PENDAHULUAN /
MATERIAL KAYU
I. ANATOMI KAYU :
Kayu sebagai bahan untuk konstruksi sudah dikenal
sejak dahulu, menggunakan bahan kayu didasarkan
pada pengalaman saja.
Setelah kemajuan ilmu pengetahuan matematik dan
ilmu teknik yang lain dan ditemukannya alat
penyambung modern maka dapat dibuatlah konstruksi
yang lebih berat.
Penampang melintang dari batang kayu terdiri :
1. Kulit Luar
2. Kulit Dalam
3. Lapisan Kambium
4. Kayu Muda
5. Kayu Inti (Kayu Teras)
6. Empelur (Inti Kayu)
7. Jari-jari Empelur
8. Lingkaran Tahun
9. Sel Kayu
Batang terdiri dari sel yang berdekatan satu sama lain
bentuk sel batang lonjong pipih, ujung lancip.
Hubungan antara satu sel dengan yang lain
dihubungkn oleh zat perekat yang disebut Lignin
Daya lekat sel-sel dapat menentukan tinggi rendahnya
Gaya Geser sejajar arah seratnya kayu.
Selain itu kepadatan rongga sel juga menentukan
kekokohan batang karena semakin padat selnya maka
Semakin tinggi berat jenis (BJ) kayunya.
Kayu
1. Komponen Primer.
Penyusun dinding sel dan cadangan makann dalam
sel-sel tumbuhan, yang terdiri dari :
Fraksi Karbohidrat (polisakarida) total disebut
Holoselulosa antara 60 80% dan Lignin / zat
perekat 25 35% dalam kayu jarum
2. Komponen Sekunder
Komponen diluar dinding sel terdapat dalam rongga
sel yang terdiri dari : Zat Ekstraktif sekitar 1,0 %
10,0 % dan Zat Mineral.
Disamping Selulose Hemiselulose dan Lignin yang
merupakan bagian Integral dinding sel didalam kayu
juga terdapat Zat-zat yang mengisi rongga-rongga
sel dalam bagian pohon kayu.
Mungkin juga rongga-rongga mikro dan dalam
dinding sel atau rongga interseluler zat-zat ini yang
disebut dengan istilah Ekstraktif.
1. Sifat Mekanis
Sifat-sifat Mekanis atau Kekuatan Kayu untuk
mengukur kemampuan kayu untuk menahan/
memikul gaya-gaya atau beban dari luar.
Batang kayu merupakan benda yang Anisotrop
artinya kekuatan kayu untuk semua arah batang
adalah tidak sama dalam hal ini dibedakan arah
sumbu Longitudinal, arah sumbu Radial dan arah
sumbu Tangensial.
Pada ketiga Sumbu arah tersebut Tegangan atau
Kekuatan kayu Tidak sama, Tegangan sumbu Radial
dan Tangensial perbedaannya sangat kecil sekali
atau dikatakn hampir sama
Dalam praktek dilapangan diambil untuk arah
Sumbu Tangensial dan arah Sumbu Radial adalah
sama, sehingga hanya mengenal dua Arah Sumbu
saja yaitu arah Sumbu Axial dan arah Sumbu
Radial.
Arah Sumbu Longitudinal disebut juga dengan arah
sumbu Axial yaitu arah Sejajar dengan arah serat
kayu sedangkan arah sumbu Radial adalah arah
Tegak lurus arah serat kayu.
Sifat-sifat Mekanis kayu yang sering dibahas yaitu:
1. Kuat Tarik
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Kuat Tekan
Kuat Geser
Kuat Lentur
Kekakuan
Kekerasan
Kuat belah
Primer
tersebut
yang
menyebabkan
adanya
lengkungan pada benda, akibatnya bagian atas benda
menjadi cekung karena bekerja gaya Tekan, bagian
2. Kuat Tekan
Kuat Tekan mencakup Kuat Tekan sejajar serat dan
tegak lurus serat, kuat tekan sejajar serat 15 kali
kuat tekan tegak lurus serat dan besarnya antara 25
95 N/mm2 sedangkan kuat tekan tegak lurus
bervariasi antara 1 20 N/mm2 , kuat tekan kayu
kira-kira setengah kuat tarik kayu karena struktur
kayu dinding sel tersusun atas molekul-molekul
3. Kuat Tarik
Kuat Tarik Kayu menunjukan perbedaan yang besar
apabila menahan beban Axial (sejajar serat) atau
Transversal (Tegak lurus serat), kuat tarik aksial
kayu jauh lebih tinggi daripada kuat tarik tranversal,
kuat tarik aksial kayu daerah iklim sedang bervariasi
dari 50 160 N/mm2 sedang kuat tarik tranversal 1
7 N/mm2 ,kayu tropikal kuat tarik alsial mencapai
300 N/mm2.
4. Kuat Geser
Gaya Geser dapat terjadi pada bidang longitudinal
atau bidang tranversal, tegangan geser longitudinal
dapat terjadi apabila kayu dibebani gaya lentur,
kekuatan kayu dalam geser aksial berkisar
bervariasi 5 20 N/mm2, kuat geser tranversal adala
34 kali lebih besar daripada kuat geser aksial,
tetapi sifat ini tidak begitu penting sebab kayu
6. Elastisitas
Nilai MOE variasi antara 2500 17000 N/mm 2 untuk
arah aksial, kayu mempunyai MOE yang lebih
rendah daripada bahan-bahan lain, tapi bila dilihat
dari berat jenisnya nilai elastisitasnya sebanding
dengan baja, MOE berbeda pada ketiga arah (Aksial,
Tangensial, dan Radial) pd arah Tranversal
(tangensial dan radial) hanya sekitar 300 600
N/mm2.
