BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Kebakaran lahan dan hutan adalah masalah menahun yang
menjadi momok bagi Provinsi Riau, ini berhubungan dengan iklim di
Indonesia pada umumnya dan dampaknya pada dareah di provinsi Riau
pada khususnya. Iklim di Indonesia memiliki 2 musim, yaitu musim panas
dan musim hujan, namun pada penghujung musim hujan, provinsi Riau
akan merasakan dampak El nino, yaitu fenomena peningkatan suhu muka
laut yang dapat memberikan dampak kekeringan. Sehingga dalam
setahun, wilayah-wilayah pada provinsi Riau bisa merasakan musim
kemarau lebih dari 6 bulan.
Pada saat kekeringan tersebutlah dapat terjadi kebakaran hutan
dan lahan, yang apabila tidak diantisipasi dampaknya, maka akan
menyebabkan gangguan kesehatan yang berat yaitu kabut asap.
Pada bulan September tahun 2015, yaitu puncak musim kemarau di
Provinsi Riau dinyatakan Riau sebagai provinsi Darurat Kabut Asap. 1 Hal
ini menandakan masalah Kebakaran lahan dan hutan yang tiada hentinya.
Polri sebagai bagian dari unsur pemerintahan Indonesia, yang
merupakan lembaga yang bertugas untuk memberikan perlindungan,
pelayanan dan pengayoman kepada masyarakat, memelihara kamtibmas,
serta melakukan penegakan hukum, turut bertanggung jawab agar
masalah yang ada di Indonesia ini, khususnya provinsi Riau, dapat
permusyawaratan/perwakilan,
mengharuskan
pemerintahan
B.
Permasalahan
Bagaimana mengamalkan nilai-nilai Pancasila melalui kegiatan
gotong-royong yang dilaksanakan oleh Polres X bersama-sama dengan
masyarakat guna mengantisipasi kebakaran lahan dan hutan dalam
rangka terwujudnya Kamtibmas?
C.
Pokok Persoalan
Berdasarkan uraian permasalahan tersebut maka pokok persoalan
yang mendasari penulisan naskah ini adalah :
1.
Bagaimana kemampuan anggota Polres X dalam mengamalkan
nilai-nilai
2.
masyarakat?
Bagaimana mengoptimalkan pengamalan nilai-nilai Pancasila di
Polres X melalui kegiatan gotong-royong agar dapat mengantisipasi
kebakaran lahan dan hutan?
D.
kegiatan
gotong-royong
Polres
bersama-sama
dengan
oleh Polres X.
Tujuan
Penulisan naskah ini bertujuan yang pertama adalah untuk
mengaplikasikan mata perkuliahan pengamalan Nilai-nilai Pancasila
dalam kegiatan yang dilaksanakan oleh Polres X, sedangkan tujuan
yang kedua adalah untuk memberikan gambaran serta masukan
kepada pimpinan mengenai pengamalan nilai-nilai Pancasila
melalui kegiatan gotong-royong oleh Polres X.
F.
1.
Metode
Metode yang digunakan dalam tulisan ini adalah metode
deskriptif analaitis. Metode ini merupakan metode yang mencoba
mendeskripsi fakta-fakta yang terjadi sekaligus memberikan analisis
2.
G.
Tata Urut
Agar penulisan tersusun secara sistematis maka urutan penulisan
pada naskah ini adalah sebagai berikut :
1. Bab I Pendahuluan
2. Bab II Landasan Teori
3. Bab III Kondisi Saat Ini Terkait Kemampuan Anggota Dan Metode Yang
Dilaksanakan Dalam Mengamalkan Nilai-nilai Pancasila Melalui
Kegiatan Bergotong-royong
4. Bab IV Faktor-faktor Yang Mempengaruhi
5. Bab V Kondisi Yang Diharapkan Terkait Kemampuan Anggota Serta
Metode Dalam Mengamalkan Nilai-nilai Pancasila Melalui Kegiatan
Bergotong-royong Guna Mengantisipasi Kebakaran Lahan Dan
Hutan.
6. Bab VI Optimalisasi Impelementasi Kegiatan Bergotong-royong Guna
Mengantisipasi Kebakaran Lahan Dan Hutan Dalam Rangka
Terwujudnya Kamtibmas.
