tidak saling tegak lurus satu dengan yang
lainnya.
Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi
orthogonal, Triklin memiliki perbandingan sumbu a : b : c =
sembarang. Artinya tidak ada patokan yang akan menjadi ukuran
panjang pada sumbu-sumbunya pada sistem ini. Dan sudut antar
sumbunya a+^c- = 45; b+^c- = 80. Hal ini menjelaskan bahwa
antara sumbu a+ memiliki nilai 45 terhadap sumbu c- dan b+
membentuk sudut 80 terhadap c-.
c+

b-

a-

45 80

b+

a+

c-

31

Gambar Sistim Triklin

abc
= 90
Cara menggambarkannya:
-

sudut antara sumbu a+ dan c- = 45


sudut antara sumbu b+ dan c- = 80
a : b : c = sembarang
sumbu a sebagai sumbu brachy
sumbu b disebut sebagai sumbu macro
Ada beberapa cara untuk menentukan klas simetri dari kristal

monoklin antara lain:


1.

Herman Mauguin

2.

Schoenflies

Herman Mauguin
Pada system ini hanya melihat
satu bagian yaitu apakah
mempunyai titik simetri atau
tidak memiliki unsure simetri
sama sekali.

Schoenflies
1. Dipandang nilai dari
sumbu yang tegak lurus
dengan sumbu c, maka ada
dua kemungkinan yaitu
bernilai 2 atau tidak bernilai.
Kalau sumbu c bernilai 2,
termasuk klas D (Diedrick).
Kalau sumbu tersebut
tidak bernilai termasuk klas
C (Cyclick).
2. Ke kanan agak ke bawah
notasi D atau C dituliskan
nilai sumbu c nya.
3. Dipandang bidang
simetrinya :
Kalau mempunyai:
- Bidang simetri horizontal,
bidang simetri vertical
dan bidang simetri
diagonal
maka
32

dinotasikan dengan h
Bidang simetri
horizontal dan bidang
simetri vertical maka
dinotasikan dengan h
Bidang simetri
vertical dan bidang
simetri diagonal maka
dinotasikan dengan v
Bidang simetridiagonal
saja maka dinotasikan d.

Klas dan bentuk yang ada pada sistem ini adalah:


1.

Pinakoidal-----

(-)

Elemen simetrinya: C

33

2.4

Sistim Heksagonal
Sistem ini mempunyai 4 sumbu kristal, dimana sumbu c

tegak lurus terhadap ketiga sumbu lainnya. Sumbu a, b, dan d


masing-masing membentuk sudut 120 terhadap satu sama lain.
Sumbu a, b, dan d memiliki panjang sama. Sedangkan panjang c
berbeda, dapat lebih panjang atau lebih pendek.
Pada kondisi sebenarnya, sistem kristal Hexagonal memiliki
perbandingan sumbu a = b = d c, yang artinya panjang sumbu
a sama dengan sumbu b dan sama dengan sumbu d, tapi tidak
sama dengan sumbu c. Dan juga memiliki sudut kristalografi =
= 90; = 120. Hal ini berarti, pada sistem ini, sudut a dan
saling tegak lurus dan membentuk sudut 120 terhadap sumbu .
c+

d+

a-

b-

b+
a+

d-

cGambar Sistim Heksagonal

Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi


orthogonal, sistem Hexagonal memiliki perbandingan sumbu a :
b : c : d = 1 : 3 : 6 : 3. Artinya, pada sumbu a ditarik garis
dengan nilai 1, pada sumbu b ditarik garis dengan nilai 3, sumbu

34

c ditarik garis dengan nilai 6 dan sumbu d ditarik garis dengan


nilai 3 (nilai bukan patokan, hanya perbandingan). Dan sudut
antar sumbunya a+^b- = 20 ; d-^b+ = 40. Hal ini menjelaskan
bahwa antara sumbu a+ memiliki nilai 20 terhadap sumbu b-dan
sumbu d- membentuk sudut 40 terhadap sumbu b+.
2.7

Sistim Trigonal
Sistem ini mempunyai nama lain yaitu Rhombohedral,

selain itu beberapa ahli memasukkan sistem ini kedalam sistem


kristal Hexagonal. Demikian pula cara penggambarannya juga
sama. Perbedaannya, bila pada sistem Trigonal setelah terbentuk
bidang dasar, yang terbentuk segienam, kemudian dibentuk
segitiga dengan menghubungkan dua titik sudut yang melewati
satu titik sudutnya.
Pada kondisi sebenarnya. Trigonal memiliki axial ratio
(perbandingan sumbu) a = b = d c, yang artinya panjang
sumbu a sama dengan sumbu b dan sama dengan sumbu d, tapi
tidak sama dengan sumbu c. Dan juga memiliki sudut
kristalografi = = 90; = 120. Hal ini berarti, pada sistem
ini, sudut dan saling tegak lurus dan membentuk sudut 120
terhadap sumbu .
c+
d+
ab-

