Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Islam adalah sebuah sistim yang sempurna dan komprehensif. Dengan Islam, Allah
memuliakan manusia, agar dapat hidup dengan nyaman dan sejahtera di muka bumi ini.
Allah menyempurnakan kenyamanan kehidupan manusia,
pada awalnya dengan memberi petunjuk kepadanya tentang identitas dirinya yang
sesungguhnya. Allah mengajarkan kepadanya bahwa ia adalah seorang hamba yang dimiliki
oleh Tuhan yang maha Esa dan bersifat dengan sifat-sifat kesempurnaan.
Selanjutnya Allah memberikan sarana-sarana untuk menuju kehidupan yang mulia
dan memungkinkan dirinya melakukan ibadah.
Namun demikian, sarana-sarana tersebut tidak akan dapat diperoleh kecuali dengan jalan
saling tolong menolong antar sesama atas dasar saling menghormati, dan menjaga hak dan
kewajiban sesama.
Diantara sarana-sarana menuju kebahagian hidup manusia yang diciptakan Allah
melalui agama Islam adalah disyariatkannya Zakat.
Zakat disyariatkan dalam rangka meluruskan perjalanan manusia agar selaras dengan syaratsyarat menuju kesejahteraan manusia secara pribadi dan kesejahteraan manusia dalam
hubungannya dengan orang lain.
Zakat berfungsi menjaga kepemilikan pribadi agar tidak keluar dari timbangan keadilan, dan
menjaga jarak kesenjangan sosial yang menjadi biang utama terjadinya gejolak yang
berakibat runtuhnya ukhuwah, tertikamnya kehormatan dan robeknya integritas bangsa.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah definisi Zakat?
2. Bagaimana sejarah pensyariatan Zakat?
3. Apa hukum dan dalil Zakat?
4. Apa hikmah dan fungsi zakat?

C. TUJUAN
1. untuk mengetahui definisi zakat

2. untuk mengetahui bagaimana sejarah pensyariatan zakat


3. untuk mengetehui hukum dan dalil zakat
4. untuk mengetahui hikmah dan fungsi zakat
BAB II
PEMBAHASAN

A. DEFINISI ZAKAT
Zakat adalah kata bahasa Arab az-zakh. Ia adalah masdar dari fiil madli
zak, yang berarti bertambah, tumbuh dan berkembang. Ia juga bermakna suci. Dengan
makna ini Allah berfirman:
9 : )
Artinya: Sungguh beruntung orang yang mensucikan hati. (QS. As-Syams: 9)
Secara istilah fiqhiyah, zakat ialah sebuah ungkapan untuk seukuran yang telah
ditentukan dari sebagian harta yang wajib dikeluarkan dan diberikan kepada golongangolongan tertentu, ketika telah memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan.
Harta ini disebut zakat karena sisa harta yang telah dikeluarkan dapat berkembang
lantaran barakah doa orang-orang yang menerimanya. Juga karena harta yang
dikeluarkan adalah kotoran yang akan membersihkan harta seluruhnya dari syubhat dan
mensucikannya dari hak-hak orang lain di dalamnya.
Selain nama zakat, berlaku pula nama shadaqah. Shadaqah mempunyai dua
makna. Pertama ialah harta yang dikeluarkan dalam upaya mendapatkan ridho Allah.
Makna ini mencakup shadaqah wajib dan shadaqah sunnah (tathawwu). Kedua adalah
sinonim dari zakat.
Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam surat At-Taubah ayat 60:
Artinya: Sesungguhnya shadaqah-shadaqah itu, hanyalah untuk orang-orang fakir,
orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, Para mu'allaf yang dibujuk hatinya,
untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk
mereka yuang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah,
dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana. (QS. At-Taubah: 60)

Makna As-Shadaqat dalam ayat tersebut adalah shadaqah yang wajib (zakat),
bukan shadaqah tathawwu.
Selanjutnya makna shadaqah disesuaikan dengan konteks pembicaraan dan
pembahasannya. Jika konteknya adalah zakat, maka shadaqah berarti zakat dan begitu
pula sebaliknya.

