Asfiksia LP
Asfiksia LP
Disusun Oleh :
Yuli Rakhmayani Aryuanda
ASFIKSIA
A. PENGERTIAN
Asfiksia neonatorum ialah keadaan dimana bayi tidak dapat segera bernafas
secara spontan dan teratur setelah melahirkan (Prawirohardjo, 2008).
Asfiksia adalah keadaan dimana fetus atau neonates mengalami kekurangan
oksigen (hipoksia) dan atau menurunnya perfusi (iskemia) ke berbagai macam organ
(Soetomo, 2004).
Asfiksia adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernafas secara
spontan dan teratur. Bayi dengan riwayat gawat janin sebelum lahir, umumnya akan
mengalami asfiksia saat dilahirkan. Masalah ini erat hubungannya dengan gangguan
kesehatan ibu hamil, kelainan tali pusat, atau masalah yang mempengaruhi
kesejahteraan bayi selama atau sesudah persalinan (Wiknjosastro, 2008).
B. KLASIFIKASI
APGAR SCORE
Score
A: Appearance
(warna kulit)
0
Biru, pucat
Tidak ada
G: Grimace (refleks)
A: Activity (tonus
otot)
R: Respiration (usaha
bernafas)
Lemah
1
Badan merah
muda, ekstremitas
biru
Lambat (dibawah
100x/menit)
Gerakan sedikit
2
Seluruhnya merah
muda
Diatas 100x/menit
Menangis, batuk,
atau bersin
Gerakan aktif
Ekstremitas fleksi
sedikit
Tidak ada
Tangisan kuat
Tangisan lemah,
hipoventilasi
Menurut Wiknjosastro (2007) klasifikasi asfiksia berdasarkan nilai APGAR:
a. Asfiksia berat dengan nilai APGAR 0-3
b. Asfiksia ringan dengan nilai APGAR 4-6
c. Bayi normal atau sedikit asfiksia dengan nilai APGAR 7-9
d. Bayi normal dengan nilai APGAR 10
C. ETIOLOGI
Penyebab terjadinya asfiksia menurut Wiknjosastro (2008) antara lain :
1. Keadaan Ibu
Beberapa keadaan pada ibu dapat menyebabkan aliran darah ibu ke plasenta
berkurang, sehinga aliran oksigen ke janin berkurang, akibatnya terjadi gawat
janin. Hal ini dapat menyebabkan asfiksia:
a. Preeklampsia dan eklampsia
D. PATOFISIOLOGI
Bila terdapat gangguan pertukaran gas atau pengangkutan O 2 selama
kehamilan/ persalinan, maka akan terjadi asfiksia. Keadaan ini akan mempengaruhi
fungsi sel tubuh dan bila tidak teratasi akan menyebabkan kematian. Kerusakan dan
gangguan ini dapat reversible atau tidak tergantung dari berat badan dan lamanya
asfiksia. Asfiksia ringan yang terjadi dimulai dengan suatu periode apneu, disertai
penurunan frekuensi jantung. Selanjutnya bayi akan menunjukkan usaha nafas, yang
kemudian diikuti pernafasan teratur. Pada asfiksia sedang dan berat usaha nafas tidak
tampak sehingga bayi berada dalam periode apneu yang kedua, dan ditemukan pula
bradikardi dan penurunan tekanan darah. Disamping perubahan klinis juga terjadi
gangguan metabolisme anaerob yang berupa glikolisis glikogen tubuh, sehingga
glikogen tubuh pada hati dan jantung berkurang. Hilangnya glikogen yang terjadi
pada kardiovaskuler menyebabkan gangguan fungsi jantung. Pada paru terjadi
pengisian udara alveoli yang tidak adekuat sehingga menyebabkan resistensi
pembuluh darah paru. Sedangkan di otak terjadi kerusakn sel otak yang dapat