7. Kekerasan
Kekerasan adalah ketahanan kayu terhadap
masuknya benda asing kedalam massa kayu,
ketahanan ini lebih tinggi dari arah aksial (pada
penampang tranversal) daripada arah lateral
(Tangensial dan radial), kekerasan berkaitan dengan
keausan, abrasi, goresan.
8. Kuat Belah
Ketahanan kayu terhadap gaya belah adalah
kemampuan kayu terhadap gaya luar yang
berbentuk baji (lancip), karena strukturnya kayu
mempunyai kuat belah yang rendah sejajar seratnya
(kayu mudah belah).
4. Suhu
Suhu mempunyai dua pengaruh yang berbeda pada
kekuatan kayu yaitu :
1. Pengaruh Langsung pd kekuatan Kayu
Makin tinggi suhu kayu makin turun kekuatannya,
hal ini berlaku apabila lamanya suhu hanya
singkat saja.
Dibawah titik jenuh serat hubungan antara
kekuatan dan suhu berupa garis lurus.
Makin tinggi berat jenis kayu makin besar
penurunan kekuatan kayu pada suhu meningkat.
2. Pengaruh Suhu & waktu pd kkuatn Kayu
2. Deformasi Plastis
Deformasi plastis sudah berlaku sejak kayu pertama
kali menerima beban dan meningkat dengan
berjalannya waktu, pemulihan deformasi plastis
sangat lambat dan kurang lebih separoh deformasi
dapat dipulihkan sehingga terjadi deformasi
permanen, artinya bila beban dihilangkan kayu tidak
kembali kebentuk semula, perilaku ini disebabkan
adanya fraksi lignin pada dinding sel, sifat plastis ini
terlihat seperti pada melengkungnya gelagar karena
mengalami pembebanan dalam waktu yang lama
atau jangka panjang.
Dibawah beban tetap kayu akan mengalami
deformasi plastis yang akan berkorelasi langsung
dengan waktu/ lamanya pemberian beban, peristiwa
ini sering terjadi yang disebut dengan istilah
rangkak (Creep).
Sifat-sifat plastis dari kayu juga tampak bila kayu
dipertahankan pada deformasi yang konstan, kayu
ini akan berkurang ketahanannya (tegangan dalam)
terhadap deformasi itu dengan bertambah lamanya
waktu deformasi. Peristiwa berkurangnya ketahanan
tegangan akibat plastis dikenal dengan peristiwa
Relaksasi, kayu dengan deformasi konstan akan
mengalami pengurangan tegangan dalam hingga
lebih kurang 70 % dari tegangan pada permulaan
deformasi.
2. Sifat-sifat Hygroscopis
1. Kadar Lengas Udara
Kadar lengas kayu dipengaruhi oleh kadar lengas
udara, kadar lengas udara juga mempengaruhi
kembang susut dari kayu. Pada keadaan lengas
kayu tinggi pada waktu musin hujan maka kayu
akan mengembang, demikian pula musim
kemarau kadar lengas udara rendah maka kadar
lengas kayu turun akibatnya kayu akan menyusut
dengan demikian perubahan kadar lengas udara
akan mempengaruhi kembang susut dari kayu,
kadar lengas kayu dalam keadaan pangkal
kenyang ada diantara 25-30% dan inipun
tergantung juga dari jenis kayunya.
Pada kayu jati pangkal kayunya ada disekitar 23%
turunnya kadar lengas kayu akan menambah
kekokohan dari kayu, penentuan kadar lengas
kayu untuk berbagai macam konstruksi sangat
penting, misal untuk konstruksi-konstruksi yang
selalu basah kadar lengas kayu tinggi sedang
untuk konstruksi kuda-kuda dan untuk konstruksi
kebutuhan perumahan membutuhkan kadar
lengas yang rendah saja karena kayunya kuat
2. Kembang Susut
Kayu akan mengembang bila kadar lengas kayu
naik dan kayu menyusut bila kadar lengas kayu
menurun, mengembang dan menyusutnya kayu
pada arah tegak lurus serat dan sejajar serat
berbeda.
Menyusut pada arah sejajar serat jauh lebih kecil
dari menyusut tegak lurus serat atau menyusut
tegak lurus serat lebih besar dari pada menyusut
sejajar serat, ini dapat dilihat ada sambungansambungan pelebaran dari pintu-pintu dan jendela
jendela rumah.
Selain kadar lengas udara, kembang susut
dipengaruhi juga oleh derajat panas dan
kerapatan / massa dari kayunya itu sendiari.
Kembang susut kayu untuk semua jenis kayu
untuk ke semua arah rata-rata adalah sebagai :
Kembang
Kembang
Kembang
Kembang
susut
susut
susut
susut
arah
arah
arah
arah
tangensial :
radial
:
axial
:
volumetric :
4 2
0,1
7 -
14%
- 8%
- 0,2 %
21%
berbentuk papan atau balok maka akan pecahpecah pada bagian ujungnya.
3. Sifat-sifat Fisik
1. Kandungan Air
Pada bagian batang kandungan air pada kayu
gubal lebih banyak daripada kayu teras, air
yang terdapat pada batang kayu tersimpan
dalam dua bentuk yaitu:
1. Air bebas (Free water)
yang terletak
diantara sel-sel kayu
2.
Air ikat (Bound water) yang terletak pada
dinding sel
Selama air bebas masih ada maka dinding sel
kayu masih tetap jenuh, ketika batang kayu
mulai diolah (ditebang dan dibentuk) kandungan
air pada batang berkisar 40% - 300%
kandungan ini yang dinamakan kandungan air
segar karena masih basah, suatu kondisi dimana
air bebas yang terletak diantara sel-sel sudah
habis sedangkan air ikat pada dinding sel masih
jenuh dinamakan titik jenuh serat (fibre
saturation point) kandungan air ini berkisar
anatara 25 % sampai 30 %.
dapat
dilihat
pada
gambar
dari
tidak
terlindung
dari
sinar
matahari,
memberi peluang hama bertelur.