B. SEJARAH PENSYARIATAN ZAKAT


Pada dasarnya, kewajiban zakat bukan khususiah ummat Islam. Zakat telah
disyariatkan kepada umat-umat terdahulu. Dalam Islam, pensyariatan zakat dilakukan
dalam beberapa fase. Pada periode Mekah, sebenarnya telah turun ayat-ayat tentang
perintah zakat, diantaranya adalah firman Allah:
(25-24 : )
Artinya: dan orang-orang yang dalam hartanya tersedia bagian tertentu, bagi
orang (miskin) yang meminta dan orang yang tidak mempunyai apa-apa (yang
tidak mau meminta). (QS. Al-Maarij: 24-25)

Ibnu Hajar Al-Asqalani mengatakan bahwa mengenai awal turunya perintah


zakat terdapat perselisihan pendapat dikalangan ulama. Ibnu Huzaimah dalam shahihnya
mengatakan bahwa kewajiban zakat turun sebelum hijrah. Menurut pendapat yang
shahih, dan menjadi pendapat mayoritas ulama, pensyariatan zakat terjadi pada tahun ke8 setelah Rasulullah SAW melakukan hijrah dari Mekah ke Madinah, sebelum
diturunkannya kewajiban puasa ramadhan.

C. HUKUM DAN DALIL ZAKAT


Hukum Mengeluarkan Zakat
Zakat merupakan rukun ketiga dari lima rukun Islam dan zakat juga termasuk salah
satu panji-panji Islam yang penegakkannya tidak boleh diabaikan oleh siapaun juga. Zakat
telah difardzukan diMadinah pada bulan Syawwal tahun kedua hijrah setelah kepada ummat

islam diwajibkan berpuasa ramadhan. Dasar-dasar atau landasan kewajiban mengeluarkan


zakat disebutkan dalam :

Al QuranS: urat Al Baqarah; 43


Dan Dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan rukulah beserta orang-orang yang ruku
a) Surat At Taubah; 103
Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu
membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa
kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. dan Allah Maha mendengar lagi
Maha Mengetahui
b) Surat Al Anam; 141
Dan dialah yang menjadikan kebun-kebun yang berjunjung dan yang tidak
berjunjung, pohon korma, tanam-tanaman yang bermacam-macam buahnya, zaitun dan
delima yang serupa (bentuk dan warnanya) dan tidak sama (rasanya). makanlah dari
buahnya (yang bermacam-macam itu) bila dia berbuah, dan tunaikanlah haknya di hari
memetik hasilnya (dengan disedekahkan kepada fakir miskin); dan janganlah kamu
berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan.
c) Surat At Taubah; 5
Apabila sudah habis bulan-bulan Haram itu Maka Bunuhlah orang-orang
musyrikin itu dimana saja kamu jumpai mereka, dan tangkaplah mereka. Kepunglah
mereka dan intailah ditempat pengintaian. jika mereka bertaubat dan mendirikan sholat
dan menunaikan zakat, Maka berilah kebebasan kepada mereka untuk berjalan[.
Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

As Sunnah

a) Hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dari Abdullah bin Umar
Rosulullah bersabda:

( )
Islam itu ditegakkan atas lima pilar: syahadat yang menegaskan bahwa tiada
tuhan selain Allah dan Muhammad utusan Allah, mendirikan sholat, membayar zakat,
menunaikan haji dan berpuasa pada bulan ramadhan (HR Bukahari Muslim)
b) Hadits yang diriwayatkan oleh Ahmad dan Muslim dari Abu Hurairah
-
()

Seseorang yang menyimpan hartanya tidak dikeluarkan zakatnya akan dibakar


dalam neraka jahnnam baginya dibuatkan setrika dari api, kemudian disetrikakan ke
lambung dan dahinya-Al Hadits (HR Ahmad dan Muslim)[6]

b) Hadits yang diriwayatkan oleh Thabrani dal buku Al Ausath dan As Saghir dari Ali