b+
da+

35

cGambar Sistim Trigonal


Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi
orthogonal, sistem kristal Trigonal memiliki perbandingan sumbu
a : b : c : d = 1: 3 : 3 : 1. Artinya, pada sumbu a ditarik garis
dengan nilai 1, pada sumbu b ditarik garis dengan nilai 3, sumbu
c ditarik garis dengan nilai 3 dan sumbu d ditarik garis dengan
nilai 1 (nilai bukan patokan, hanya perbandingan). Dan sudut
antar sumbunya a+^b- = 20 ; d-^b+ = 40. Hal ini menjelaskan
bahwa antara sumbu a+ memiliki nilai 20 terhadap sumbu bdan sumbu d- membentuk sudut 40 terhadap sumbu b+.
a=b=c d
c tegak lurus a, b dan d
poros a, b dan d saling menyudut 120
Cara menggambarkannya:
-

sudut antara sumbu a+ dan b- = 20


sudut antara sumbu d- dan b+ = 40
a : b : c : d = 2 : 3 : 6 : 1 (Heksagonal)
a : b : c : d = 2 : 3 : 3 : 1 (Trigonal)

Ada beberapa cara untuk menentukan klas simetri dari kristal


heksagonal dan trigonal antara lain:
1.
2.

Herman Mauguin
Schoenflies

36

Herman Mauguin
Pada sistem ini biasanya ada
tiga
bagian:
Bagian 1:
Menunjukkan nilai sumbu c,
mungkin
bernilai 6, 3 atau 3 dan ada
atau
tidaknya bidang simetri yang
tegak
lurus sumbu c tersebut

Schoenflies
1. Dipandang nilai dari sumbu
yang tegak lurus dengan sumbu
c, maka ada dua kemungkinan
yaitu bernilai 2 atau tidak
bernilai .Kalau sumbu c bernilai
2, termasuk klas D (Diedrick).
Kalau sumbu tersebut tidak
bernilai termasuk klas C
(Cyclick).
2. Ke kanan agak ke bawah notasi
D atau C dituliskan nilai sumbu
c nya.
Bagian 2:
3. Dipandang bidang simetrinya:
Menunjukkan ada atau tidaknya
Kalau mempunyai:
sumbu a bernilai 2 dan ada atau
Bidang simetri horizontal,
tidaknya bidang simetri vertical
bidang simetri vertical
yang tegak lurus dengan sumbu
dan bidang simetri
tersebut.
diagonal
maka
dinotasikan dengan h
Bagian 3:
Bidang simetri horizontal
Menunjukkan ada atau tidaknya
dan bidang simetri vertical
sumbu simetri
maka dinotasikan dengan h
diagonal/intermediet bernilai 2
Bidang simetri vertical
dan ada atau tidaknya bidang
dan bidang simetri diagonal
simetri diagonal/intermediet yang
maka dinotasikan dengan v
tegak lurus sumbu diagonal
Bidang
simetridiagonal
tersebut.
saja maka dinotasikan d.

37

38

39

40

BAB III
MINERALOGI
Mineral menurut pengertian umum adalah hasil bentukan
alam yang berupa padat, umumnya berbentuk kristal, homogen,
mempunyai baik sifat fisik maupun kimia dalam batas-batas
tertentu. Sifat-sifat fisik ini sangat diperlukan dalam pengenalan
mineral secara megaskopis, yaitu mengenal dan mendeterminir
mineral tanpa pertolongan mikroskop atau hanya dengan
menggunakan bantuan loupe.
Mineral-mineral yang telah mengkristal dan masih terdapat
dalam lingkungan magma cair, akan bereaksi dengan sisa
cairan magma dan menghasilkan mineral berikutnya seperti
terlihat pada susunan atau urutan proses kristalisasi magma
dikenal dengan nama Bowen Reaction Series.

Gambar Bowen's Reaction Series


Dari skema
3

Bowen

Reaction Series teriihat ada

rangkaian pembentukan mineral dari kristalisasi magma :

