Topik 1 :
PARADIGMA POLISI SIPIL DAN REVOLUSI MENTAL
Judul:
OPTIMALISASI PERAN BHABINKAMTIBMAS MELALUI KEGIATAN PROBLEM
SOLVING YANG PRO AKTIF GUNA MENGANTISIPASI GANGGUAN
KAMTIBMAS
DALAM RANGKA TERPELIHARANYA KAMTIBMAS
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada bulan Agustus 2015, di Polsek K, terjadi perusakan kantor Sekuriti
PT GAS serta perusakan palang pintu masuk PT GAS oleh sekelompok orang
dari SPTI (Serikat Pekerja Transport Indonesia), yang menarik ternyata
permasalahan
yang
terjadi
akibat
perpecahan
dari
kelompok
SPTI,
permasalahan yang terjadi telah cukup lama hingga kelompok SPTI terpecah
menjadi 2 (dua) kubu, yang kemudian berimbas pada siapa yang berhak untuk
bekerja di perusahaan PT GAS, karena hanya satu kelompok yang diterima
oleh PT GAS, maka kelompok lainnya tidak bisa menerima keputusan PT GAS
dan melakukan perusakan.
Pada bulan dan tahun yang sama, Polsek Z didatangi oleh 200 lebih
masyarakat yang terdiri dari berbagai suku bangsa, guna menanyakan
perkembangan kasus pembunuhan korban A dari suku batak, yang diduga
pelakunya berasal dari suku Nias, hal ini diakibatkan pada bulan Mei
sebelumnya di tahun 2015 juga terjadi pembunuhan mutilasi di wilayah Polsek
Z yang pelakunya berasal dari suku Nias. Tidak puas dengan jawaban dari
Polisi, massa bertambah menjadi 1000 orang lebih yang juga terdiri dari
berbagai suku, apabila Polisi tidak memberikan jawaban yang jelas maka
massa berencana melakukan sweeping terhadap suku Nias diwilayah Polsek
Z.
diatas
adalah
contoh
dari
kurangnya
peran
Bhabinkamtibmas di suatu daerah, dari peristiwa itu juga nampak bahwa perlu
ada perencanaan dan tindakan untuk mewujudkan Bhabinkamtibmas yang
professional. Oleh karena itu Kapolres X perlu mengambil langkah-langkah
nyata untuk meningkatkan peran Bhabinkamtibmas diantaranya adalah
optimalisasi problem solving pada Bhabinkamtibmas agar kamtibmas dapat
terwujud di wilayah hukum Polres X.
Pada penulisan ini, penulis mencoba untuk mengoptimalisasikan peran
Bhabinkamtibmas Polres X, secara umum, khususnya pada tugas problem
Solving, karena Bhabinkamtibmas merupakan tulang punggung suatu Polres
dalam menangani permasalahan-permasalahan langsung di masyarakat,
melalui giat problem solving Bhabinkamtibmas dapat menyelesaikan masalah
dengan tehnik mediasi atau negosiasi antara kedua belah
pihak. Semakin
lama, semakin banyak masalah dalam masyarakat, apabila masalah itu tidak
diselesaikan, maka masalah tersebut akan menjadi bom waktu, yang pada
suatu saat mencapai puncak masalah dan meledak menjadi gangguan
kamtibmas. Oleh sebab itu perlu dilakukan optmalisasi pada giat problem
solving Bhabinkamtibmas, yang dapat mendeteksi adanya masalah pada
masyarakat, serta pro aktif mengajak masyarakat untuk menyelesaikan
masalahnya.
B.
Permasalahan
Berdasarkan dari latar belakang tersebut di atas, penulis menentukan
permasalahan dalam naskah ini adalah bagaimana mengoptimalkan peran
Bhabinkamtibmas melalui kegiatan problem solving yang pro aktif guna
mengantisipasi
terpelihara?
gangguan
Kamtibmas
sehingga
kamtibmas
dapat
C.
Pokok-Pokok Persoalan
Guna menggali permasalahan yang telah ditentukan, penulis menentukan
pokok-pokok persoalan terkait dengan permasalahan tersebut diatas adalah:
a.