Allah taala mewajibkan zakat pada harta orang-orang kaya dari kaum muslimin
sejumlah yang dapat melapangi orang-orang miskin diantara merela fakir miskin itu
tiadalah akan menderita menghadapi kelaparan dan kesulitan sandang kecuali karena
perbuatan golongan dan kaya, ingatlah Allah akan mengadili mereka nanti nanti secara
tegas dan menyiksa mereka dengan pedih
Ijma Ulama
Ulama baik salaf (tradisional) maupun khalaf (modern) telah sepakat akan
kewajiban zakat dan bagi yang mengingkarinya berarti telah kafir dari Islam.
C. Syarat, Rukun Dan Hikmah Zakat
Zakat mempunyai beberapa syarat wajib dan syarat sah. Menurut jumhur ulama syarat
wajib zakat terdiri dari:
1. Islam
2. Merdeka
3. Baligh dan Berakal
4. Harta yang dikeluarkan adalah harta yang wajib dizakati
Harta yang memiliki criteria ini ada lima jenis antara lain:

Uang, emas, perak baik berbentuk uang logam maupun uang kertas

Barang tambang dan barang temuan

Barang dagangan

Hasil tanaman dan buah-buahan

Binatang ternak (menurut jumhur ulama yang merumput sendiri atau menurut Maliki
binatang yang diberi makan)

5. Harta yang dizakati telah mencapai nishab atau senilai dengannya


6. Harta yang dizakati adalah milik penuh
7. Kepemilikan harta telah mencapai haul (setahun)
8. Harta tersebut bukan termasuk harta hasil hutang

9. Harta yang akan dizakati melebihi kebutuhan pokok


Dan diantara syarat-syarat sah pelaksanaan zakat terdiri atas:
1. Niat
2. Tamlik (memindahkan kepemilikan kepada penerimanya)
Rukun zakat adalah mengeluarkan sebagian dari nisab(harta) yang dengan
melepaskan kepemilikan terhadapnya, menjadiakannya sebagai milik orang fakir dan
menyerahkannya kepadanya atau harta tersebut diserahkan kepada wakilnya yakni imam
atau orang yang bertugas untuk memungut zakat.[9]
Diantara hikmah disyariatkannya zakat adalah bahwa pendistribusiannya mampu
memperbaiki kedudukan masyarakat dari sudut moral dan material dimana ia dapat
menyatukan anggota-anggota masyarakatnya menjadi seolah-olah sebuah tubuh yang
satu, selain dari itu zakat juga dapat membersihkan jiwa anggota masyarakat dari sifat
pelit dan bakhil. Zakat juga merupakan benteng keamanan dalam system ekonomi islam
sebagai jaminan kearah stabilitas dan kesinambungan sejarah social masyarakat.
Diantara hikmah zakat yang lain yang saling menguntungkan baik dari pihak sang kaya
maupun dari pihak si miskin antara lain:

menolong orang yang lemah dan susah agar dia dapat menunaikan kewajibannya
terhadap Allah dan terhadap makhluk Allah (masyarakat)

membersihkan diri dari sifat kikir dan akhlak yang tercela, serta membayarkan
amanat kepada orang yang berhak dan berkepentingan

sebagai ucapan syukur dan trimakasi atas nikmat kekayaan yang diberikan kepadanya

guna menjaga kejahatan-kejahatan yang akan timbul dari si miskin dan yang susah

guna mendekatkan hubungan kasih sayang dan cinta mencintai antara si miskin dan si
kaya[10]

penyucian dari bagi orang yang berpuasa dari kebatilan dan kekokohan untuk
memberi makan kepada orang miskin serta sebagai rasa syukur kepada Allah atas
selesainya menunaikan kewajiban puasa[11]