41

1. Rangkaian pertama terdiri dari mineral-mineral olivine,


piroksin, Amphibole, dan biotit. Kelompok ini merupakan
kelompok mineral mafic (magnesium-ferum-calcium) atau
mineral gelap (dark colour mineral). Rangkaian reaksi ini
disebut rangkaian tak berkesinambungan (Discontinuous
Series) yaitu suatu reaksi yang menghasilkan mineral
individu, dimana mineral-mineral yang terbentuk lebih dahulu
akan memisahkan diri dari cairan dan membentuk batuan,
sedangkan sebagian mineral yang turut bergerak dalam
larutan magma akan dapat terubah (altered) atau bereaksi
kembali dengan cairan dan membentuk mineral lain. Hal ini
akan mempengaruhi komposisi larutan selanjutnya.
2. Rangkaian kedua terdiri dari mineral-mineral feldspar
terutama family plagioklas (Anorthit-Bytwonit-LabradoritAndesit-Oligoldas-Albit) dan family ortoklas. Bagian ini
merupakan rangkaian yang berkesinambungan (Continous
Series) yaitu mineral yang terbentuk lebih dahulu akan dapat
berubah komposisinya secara berlanjut dengan bereaksi
kepada sisa cairan magma yang ada. Dengan demikian suatu
mineral yang berkristal belum sempurna akan berlanjut
membentuk Kristal dari rangkaian kelompoknya, dengan
presentasi komposisi yang berbeda. Perubahan komposisi ini
dapat berupa perubahan zona (zoning) atau perubahan
berkembang (twinning) ataupun perubahan Kristal tumbuh
(crystal growing).
3. Rangkaian ketiga merupakan rangkaian mineral yang
terbentuk kemudian yang tidak tergantung dari mineralmineral yang telah terbentuk sebelumnya. Mineral-mineral ini
hanya terbentuk dari sisa magma dan sangat ditentukan oleh
sifat dan komposisi magma tersebut serta kondisi perubahan
temperatur.

42

Dalam ketentuan umum mineral telah dinyatakan memiliki


sifat fisik dalam batas-batas tertentu, Sehingga mineral tertentu
memiliki sifat-sifat fisik tertentu pula. Sifat fisik yang diperlukan
untuk mendeterminasi adalah warna, kilap, warna cerat, belahan,
pecahan, kekerasan, berat jenis, tenacity (sifat dalam),
magnetisme dan sifat listriknya.
Warna
Warna mineral adalah warna yang ditangkap oleh mata
bilamana mineral tersebut terkena sinar. Dalam mendeterminasi
biasanya warna yang dideterminasi adalah warna lapuk dan
warna segarnya.
Kilap
Kilap mineral merupakan kesan yang kita dapatkan dari
hasil pemantulan sinar oleh bidang permukaan mineral. Kilap
dibedakan menjadi kilap logam (metalik) dan kilap non logam.
Kilap Logam
Mineral dikatakan memiliki sifat kilap logam jika kesan
yang dihasilkan oleh pemantulan sinar pada permukaan mineral
tersebut seperti logam yang memantulkan sinar pada
permukaannya. Sebagai contoh pada Pyrite, graflt, Arsenopyrit,
dll.

43

Kilap non logam


Kilap non logam adalah kilap yang dihasilkan oleh mineral yang
pada umumnya tidak mengandung unsur- unsur logam (Fe).
Adapun jenis-jenis kilap non logam yaitu:
Kilap kaca

seperti kilap yang dihasilkan oleh

pemantulan sinar pada kaca, contoh; kuarsa dan


kalsit.
Kilap intan

seperti kilap yang dihasilkan oleh pemantulan

sinar pada intan, contoh; pada intan


Kilap mutiara :

seperti kilap yang dihasilkan oleh pemantulan

sinar pada mutiara, contoh; talk dan serentine.


Kilap sutera

seperti kilap yang dihasilkan oleh pemantulan

sinar pada sutera dan pada umumya terdapat


pada mineral-mineral yang mempunyai struktur
berserat, contoh ; Asbe dan gips.
Kilap lemak : Kilap seperti lemak, contoh: nefelin.
Kilap Damar :

Memebri kesan seperti damar.

Kilap tanah : Kilap buram seperti tanah, contoh : kaolin

44

Bentuk mineral
Bentuk mineral adalah bentuk khas yang diperlihatkan dari
mineral tersebut baik dalam kristal tunggal maupun berupa
kumpulan. Di bawah ini beberapa bentuk mineral :
-

Granular atau butiran yakni bentuk mineral dengan


kenampakan berupa butiran-butiran mineral yang mempunyai

dimensi sama.
Acicular yakni bentuk mineral dengan kenampakan

menyerupai jarum.
Fibrous yakni bentuk mineral dengan kenampakan

menyerupai serat-serat halus.


Globular yakni bentuk mineral dengan kenampakan
menyerupai gelembung udara atau menyerupai balon.

45

46

Lammelar yakni bentuk mineral dengan kenampakan berupa

piringan- piringan tipis.


Filiform yakni bentuk mineral dengan kenampakan

menyerupai untaian rambut.


Bladed yakni bentuk mineral dengan kenampakan pipih dan

memanjang.
Massive yakni bentuk mineral dengan kenampakan bidang tak

teratur dan bersifat padat


Kubik yakni bentuk mineral dengan kenampakan menyerupai
kubus dengan dimensi panjang yang sama, istilah ini biasa

digunakan untuk kenampakan mineral tunggal.


