Anda di halaman 1dari 11

Dinamika Kelompok

Kelompok peternak adalah kumpulan peternak yang tumbuh atau dibentuk


berdasarkan kesamaan kepentingan dan keakraban serta keserasian, dalam
memanfaatkan sumber daya peternakan untuk bekerja sama dalam meningkatkan
produktivitas usaha peternakan serta mengembangkan usaha dan kesejahteraan
anggotanya. Dijelaskan oleh Bacal (2007) kelompok merupakan suatu kesatuan sosial
yang terdiri atas dua atau lebih orang-orang yang mengadakan interaksi secara
intensif dan teratur, sehingga diantara mereka terdapat pembagian tugas, struktur, dan
norma-norma tertentu yang khas bagi kesatuan tersebut. Ditambahkan oleh Muslim
(2006) kelompok juga dapat diartikan sebagai suatu kumpulan manusia, dua orang
atau lebih dengan pola interaksi yang nyata dan dianggap satu kesatuan.
Kelompok peternak dapat digunakan sebagai alat untuk menumbuhkan
kepekaan, prakarsa, daya kreatif dan inovatif, motivasi serta solidaritas. Kondisi
semacam itu tidak dengan sendirinya muncul akan tetapi dalam banyak hal harus
dengan sengaja ditumbuhkan melalui dinamika kelompok tani. Menurut Abdullah dan
Syamsu (2008), dinamika kelompok diartikan sebagai gerak atau kekuatan yang
terdapat di dalam kelompok, yang menentukan atau berpengaruh terhadap perilaku
kelompok dan anggotanya dalam mencapai tujuan. Lebih lanjut menurut Armstrong
(2007) bahwa melalui dinamika kelompok seseorang akan dapat diubah atau berubah
konsepsi dan perilakunya, karena adanya interaksi diantara sesama anggotanya.

Tujuan Kelompok
Salah satu faktor eksternal yang harus terdapat pada suatu kelompok adalah
tujuan kelompok. Menurut Gagne (2010) tujuan kelompok merupakan gambaran
tentang sesuatu hasil yang diharapkan dapat dicapai oleh kelompok. Untuk
mencapainya diperlukan berbagai usaha dari anggota kelompok melalui berbagai
aktifitasnya. Dijelaskan pula oleh Justine (2006) tujuan kelompok yang jelas sangat
diperlukan agar anggota dapat berbuat sesuatu sesuai dengan kebutuhan kelompok.
Keadaan ini menyebabkan kuatnya dinamika kelompok. Selain itu tujuan kelompok
harus mendukung tercapainya tujuan anggota kelompok. Apabila tujuan kelompok
mendukung tujuan anggotanya maka kelompok menjadi kuat dinamikanya.
Tujuan kelompok ini akan menjadi suatu motivasi bagi anggota untuk
melakukan kegiatan kelompok sehingga pencapaian tujuan tersebut akan lebih
efektif. Menurut Slamet (2007) hubungan antara tujuan kelompok dan tujuan anggota
mempunyai lima kemungkinan bentuk yaitu : (1) sepenuhnya bertentangan; (2)
sebagian bertentangan; (3) netral; (4) searah dan (5) identik.
Menurut Jabal (2008) tujuan kelompok yang efektif harus mempunyai aspekaspek sebagai berikut:
- Dapat didefinisikan secara operasional, dapat diukur dan diamati
- Mempunyai makna bagi anggota kelompok, relevan, realistik dapat diterima dan
dapat dicapai

- Anggota kelompok mempunyai orientasi terhadap tujuan yang telah ditetapkan


Jenjang Sosial
Jenjang sosial dalam suatu kelompok dapat juga disebut sebagai struktur
kelompok. Struktur kelompok adalah suatu bentuk hubungan antara individu-individu
di dalam kelompok yang disesuaikan dengan posisi dan peranan masing-masing
individu (Soedarsono, 2006). Sedangkan Mangkunegara (2011) menyatakan, struktur
kelompok merupakan susunan hirarkis mengenai hubungan-hubungan berdasarkan
peran dan status antara masing-masing anggota kelompok dalam mencapai tujuan.
Mardikanto (2009), menyatakan bahwa struktur kelompok adalah bentuk
hubungan antara individu di dalam kelompok, yang disesuaikan dengan posisi dan
peranan masing-masing individu. Struktur kelompok dapat disusun secara formal,
tetapi dapat pula secara informal. Notoatmodjo (2009) menambahkan bahwa pada
kelompok formal pembagian tugas, norma-norma dan mekanisme kerja disusun
dengan jelas dan tertulis, sehingga semua anggota mengetahui. Pada kelompok yang
strukturnya tidak ditetapkan secara formal dan tertulis, tetap memiliki dinamika
sepanjang masing-masing anggota menyadari dan melaksanakan tugas dengan baik.
Peran Kedudukan
Yakni peran yang harus di lakukan / ditunjukkan oleh anggota kelompok
sesuai dengan kedudukan yang diperolehnya dalam struktur sistem sosial
(kelompok) yang bersangkutan. Adanya perbedaan peran kedudukan akan