Hati / inti kayu yang membusuk pohon
yang tua, kayu yang tidak dapat
dimanfaatkan lagi.
Retak angin/ panebangan, retak yang
melintang pada serat kayu, dan kayu
yang tidak dapat dimanfaatkan lagi.
Kerusakan mekanik disebabkan oleh
karena paku, oleh peluru, pengukiran
kulit, burung pelatuk, dan lain sebagainya.
2. KAYU RASAMALA
Pohonnya sangat tinggi sekali, dan ada yang mencapai
60 meter dan banyak tumbuh dilereng-lereng gunung
didaerah jawa barat yaitu pada daerah ketinggian
kurang lebih 1000 meter sampai 1700 meter dari
permukaan laut.
Kayu berserat kokoh dan sukar dikerjakan karena
seratnya tidak teratur dan membelit, dalam keadaan
basah kayu ini sangat berat dan lebih berat dari kayu
jati tetapi setelah kering lebih ringan dari kayu jati,
pada keadaan berbentuk balok permukaanya terlihat
adanya retak halus tetapi tidak ada masalah karena
sudah menjadi sifat dan jenis struktur dari kayunya.
Karena sifatnya yg mudah berubah membengkok maka
kayu kurang baik untuk konstruksi pintu dan jendela
lebih baik untuk konstruksi rangka atap atau gelagargelagar dari konstruksi jembatan.
BJ / berat jenis kayu Rasamala antara 0,6 s/d 0,8.
3. KAYU MERKAU
Kayu ini banyak terdapat dipulau Sumatra bagian
utara, Sulawesi, dan Maluku, seratnya lurus dan kuat
mudah dikerjakan dan berwarna sawo matang
kekuningan, kejelekan dari kayu ini bila dikombinasi
dengan besi bisa berkarat karena kadar air batangnya
banyak mengandung asam.
BJ /berat jenis kayu Merkau antara 0,9 sampai 1,0
4. KAYU BANGKIRAI
Sering juga disebut dengn jati Kalimantan banyak
terdapat di Kalimantan dan Sumatera, kuat dan lurus,
mudah dikerjakan dan mudah didapat dalam ukuran
yang panjang-panjang tanpa cacat.
BJ / berat jenis kayu Bangkirai antara 0,8 s/d 1,1
5. KAYU BERLIAN
Kayu banyak di Kalimantan dan juga di Sumatera,
dikalimantan disebut juga kayu besi, seratnya kokoh
dan sukar dikerjakan karena kerasnya, BJ/ berat jenis
kayu Berlian ada diantara 0,9 -1,2. Kayu ini banyak
digunakan untuk konstruksi bangunan air karena tahan
terbenam dalam air dalam jangka waktu yang sangat
lama, untuk tiang listrik dan bantalan rel kereta api.
6. KAYU MAHONI
Di Indonesia banyak ditanam di tepi jalan sebagai
pohon pelindung dan sekitar daerah jepara kayu
banyak digunakan sebagai bahan ukir-ukiran dan
perabot rumah tangga seperti meubel dan lain-lain,
dalam konstruksi bangunan sedikit digunakan BJ / berat
jenis kayu Mahoni antara 0,56-0,64. Kayu ini banyak
dibuat dalam bentuk papan yang tipis-tipis untuk
keperluan perabot rumah tangga.
7. KAYU KRUING
Banyak terdapat di Kalimantan dan Sumatera bagian
utara mudah didapat dalam ukuran yang panjang dan
besar
dalam
penggunaannya
sebaiknya
kayu
diawetkan terlebih dahulu dan banyak digunakan
dalam rangka atap.
BJ / berat jenis kayu Kruing antara 0,6 sampai 0,9.
8. KAYU DUREN
Dapat tumbuh di seluruh Indonesia tidak stabil dan
mudah dimakan rayap hanya digunakan sebagai bahan
cetakan beton/bekisting dan kotak pengepak barang
kadang-kadang digunakan juga untuk bangunan yang
bersifat sementara misal untuk dinding-dinding dari
barak ataau pagar.
BJ / berat jenis kayu Duren antara 0,4 sampai 0,7.
9. KAYU KANFER
PENGUJIaN KEKUATAN
KAYU
Prosedur untuk menguji kekuatan mekanis kayu telah
distandarisasikan diseluruh dunia seperti ASTM
(American Society for Testing and Material), British
Standart, India Standart, dan yang lainnya
Pengetahuan
tentang
sifat-sifat
mekanis
kayu
diperoleh dengan pengujian sebagai berikut ini :
1. Service Test, pemakaian kayu seprti pemakain yang
nyata dalam praktek di lapangan.
2. Laboratory Test, pengujian di laboratorium dengan
menggunakan alat-alat uji laboratorium
I. METODE PENGUJIAN
Pengujian kekuatan kayu dengan menggunakan
spesimen kecil tanpa adanya cacat (small clear
specimens) atau yang dikenal sbagai laboratory test
dengan standart ASTM dengan ukuran /dimensi 2" x
dan
untuk
3. Geser Horisontal
4. KEKERASAN
Kekerasan ditentukan dengan Jangka ball test
pengujian ini terdiri atas pengukuran beban yang
diperlukan untuk memasukkan bola baja berdiameter
0,444 sedemikian hingga separoh diameternya masuk
kedalam specimen kayu.
Luas daerah pada tekanan 1 cm 2 untuk menjamin
ketelitian berapa dalam masuknya bola dalam kayu
maka biasanya bola itu diganti dengan sebuah tongkat
baja yang ujungnya berbentuk membulat yang
mempunyai berdiameter 0,444.