Dendritik yakni bentuk mineral dengan kenampakan

menyerupai percabangan dan ranting pohon.


Radiating yakni bentuk mineral dengan kenampakan dua
dimensi yang memperlihatkan kesan radiasi atau memancar

dari satu pusat radiasi.


Prismatik yakni bentuk mineral dengan kenampakan
menyerupai bangun 3 dimensi dengan dimensi tinggi lebih

panjang dari dimensi lainnya.


Saccaroidal/Drusy yakni bentuk aggregasi dari mineral
berukuran kecil dengan pola yang menyebar menyerupai

sebaran gula.
Foliated yakni bentuk mineral dengan kenampakan berupa
foliasi atau bentuk penjajaran-penjajaran yang terorientasi

dan teratur.
Mammiliary yakni bentuk mineral dengan kenampakan

menyerupai gelembung udara dalam ukuran yang besar.


Micaceous yakni bentuk mineral yang pipih atau melembar

yang umum dijumpai pada mineral-mineral mika.


Bytrodal yakni bentuk mineral dengan kenampakan
menyerupai kumpulan buah anggur.

47

48

49

Cerat/Warna goresan
Cerat atau waerna goresan adalah warna yang didapatkan
bilamana mineral dalam bentuk bubuk halus. Selain dengan
menumbuk sampai halus, cara memperoleh warna tersebut
umumnya kita menggoreskan mineral pada porselen yang kasar
permukaannya. Sebagai contoh pyrit yang berwarna kuning
emas miliki warna cerat hitam.

50

Belahan
Belahan adalah salah satu sifat fisik mineral yang
membelah pada bidang yang rata . Tidak semua mineral memiliki
sifat fisik ini. Dalam mendeterminasi belahan umumnya di
bedakan menjadi :
-

Sempurna (perfect), bila bidang belahan sangat rata, bila

pecah tidak melalui bidang belahan agak sukar


Baik (good), bidang belahan rata, tetapi tidak sebaik yang

sempurna, masih dapat pecah pada arah lain.


Jelas (distinct), dimana bidang belahan jelas, tapi tidak begitu

rata, dapat pecah pada arah lain dengan mudah.


Tidak jelas (indistinct), dimana kemungkinan untuk
membentuk belahan dan pecahan akibat adanya tekanan

adalah sama besar.


Tidak sempurna (imperfect), dimana bidang belahan sangat
tidak rata, sehingga kemungkinan untuk membentuk belahan
sangat kecil daripada untuk membentuk belahan.
Pada determinasinya juga dituliskan jumlah arah belahan

pada mineral yang dideterminasi seperti ilustrasi pada gambar di


bawah ini:

Pecahan
Pecahan adalah suatu permukaan yang terbentuk akibat
pecahnya suatu mineral dan umumnya tidak teratur yang
diakibatkan adanya tekanan pada mineral yang melebihi batas
plastis mineral tersebut Dalam determinasi pecahan dibagi
menjadi:
-

Pecahan concoidal, dimana pecahan seperti kulit bawang


misalnya kuarsa.
51

Hackly, pecahnya seperti pecahan besi, tajam-tajam.


Uneven, permukaan pecahnya kasar dan tidak

beraturan seperti kebanyakan mineral.


Even, bidang pecahnya agak kasar, tetapi kecil-kecil, masih
mendekati bidang datar.

Kekerasan
Kekerasan merupakan suatu sifat yang ditentukan oleh
susunan dalam dari atom-atom. Dalam mendeterminasi
kekerasan umumnya dengan melihat daya tahan permukaan
mineral tersebut terhadap goresan. Jika suatu mineral dapat
digores oleh mineral lain, berarti mineral yang menggores lebih
keras daripada mineral yang tergores. Skala kekerasan yang
sering digunakan adalah skala Mhos yang merupakan hasil
penghitungan kekerasan mineral secara kualitatif.
Skala kekerasan Mosh
Derajat

Jenis mineral

kekerasan
1

Talk

Gipsum

Kalsit

Fluorit

Apatit

Orthoklas

Kuarsa

Topas

Korundum

10

Intan

52

Dalam mendeterminasi mineral digunakan alat bantu


sederhana. Berikut ini hubungan beberapa alat yang digunakan
untuk mengukur kekerasan dengan derajat kekerasan mineral :
Jenis alat dan
perlakuan
Mudah

Derajat kekerasan
2,5

Kawat tembaga

Pecahan kaca

5,5-6

Pisau baja

6-6,5

Kikir baja

6,5-7

Sifat dalam/Tenacity
Sifat dalam mineral adalah sifat mineral itu bilamana kita
berusaha untuk mematahkannya, memotongnya,
menghancurkannya, membengkokkannya ataupun mengirisnya.
Dalam determinasinya dibedakan menjadi :

Rapuh (Brittle) yaitu Mudah hancur jika dipukul dengan palu

dan menjadi bubuk, contoh kuarsa, orthoklas, kalsit dll.