Bagaimana
dukungan
mengoptimalkan
peran
Sumber
Daya
Bhabinkamtibmas
Manusia
yang
pro
(SDM)
untuk
aktif
dalam
D.
peran
Bhabinkamtibmas
dalam
mengantisipasi
gangguan
kamtibmas.
E.
F.
G.
Tata Urut
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
LANDASAN TEORI
BAB III
KONDISI FAKTUAL
KONDISI IDEAL
Pengertian-Pengertian
1.
Optimalisasi.
Optimalisasi memiliki kata dasar optimal yang artinya terbaik; tertinggi;
paling menguntungkan.1 Optimalisasi yang dimaksud di sini berarti suatu
proses untuk menjadikan Bhabinkamtibmas lebih berperan pro aktif
dalam mengantisipasi gangguan kamtibmas.
Bhabinkamtibmas
adalah
penyelenggara
tugas
Kepolisian
di
sehingga
mampu
permasalah,
mendeteksi
mampu
gejala
mendapatkan
yang
dapat
solusi
untuk
1 Surayin. Kamus Umum Bahasa Indonesia, Cetakan VII, Bandung : Yrama Widy.
2011. Hal. 347.
2 Surayin. Kamus Umum Bahasa Indonesia, Cetakan VII, Bandung : Yrama Widy.
2011. Hal 383.
4. Problem Solving.
Problem Solving diartikan sebagai pemecahan masalah. Dalam Perkap
no. 3 tahun 2015 tentang pemolisian masyarakat, disebutkan bahwa
Pasal 16 (d): Pengemban Polmas bertugas melaksanakan konsultasi dan
diskusi dengan masyarakat tentang pemecahan masalah kamtibmas.
Juga pada pasal 17 ( c ) : Pengemban Polmas berwenang membantu
menyelesaikan perselisihan warga.
5.
Mengantisipasi.
Mengantisipasi asal kata dari antisipasi, adalah membuat perhitungan
(ramalan, dugaan) tentang hal-hal yang belum (akan) terjadi 4. Sehingga
mengantisipasi dapat diartikan sebagai suatu upaya yang dilakukan oleh
Bahbinkamtibmas
melalui
kegiatan
preemtif
dan
preventif
untuk
BAB II
LANDASAN TEORI
A.
Teori Kompetensi
Menurut Edy Sunarno yang mengatakan bahwa untuk membangun
kinerja Polri yang berbasis kompetensi maka perlu dilaksanakan dengan
pendekatan aspek pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill) dan sikap
(attitude)5. Kompetensi adalah karakteristik dasar yang ditampilkan dalam
pengetahuan, keterampilan, sikap, manajerial dan kepemimpinan yang
memungkinkan individu menunjukkan kinerja terbaiknya. Knowledge diartikan
sebagai pengetahuan yang diperoleh melalui pendidikan formal maupun
pengetahuan eksperiental berdasarkan pengalaman, dimana pengetahuan
akan menjadi kekuatan bilamana diubah menjadi tindakan yang membuahkan
hasil. Skill adalah keterampilan atau cara untuk melakukan sesuatu yang
didasarkan pada pengalaman dan pembelajaran secara praktek lapangan
melalui pelatihan. Attitude merupakan acuan pertimbangan dalam merekrut
anggota/karyawan, karena attitude memiliki kecenderungan sikap sesesorang
yang mempengaruhi cocok atau tidaknya dalam suatu peran pekerjaan
tertentu. Pembinaan attitude akan lebih efektif jika dilaksanakan melalui
proses penanaman nilai-nilai.
Teori kompetensi dalam penulisan Naskap ini digunakan sebagai pisau
analisa dalam membedah permasalahan sumber daya manusia dalam
mengoptimalkan peran Bhabinkamtibmas.
B.
Teori Peran
Menurut Horton dan Hunt (1987), peran (role) adalah perilaku yang
diharapkan dari seseorang yang memiliki suatu status. 6 Peran (role)
merupakan aspek yang dinamis dari kedudukan (status). Artinya, seseorang
telah menjalankan hak-hak dan kewajiban-kewajibannya sesuai dengan
kedudukannya, maka orang tersebut telah melaksanakan suatu peran.
