Anda di halaman 1dari 6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Laju Reaksi
Kinetika kimia berhubungan dengan laju reaksi kimia, faktor-faktor yang
mempengaruhi laju dan penjelasan laju dalam hal mekanisme reaksi dari proses
kimia. Pada kesetimbangan kimia, hubungan energy antara reaktan dan produk diatur
dalam termo dinamika. Dalam kinetika kimia, variable waktu diperkenalkan dan laju
perubahan konsentrasi reaktan dan produk sesuai dengan waktu. Oleh karena itu,
kintika kimia berhubungan dengan penentuan kuantitatif dari laju reaksi kimia dan
faktor-faktor yang mempengaruhi lajunya (Siregar, 2008)
Ketika kita membicarakan laju reaksi kimia apa yang kita maksud adalah laju
dimana reaktan diguanakan atau setara dengan laju dimana produk terbentuk. Laju
reaksi memiliki satuan konsentrasi per satuan waktu mol/dm s (untuk reaksi fasa gas,
satuan konsentrasi lain yang sering digunakan, biasanya satuan tekanan- Torr, mbar
atau Pa). Untuk mengukur laju reaksi, kita butuh memonitor konsentrasi suatu
reaktan atau produk sebagai fungsi waktu. Sejauh ini ada sedikit masalah pada laju
reaksi yang kita definisikan, yang mana hal tersebut adalah stoikiometri reaksi.
Secara sederhana stoikiometri merupakan bilangan dari setiap mol reaktan dan
produk yang muncul pada persamaan reaksi. Sebagai contoh, persamaan reaksi untuk
proses Haber, digunakan secara industri untuk memproduksi ammonia :
N2 + 3H2

2NH3

N2 mempunyai koefisien stoikiometri 1, H2 3 dan NH3 2. Kita dapat menentukan laju


reaksi dengan tiga jalan, melihat perubahan konsentrasi dari N 2, H2 atau NH3.
Katakanlah kita memonitor N2 dan menetukan lajunya d[N2]/dt = x mol/dm s.
karena setiap mol N2 bereaksi kita kehilangan tiga mol H 2, jika kita memonitor H2
daripada N2 kita akan menetukan laju reaksinya d[H2]/dt = 3x mol/dm s. dengan
cara yang sama memonitor konsentrasi NH 3 akan menghasilkan laju reaksi 2x mol/
dm s. Jelasnya, reaksi yang sama tidak bisa memiliki tiga laju reaksi yang berbeda,
disini kita menghadapi masalah. Solusinya sebenarnya sangat sederhana : laju reaksi

didefinisikan sebagai laju perubahan konsentrasi suatu reaktaf atau produk dibagi
dengan koefisien stoikiometri masing-masing. Untuk

reaksi di atas, lajunya

( biasanya disimbolkan dengan huruf v) sehingga


v = d[N2]/dt = (1/3) d[H2]/dt = (1/2) d[NH3]/dt
catatan tanda negatif muncul ketika kita mendefinisikan laju menggunakan
konsentrasi salah satu reaktan. Ini dikarenakan perubahan laju reaktan adalah negatif
(karena digunakan di dalam reaksi) tapi laju reaksi merupakan besaran positif.
Hukum laju adalah sebuah persamaan yang berhubungan dengan laju reaksi
konsentrasi spesi kimia yang ada, dimana mungkin termasuk reaktan, produk atau
katalis. Banyak reaksi mengikuti hukum laju sederhana dimana persamaan ini
berbentuk :
(Vallance, 2000)
a

= k [A] [B] [C] D


Dimana :
v = laju reaksi
k = konstanta laju reaksi
[A], [B] dan [C] = konsentrasi A, B dan C
a, b dan c = orde reaksi
(Vallance, 2000)

2.2 Faktor faktor yang Mempengaruhi Laju Reaksi


2.2.1 Sifat Dasar Pereaksi
Zat-zat berbeda secara nyata dalam lajunya mereka mengalami perubahan
kimia. Natrium bereaksi sangat cepat dengan air pada temperatur kamar, tetapi
bereaksi lebih lambat dengan metil alkohol dan etil alkohol. Jika suatu reaksi
melibatkan dua spesi molekul dengan atom yang sudah terikat oleh ikatan kovalen

yang kuat, tabrakan antara molekul molekul ini tidak memiliki energi yang cukup
untuk memutuskan ikatan molekulnya, sehingga menjadi sulit bereaksi atau kurang
reaktif (Keenan dan Wood, 1986).