Mudah ditempa (melleable) yaitu Dapat ditempa menjadi

lapisan yang tipis seperti pada emas dan tembaga.


Sectile yaitu Dapat diiris dengan pisau, hasil irisan rapuh.
Fleksibel yaitu Mineral dapat dibengkokkan tanpa menjadi
patah dan sesudah menjadi bengkok tidak kembali lagi seperti

semula.
Elastis yaitu Mineral dapat dibengkokkkan tanpa menjadi
patah dan akan kembali seperti semula jika tekanan

dihentikan.
Ductile yaitu Mineral dapat ditarik/diulur seperti kawat,
dimana jika mineral ditarik dapat bertambah panjang.

53

Berat Jenis
Berat jenis mineral adalah perbandingan antara berat mineral di udara
terhadap volumenya. Dalam mendeterminasi berat jenis mineral umumya
dilakukan di laboratorium dengan melakukan pengukuran berat mineral di udara
dan membandingkannnya dengan volumenya didalam air. Alat yang sering
digunakan yaitu timbangan jolly. Untuk penentuan berat jenis yang lebih teliti
digunakan alat yang bernama piknometer.
Kemagnetan
Kemagnetan adalah sifat mineral terhadap daya tarik magnet. Dalam
determinasi mineral berdasarkan sifat kemagnetannya dibagi menjadi:
a. Ferromagnetik
Mineral dikatakan memiliki sifat ini jika mineral dengan mudah tertarik gaya
magnet, seperti mineral Magnetit dan Phyrhotit.
b. Diamagnetik
Mineral dikatakan memiliki sifat ini jika tidak tertarik oleh gaya magnet
c. Paramagnetik
Mineral dikatakan memiliki sifat ini karena dapat tertarik oleh gaya magnet
tapi tidak sekuat ferromagnetik.
Cara mengetahui sifat kemagnetan mineral dilakukan dengan metode
sederhana, yaitu dengan mendekatkan magnet batang ke mineral dengan perlahanlahan kemudian perhatikan gejala yang diperlihatkan oleh mineral selanjutnya
sesuai dengan sifat kemagnetan seperti yang disebutkan diatas.
Derajat Kejernihan (Diaphaneity)
Derajat kejernihan (Diaphaneity) merupakan kemampuan mineral untuk
mentransmisikan atau menyalurkan cahaya yang masuk ke dalam mineral. Dalam
determinasi mineral berdasarkan derajat kejernihannya dibagi menjadi :

54

a. Opaq
Mineral dikatakan memiliki sifat ini jika mineral
sukar atau tidak bisa mentransmisikan cahaya
yang masuk ke dalam mineral tersebut. Mineral
logam umumnya bersifat opaq, seperti Limonit,
Magnetit, Pirit, kalkopirit.

b. Translucent
Mineral dikatakan memiliki sifat ini jika mineral
dapat mentransmisikan cahaya dalam jumlah yang
terbatas. Contoh mineralnya yaitu Topaz,
Kloritoid, Epidot, Kaolinit.

c. Transparan
Mineral dikatakan memiliki sifat ini jika mineral
dapat dengan mudah mentransmisikan atau
menyalurkan cahaya yang masuk dalam mineral
tersebut. Contoh mineralnya yaitu Kuarsa, Beryl,
Kalsit.

55

Daya tahan terhadap pukulan (Tenacity/kekenyalan)


Kekenyalan Adalah suatu daya tahan mineral terhadap pemecahan,
pembengkakan, penghancuran dan pemotongan.
Macam- macam kekenyalan

Brittle ialah apabilah mineral mudah hancur


menjadi tepung halus. Contoh : calcite

Sectile ialah apabila mineral mudah terpotong


pisau dengan tidak berkurang menjadi tepung.
Contoh : gypsum

Malleable ialah apabila mineral ditempa dengan


palu akan menjadi pipih. Contoh : gold

Ductile ialah apabila mineral dapat digores dengan


kawat .