Keduanya tidak dapat dipisahkan karena satu dengan yang lain saling
tergantung, artinya tidak ada peran tanpa status dan tidak ada status tanpa
peran. Peran yang melekat pada diri seseorang, harus dibedakan dengan
posisi atau tempatnya dalam pergaulan kemasyarakatan. Posisi atau tempat
seseorang dalam masyarakat (social-position) merupakan unsur statis yang
menunjukkan tempat individu dalam organisasi masyarakat. Sedangkan
peran lebih banyak menunjuk pada fungsi, artinya seseorang menduduki
suatu posisi tertentu dalam masyarakat dan menjalankan suatu peran.
Teori ini digunakan sebagai pisau analisis untuk menggambarkan
perilaku seperti apa seharusnya ditampilkan seseorang Bhabinkamtibmas
dalam melaksanakan peran sebagai pengemban tugas problem solving.
C.
Teori Kerjasama
Menurut Thomson dan Perry dalam Keban (2007:28), Kerjasama
memiliki derajat yang berbeda, mulai dari kordinasi dan kooperasi
(cooperation) sampai pada derajat yang lebih tinggi yaitu collaboration. Para
ahli pada dasarnya menyetujui bahwa perbedaan terletak pada kedalaman
interaksi, integrasi, komitmen, dan kompleksitas dimana cooperation terletak
pada tingkatan yang paling rendah. Sedangkan collaboration pada tingkatan
yang tinggi.
Pendekatan ini diutarakan oleh Thomson dan Perry dengan maksud
bahwa dalam melakukan suatu kerjasama ternyata mempunyai tingkatan
yang berbeda-beda dalam hal bagaimana cara interaksinya, bagaimana cara
integrasinya, serta bagaimana komitmen dari dua belah pihak atau lebih yang
melakukan kerjasama, maka dalam hal ini diperlukan suatu kordinasi dan
6 J. Dwi Narwoko dan Bagong Suyanto. Sosiologi (Teks Pengantar dan Terapan),
Edisi Keempat, Cetakan ke-6, Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2013. Hal
158-159.
melalui
giat problem
solving
untuk mengantisipasi
gangguan kamtibmas.
E. Teknik Analisis Swot
Analisis SWOT adalah suatu metoda analisis yang digunakan untuk
menentukan dan mengevaluasi, mengklarifikasi dan memvalidasi perencanaan
7 Scribd.com/doc/60055605/teori-kerja-sama, diakses pada tanggal 1 Mei 2016,
pkl 18:05 Wib.
8 J.David Hunger & Thomas L.Wheelen, 2003, Manajemen Strategis,ed bahasa
Indonesia, Hal. 133
9 Tedjo Tripomo, ST.,MT., 2005, Manajemen Strategis, Bandung: Penerbit
Rekayasa Sains. Hal. 27
yang telah disusun, sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai (Rangkuti, 1997:1819). Analisis SWOT bertujuan untuk mengidentifikasi berbagai faktor secara
sistematis untuk merumuskan suatu strategi. Secara umum, penyusunan
perencanaan
strategik
tersebut
melalui
(tiga)
tahapan,
yaitu:
(a)
pengumpulan data; (b) tahap analisis; dan (c) tahap pengambilan keputusan.
Kata SWOT merupakan kependekan dari variabel-variabel penilaian,
yaitu: S merupakan kependekan dari Strengths, yang berarti potensi dan
kekuatan
yang
dimiliki
organisasi;
merupakan
kependekan
dari
10
BAB III
KONDISI FAKTUAL
A.
pers
Polres
X,
131
diantaranya
adalah
petugas
tugas
Bhabinkamtibmas,
karena
ada
61
pers
11
ada
pelanggaran
yang
dilakukan
oleh
petugas
Bhabinkamtibmas.
B.
pada
saat
tugas
kunjungan,
kemudian
apabila
ada
terbuka
melaporkan
permasalahannya
kepada
terbatas
antara
Bhabinkamtibmas
dengan
masyarakat,
Jumlah
Bhabin
Jumlah
Desa
Polres X
131
131
Sumber: Sat Binmas Polres X
Sambang/
kunjungan
7161
Problem
Jumlah
FGD
Solving
20
Himbauan
5076
12
12
kamtibmas
yang
akan
terjadi,
terutama
gangguan
banyak
kejadian-kejadian
yang
terjadi
seperti
yang
berramai-ramai
mendatangi
pos
Bhabinkamtibmas
untuk
Bhabinkamtibmas
mendapatkan
informasi-informasi
BAB IV
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
13
Faktor Internal
1. Kekuatan
a.