D. Zakat terbagi atas dua jenis yakni


Zakat Fitrah, zakat yang wajib dikeluarkan Muslim menjelang Idul Fitri pada bulan
Ramadhan. Besar Zakat ini setara dengan 2,5 kilogram/3,5 liter makanan pokok yang ada di
daerah bersangkutan. Zakat Maal (Zakat Harta), mencakup hasil perniagaan, pertanian,
pertambangan, hasil laut, hasil ternak, harta temuan, emas dan perak. Masing-masing tipe
memiliki perhitungannya sendiri-sendiri.
E. Zakat Fitrah
Makna zakat fitrah, yaitu zakat yang sebab diwajibkannya adalah futur (berbuka
puasa) pada bulan ramadhan disebut pula dengan sedekah. Lafadh sedekah menurut syara

dipergunakan untuk zakat yang diwajibkan, sebagaimana terdapat pada berbagai tempat
dalam quran dan sunnah. Dipergunakan pula sedekah itu untuk zakat fitrah, seolah-olah
sedekah dari fitrah atau asal kejadian, sehingga wajibnya zakat fitrah untuk mensucikan diri
dan membersihkan perbuatannya.
Dipergunakan pula untuk yang dikeluarkan disini dengan fitrah, yaitu bayi yang di
lahirkan. Yang menurut bahasa-bukan bahasa arab dan bukan pula muarab (dari bahasa lain
yang dianggap bahas arab)-akan tetapi merupakan istilah para fuqoha.
Zakat fitrah diwajibkan pada kedua tahun hijrah, yaitu tahun diwajibkannya puasa
bulan ramadhan untuk mensucikan orang yang berpuasa dari ucapan kotor dan perbuatan
yang tidak ada gunanya, untuk memberi makanan pada orang-orang miskin dan
mencukupkan mereka dari kebutuhan dan meminta-minta pada hari raya.
Zakat ini merupakan pajak yang berbeda dari zakat-zakat lain, seperti memiliki nisab,
dengan syarat-syaratnya yang jelas, pada tempatnya. Para fuqoha menyebut zakat ini dengan
zakat kepala, atau zakat perbudakan atau zakat badan. Yang dimaksud dengan badan disini
adalah pribadi, bukan badn yang merupakan dari jiwa dan nyawa.
Adapun dalil atau dasar kewajibannya zakat fitrah adalah berdasarkan atas:
a. Al Quran : Surat Al Ala; 14
Sesungguhnya beruntunglah orang yang membersihkan diri (dengan beriman)
Surat Al Baqarah; 43
Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan rukulah beserta orang-orang yang ruku
b. As Sunnah
..
) (
Dari Ibn Umar ia berkata: Rasulullah saw mewajibkan zakat fitri(berbuka) bulan
ramadhan sebanyak satu sha(3,1 liter) kurma atau gandum atas tiap-tiap orang muslim
merdeka atau hamba, laki-laki atau perempuan(HR Bukhari Muslim), dalam hadits
Bukhari disebutkan mereka membayar fitrah itu sehari atau dua hari sebelum hari raya
Adapun hikmah dari kewajiban zakat fitrah adalah penyucian diri bagi orang yang
berpuasa dari kebatilan dan kekotoran, untuk memberi makan kepada orang-orang miskin
serta sebagai ras syukur kepada Allah atas selesainya menunaikan kewajiban puasa.
Rasulullah juga menerangkan tentang waktu mengeluarkannya yaitu sebelum sholat id,
yang dimulai sejak waktu utamanya yaitu setelah tenggelamnya matahari pada malam id
(menurut Tsauri, Ahmad, Ishak dan Syafii dalam Al Jadid serta menurut satu berita juga
dari Malik)[14].
Dibawah ini akan diterangkan beberapa waktu dan hukum membayar zakat fitrah
antara lain:
1. Waktu yang di bolehkan yaitu dari awal ramadhan sampai hari penghabisan ramadhan
2. Waktu wajib, yaitu mulai terbenam matahari penghabisan ramadhan
3. Waktu yang lebih baik (sunnat), yaitu dibayar sesudah shalat subuh sebelum pergi
sholat hari raya

.. :