Elastic ( kenyal/lentur) ialah apabila mineral ditarik


dapat bertambah panjang dan apabila dilepaskan
maka mineral akan kembali seperti semula.
Contoh : silver

Flexible adalah apabilah mineral dapat


dilengkungkan kemana mana dengan mudah dan
tidak dapat kembali pada keadaan semulah. Contoh
olivine

56

BAB IV
MINERAL PEMBENTUK BATUAN
7.1

Kuarsa dan Kelompok Feldspatoid

Quartz (Kuarsa)
Mineral kuarsa memiliki sistemkristal hexagonal (prisma,
bipiramid dan kombinasinya). Rumus kimia atau komposisi kimia
dari kuarsa adalah SiO2.Berat jenis dari mineral ini adalah 2,65
dengan tingkat kekerasan (Hardness) bernilai 7 skala mohs.
Warna pada kuarsa dapat jernih atau keruh bila terdapat
bersama feldspar, sering terdapat inklusi dari gas, cairan atau
mineral pengotor didalamnya, yang merupakan unsur pengotor
dan sangat mempengaruhi warna pada kuarsa, sehingga dari
warna yang ditunjukkan dapat diperkirakan kemurnian kuarsa
tersebut. Kilap yang dimiliki oleh mineral kuarsa adalah kilap
kaca dimana. Tidak terdapat belahan pada kuarsa namun
memiliki pecahan dimana menghasilkan pecahan berupa
concoidal, yaitu seperti kulit bawang. Kuarsa akan selalu
menghasilkan cerat yang berwarna putih.
Kuarsa atau kadang disebut silika adalah satu-satunya
mineral pembentuk batuan yang terdiri dari persenyawaan
silikon dan oksigen. Umumnya muncul dengan warna seperti
asap smooky, sehingga ada jenis kuarsa yang disebut dengan
smooky quartz. Kadang-kadang juga dengan warna ungu atau
merah-lembayung (violet).Nama kuarsa yang demikian disebut
amethyst, merah massiv atau merah-muda, kuning hingga
coklat. Warna yang bermacam-macam ini disebabkan karena
adanya unsur-unsur lain yang tidak bersih. Kuarsa banyak

57

digunakan dalam industri, khususnya yang berkaitan dengan


gelas (kaca).

58

Feldspatoid
Mineral feldspatoid ini juga disebut sebagai pengganti
feldspar, dikarenakan mineral ini terbentuk bila dalam sebuah
batuan tidak cukup terdapat SiO2. Bila dalam suatu batuan
terdapat SiO2 (kuarsa) bebas, maka yang akan terbentuk adalah
feldspar dan tidak akan terbentuk feldspatoid. Karena itulah
dalam suatu batuan tidak akan dijumpai feldspatoid yang
berasosiasi dengan mineral kuarsa. Mineral-mineral yang
termasuk feldspatoid adalah nepheline, leusite, sodalite,
scapolite, carcrinite dan analcite. Namun yang umumnya dapat
ditemukan hanyalah nepheline dan leucite.

59

Nepheline
Nepheline adakah sebuah mineral yang termasuk dalam

sistem kristal hexagonal walaupun bentuknya jarang dijumpai,


umumnya massif dan fine grain. Warna dari mineral ini adalah
putih kekuningan sampai abu-abu kemerahan. Nilai kekerasan
nepheline adalah 5,5 sampai dengan 6 dengan berat jenis (SG)
2,55 sampai 2,65. Kilap pada nepheline adalah kilap kaca, namun
ada juga yang memiliki kilap minyak-Belahan permukaannya
berbentuk prisma yang terdapat dalam kristal-kristal besar.
Nepheline sering ditemukan dalam bentuk dike pada batuan
beku.

Leucite
Mineral leucite termasuk dalam system isometric dalam

bentuk umumnya adalah trapezohedron. Leucite ini memiliki


bentuk kecil dan halus, dan terkenal dengan nama fine grain
matrix. Nilai kekerasan pada mineral leucite ini adalah 5,5
sampai dengan 6 dan nilai berat jenis 2,45 sampai dengan 2,5,
warna leucite umumnya adalah putih keabu-abuan.
7.2

Mineral Alkali Feldspar dan Kelompok Plagioklas


Feldspar adalah nama kelompok mineral yang terdiri atas

potasium, sodium dan kalsium alumino silikat Feldspar


ditemukan pada batuan beku, batuan erupsi dan metamorf, baik
bersifat asam maupun basa.Feldspar merupakan mineral alumina
anhidrat silikat yang berasosiasi dengan unsur Kalium (K),
Natrium (Na) dan Calsium (Ca) dalam perbandingan yang
beragam.
Secara mineralogi feldspar dapat dikelompokkan menjadi 2
kelompok mineral yaitu alkali feldspar (Ortoklas, Anortoklas,

60

Sanidine, Mikroklin, Adularia) dan plagioklas (Anortite, Bitownite,


Labradorite, Andesine, Oligoklas, Albit).
Feldspar digunakan di berbagai industri, sebagai bahan
pelebur/perekat pada suhu tinggi, pembuatan keramik halus
seperti barang pecah belah dan industri gelas/kaca.