Kebijakan Grand Strategy Polri tahap ke-3, yaitu strive for
excellence. Saat ini Polri telah memasuki tahap ke-3 yaitu
b.
c.
d.
professional.
Adanya 131 petugas Bhabinkamtibmas yang saat ini memiliki sikap
c.
d.
Pemolisian Masyarakat.
Bhabinkamtibmas belum mendapatkan pelatihan Revolusi Mental.
Masih kurangnya pengawasan dan pengendalian dalam
pelaksanaan tugas Bhabinkamtibmas.
B.
Faktor Eksternal
1.
Peluang
a. Adanya program Nawacita dari Presiden yang dijalankan oleh
seluruh instansi dan lapisan masyarakat.
b. Hubungan kordinasi yang baik antara Polres X dengan Pemkab X.
14
BAB V
KONDISI IDEAL
A. Kondisi SDM yang diharapkan.
1. Kuantitas
Sebanyak 131 pers Bhabinkamtibmas semuanya tidak ada yang tugas
2.
rangkap.
Kualitas
a. Ketrampilan
15
1) Sebanyak
131
petugas
Bhabinkamtibmas
di
Polres
X,
Jumlah
Bhabin
Jumlah
Desa
Sambang/
kunjungan
131
131
62.880
Problem
Jumlah
FGD
Solving
1.572
Himbauan
5.076
120
Bhabinkamtibmas
pro
aktif
mengidentifikasi
permasalahan
dan
16
terjadinya
gangguan
kamtibmas,
dengan
metode
BAB VI
PEMECAHAN MASALAH
A.
pelaksanaan
tugas
17
instansi
terkait,
Babinsa,
Lembaga
Masyarakat,
serta
komponen masyarakat.
2. Sasaran
a.
Meningkatnya pemahaman petugas Bhabinkamtibmas terhadap
tugas-tugas Pemolisian Masyarakat seperti yang dicantumkan
b.
c.
d.
petuga Bhabinkamtibmas.
Tersusunnya program dan kegiatan problem solving yang pro aktif.
Tersedia dan terlaksananya pengawasan dan pengendalian secara
intensif dan komprehensif terhadap
e.
Bhabinkamtibmas.
Terjalin dan terbinanya
kerjasama
pelaksanaan tugas-tugas
Bhabinkamtibmas
dengan
dukungan
anggaran
yang
memadai
dalam
18
INTERNAL
EKSTERNAL
1. Kebijakan Grand
Strategy Polri tahap ke3, yaitu strive for
excellence. Saat ini Polri
telah memasuki tahap
ke-3 yaitu kemampuan
pelayanan publik yang
unggul.
2. Adanya Perkap No. 3
tahun 2015 tentang
Pemolisian Masyarakat
yang mengatur tugastugas Bhabinkamtibmas.
3. Adanya Komitmen
Kapolres X untuk
mewujudkan
kepercayaan masyarakat
melalui pelaksanaan
tugas Bhabinkamtibmas
yang professional.
4. Adanya 131 petugas
Bhabinkamtibmas yang
saat ini memiliki sikap
yang baik, yaitu tanpa
pelanggaran selama
tahun 2015.
PELUANG
1. Adanya program
Nawacita dari
Presiden yang
dijalankan oleh
seluruh instansi dan
STRATEGI SO
1.
KELEMAHAN
1. Dari aspek kekuatan,
personel
Bhabinkamtibmas terdiri
dari 131 personel, namun
masih ada sebanyak 61
personel dari 131 tersebut
yang memiliki tugas
rangkap pada fungsi
Kepolisian lainnya.
2. Bhabinkamtibmas belum
mendapatkan pelatihan
Polmas, yang juga berarti
belum memahami Perkap
No. 3 tahun 2015 tentang
Pemolisian Masyarakat.
3. Bhabinkamtibmas belum
mendapatkan pelatihan
Revolusi Mental.
4. Masih kurangnya
pengawasan dan
pengendalian dalam
pelaksanaan tugas
Bhabinkamtibmas.
STRATEGI WO
19
lapisan masyarakat.
2. Hubungan kordinasi
yang baik antara
Polres X dengan
Pemkab X.