7. Bab VII Penutup
H.
Pengertian - Pengertian
1.
Pengamalan
Pengamalan diartikan sebagai suatu proses, cara, perbuatan
2.
yang
melindungi
adanya tindakan-tindakan
hak-hak
asasi
manusia
demi
kepentingan bersama.4
Gotong-royong
Gotong-royong merupakan akitivitas untuk bekerja-sama, saling
tolong-menolong,
serta
bantu-membantu.
Gotong-royong
Optimalisasi
Optimalisasi berdasarkan pemahaman dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia diartikan sebagai meningkatkan atau menjadikan lebih
baik Jadi dalam naskah ini optimalisasi berarti upaya meningkatkan
5.
6.
dilakukan seseorang.5
Masyarakat
Masyarakat adalah sekelompok orang/warga yang hidup dalam
sutu wilayah dalam arti yang lebih luas misalnya kecamatan, kota,
provinsi, atau bahkan yang lebih luas, sepanjang mereka memiliki
persamaan
kepentingan,
misalnya
masyarakat
pedesaan,
dan sebagainya.
Kamtibmas
Keamanan dan ketertiban masyarakat merupakan kondisi dinamis
masyarakat sebagai salah satu prasyarat terselenggaranya proses
pembangunan nasional dalam rangka tercapainya tujuan nasional
yang ditandai oleh terjaminnya keamanan, ketertiban, tegaknya
hukum,
serta
terbinanya
ketentraman,
yang
mengandung
BAB II
LANDASAN TEORI
A.
Teori Kerjasama
Menurut Thomson dan Perry dalam Keban (2007:28), Kerjasama
memiliki derajat yang berbeda, mulai dari kordinasi dan kooperasi
(cooperation) sampai pada derajat yang lebih tinggi yaitu collaboration.
Para ahli pada dasarnya menyetujui bahwa perbedaan terletak pada
kedalaman interaksi, integrasi, komitmen, dan kompleksitas dimana
cooperation terletak pada tingkatan yang paling rendah. Sedangkan
collaboration pada tingkatan yang tinggi.
Pendekatan ini diutarakan oleh Thomson dan Perry dengan maksud
bahwa dalam melakukan suatu kerjasama ternyata mempunyai tingkatan
yang berbeda-beda dalam hal bagaimana cara interaksinya, bagaimana
cara integrasinya, serta bagaimana komitmen dari dua belah pihak atau
lebih yang melakukan kerjasama, maka dalam hal ini diperlukan suatu
Teori Motivasi
Motivasi
adalah
serangkaian
sikap
dan
nilai-nailai
yang
Analisis SWOT
Sebagai
dasar
dalam
merumuskan
faktor-faktor
yang
yang
digunakan
untuk
mengidentifikasi
berbagai
faktor
pada
teori
tersebut
faktor-faktor
yang
dari faktor kekuatan dan kelemahan serta faktor eksternal yang terdiri dari
faktor peluang dan kendala.
BAB III
KONDISI SAAT INI POLRES X DALAM MENGAMALKAN NILAI-NILAI
PANCASILA MELALUI KEGIATAN BERGOTONG-ROYONG
A.
2. Keterampilan (Skill)
a. Pada saat berdinas, anggota Polres X belum pernah
mendapatkan
pelatihan
pengamalan Pancasila.
tentang
pemahaman
dan
b. Pengetahuan
tentang
Pancasila
tidak
pernah
secara
3. Sikap (Attitude)
a. Anggota Polres X belum sepenuhnya mampu mengamalkan
nilai-nilai
Pancasila
dalam
kehidupan
sehari-hari
di
Pancasila
melalui
kegiatan
Bergotong-royong
Guna
setiap
sebulan
sekali,
program
Bhakti
masyarakat
bergotong-royong
di
lingkungan
kerja
BAB IV
FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI OPTIMALISASI
PENGAMALAN NILAI-NILAI PANCASILA MELALUI GOTONG-ROYONG
POLRES X BERSAMA MASYARAKAT
A.
Internal
a.