61

62

63

7.3 Mineral Piroksin dan Kelompok Mika


Piroksin
Piroksen adalah mineral pembentuk batuan beku dalam
urutan Seri Bowen yang berwarna gelap. Piroksin (pyroxene) juga
merupakan suatu kelompok mineral silikat penyusun batuan
yang banyak dijumpai di dalam batuan beku dan batuan
metamorfik.
Kelompok mineral piroksin terbentuk atau mengkristal
dalam dua sistem kristal yang berbeda, yaitu sistem monoklin
(monoclinic) dan sistem ortorombik (orthorhombic).Kelompok
mineral piroksin yang memiliki sistem kristal monoklin disebut
sebagai klinopiroksin(Clinopyroxenes). Contohnya: Aegirine,
Augite, Diopside, Jadeite, Pigeonite, Spodumene. Kelompok
mineral piroksin yang memiliki sistem kristal ortorombik disebut
sebagai ortopiroksin (Orthopyroxenes). Contohnya: Hypersthene,
Enstatite, Ferrosilite.

Gambar mineral piroksin


Piroksin itu sendiri mempunyai sifat sebagai berikut:

64

Sistem kristal
: Monoklin,tetapi ada juga yang trombus
dan triklin.
Kekerasan
: 5-6
Berat jenis
: 2,9-3,6
Kilap
: kaca
Warna
: hijau tua, coklat tua, hitam
Struktur
: masive
Tekstur
: granular

65

Mika Group
Mika adalah sejenis mineral. Kata mika berasal dari kata
bahasa latinmicare, Bergemerlapan, sebab mineral satu ini
terlihat gemerlap (khususnya saat berskala kecil). Kelompok mika
ini dibagi menjadi
Muskovit, Biotit, Lepidolite dan phologopit.
Muskovit
Namanya berasal dari Kaca Muscovy, yang
menggambarkan lembaran tebal dari mika transparan yang
dulunya digunakan sebagai pengganti kaca di Rusia.
Moskow adalah mineral pembentuk batuan sangat umum
dan merupakan konstituen penting dalam banyak
lingkungan. Mineral ini terbentuk dari proses kristalisasi
magma dimana mineral ini terbentuk karena pendinginan
magma karena temperatur yang menurun. Mineral ini
termasuk mineral felsik yang terbentuk pada temperature
rendah yaitu berkisar antara 300C - 600C.Mineral ini
terdapat di semua batuan betu, sedimen, maupun
metamorf sebab mineral ini termasuk mineral yang
resisten.

Contoh gambar mineral muskovit


Sifat fisik dari muskovit yaitu :

Sistem Kristal

: monoklin
66

Warna
Kekerasan
Kilap
Derajat kejernihan

: umunya coklat kehitaman


: 2-2,5
: kilap kaca
: transparan

67

Biotit
Biotit disebut oleh JFL Hausmann pada tahun 1847
untuk menghormati fisikawan PerancisJean-Baptiste Biot
yang, pada 1816 meneliti sifat optik dari mika, menemukan
banyak sifat unik. Biotit adalah lembaran silikat besi,
magnesium, aluminium, silikon, oksigen, dan lembaran
membentuk hidrogen yang lemah terikat bersama oleh ion
kalium. Hal ini kadang-kadang disebut besi mika karena
lebih kaya zat besi dari phlogopite. Hal ini juga kadangkadang disebut mika hitam sebagai lawan mika putih
(muskovit)

Contoh gambar mineral biotit


Sifat fisik biotit
Sistem Kristal
Warna
Kekerasan
Kilap
Derajat
kejernihan
Belahan

: monoklin
: coklat, atau hijau
kehitaman
: 2,5-3
: kaca
: Transparan-transculent
: sempurna

Lepidolite

68

Contoh gambar mineral Lepidolit


Sifat fisik dari Lepidolit :

Sistem kristal
: monoklin
Warna
: merah muda ke ungu
Kekerasan
: 2,5-4
Belahan
: sempurna
Derajat kejernihan : transculent
Pecahan
: konkoidal

Phlogopit
Phlogopit adalah komposisi akhir-anggota penting
dan relatif umum dari biotit. Mika Phlogopit ditemukan
terutama dalam batuan beku, meskipun juga umum dalam
kontak metamorfik aureoles dari intrusifbatuan beku.
Terjadinya phlogopit mika dalam batuan beku sulit untuk
dibatasi karena kontrol utama adalah komposisi batuan
seperti yang diharapkan, tetapi phlogopit juga dikendalikan
oleh kondisi kristalisasi seperti suhu, tekanan, dan isi uap
dari batuan beku. Beberapa batuan beku dijumpai mineral
ini, seperti : basal, batuan beku ultrapotassik dan batuan
ultrabasa.