Dari Ibn Abbas, ia berkata: telah diwajibkan oleh rasulullah saw zakat fitrah
sebagai pembersih bagi orang puasa dan memberi makan bagi orang miskin, barang siapa
yang menunaikannya sebelum sholat hari raya maka zakat itu diterima, dan barang siapa
membayarnya sesudah sholat hari raya maka zakat itu sebagai sedekah biasa(HR Abu
Dawud dan Ibn Majah)
4. Waktu makruh, yaitu membayar fitrah sesudah hari raya tetapi sebelum terbenam
matahari pada hari raya
5. Waktu haram, yaitu dibayar sesudah terbenam matahari pada hari raya
Rasulullah juga menganjurkan agar zakat dikeluarkan atas bayi yang masih dalam
kandungan sebagaiman dilakukan oleh Ustman bin Affan r. a., menurut Tsauri, Ahmad,
Ishak dan Syafii tidak wajib dikelurkan zakat ats bayi yang dilahirkan setelah waktu
diwajibkannya mengeluarkan zakat dan menurut Abu Hanifah, Laits, Syafii masih tetap
wajib dikeluarkan zakat ats bayi tersebut karena lahirnya sebelum waktu diwajibkan.
Dengan demikian anak yang telah lahir pada saat matahari terbenam dan istri pada saat
itu telah dinikahi dan menjadi tanggungannya maka wajib dikeluarkan zakat fitrahnya
begitu juga dengan sebaliknya
Adapun tujuan dari zakat fitrah adalah memenuhi kebutuhan orang-orang miskin
pada hari raya idul fitri dan untuk menghibur mereka dengan sesuatu yang menjadi
makanan pokok penduduk negeri tersebut. Adapun syarat-syarat wajib zakat fitrah terdiri
atas:
1. Islam
2. Lahir sebelum terbenam matahari pada hari penghabisan bulan ramadhan
3. Memiliki lebihan harta dan keperluan makanan untuk dirinya sendiri dan untuk yang
wajib dinafkahinya baik manusia ataupun binatang pada malam hari raya dan siang
harinya, sabda rasulullah
( )
Beritahukanlah kepada mereka (penduduk yaman), sesungguhnya Allah telah
mewajibkan kepada mereka sedekah(zakat) yang diambil dari orang-orang kaya
diberikan kepada orang-orang fakir dikalangan mereka (HR Jamaah ahli hadits)
F. Zakat Maal (harta)
Menurut terminologi (bahasa) harta adalah segala sesuatu yang di inginkan sekali
oleh manusia untuk memiliki, memanfaatkan dan menyimpannya. sedangkan menurut
istilah syara harta adalah segala sesuatu yang dapat di miliki dan dapat di manfaatkan.
sesuatu dapat disebut dengan maal(harta) apabila memenuhi dua syarat antara lain:
a. Dapat dimiliki, dikuasai, dihimpun dan disimpan
b. Dapat di ambil manfaatnya sesuai dengan ghalibnya seperti rumah, mobil ternak dan
lain sebagainya.
Harta (maal) yang Wajib di Zakati
1. Binatang Ternak seperti: unta, sapi, kerbau, kambing, domba dan unggas (ayam, itik,
burung).
2. Emas Dan Perak

3. Biji makanan yang mengenyangkan seperti beras, jagung, gandum, dan sebagainya
4. Buah-buahan seperti anggur dan kurma
5. Harta Perniagaan

F. HIKMAH DAN FUNGSI ZAKAT


Hikmah dan fungsi zakat sangat banyak dan tidak dapat dimuat secara
keseluruhan dalam lembar-lembar makalah ini. Yang jelas, secara global hikmah dan
fungsinya kembali kepada kebaikan pemberi dan penerima zakat, yang pada tahap
selanjutnya, memberikan kebaikan dan kesejahteraan sosial secara menyeluruh. Berikut
adalah sebagian hikmah dan fungsi zakat:
Zakat dapat membiasakan muzakki (pemberi zakat) untuk bersifat dermawan, dan
melepaskan dirinya dari sifat-sifat bakhil, apalagi jika ia mampu merasakan
manfaatnya, serta menyadari bahwa zakat mampu mengembangkan harta yang
dimiliki.
Zakat dapat memperkuat jalinan ukhuwah dan mahabbah antara diri muzakki dan
orang lain. Jika kepopuleran zakat dapat tergambarkan, hingga setiap muslim
sadar diri untuk menunaikannya, maka tergambarkan pula nuansa kasih sayang,
kuatnya persatuan, dan teguhnya persaudaraan.
Zakat mampu memperkecil jarak kesenjangan
kecemburuan sosial dan meredam tingkat kejahatan.