3. Kemajuan
tekhnologi informasi
yang dapat
mendukung
pelaksanaan tugas
Bhabinkamtibmas.
4. Suasana
masyarakat wilayah
Polres X yang
sebagian besar
masih wilayah
perkampungan
masih memiliki
semangat
kekeluargaan yang
tinggi sangat
mendukung tugas
Bhabinkamtibmas.
ANCAMAN
1. Peningkatan
gangguan
kamtibmas akibat
permasalahanpermasalahan yang
belum dapat
problem solvingnya
dan dibiarkan.
2. Adanya sebagian
masyarakat lainnya
yang tidak acuh
terhadap masalah
keamanan,
membuat lebih sulit
dalam kunjungan
dan FGD (focus
gropup discussion).
3. Masih rendahnya
perhatian stake
holder (pemkab dan
DPRD) terhadap
masalah keamanan
di wilayah Polres
Siak.
Bhabinkamtibmas.
(S3+S4+O2+O4) 1
2.
Menjadikan
tekhnologi informasi
sebagai kekuatan untuk
mendukung tugas
Bhabinkamtibmas agar
professional.
(S4+O3+O4)2
STRATEGI ST
2.
STRATEGI WT
1. Tingkatkan kemampuan 1.
Melakukan pendataan
permasalahanproblem solving
permasalahan yang perlu
Bhabinkamtibmas
problem solving. (W2+T1)1
melalui pelatihan,
2.
Melakukan FGD dan
bimbingan, ikut
problem solving terhadap
memberi solusi, serta
permasalahanpengawasan dan
permasalahan
yang
berpotensi
ganggunan
pengendalian dari
keamanan. (W2+T1)
Kapolres.(S3+T1)1
2. Melakukan programprogram Pemolisian
Masyarakat kepada
masyarakat yang
kurang memahami
pentingnya keamanan.
(S4+T2)2
3. Melakukan rapat kerja
dengan stake holder
(S3+T3)
2. Strategi
a. Jangka Pendek (0-6 bulan)
20
masyarakat
yang
kurang
memahami
pentingnya
keamanan.
c. Jangka Panjang (0-24 bulan)
Melakukan rapat kerja dengan stake holder dalam rangka
mewujudkan wilayah hukum Polres X yang aman.
D.
Action Plan
1. Action Plan Jangka Pendek
a. Jalin dan bina kerjasama dengan pemerintah, lembaga masyarakat
dan komponen masyarakat utk mendukung program
problem
melaks
workshop
bersama
pemerintah
dan
21
menjadwalkan
dan
ikut
memberi
solusi,
serta
pelatihan,
pengawasan
dan
permasalahan
problem
solving
terhadap
aktif
menjadi
dalam
permasalahan
tersebut.
e. Melakukan FGD dan problem solving terhadap permasalahanpermasalahan yang berpotensi ganggunan keamanan.
22
1) Setelah
melakukan
pendataan,
dilakukan
klasifikasi
langkah-langkah
problem
solving
pro
terhadap
aktif
dalam
permasalahan-
yang
Bhabinkamtibmasnya
rangkap
agar
dapat
tekhnologi
informasi
sebagai
kekuatan
untuk
tugas
Bhabinkamtibmas
gadget/smartphone.
c. Melakukan program-program
Pemolisian
seperti
pemanfaatan
Masyarakat
kepada
terus
melakukan
sosialisasi
dan
tentang
Kamtibmas.
3. Action Plan Jangka Panjang
a. Melakukan rapat kerja dengan stake holder.
1) Kapolres dalam rangka menjalin kerjasama dengan DPRD,
mengundang DPRD untuk melakukan rapat kerja untuk
23
kerja
selanjutnya,
Kapolres
24
BAB VII
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Kondisi SDM saat ini di wilayah Polres X masih kekurangan dalam
kuantitas
serta
kualitas
petugas
Bhabinkamtibmas,
menyebabkan
terlebih
permasalahan,
dahulu
kemudian
melakukan
Kapolres
identifikasi
beserta
dan
perwira
inventarisasi
yang
ditunjuk
permasalahan
yang
dilakukan
problem
solving.
Dengan
Rekomendasi
Terkait
dengan
kesimpulan
tersebut
di
atas,
penulis
25
personel
untuk
memenuhi
kuantitas
personel