Karena kekerasan kayu berbeda-beda menurut arah
masuknya beban terhadap arah serat, maka perlu
mengukur kekerasan pada permukaan tangensial dan
radial, dan ujung spesimen, kecepatan turunnya kepala
mesin 0,25 inci/menit.
Kekerasan langsung dibaca pada skala beban.
(Grading)
atas
Kode
mutu
Moduls
Elstisits
Lentur
Ea
Kuat
Lentur
Fb
Kuat
tarik
sejajar
serat
Ft
E26
E25
E24
E23
E22
E21
E20
E19
E18
E17
E16
E15
E14
E13
E12
E11
E10
25000
24000
23000
22000
21000
20000
19000
18000
17000
16000
15000
14000
13000
12000
11000
10000
9000
66
62
59
56
54
56
47
44
42
38
35
32
30
27
23
20
18
60
58
56
53
50
47
44
42
39
36
33
31
28
25
22
19
17
Kuat
tekan
sejajar
serat
Fc
Kuat
geser
F
46
45
45
43
41
40
39
37
35
34
33
31
30
28
27
25
24
6.6
6.5
6.4
6.2
6.1
5.9
5.8
5.6
5.4
5.4
5.2
5.1
4.9
4.8
4.6
4.5
4.3
Kuat
tekan
Tegak
lurus
Serat
F
24
23
22
21
20
19
18
17
16
15
14
13
12
11
11
10
9
2. Nilai kerapatan ( )
Nama Kayu
1 Kapur
2 Kempas
3 Keruing
4 Merbau
5 Mersawa
6 Ramin
7 Balau
8 Meranti
merah
Kode
mutu
E13
E18
E14
E16
E14
E14
E14
E12
Untuk kayu dengan serat tidak lurus dan atau mempunyai cacat kayu, estimasi nilai modulus elastisitas
lentur acuan dari Tabel harus direduksi dengan
mengikuti ketentuan/peraturan yang ada pada SNI 033527-1994 UDC 691.11
"Mutu Kayu Bangunan" yaitu dengan mengalikan
estimasi nilai modulus elastisitas lentur acuan dari
persamaan tersebut dengan nilai/ angka rasio tahanan
yang ada pada Tabel yang bergantung pada Kelas Mutu
kayu itu.
Macam Cacat
Kelas Mutu
Kelas Mutu
Kelas Mutu
A
Mata kayu :
- Trletak di
muka lebar
- Trletak di mk
sempit
Retak
Pingul
Dperkenankn
Dperkenankn
asal trpencar
dan ukuran
dibatasi dan
tidak ada
tanda serang
ga hidup
Tidak
diperkenan
kan
Dperkenankn
Dperkenankn
asal trpencar
dan ukuran
dibatasi dan
tidak ada
tanda serang
ga hidup
Tidak
diperkenan
kan
DASAR PERENCANAAN
STRUKTUR KAYU
2. Kombinasi pembebanan
Kombinasi pembebanan untuk struktur komponen
struktur dan sambunganya direncanakan dengan
menggunakan persamaan sebagai berikut ini :
1. 1,4 D
(1)
2. 1,2 D + 1,6 L + 0,5 ( La atau H )
(2)
3. 1,2 D + 1,6 ( La atau H) + (0,5 L atau 0,8 W)
(3)
4. 1,2 D + 1,3 W + 0,5 L + 0,5 ( La atau H )
(4)
(5)
(6)
3. Beban lainnya
Pengaruh struktural akibat beban-beban lainnya
termasuk juga, tetapi tidak terbatas pada berat dan
tekanan
tanah,
pengaruh
temperatur,
susut,
kelembaban, rangkak dan beda penurunan tanah,
harus ditinjau di dalam perencanaan.
Pengaruh strukturl akibat beban yang ditimbulkan
fluida (F), tanah (S), genangn air (P) dan tempratur (T)
harus
ditinjau
dalam
perencanaan
dengan
menggunakn faktor beban: 1,3F, 1,6S 1,2P & 1,2T
Batas
struktur,
dan
Lentur
V. Kekangan Ujung
Perencanaan sambungan harus konsisten dengan
asumsi yang diambil dalam analisis struktur dan
dengan jenis struktur / konstruksi yang akan dipilih
dalam gambar rencana / gambar kerja.
Dalam rangka sederhana semua sambungan harus
diasumsikan bersifat sendi kecuali bila dapat
ditunjukkan melalui eksperimen atau analisis bahwa
sambungan tersebut dapat mengekang rotasi.
Panjang
s
t
v
0,85
0,80
0,75
0,65
n
SNI-5-2002 Tata Cara Perencanan Konstrksi Kayu
1,0
1,0
x. Keadaan batas
kemampuan layanan
Sistem struktur dan komponen struktur harus
direncanakan dengan memperhatikan batas-batas
deformasi, simpangan lateral, getaran, rangkak, atau
deformasi
lainnya
yang
dapat
mempengaruhi
kemampuan layanan gedung atau struktur kayu yang
bersangkutan.
Perencana harus melakukan peninjauan terhadap
keadaan batas layanan yang meliputi antara lain
perencanaan
2. Stabilitas
Stabilitas harus dipenuhi oleh sistem struktur secara
keseluruhan
maupun
oleh
komponen
struktur/
konstruksi pada sistem struktur tersebut.
Perencanaan terhadap stabilitas dilakukan dengan
memperhitungkan pengaruh beban yang ditimbulkan
oleh perubahan bentuk struktur atau komponen
struktur sistem pemikul beban lateral.
3. Pengekang lateral
Pada titik-titik tumpu balok rangka dan komponen
struktur kayu lainnya harus disediakan kekangan pada
rotasi terhadap sumbu longitudinalnya, kecuali bila hal
tersebut ternyata tidak diperlukan berdasarkan analisis
ataupun percobaan.