sosial,

menghilangkan

Zakat mampu mengentaskan kemiskinan yang pada akhirnya memperkecil angka


pengangguran dan membangkitkan geliat perekonomian.
Zakat adalah sarana yang paling manjur dalam mensucikan hati dari sifat-sfat
dengki, hasud dan dendam, dimana ketiga sifat ini adalah penyakit utama
masyarakat yang paling mematikan. Dalam hal ini Allah berfirman:

(103 : )

Artinya: ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu
membersihkan dan mensucikan mereka. (QS. At-Taubah: 103)
Zakat menghilangkan sifat cinta dunia, yang merupakan sumber segala kesalahan.
Zakat adalah pelebur dosa dan penyembuh berbagai macam penyakit

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Kewajiban zakat adalah keajaiban Islam. Uraian-uraian di atas adalah diantara
bukti-bukti akan hal itu. Tidak ada satu pun syariat Islam yang tidak memberikan
kesejahteraan kepada umat, tidak terkecuali zakat, disamping ia sebagai modal dalam
usaha mendekatkan diri kepada Allah SWT, dan mendapatkan ridhoNya, yang
selanjutnya mendapatkan rahmatNya di Surga.
Dari defenisi, sejarah, hukum dan hikmah dan fungsinya, jelas zakat meyakinkan
sebuah janji, akan tegaknya nilai-nilai kemanusiaan, terpupuknya rasa persatuan, dan
wujudnya kesejahteraan dan keberuntungan di dunia dan akhirat. Sungguh Allah maha
kuasa, maha sempurna dan maha mengetahui atas keadaan hambaNya. Alangkah
meruginya mereka yang tidak mau menyadari dan tidak mau melihat keajaiban zakat ini.

DAFTAR PUSTAKA
Al-Khin, Musthafa, Dr., Al-Bugha, Musthafa, Dr., dan Asy-Syrabiji, Ali, Al-Fiqh al-Manhaji
ala madzhab al-Imam Asy-Syafii. (Damascus: Dar al-Qalam: 1992)
Kuwait, Wuzarah al-Awqaf wa al-Syuun al-Islamiyah, Al-Mausuah al-Fiqhiyah, Kuwait:
Dar al-Salasil (2007)
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Sehubungan dengan harta manusia terbagi pada tiga tingkatan:

Sanggup mengorbankan hartanya untuk keperluan dirinya sendiri, untuk menolong orang
yang susah, membantu kemaslahatan dan kemajuan agama, kemakmuran bangsa dan
tanah air.

Tidak sanggup membelanjakan hartanya kecuali untuk kesenangan dan kemegahan hawa
nafsunya sendiri. Tingkatan ini tidak jauh bedanya dengan hewan liar.

Orang yang telah diberi rezeki oleh Allah, mendapat harta banyak, sedangkan dia tidak
mengambil manfaatnya, baik untuk dirinya sendiri maupun untuk orang lain, hanya
dikumpulkan dan dijaganya supaya jangan keluar dari tangannya. Dia semata-mata suka
dan kasih pada zat harta, bukan pada manfaatnya.
DAFTAR PUSTAKA

Nasution, Lahmanudin, Fiqih 1, (Bandung: Jaya Baru, 1998)

Ar Rahman, Syaikh Muhammad Abdul Malik, 1001 Masalah Dan Solusinya, (Jakarta:
Pustaka Cerdas Zakat, 2003),

Al Zuhayly, Wahbah, Al Fiqh Al IslamiAdillatuh, (Damaskus: Dar Al Fikr, 1995),

Al Fauzan, Saleh, Fiqih Sehari-hari, (Jakarta: Gema Insani, 2006),

Rasyid, Sulaiman Fiqih Islam, (Bandung: Sinar Baru Algesindo, 1994),

Sabiq, Sayyid, Fiqih Sunnah 3, (Bandung: PT Al Maarif, 1982),

Anda mungkin juga menyukai