2.2.2

Temperatur
Hubungan antara temperature dan kecepatan reaksi dinyatakan oleh persamaan

Arrhenius sebagai berikut :

k ko e

E
RT

(Fitri, dkk., 2014)


Dimana :
k = konstanta kecepatan reaksi
ko = faktor frekkuensi
E = energi aktivasi
R = tetapan gas= 8,314 Joule/mol.oK = 1,987 kal.oK
(Fitri, dkk., 2014)
Untuk setiap kenaikkan temperature akan memberikan kenaikan harga k.
Semakin besar harga k, maka kecepatan reaksi akan semakin besar pula (Dewanti,
2010). Ketikan suhu suatu reaksi yang berlangsung dinaikkan, mak menyebabakan
partikel smakin aktif bergerak, sehingga tumbukan yang terjadi semakin banyak dan
menyebabkan laju reaksi semakin cepat atau besar (Fitri, dkk., 2014).
Laju suatu reaksi kimia bertambah dengan naiknya temperatur (Keenan,dkk.,
1986). Pada umumnya, setiap pertambahan suhu 10 K dapat hampir melipatgandakan
laju reaksi banyak reaksi (Ratcliff, dkk., 2000). Namun, hubungan ini tidak berlaku
untuk reaksi oksidasi nitrit oksida (NO) yang menghasilkan asam nitrat (HNO 3).
Pada kasus ini, laju reaksi berkurang seiring naiknya suhu (Missen, dkk., 1999).
2.2.3

Konsentrasi
Laju suatu reaksi dapat dinyatakan sebagai laju berkurangnya konsentrasi suatu

pereaksi, atau sebagai laju bertambahnya konsentrasi suatu produk. Oleh karena itu
konsentrasi pereaksi tentu saja dapat mempengaruhi kecepatan dalam reaksi (Keenan
dan Wood, 1986).

Laju reaksi biasanya bergantung pada konsentrasi reaktan (terkadang produk)


dan biasanya meningkat apabila konsentrasi reaktan bertambah (Missen, dkk., 1999).

2.2.4

Waktu
Waktu reaksi mempengaruhi konversi yang dihasilkan. Semakin lam waktu

reaksi, maka semakin tinggi pula konversi yang dihasilkan. Hal ini disebabkan oleh
kesempatan zat reaktan untuk saling bertumbukan dan bereaksi semkin besar,
sehinggg konversi yangdihasilkan semakin tinggi (Perwitsari dan Cahyono, 2009).
2.2.5

Adanya Katalisator
Katalis adalah suatu zat yang meningkatkan kecepatan suatu reaksi kimia tanpa

mengalami perubahan kimia yang permanen pada zat itu sendiri. Proses ini disebut
katalisis (Keenan,dkk., 1986). Banyak reaksi berjalan lebih cepat dengan adanya zat
dimana zat ini tidak terkonversi menjadi produk dari reaksi tersebut. Zat ini disebut
katalis dan fenomena ini disebut katalisis dan banyak proses industri tergantung pada
zat ini. Sebagai contoh, oksidasi sulfur oksida (SO) menjadi sulfur trioksida (SO 3)
berjalan dengan cepat dengan bantuan Vanadium Pentoksida (V2O5) yang berperan
sebagai katalis (Missen, dkk., 1999).
Energi aktivasi sangat dipengaruhi oleh konstanta laju reaksi, semakin besar
konstanta laju reaksisemakn kecil energy aktivasimya. Dengan energy aktivasi yang
kecil diharapkan rekasi semakin cepat berlangsung. Pengaruh konstanta laju rekasi
terhadap energi aktivasi dapat dilihat dari persamaan Arrhenius :
kA e

E
RT

(Fitri, dkk., 2014)