4. Kondisi acuan
Tahanan acuan (R) dan tahanan acuan sambungn (Z)
ditetapkan berdasarkan kondisi acuan berikut :
1.
5. Tahanan terkoreksi
Tahanan terkoreksi dihitung sebagai berikut ini :
R' = R x C1 x C2 ...... Cn ..
(9)
(10)
BATANG TARIK
Komponen struktur yang mendukung beban aksial tarik
maupun desak sering dijumpai pada struktur rangka
kuda-kuda, gaya aksial tarik ataupun desak memiliki
garis kerja gaya yang sejajar dan berimpit dengan
sumbu panjang batang, secara umum perencanaan
komponen struktur tarik bertujuan untuk mengetahui
luas tampang/ penampng batang minimum yang
diperlukan untuk perencanaan.
Apabila dimensi komponen struktur tarik telah
ditetapkan maka analisis berupa kontrol terhadap luas
tampang yang telah dipilih dapat dilakukan.
Pada
penentuan
ukuran
batang
tarik
harus
diperhatikan adanya perlemahan, karena adanya alat
digunakan
adalah
sebagai
: 10 % - 15 %
: 20 % 25 %
: 30 %
0%
Mutu Kayu A
Tegangan
Kelas Kelas Kelas Kelas Kayu
(Kg/cm2)
I
II
III
IV
Jati
lt(ijin)
150
100
75
50
130
(ijin)
20
12
8
5
15
tk//(ijin) =tr//(ijin) 130
85
60
45
110
40
25
15
10
30
tk(ijin)
Apabila diketahui berat jenis kayu, maka tegangan
tegangan ijin kayu mutu A dapat langsung dihitung
dengan rumus seperti terdapat pada daftar IIb PPKI
1961 ( NI 5 ) sebagai berikut ini :
lt(ijin) = 170.g (kg/cm2)
tk//(ijin) = tr//(ijin) = 150.g (kg/cm2)
tk(ijin) = 40.g (kg/cm2)
//(ijin) = 20.g (kg/cm2)
dengan g = berat-jenis kayu kering udara.
III.
PENGARUH PenyimpangAn
Arah Gaya Terhadap
Arah Serat Kayu
Penyelesaian
Kayu termasuk kuat kelas I dengan mutu A
(ijin)tr// = 130 kg/cm2
Ant
tr//
tr//
= (b x h DLubang x b) = (6 x 12 1,3 x 6) =
= 64,2 cm2
= P / Ant = 10 000 / 64,2 = 155,76 Kg/cm2
= 155,76kg/cm2 > (ijin)tr// = 130 kg/cm2 (Tdk OK)
= 0,6 maka
Soal-4
Apabila pada soal-3 ditentukan panjang gording 3m
dengan peletakan sendi-rol pada ujung-ujungnya serta
diketahui dimensi gording 6/8 maka diminta untuk
mengontrol apakah konstruksi tersebut
aman,
lendutan dan berat sendiri gording diabaikan
Penyelesaian :
M maksimum (M maks)
= 1/8 x q x l2 = 1/8 x 50 x 32
= 56,25 kg.m = 5625 kg.cm
Soal-5
Apabila pada soal-4 ditentukan mutu kayu adalah
mutu B dan gording direncanakan untuk menahan
beban angin serta lendutan ijin = L/300 Diminta
untuk mengontrol apakah konstruksi tersebut masih
aman dan dapat dipakai.
Penyelesaian :
Konstruksi gording (terlindung) = 1
Beban angin (beban sementara) = 5/4
Kayu mutu B
(ijin)lt.r = 102 x 5/4 x 0,75
= 95,625 kg/cm2
(ijin)//r = 12 x 5/4 x 0,75
= 11,25 kg/cm2
ijin
= L/300 = 300 / 300 = 1cm
BJ = 0,6 kelas-kuat II dari daftar I PKKI 1961
E = 105 kg/cm2
Momen Inersia =1/12 x b x h 3 = 1/12 x 6 x 8 3
I = 256 cm4
lt = Mmaks / W = 5625 / 64 = 87,89 kg/cm2
= 12 x 5/6 = 10 kg/cm2
Soal-8
Pada
suatu
konstruksi
batang
tarik
terdapat
sambungan dengan menggunakan alat sambung baut,
kekuatan satu buah baut = 50 kg konstruksi tidak
terlindung dan beban tidak permanen.
Apabila gaya tarik yang bekerja pada konstruksi
tersebut sebesar 0,6 ton, maka diminta menghitung
jumlah baut yang dibutuhkan.
Penyelesaian :
Konstruksi tidak terlindung, = 5/6
Pembebanan tidak permanen = 5/4
Pijin baut reduksi = 50 x 5/6 x 5/4 = 52,08 kg
Jumlah baut (n) = (600) / 52,08 = 11,52
Jadi jumlah baut yang digunakan dibulatkn 12 buah.
Soal-9
Sebuah batang tarik terdiri dari kayu dengn BJ = 0,5
menahan gaya sebesar 5 ton =1, =1 sambungn
dengn menggunakn baut, tentukan dimensi /ukuran
batang tarik tersebut yang aman dan ekonomis.
Penyelesaian :
Kayu dengan BJ = 0,5 ; = 1 ;
Faktor Perlemahan (FP) = 20 %
=1
IX Batang Ganda
Batang ganda dapat terdiri dari dua, tiga ataupun
empat batang tunggal yang digabung dengan jarak
antara, pemberian jarak ini dengan maksud untuk
memperbesar momen inersia yang berarti juga
memperbesar daya dukung konstrk trhadap beban,
Besarnya momen inersia terhadap sumbu bebas bahan
dalam hal ini sumbu Y Y harus diberi faktor reduksi
sehingga besarnya dapat diperhitungkan.
iY = 1/4 x (It + 3 x Ig )
IY = Momen lembam yang diperhitungkan
It
= Momen lembam yang teoritis dihitung secara
teoritis dengan apa adanya konstruksi.