Kekuatan
1)
Grand Staregy Polri yang telah memasuki tahap ke-3, yaitu
Strive For Exellence, merupakan landasan bagi Polri untuk
2)
3)
4)
dan
mengayomi
masyarakat,
memelihara
5)
6)
b.
Kelemahan
upaya
1.
2.
3.
tengah-tengah
masyarakat
yang
menyebabkan
B.
Eksternal
a.
Peluang
1)
2)
3)
4)
b.
Kendala
1)
2)
Adanya
ketergantungan
masyarakat
terhadap
peran
Adanya
rasa
ketidakpedulian
masyarakat
terhadap
BAB V
KONDISI YANG DIHARAPKAN PADA POLRES X DALAM MENGAMALKAN
NILAI-NILAI PANCASILA MELALUI KEGIATAN BERGOTONG-ROYONG
A.
nilai-nilai
Pancasila
meningkat
begitu
juga
dengan
B.
Polres
X,
kemudian
berusaha
di
amalkan
dalam
1.
Dan Hutan
Kontribusi Kemampuan
1)
Anggota Polres X dapat memahami dan mengamalkan nilai2)
b.
gotong-royong
mengantisipasi
kebakaran
1)
2)
pola
pengawasan
4)
dengan
FMGR
mengantisipasi
api,
di wilayah Polres X.
Kontribusi dari berubahnya FMGR melawan api menjadi
FMGR mengantisipasi api yaitu dari perubahan metode kerja
FMGR dari kerja pasif menunggu api menjadi kerja aktif
mengantisipasi agar tidak ada api.
BAB VI
Optimalisasi pengamalan nilai-nilai Pancasila melalui kegiatan gotongroyong, oleh Polres X bersama dengan masyarakat, guna mengantisipasi
kebakaran lahan dan hutan, dalam rangka terpeliharanya Kamtibmas. Konsepsi
pemecahan masalah yang dikemukakan merupakan bentuk dari translation
process dengan menjabarkan elemen dasar dalam perumusan strategi (meliputi
pernyataan Visi, Misi, Tujuan, Sasaran, Strategi, Kebijakan dan Action Plan).9
Adapun untuk penjabaran lebih jelasnya yaitu sebagai berikut :
1.
Visi.
Visi yang dapat dirumuskan dalam penulisan ini adalah :
Terpeliharanya Kamtibmas dengan cara optimalisasi pengamalan nilainilai Pancasila melalui kegiatan gotong-royong Polres X bersama-sama
masyarakat guna mengantisipasi kebakaran lahan dan hutan.
2.
Misi.
Berdasarkan rumusan visi tersebut di atas, selanjutnya akan
diuraikan
tentang
penjabaran
misi
Polres
dalam
optimalisasi
b.
Terpeliharanya Kamtibmas di wilayah Polres X melalui kegiatan gotongroyong oleh Polres X bersama-sama dengan masyarakat dalam
mengantisipasi terjadinya kebakaran lahan dan hutan.
3.
Tujuan.
a.
b.
c.
d.
4.
Sasaran.
a.
b.
Membuat
metode
yang
tepat
dan
sistematis
dalam
optimalisasi
5.
Kebijakan.
a.
b.
Meningkatkan
kemampuan
anggota
melalui
pelatihan-pelatihan
d.
Menyusun metode yang tepat dan sistematis berupa kegiatan gotongroyong bersama Polres X dengan masyarakat guna mengantisipasi
kebakaran lahan dan hutan.
e.
6.
Strategi.
Sebelum merumuskan strategi yang akan diterapkan dalam
optimalisasi pengamalan nilai keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia guna meningkatkan perilaku anggota yang bermoral, maka
penulis menggunakan analisa Matrik TOWS (Threats-OpportunitiesWeakness-Strenght), yang dijelaskan pada tabel sebagai berikut:
Tabel 6.1
Matrik TOWS
KEKUATAN (S)
FAKTOR
INTERNAL
FAKTOR
EKSTERNAL
PELUANG (O)
1.
2.
3.
4.
KELEMAHAN (W)
Masih lemahnya kemampuan anggota Polres X
dalam mengamalkan nilai-nilai pancasila
melalui kegiatan gotong-royong.