menimbulkan kematian atau gejala sisa pada kehidupan bayi selanjutnya. Jika tidak
FAKTOR PLASENTA
DAN TALI PUSAT
Solusio plasenta, kompresi
tali pusat, simpul mati
lilitan tali pusat
FAKTOR UTERUS
Gangguan vascular, aktivitas
kontraksi memanjang/
hiperaktivitas
FAKTOR JANIN
Presentasi abnormal, infeksi,
anemia janin, perdarahan,
trauma persalinan, stenosis
saluran nafas
ASFIKSIA
Janin kekurangan O2 dan kadar CO2
Sumber:
Prawirohardjo
(2008), Wiknjosastro
Nafas cepat
Suplai O2 ke
JaninSaifuddin
tidak bereaksi
Proses keluarga
(2007),
(2006), Pola
Retayasa
nafas
paru otak
DJJ
APNEU
dan
TD
Kerusakan
Kematian
terhadap
rangsangan
terhentibayi
(2007),
Mansjoer
(2005). inefektif
Gangguan
Gangguan
Asidosis
metabolisme
Bersihan jalan
Kerusakan
dan perubahan
perfusi
Respiratorik
ventilasi
asam basa
nafas inefektif
pertukaran gas
1. Pemeriksaan Fisik
Kulit
Kepala
Mata
Hidung
Mulut
Telinga
Leher
Thorax
Abdomen
Umbilikus
Genitalia
Anus
Ekstremitas
Refleks
2. Darah
a. Hb (normal 14,9-23,7 g/dL), biasanya pada bayi asfiksia cenderung turun
karena O2 dalam darah sedikit
b. Leukositnya lebih dari (normal 10.000-26.000/ul) karena bayi preterm imunitas
masih rendah sehingga beresiko tinggi infeksi
c. Trombosit (normal 150.000-400.000/ul)
d. Distrosfiks pada bayi preterm dengan post asfiksi cenderung turun karena terjadi
hipoglikemi
3. Nilai analisa gas darah
a. pH (normal 7,36-7,44). Kadar pH cenderung turun karena terjadi asidosis
metabolik
b. pCO2 (normal 35-45 mmHg). Kadar pCO2 pada bayi post asfiksia cenderung
naik karena sering terjadi hiperkapnea
c. pO2 (normal 75-100 mmHg). Kadar pO2 bayi post asfiksia cenderung turun
karena terjadi hipoksia progresif
d. HCO3 (normal 24-48 mEq/L)
4. Urine
Nilai serum lektrolit pada bayi post asfiksia terdiri dari
a. Natrium (normal 134-150 mEq/L)
b. Kalium (normal 3,6-5,8 mEq/L)
c. Kalsium (normal 8,1010,4 mEq/L)
5. Foto thorax
Pulmonal tidak tampak gambaran, jantung ukuran normal.
I. PENATALAKSANAAN
1. MEDIS
Prinsip resusitasi (Prawirohardjo, 2005):
a. Menciptakan lingkungan yang baik bagi bayi dan mengusahakan tetap bebasnya
jalan nafas
b. Memberikan bantuan pernafasan secara aktif kepada bayi dengan usaha
pernapasan buatan
c. Memperbaiki asidosis yang terjadi
d. Menjaga agar peredaran darah tetap baik
Nilai APGAR 7-10 (bayi dinyatakan baik):
Pada keadaan ini bayi tidak memerlukan tindakan istimewa. Penatalaksanan terdiri
dari:
a. Memberikan lingkungan suhu yang baik pada bayi
b. Pembersihan jalan nafas bagian atas dari lendir dan sisa-sisa darah
c. Kalau perlu lakukan rangsangan pada bayi (Mansjoer, 2005)
2. ASUHAN KEPERAWATAN
a. Pengkajian Keperawatan
1) Biodata
Terdiri dari nama, umur/tanggal lahir, jenis kelamin, agama, anak keberapa,
jumlah saudara, identitas orang uta. Yang lebih ditekankan pada umur bayi
karena berkaitan dengan diagnose asfiksia neonatorum.