Ig = Momen lembam geser yang dihitung dengan cara
menganggap bagian ganda itu digeser hingga
berimpitan satu sama lain
XI Contoh Perencanaan
Batang Tarik
Soal-10
Struktur Kuda-kuda seperti gambar
Pembebanan :
pada join 1, 5, 6, 7,8 mnahan beban hidup (L) 40 KN
pada join 1, 2, 3,4,5 trbebani beban plafon (P) 10 KN
Ketentuan lain:
Kayu digunakan kelas mutu A dengan kekuatan E21
Asumsi faktor koreksi yaitu : Cm, Gt , CPt, Ct, = 1
Kombinasi Pembebanan yaitu : 1,2 D E + 0,5 L,
Alat sambung yang digunakan pada titik buhul /titik
simpul adalah baut dan ring.
BATANG TEKAN
Elemen struktur dengan fungsi utama mendukung
beban tekan sering dijumpai pada struktur truss atau
frame, pada struktur truss sering dijumpai pada kudakuda kayu sedang struktur frame elemn struktur ini
lebih dikenal dengan nama kolom /tiang.
Perencanaan dimensi batang tekan lebih sulit dari pada
perencanaan batang tarik karena perilaku tekuk lateral
menyebabkn timbulny momen sekundr /secondary
moment selain itu ada gaya aksial tekan
Perilaku tekuk ini akan dipengaruhi pula oleh nilai
kelangsingan kolom yaitu nilai banding antara panjang
efektif kolom dengan jari-jari girasi penampang kolom,
apbila nilai kelangsingan sangat kecil (kolom pendek
/short column) maka serat-serat kayu pada penampang
kolom akan gagal tekan (crushing failure), tetapi bila
angka kelangsingan kolom sangat tinggi (kolom
langsing/ long column) maka kolom akan mengalami
kegagalan tekuk dan serat-serat kayu belum mencapai
kuat tekannya atau bahkan masih ada pada kondisi
elastik/elastis (lateral buckling failure).
Kebanyakan kolom memiliki nilai kelangsingan diantara
kedua nilai ekstrim tersebut yang disebut dengan
istilah Intermediate column.
Ketahanan sebuah kolom /tiang tergantung pada
perbandingan panjang dibagi ukuran penampang
melintang, kapasitas beban batas/limit dari sebuah
kolom pendek tergantung hanya pada kekuatan bahan
yang dipakai dan hanya pada kekuatan penampang
/tampang melintangnya saja.
Keterangan :
E = Modulus Elastisitas Bahan Kolom
I = Momen Inersia minimum dari penampang
Lef = Panjang Effektif kolom (Panjang Tekuk)
Perencanaan Komponen
struktur
Perencanaan batang tekan untuk komponen struktur/
konstruksi yang mengalami gaya tekan aksial dan gaya
tekan tumpu/ bearing sesuai standar SNI 2002 adalah
seperti berikut:
harus
Pu x C x P
(5.1)
Dengan : Pu = gaya tekan terfaktor
= faktor waktu, lihat Tabel ( 3-1 )
c = 0,9 faktor tahanan tekan sejajar serat
P' = tahanan terkoreksi.
Tahanan koreksi adalah hasil dari perkalian tahanan
acuan dengan faktor-faktor koreksi, komponen struktur
yang memikul gaya-gaya aksial setempat harus
mendapatkan pendetailan tahanan dan kestabilan
yang cukup pada daerah bekerjanya gaya-gaya
tersebut, begitu pula komponen struktur harus
Kode ujung
3 PENAMPANG TERSUSUN
Jika tidak memungkinkan suatu konstruksi untuk
menggunakan profil tunggal karena terlalu besar
dimensi penampang yang diperlukan sedangkan
dipasaran profil yang diinginkan tidak ada maka
= 0,90
. (5.7)
Penyelesaian :
1 Kayu kelas I Modulus Elastisits E = 125000kg/cm2
dengan asumsi : n = 3 dan b = (2h) / 3
= (Ptk x n x Lk2) / (2 x E)
= (2500 x 3 x 1202) / (2 x 125000) = 87,54 cm4
Imin = (h x b3) / 12 = (2h4 ) / 81
Imin = 87,54 = (2h4) / 81, maka : h = 7,72 cm
h 8 cm ; b = (2h) / (3) = 5,33 cm 6 cm
Imin = (h x b3 ) / 12 = 144 cm4 ; A = b x h= 48 cm2
imin = (Imin / A) = (144/ 48) = 1,7321 cm
= Lk / imin = 1200 / 1,7321 = 69, 28 70
Dari tabel tekuk didapat harga = 1,87
Tegangan yang terjadi tk = ( x P) / A =
tk = (1,87 x 2500) / 48 = 97,40 kg/cm2
tk = 97,40 kg/cm2 < (ijin)tk// = 130 kg/cm2 (OK)
Jadi digunakan ukuran penampang 6 cm x 8 cm untuk
kayu dengan kuat kelas I
2 Kayu kelas II Modulus Elstisits E = 100000kg/cm2
Imin
Soal-14
Konstruksi / struktur Kuda-kuda seperti gambar :
dimana :
Dimana :
1 tahanan tekan terkoreksi (P0')
P0' = Fc* x A = CM x Ct x Cpt x CF x Fc x A
= 1,0 x 1,0 x 1,0 x 1,0 x 32 x (80 x 200)
= 512000 N
2 Modulus elastisitas lentur yang telah dikalikan
dengan faktor koreksi ( Ew' )
Ew' = CM x Ct x Cpt x CF x Fc x Ew
= 1,0 x 1,0 x 1,0 x 1,0 x 16000 = 16000 Mpa
3 Nilai modulus elastisitas lentur terkoreksi pada
persentil kelima ( E05 )
E05 = 0,69 x EW' = 0,69 x 16000 = 11040 Mpa
1 Tahanan tekuk kritis (Euler) (Pc) ;
Soal-16
Suatu batang tekan panjangnya 2,0 m mendukung
gaya tekan sebesar 12 ton, batang tersebut
merupakan bagian dari suatu konstruksi kuda-kuda dan
direncanakan untuk menahan beban tetap + beban
angin, jika kayu mempunyai BJ (berat jenis) = 0,65
diminta
untuk
merencanakn
dimensi/
ukuran
penampang batang tekan tersebut.