Contoh gambar mineral phlogopit

69

Sifat fisik dari Plogopit:

Sistem kristal
: monoklin
Warna
: coklat
Kekerasan
: 2,5-3
Belahan
: sempurna
Derajat kejernihan : transparan

BAB V
PENGENALAN BATUAN
8.1

Definisi Batuan
Batuan adalah benda padat bentukan alam yang

merupakan agregasi atau kumpulan dari mineral baik sejenis


maupun tak sejenis dalam perbandingan tertentu. Sedangkan
mineral adalah bahan padat homogen bentukan alam yang
terdiri atas material oraganik atau anorganik yang mempunyai
sifat fisik dan kimia tertentu.
Dalam mempelajari dan mendeterminasi batuan perlulah
diperhatikan hal-hal yang sangat spesifik utamanya berkaitan
dengan sifat fisik dan kimia batuan yang meliputi jenis batuan,
warna, tekstur, komposisi mineral, struktur batuan dan
penamaan batuan berdasarkan klasifikasi tertentu. Selain itu
diperlukan pula pemahaman dan pengetahuan tentang
mineralogi dan kristalografi, petrografi dan disiplin ilmu lain yang
terkait.
Pembahasan mengenai batuan merupakan suatu hal yang
amat kompleks yang meliputi ganesa atau proses
pembentukannya, klasifikasi atau pembagiannya serta
hubungannya dengan proses-proses geologi. Adapun cabang dari
ilmu geologi yang mempelajari dan membahas tentang batuan
secara detail dikenal dengan ilmu petrologi.
Batuan Beku
70

Batuan beku merupakan batuan yang terbentuk dari hasil


pembekuan magma. Magma merupakan material silikat yang
sangat panas yang terdapat di dalam bumi dengan temperatur
berkisar antara 600C sampai 1500C. Temperatur magma
sangat tergantung pada komposisi kimia, kedalaman, dan
tekanan dimana magma terbentuk (Thompson and Turk, 2004).
Batuan Sedimen
Hasil pelapukan dan pengikisan permukaan bumi
merupakan bahan utama sedimen. Kata sedimen berasal dari
bahasa Latin, sedimentum, yang berarti pengendapan.
Endapannya adalah hasil rombakan dan hancuran batuan kerak
bumi, terdiri dari fragmen batuan, mineral dan berbagai material
lainnya, i Transport oleh angin atau air dan diendapkan di
lekukan-lekukan di darat atau : aut (Magetsari, 2001).
Batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk dari
akumulasi material hasil perombakan batuan yang telah
terbentuk sebelumnya, atau hasil aktivitas kimia maupun
organisme yang diendapkan pada permukaan bumi yang
kemudian mengalami pembatuan( Pettjohn, 1975). Batuan
sedimen yang diendapkan secara mekanik akan menghasilkan
batuan sedimen detritus atau batuan sedimen Wastik. Batuan
sedimen yang diendapkan secara kimawi akan menghasilkan
batuan sedimen kimia. Sedangkan batuan sedimen organik
merupakan batuan sedimen yang terbentuk dengan bantuan
organisme.

Batuan Metamorf
Batuan metamorf menyusun sebagian besar dari kerak
Bumi yang terbentuk jauh dibawah permukaan bumi. Batuan
71

metamorf adalah salah satu kelompok utama batuan yang


terbentuk dari proses metamorfisme batuan-batuan sebelumnya
karena perubahan temperatur dan tekanan. Metamorfisme
terjadi pada keadaan padat (padat ke padat) meliputi proses
kristalisasi, reorientasi dan pembentukan mineral-mineral baru
serta terjadi dalam lingkungan yang sama sekali berbeda dengan
lingkungan batuan asalnya rerber.ruk. Banyak mineral yang
mempunyai batas-batas kestabilan tertentu yang jika dikenakan
tekanan dan temperatur yang melebihi batas tersebut maka
akan terjadi penyesuaian dalam batuan dengan membentuk
mineral-mineral baru yang stabil. Mineral utama yang menyusun
batuan metamorf adalah kuarsa, ortoklas, plagioklas, amfibol,
piroksin, biotit, muskovit dan klorit.

72

DAFTAR PUSTAKA
Deer, W.A., Howie, R.A., Zussman, J., 1979, An introduction to
the rock-forming minerals, The English language
book society and Longman, London.
Hurlbut, C. S., & Klein, C, 1971, Manual of Mineralogy, 19th
edition, John Wiley & Sons, New York.
MacKenzie & Guilford, 1994, Atlas of rock-forming minerals
in thin section, Longman scientific & technical, London.
Nesse, W. D., 1986, Introduction to optical mineralogy,
Oxford university press, New York.
Stoiber, R, E. & Morse, S. A., Microscopic identification of
crystal, The Ronald Press Company, New York.
Zoltai, T & Stout, J. H., 1984, Mineralogy concepts and
principles, Beugess Publishing Company, Minnesota.

73

74

Anda mungkin juga menyukai