Nilai tersebut yangmana semakin esar nilai konstanta laju reaksi, energi
aktivsinya akan semakin kecil. Menurut teori tumbukan, sebelum terjadi reaksi
molekul pereaksi harus salng bertumbukan. Senagian molekul pada tumbukan ini
membentuk molekul-molekul yang aktif. Molekul ini kemudian berubah menjadi
hasil reaksi agar pereaksi dapat membentuk kompleks yang aktif. Molekul-molekul
ini hanya mempunyai energi minimum yang disebut energi aktivasi. Energi aktivasi
dirumuskan sebagai berikut :
E R. T Ln (K/A)

(Fitri, dkk., 2014)

(Fitri, dkk., 2014)

2.2.6

Intensitas Radiasi
Beberapa reaksi berjalan lebih cepat jika sistem reaksi diberikan radiasi pada

frekuensi yang tepat. Contohnya, reaksi hidrogen (H) dan klorin (Cl) dapat berjalan
pada keadaan gelap, tapi reaksi yang menghasilkan asam klorida (HCl) ini berjalan
sangat lambat. Akan tetapi, jika reaksi ini disertakan cahaya, reaksi berjalan dengan
sangat cepat. Reaksi seperti ini pada umumnya disebut reaksi fotokimia (Missen,
dkk., 1999).
2.2.7

Pengadukan
Pengadukan akan membantu mempercepat terjadi reaksi karena dengan

pengadukan akan memperbesar frekuensi tumbukan dan harga konstanta kecepatan


reaksi akan semakin besar pula. Pegadukan yang sempurna akan memperbesar
kenumgkinan tumbukan antara zat-zat pereaksi, sehingga reaksi akan berlangsung
dengan baik. Hal ini dinyatakn dengan persamaan Arrhenius :
k ko . e

E
RT

(Dewati, 2011)

Adapun grafik pengaruh pengadukan dengan laju reaksi adalah sebagai


berikut:

Gambar 2.1 Grafik Pengaruh Pengadukan dengan Laju Reaksi


(Davis, dkk., 2003)
2.3 Orde Suatu Reaksi Kimia
Orde dan molekularitas merupakan dua pengertian yang berbeda. Bentuk persamaan laju
reaksi yang lebih umum adalah : Laju = k[A]x[B]y[C]z... dan seterusnya dan orde reaksi keseluruhan
merupakan jumlah semua pangkat yang terdapat dalam persamaan laju reaksi, orde reaksi total : x + y

....

dan

seterusnya.

Orde

reaksi

adalah jumlah pangkat konsentrasi dalam bentuk diferensial. Secara teoritis orde reaksi merupakan
bilangan bulat kecil, namun dalam beberapa hal pecahan atau nol. Pada umumnya orde reaksi
terhadap suatu zat tertentu tidak sama dengan koefisien dalam persamaan stoikiometri reaksi.
1. Reaksi Orde Nol
Suatu rekasi disebut orde nol terada[ suatu pereaksi jika laju reaksi tidak dipengaruhi oleh
konsentrasi peraksi tersebut. Jika [A] adalah konsentrasi dan [A]o adalah konsentrasi pada saat t=0,

maka

d[A]
k
dt

[A] o [A] k.t


Hasil integeral adalah
2. Reaksi Orde Satu
Suatu reaksi orde satu dapat dinyatakan dengan,

d[A]
k[A ]
dt

Hasil integeral untuk memperoleh hubungan antara konsentrasi pereaksi terhadap waktu :

ln

[A] o
k.t
[A]

3. Reaksi Orde Dua


Suatu reaksi orde dua dapat dinyatakan dengan,

d[A]
k[A] 2
dt

(Prayitno, 2012)

Pangkat perubahan konsentrasi terhadap perubahan laju disebut orde reaksi.


Ada reaksi berorde 0, dimana tidak terjadi perubahan laju reaksi berapapun
perubahan konsentrasi pereaksi. Ada reaksi berorde 1, dimana perubahan konsentrasi
pereaksi 2 kali menyebabkan laju reaksi lebih cepat 2 kali. Ada reaksi berorde 2,
dimana laju perubahan konsentrasi pereaksi 2 kali menyebabkan laju reaksi lebih
cepat 4 kali, dst (Rosalia, 2012).

Anda mungkin juga menyukai