Penyelesaian :
Konstruksi kuda-kuda, konstruksi terlindung = 1
Beban tetap dan beban angin, = 5/4 ; BJ = 0,65
Soal-17
Batang ganda berikut ini dengan ukuran b = 4 cm dan
h = 12 cm dan serta jarak antara kedua balok / celah a
= 4 cm, diminta untuk menghitung i min untuk kedua
gambar (a) dan gambar (b).
Gambar (a)
Gambar (b)
Y
Y
X
H
b
a X
Y
b
Y
Penyelesaian :
Gambar (a) : Tinjauan terhadap sumbu X X :
Luas penampang : Atot = 2 x 4 x 12 = 96 cm2
IX = 2 x ( b x h3 ) /12 = 2 x ( 4 x 123 ) /12 = 1152 cm4
iX = (IX / Atot ) = (1152 / 96) = 3,464 cm
Tinjauan terhadap sumbu Y Y
Luas penampang : Atot = 2 x 4 x 12 = 96 cm2
Perhitungan dengan adanya reduksi maka dengan
rumus : IY = (It + 3 Ig )/4
It
It
It
It
=
=
=
=
Soal-18
Diketahui a = b = 3 cm kayu dari Suren menerima
gaya tekan P = 3 ton, batang tersebut seperti gambar
terdapat pada sebuah konstruksi rangka kuda-kuda,
beban permanen dan panjang batang 220 cm. Diminta
untuk menentukan dimensi h.
Penyelesaian :
Konstruksi rangka kuda-kuda = 1 ; Lk = L =220cm
Beban permanen = 1
Kayu suren dari lampiran I PKKI 1961, kelas-kuat IV
dari daftar IIa PKKI 1961 (ijin)tk// = 45 kg/cm2
(ijin)tk//r = 45 x 1 x 1 = 45 kg/cm2
Dicoba h = 10cm ; iX = (IX /A) =0,289 x h = 2,89cm
It = 2 x(1/12 x 10 x 33 ) + 2 x 10 x 3 x 32 = 585 cm4
Ig = 1/12 x 10 x 63 = 180 cm4
Iy = 1/4(It + 3.Ig) = 1/4x (585 + 3x180) = 281,25 cm4
iy = (IY / Abr ) = {281,25 / (2 x 3 x 10)} = 2,17 cm
= Lk /imin = 101,38 dari daftar III PKKI 1961, dengan
interpolasi linear di dapat = 3,0966 3,10
tk = ( x P) / Abr = (3000 x 3,10) / (10 x 6) =
tk =154,83 kg/cm2 > (ijin)tk//r = 45 kg/cm2
.... (Tidak OK)
Setelah beberapa kali dicoba, diambil h = 35 cm
iX = 0,289 x h = 10,115 cm
It = 2x(1/12 x 35 x 33) + 2x(35 x 3 x 32) = 2047,5cm4
Ig = 1/12 x 10 x 63 = 160 cm4
IY = x ( It + 3 x Ig ) = x (2047,5 + 3 x 630)
IY = 984,375 cm2
iY = (IY /A ) = (984,375/(2x 3x 35) = 2,17 cm
= 35 cm
Soal-19
Batang double ganda berikut ini dengan ukuran
penampang b = 4 cm dan h = 16 cm dan serta jarak
antara kedua balok / celah a = 4 cm, diminta untuk
menghitung besarnya imin
Y
X
h
X
Y
b
a
b
a
b
a
Penyelesaian :
Terhadap sumbu X X :
Luas ; Atot = 4 x 4 x 16 = 256 cm2
IX = 4 x 1/12 x 4 x 163 = 5461,33 cm4
Penyelesaian :
Konstruksi terlindung = 1, utk beban sementara
= 5/4 kelas kuat III mk dari daftar IIa PKKI 1961
14 cm
h
b
Penyelesaian :
Y
a
=
=
=
=
Soal-22
Sebuah balok ganda dari jembatn yang berukuran 2
x 4/14 dengan panjang 4 m serta perletakannya
sendi
dan
sendi,
apabila
batang
tersebut
direncanakan akan menahan gaya tekan P serta
balok tersebut menggunakan kayu Bangkirai dengan
BJ (berat jenis) rata-rata dan mutu kayu adalah mutu
B serta dihitung pada pembebanan tetap +
menerima beban gempa.
Berapakah besar gaya tekan yang dapat dipikul oleh
balok tekan tersebut.
Y
h=14
= 4,046 cm
X a=10
h=14
Y
dengan
adanya
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI S1 TEKNIK SIPIL
UJIAN TENGAH Semester GANJIL th 2012/2013
Mata Kuliah / Kode
Dosen
Hari / Tanggal / Waktu
Sifat Ujian
Soal-1
Suatu kontruksi kolom ganda profil dengan lebar b = 9 cm dan a = 6 cm
kayu dari Meranti menerima gaya tekan P = 11 ton, batang tersebut
seperti gambar memikul sebuah konstruksi rangka kuda-kuda, beban
permanen dan panjang kolom/ batang 400 cm. Pada ujung-ujung
kolomnya perletakan Jepit dan Sendi.
Y
Ditanyakan : Hitung berapa besarnya/
tinggi kolom
h untuk bisa memikul beban
tersebut.
h
b
a
b
Soal-2
Suatu kolom/batang tekan dengan b = 8 cm dan a = 6 cm dari Kayu
Meranti (kelas kuat II) L = 450 cm, pada ujung-ujung kolomnya dengan
perletakan Jepit dan sendi kolom tersebut memikul beban tekan P =
12 ton akibat beban sementara dan konstruksi terlindung.
Y
Ditanyakan : Hitung
berapa besarnya /
Tinggi kolom
h untuk bisa
h
X
memikul
beban tersebut.
b
Soal-3
Y
Kolom double ganda seperti gambar,
yang selalu
18
perletakan
dibebani dengan
8
tersebut memakai
12/18 knstruk
si tersebut pada pembebanan
sementara.
18
dapat dipikul
Penyelesaian-1
Kayu Meranti berarti Kayu kelas III atau kelas II, diambil
kayu kelas III
Beban permanen = 1
Konstruksi menopang Kuda-kuda, terlindung = 1
(ijin)Tkn// = 60 kg/cm2 (PKKI 1961 kayu kelas III)
(ijin)Tkn//R = 60 x 1 x 1 = 60 kg/cm2
Ujung kolom Perletakan Jepit dan Sendi : k = 0,85
LK = k x L = 0,85 x 400 cm = 340 cm
a) Dicoba ukuran h = 16 cm dan b = 9 cm
IY = (It + 3 x Ig) / 4
IY = (18144 + 3 x 7776) / 4 = 10368 cm4
iY = (IY/Atot) = (10368 / 288) = 36 = 6 cm
Harga iX = 4,624 cm dan iY = 6 cm maka didapat imin
adalaha iX = imin = 4,624 cm
= LK / imin = 340 / 4,624 = 73,53 dari daftar III PKKI
maka didapat harga = 1,96
Terhadap sumbu Y Y :
Perhitungan dengan adanya reduksi maka dihitung
dengan rumusan : IY = (It + 3 Ig )/4
It
It
It
It
Ig
Ig
IY = (It + 3 x Ig) / 4
IY = (20412 + 3 x 8748) / 4 = 11664 cm4
iY = (IY/Atot) = (11664 / 324) = 36 = 6 cm
=
=
=
=
=
=
=
=
Ig = 13824 cm4
IY = (It + 3 x Ig) / 4
IY = (15648 + 3 x 13824) / 4 = 14280 cm4
iY = (IY/Atot) = (14280 / 288) = 49,58 = 7,04 cm
Harga iX = 3,468 cm dan iY = 7,04 cm maka didapat imin
adalaha iX = imin = 3,468 cm
= LK / imin = 382,5 / 3,468 = 110,3 dari daftar III PKKI
maka didapat harga = 3,75
Tkn// = ( x P) / ATot = (3,75 x 12000) / (288)
Tkn// = 156,25kg/cm2 > (ijin)Tkn//R = 106,25kg/cm2
.. Tidak OK karena ukuran h masih kecil maka ukuran h
akan dibesarkan dan dicoba lagi.
d) Diasumsi ukuran tinggi h = 14 cm ; dan lebar balok
b = 8 cm ; dan ukuran celah a = 6 cm
Tinjauan terhadap sumbu X X :
Luas Atot = 3 x 8 x 14 = 336 cm2
Faktor reduksi tidak diperhitungkan maka rumus :
iX = 0,289 x h = 0,289 x 14 = 4,046 cm
Terhadap sumbu Y Y :
Penyelesaian-3
Kayu kelas kuat II
Beban sementara = 5/4
Konstruksi yang selalu basah = 2/3
(ijin)Tkn// = 85 kg/cm2 (PKKI 1961 kayu kelas II)
(ijin)Tkn//R = 85 x 5/4 x 2/3 = 70,83 kg/cm2
Ujung kolom Perletakan Jepit dan Sendi : k = 0,85
LK = k x L = 0,85 x 500 cm = 425 cm
Diketahui ukuran tinggi h = 18 cm ; dan lebar balok b
= 12 cm ; dan ukuran celah a = 8 cm
Tinjauan terhadap sumbu X X :
Luas Atot = 4 x 12 x 18 = 864 cm2
Faktor reduksi tidak diperhitungkan maka rumus :
iX = 0,289 x h = 0,289 x 18 = 5,202 cm
Terhadap sumbu Y Y :
Perhitungan dengan adanya reduksi maka dihitung
dengan rumusan : IY = (It + 3 Ig )/4
It = 4 x (1/12 x h x b 3) + 4 x b x h x {(b + a)/2 } 2 =
It = 4 x (1/12 x 18 x 12 3) + 4 x (12 x 18 x 10 2) =
It = 10368 + 86400 = 96768 cm 4
Ig = 1/12 x (2h) x (2b) 3 = 1/12 x (2 x 18) x (2 x 12) 3
Ig = 41472 cm4
IY = 1/4 x (It + 3 x Ig)
IY = 1/4 x (96768 + 3 x 41472) = 55296 cm 4
iY = (IY / Atot) = {55296 / (4 x 12 x 18)}= 8,0 cm
Harga iX = 5,202 dan i Y = 8,0
adalah iX = imin = 5,202 cm
Maka
didapat
imin
Lk = L = 425 cm
= Lk / imin = 425 / 5,202 = 81,70 dari daftar III PKKI
1961 dengan interpolasi linear didapat = 2,20
tk// = ( x P) / Atot (ijin)tk//r = 70,83 kg/cm2
P ((ijin)tk//r x Atot) / {70,83 (4 x 12 x 18)} / 2,20
P 27816,87 kg P = 27800 kg
Jadi gaya tekan yang dapat dipikul oleh balok sebesar
Pijin = 27800 kg = 27,800 ton