Terbatasnya pengawasan dan pengendalian
dari pimpinan Polres X terhadap sikap
dan
perilaku
anggota
dalam
mengamalkan nilai-nilai Pancasila di
masyarakat.
Masih adanya pelanggaran yang dilakukan
anggota Polres X di tengah-tengah
masyarakat
yang
menyebabkan
masyarakat tidak simpati kepada Polres
X.
Kurangnya dilakukan analisa dan evaluasi oleh
Pimpinan terhadap perilaku anggota
Polres X dalam mengamalkan nilai-nilai
Pancasila.
STRATEGI (SO)
STRATEGI (WO)
1.
2.
Melakukan
pengawasan
pengamalan
nilai-nilai Pancasila diluar jam kantor
dengan melakukan kegiatan bersama
pemerintah daerah, instansi lain, ataupun
dengan masyarakat. (W2+O1+O4)
3. Kapolres
memadukan
program
Bhakti
Bhabinkamtibmas dengan FMGR melawan api
dengan
merubah
metode
menjadi
mengantisipasi api. (S4+O2+O3)
KENDALA (T)
1.
2.
STRATEGI (ST)
Masih adanya rasa tidak simpati 1. Melakukan pembinaan rohani dan mental secara
masyarakat kepada Polres X akibat dari
disiplin, serta menerapkan sistem reward dan
pelanggaran yang dilakukan anggota
punishment yang efektif. (S5+T1+T4)
Polres X di tengah-tengah masyarakat.
2. Melaksanakan sosialisasi kepada masyarakat
Adanya ketergantungan masyarakat
tentang ancaman kebakaran lahan dan hutan,
terhadap peran pemerintah, sehingga
serta menimbulkan tanggungjawab bahwa
masyarakat merasa kebakaran lahan
kebakaran lahan dan hutan adalah masalah
dan hutan adalah tanggung jawab dari
bersama. (S6+T2+T3)
pemerintah saja.
3.
Adanya
rasa
ketidakpedulian
masyarakat terhadap kebakaran lahan
dan hutan yang terjadi, diakibatkan
sebagian masyarakat merasa bahwa
kebakaran lahan dan hutan terjadi
adalah tanggung jawab para pemilik
lahan dan kebun. Sehingga masyarakat
enggan untuk mengantisipasi kebakaran
yang akan terjadi.
4.
STRATEGI (WT)
1.
Action Plan
a. Action Plan Jangka Pendek
1) Melakukan kegiatan pelatihan nilai-nilai Pancasila melalui
gotong-royong bekerjasama dengan pemerintah daerah, yaitu
dengan :
a) Melaksanakan jadwal pelatihan.
b) Mengundang tokoh masyarakat untuk ikut berlatih
menanamkan nilai-nilai Pancasila.
c) Melaksanakan
kegiatan-kegiatan
mengimplementasikan nilai-nilai
yang
Pancasila melalui
b)
c)
Memberitakan
kegiatan-kegiatan
yang
dilaksanakan
dalam
rangka
b)
a)
b)
belakang.
Menerapkan sistem dan metode pengawasan secara melekat oleh setiap
atasan langsung secara berjenjang.
2) Kapolres bekerjasama dengan pemerintah daerah, instansi
lainnya untuk membuat metode mengantisipasi kebakaran lahan
dan hutan. Hal ini dilakukan dengan :
a)
Mengadakan rapat untuk
mencari
pemecahan
hutan.
Membuat program pencegahan kebakaran lahan dan
hutan, seperti pembuatan embung dan tanggul
bersama-sama masyarakat
c)
di lahan-lahan yang
rawan terbakar.
Membuat program sosialisasi pencegahan kebakaran
lahan
dan
hutan
dengan
melibatkan
Forum
anak,
Polisi
peduli
pendidikan,
Polisi
peduli
sikap
pengawasan
dan
dan
perilaku
pengendalian
anggota
dalam
BAB VII
PENUTUP
A.
Kesimpulan
a.
b.
Rekomendasi
a.
Merekomendasikan untuk membentuk Forum Masyarakat Gotongroyong di setiap Polres yang rawan terjadi kebakaran lahan dan
hutan, yang bertujuan untuk bekerja bersama-sama Polri dalam
b.