membuat setiap anggota melaksanakan tugas / kewajiban sesuai dengan hak yang
diperoleh dari kedudukannya. Tika (2010) menambahkan bahwa setiap peran
kedudukan menuntut pola pekerjaan pekerjaan yang diperlukan untuk mencapai
tujuan kelompok.
Peran kedudukan dalam suatu kelompok juga dapat disebut sebagai fungsi
tugas. Fungsi tugas adalah segala sesuatu yang harus dilakukan oleh kelompok agar
kelompok dapat menjalankan fungsinya sehingga tujuan kelompok dapat tercapai
(Tuyuwale, 1990). Menurut Soedijanto (1981), fungsi tugas adalah segala hal yang
harus dilakukan kelompok yang berorientasi pada pencapaian tujuan. Dijelaskan oleh
Slamet (2007) maksud dari fungsi tugas adalah untuk memfasilitasi dan
mengkoordinasi usaha-usaha kelompok yang menyangkut masalah-masalah bersama
dan dalam rangka memecahkan masalah-masalah tersebut.
Kekuasaan
Kekuasaan adalah kemampuan untuk menggunakan pengaruh pada orang lain;
artinya kemampuan untuk mengubah sikap atau tingkah laku individu atau kelompok.
Kekuasaan juga berarti kemampuan untuk mempengaruhi individu, kelompok,
keputusan, atau kejadian. Kekuasaan tidak sama dengan wewenang, wewenang tanpa
kekuasaan atau

kekuasaan tanpa wewenang akan menyebabkan konflik dalam

organisasi (Sarwono, 2006). Hughes dkk (2012) menambahkan bahwa dari sudut
pandang kelompok, kekuasaan adalah fungsi dari pemimpin, pengikut dan
situasinya, berdasarkan pernyataan diatas maka dapat dianalisis bahwa kelompok

dipengaruhi oleh lima kekuasaan sosial yaitu (1) kekuasaan kepakaran, (2)
kekuasaan

rujukan,

(3) kekuasaan sah, (4) kekuasaan penghargaan, dan (5)

kekuasaan paksa.
Kekuasaan tidak begitu saja diperoleh individu, ada sumber kekuasaan yaitu :
(1) Kekuasaan balas jasa (reward power), didasarkan pada kemampuan seseorang
pemberi pengaruh untuk memberi penghargaan pada orang lain; (2) Kekuasaan
paksaan (coercive power), didasarkan pada kemampuan orang untuk menghukum
orang yang dipengaruhi kalau tidak memenuhi perintah atau persyaratan; (3)
Kekuasaan sah (legitimate power), diperoleh berdasarkan hukum atau aturan tertentu
(Irawati, 2008).
Kepercayaan
Menurut Sopiah (2008) ada berbagai karakter yang melekat pada tim atau
kelompok yang sukses. Karakter-karakter tersebut adalah (1) mempunyai komitmen
terhadap tujuan bersama; (2) menegakkan tujuan spesifik; (3) kepemimpinan dan
struktur; (4) menghindari kemalasan sosial dan tanggung jawab; dan (5)
mengembangkan kepercayaan timbal-balik yang tinggi.
Geller dalam Sulasmi (2006) menjelaskan bahwa rasa saling percaya
merupakan suatu kondisi yang di dalamnya mengandung isi moralistik, seperti
kejujuran, atau konsistensi antara apa yang dikatakan oleh seseorang dengan apa yang
dilakukannya, kesungguhan dan tanggung jawab yang dapat diandalkan, niat baik,

dan tidak ada sesuatu yang disembunyikan. Dalam hubungan saling percaya, masingmasing pihak yakin bahwa segala suatu tindakan untuk mencapai tujuan bersama
sangat diyakini akan disambut dukungan dari rekan sekelompoknya.
Menurut Tika (2010) kepercayaan merupakan salah satu unsurbudaya
kelompok dimana mengandung nilai nilai kelompok, dengan kata lainkeyakinan
merupakan sikap tentang cara bagaimana seharusnya bekerja dalam kelompok.
Hughes dkk (2012) menyatakan bahwa nilai adalah konstruk yang mewakili
perilaku atau keadaan umum yang dianggap penting oleh individu dimana nilai
tersebut di pelajari dari proses sosialisasi, lalu di internalisasi dan bagi anggota
nilai nilai tersebut merupakan komponen tak terpisahkan dari diri, sehingga nilai
memainkan peran penting dalam karakter psikologis seseorang dan dapat
memengaruhi perilaku dalam berbagai situasi.
Sanksi
Merupakan perlakuan yang diberikan kepada setiap anggota kelompok yang
berupa imbalan (reward) bagi yang menaati dan hukuman (punishment) bagi yang
melanggar aturan aturan kelompoknya. Winardi (2008), menyatakan bahwa
sanksi dapat di pergunakan sebagai cara untuk melakukan manajemen perubahan
terhadap kelompok dengan tujuan agar tiap anggota menyesuaikan diri dengan
perubahan atau tuntutan perubahan dari lingkungan (faktor eksternal). Perubahan
tersebut dapat terjadi baik evolusioner maupun revolusioner, namun perlu diingat
bahwa tidak semua perubahan yang terjadi akan menimbulkan kondisi yang lebih

baik, hingga dalam hal demikian perlu di upayakan agar bila dimungkinkan
perubahan diarahkan ke hal yang lebih baik dari kondisi sebelumnya.
Norma
Norma adalah aturan aturan informal yang diadopsi oleh kelompok
untukmengatur dan membuat perilaku anggota anggota kelompok menjadi
tertata,
meskipun norma jarang sekali ditulis atau didiskusikan secara terbuka, namun
memiliki pengaruh yang kuat dan konsisten terhadap perilaku. Hal tersebut karena
kebanyakan orang memiliki kemampuan yang baik untuk membaca isyarat
isyarat sosial yang memberitahu mereka tentang norma yang berlaku (Hughes,
2012).

Winardi

(2005)

menambahkan

bahwa

kelompok

pada

umumnya

mengembangkan norma norma mereka sendiri guna membantu pengembangan


perilaku yang dianggap baik (oleh mereka) akibatnya kebanyakan anggota
kelompok mengikuti norma norma tersebut, terutama pada kelompok yang
bersifat kohesif maka, setiap perubahan yang menyebabkan rusaknya norma
norma kelompok yang cenderung ditentang sehingga salah satu tugas pokok yang
dihadapi para penyuluh atau pemimpin, umumnya adalah meneliti dan memahami
alasan alasan yang melatarbelakangi tantangan para karyawan mereka terhadap
perubahan yang sedang dilaksanakan. Tantangannya adalah berupa mencari cara dan
jalan untuk mengurangi atau mengantisipasi sikap menentang tersebut.

Perasaan
Merupakan tanggapan emosional yang diberikan / ditujukan oleh setiap
anggota terhadap kelompoknya. Perasaan tersebut dapat berwujud kesenangan,
kesetiaan, kekecewaan dan lain lain. Adanya perasaan perasaan tertentu
dikalangan anggota kelompok, sebenarnya dapat dijadikan ukuran untuk melihat
apakah kelompok tersebut telah berhasil mencapai tujuan yang diinginkan semua
anggotanya ataukah tidak. Tika (2010) menambahkan bahwa perasaan dapat
dijadikan tolak ukur apakah para anggota berhasil atau gagal mengatasi dua
masalah pokok kelompok yang sering muncul, yakni masalah adaptasi eksternal dan
masalah adaptasi integrasi internal sehingga peran pimpinan ataupun penyuluh
untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan asumsi dasar dan keyakinan
yang dianut anggota kelompok.
Kemudahan
Kemudahan merupakan segala sesuatu yang memiliki nilai yang diperlukan
kelompok untuk dapat melaksanakan kegiatan demi tercapainya tujuan kelompok,
seingga yang perlu diperhatikan bukanlah sekadar penyediaan kemudahan saja
tetapi bagaimana kemudahan dapat tersedia tepat waktu, mudah diperoleh /
didapat dan memenuhi persyaratan tertentu untuk dapat digunakan dengan
memperoleh

hasil

yang

baik

maka

disini

anggota

harus

memanfaatnya

semaksimal mungkin demi tercapainya tujuan kelompok. Winardi (2008)


menambahkan bahwa kemudahan dapat digunakan untuk mencapai tujuan apabila
pemimpin kelompok mengapresiasi sepenuhnya dinamika, peluang serta ancamanancaman dalam lingkungan kompetitif mereka dan memberikan cukup perhatian
terhadap isu kemasyarakatan yang lebih luas sehingga kelompok yang bersangkutan
perlu

mengupayakan

agar

sumber-sumber

daya

kemudahannya (inputnya

dimanage secara strategik dengan memperhitungkan kekuatan dan kelemahannya)


dan bahwa kelompok tersebut memanfaatkan peluang-peluang yang ada.
Tegangan dan Tekanan
Yaitu adanya berbagai tegangan (tekanan) dapat memperkuat persatuan dan
kesatuan antar sesama anggota kelompok yang bersangkutan demi tercapainya
tujuan kelompok. Leilani dan Hasan (2006) menyatakan bahwa elemen yang
memengaruhi ketegangan kelompok yaitu ketegangan internal dan eksternal.
Ketegangan internal merupakan ketegangan yang berasal dari dalam kelompok
yang berkaitan dengan tercapainya tujuan sedangkan ketegangan eksternal
merupakan ketegangan diluar kelompok yang berkaitan dengan kesatuan dan
kelangsungan hidup kelompok. Tika (2010), menyatakan ketegangan terjadi
karena adanya konflik dimana konflik tersebut disebabkan oleh tujuh hal yaitu (1)
perbedaan pendapatl (2) salam paham; (3) salah satu atau kedua belah pihak
merasa dirugikan; (4) perasaan yang terlalu sensitif; (5) konflik yang disebabkan

struktur; (6) perilaku yang tidak menyenangkan; (7) konflik yang disebabkan
faktor luar kelompok.

DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, A dan Syamsu, J . A. 2008. Penguatan Kelompok Tani Ternak dalam
Pengembangan Agribisnis Peternakan. Buletin Petemakan. Edisi XXVIII .
Dinas Peternakan Prov . Sul Sel
Armstrong, M. 2007. Performance Management [terjemahan: Tony Setiawan].
Yogyakarta: Tugu.
Bacal. 2007. How to Manage Performance. New York: McGraw-Hill Companies,
Inc.
Gagne, Marylene. 2010. Self Determination Theory and Work Motivation.
Journal of Organization Behavior. Departement of Management John
Molson School of Business Concordia University 26, 331-362.
Irawati, Nisrul. 2008. Kepemimpinan Efektif, Kepemimpinan yang Mampu
Mengambil Keputusan yang Tepat. Jurnal USU Online. Vol. 1: 3-5.
Jabal, Tarif. 2008. Komunikasi dan Penyuluha Pertanian. Malang: Banyu Media.
Justine T. Sirait. 2006. Memahami Aspek-Aspek Pengelolaan Sumber Daya
Manusia Dalam Organisasi. Jakarta: Grasindo.
Mangkunegara dan Prabu, A. 2011. Evaluasi Kinerja Sumber Daya Manusia.
Bandung: PT. Refika Aditama.
Mardikanto. 2009. Sistem Penyuluhan Pertanian. Surakarta: Lembaga
Pengembangan Pendidikan (LPP) UNS dan UPT Penerbitan dan
Pencetakan UNS (UNS Press).
Muslim, C . 2006 . Peranan Kelompok Peternak Sapi Potong dengan Pendekatan
Sistem Integrasi Padi Ternak (SIPT) di Nusa Tenggara Barat, Jawa Timur, dan
Jawa Barat . Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Badan
Litbang Departemen Pertanian, Bogor.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2009. Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta:


Rineka Cipta.
Tika, Moh. Pabundu. 2010. Budaya Organisasi dan Peningkatan Kinerja
Perusahaan. Cetakan ke-3 Jakarta : PT Bumi Aksara.
Sarwono, Sarlito Wirawan. 2006. Psikologi Sosial Kelompok dan Terapan. Jakarta:
Balai Pustaka.
Slamet, M. 2007. Paradigma Penyuluhan Pertanian dalam Era Otonomi Daerah.
Makalah Pelatihan Penyuluhan Pertanian di Universitas Andalas.
Soedarsono, T, 2006. Dinamika Kelompok. Jakarta : Universitas Terbuka.
Sopiah. 2008. Perilaku Organisasi. Edisi Pertama. Yogyakarta: ANDI.
Sulasmi, Siti. 2006. PERAN VARIABEL PERILAKU BELAJAR INOVATIF,
INTENSITAS KERJASAMA KELOMPOK, KEBERSAMAAN VISI DAN
RASA SALING PERCAYA DALAM MEMBENTUK KUALITAS SINERGI.
Studi Tentang Peran Variabel Perilaku Belajar. Hal: 225.
Suparta, N. 2007 . Penyuluhan Sistem Agribisnis Suatu Pendekatan Holistik . Ps .
Sosek Dan Agribisnis, Fakultas Peternakan Universitas Udayana, Denpasar.
Winardi. 2006. Manajemen Perubahan (Management of Change). Jakarta: Prenada
Media.

Anda mungkin juga menyukai