2) Keluhan utama
Pada klien dengan asfiksia yang sering tampak adalah sesak nafas
3) Riwayat kehamilan dan persalinan
Bagaimana proses persalinan, apakah spontan, premature, aterm, letak bayi
belakang kaki atau sungsang
4) Kebutuhan dasar
a) Pola nutrisi
Pada neonatus dengan asfiksia dibatasi intake oralnya karena organ
tubuh terutama lambung belum sempurna, selain itu juga bertujuan untuk
mencegah terjadinya aspirasi pneumonia
b) Pola eliminasi
Diagnosa
Keperawatan
Bersihan jalan nafas
tidak efektif b.d
produksi mukus
banyak
Intervensi Keperawatan
NIC: Suction jalan
nafas
1. Tentukan
kebutuhan
oral/suction
tracheal
2. Auskultasi suara
nafas sebelum dan
sesudah suction
3. Bersihkan daerah
bagian tracheal
setalah suction
selesai dilakukan
4. Monitor status
oksigen pasien,
status hemodinamik
segera sebelum,
selama dan sesudah
suction
Rasional
R: Pengumpulan
data untuk
perawatan optimal
R: Membantu
mengevaluasi
keefektifan upaya
batuk klien
R: Meminimalisasi
penyebaran
mikroorganisme
R: Mengetahui
efektifitas dari
suction
II
III
bernafas
2. Tidak menunjukkan
kegelisahan
3. Tidak adanya
sianosis
4. PaCO2 dalam batas
normal
5. PaO2 dalam batas
normal
6. Keseimbangan
perfusi jaringan
Pola nafas tidak
Setelah dilakukan
efektif b.d
tindakan keperawatan
hipoventilasi/hiperve selama 3x24 jam,
ntilasi
diharapkan pola nafas
menjadi efektif
NOC: Status Respirasi:
Ventilasi
Kriteria Hasil:
1. Menunjukkan pola
nafas yang efektif
2. Ekspansi dada
simetris
3. Tidak ada bunyi
nafas tambahan
4. Kecepatan dan irama
respirasi dalam batas
normal
Gangguan
pertukaran gas b.d
ketidakseimbangan
perfusi ventilasi
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
selama 3x24 jam,
diharapkan gangguan
pertukaran gas dapat
teratasi
NOC: Status
Pernafasan: Pertukaran
gas
Kriteria Hasil:
1. Tidak sesak nafas
2. Fungsi paru dalam
batas normal
R: Membersihkan
jalan nafas
R: Meningkatkan
kadar oksigen yang
bersikulasi dan
memperbaiki status
kesehatan
R: Mengevaluasi
keefektifan upaya
batuk klien
R: Perubahan AGD
dapat mencetuskan
disritmia jantung
R: Terapi oksigen
dapat membantu
mencegah gelisah
bila klien menjadi
dispneu, dan juga
membantu
mencegah edema
paru
R: Mengevaluasi
keefektifan upaya
batuk klien
R: Mengevaluasi
keefektifan O2 yang
masuk kedalam
tubuh
R: Mengevaluasi
hasil analisa gas
darah dalam
menegakkan
diagnosis dan
intervensi
selanjutnya
IV
Resiko
ketidakseimbangan
suhu tubuh b.d
kurangnya suplai O2
dalam darah
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
selama 3x24 jam,
diharapkan resiko cidera
dapat dicegah
NOC: Pengetahuan:
Keamanan anak
Kriteria Hasil:
1. Bebas dari cidera/
komplikasi
2. Mendeskripsikan
aktivitas yang tepat
dari level
perkembangan anak
3. Mendeskripsikan
teknik pertolongan
pertama
6. Monitor status
pernafasan
R: Mencegah infeksi
nosokomial
R: Mencegah infeksi
nosokomial
R: Mencegah
terjadinya keadaan
yang lebih buruk
R: Meningkatkan
pengetahuan
keluarga dalam
deteksi awal suatu
penyakit
R: Menjaga suhu
tubuh agar tetap
stabil
R: Mendeteksi lebih
awal apabila ada
perubahan yang
terjadi guna
mencegah
komplikasi
R: Peningkatan suhu
tubuh menunjukkan
adanta tanda-tanda
infeksi
R: Penurunan
frekuensi nadi
mnunjukkan adanya
asidosis respiratori
karena kelebihan
retensi CO2
DAFTAR PUSTAKA
Mansjoer, A., dkk. 2005. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3 Jilid 1 Cetakan keenam. Jakarta:
Media Aesculapius Fakultas Kedokteran UI.
Nurarif, dkk. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa NANDA NIC NOC.
Jilid 3. Yogyakarta: Medi Action
Prawirohardjo, Sarwono. 2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawiroharjo.
Stright, Barbara. 2004. Keperawatan Ibu-Bayi Baru Lahir. Jakarta: EGC
Saifuddin, Abdul Bari. 2000. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Wiknjosastro, Hanifa. 2007. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawiroharjo.