Anda di halaman 1dari 144

STRUKTUR KAYU

MATERI / BAHAN KULIAH


1. PENGENALAN BAHAN KAYU
2. PENGUJIAN KEKUATAN
3. DASAR PERENCANAAN
STRUKTUR KAYU
4. PERENCANAAN BATANG
TARIK
5. PERENCANAAN BATANG
TEKAN
6. PENGENALAN ALAT SAMBUNG
7. ANALISIS SAMBUNGAN PAKU
8. ANALISIS SAMBUNGAN BAUT
9. ANALISIS SAMBUNGAN GIGI
TAKIKAN

REFRENSI / BAHAN ACUAN


1. K.H. Felix Yap
KONSTRUKSI KAYU 1984
2. Sri Sumarni
STRUKTUR KAYU 2007
3. TJOA PWEE HONG,
FH DJOKOWAHJONO
KONSTRUKSI KAYU 2005
4. Ir. HEINZ FRICK
ILMU KONSTRUKSI KAYU 1977
5. PERATURAN KONSTRUKSI KAYU
INDONESIA. 1979

PENDAHULUAN /

MATERIAL KAYU
I. ANATOMI KAYU :
Kayu sebagai bahan untuk konstruksi sudah dikenal
sejak dahulu, menggunakan bahan kayu didasarkan
pada pengalaman saja.
Setelah kemajuan ilmu pengetahuan matematik dan
ilmu teknik yang lain dan ditemukannya alat
penyambung modern maka dapat dibuatlah konstruksi
yang lebih berat.
Penampang melintang dari batang kayu terdiri :
1. Kulit Luar
2. Kulit Dalam
3. Lapisan Kambium
4. Kayu Muda
5. Kayu Inti (Kayu Teras)
6. Empelur (Inti Kayu)
7. Jari-jari Empelur
8. Lingkaran Tahun
9. Sel Kayu
Batang terdiri dari sel yang berdekatan satu sama lain
bentuk sel batang lonjong pipih, ujung lancip.
Hubungan antara satu sel dengan yang lain
dihubungkn oleh zat perekat yang disebut Lignin
Daya lekat sel-sel dapat menentukan tinggi rendahnya
Gaya Geser sejajar arah seratnya kayu.
Selain itu kepadatan rongga sel juga menentukan
kekokohan batang karena semakin padat selnya maka
Semakin tinggi berat jenis (BJ) kayunya.

Senyawa Utama Penyusun

Kayu
1. Komponen Primer.
Penyusun dinding sel dan cadangan makann dalam
sel-sel tumbuhan, yang terdiri dari :
Fraksi Karbohidrat (polisakarida) total disebut
Holoselulosa antara 60 80% dan Lignin / zat
perekat 25 35% dalam kayu jarum
2. Komponen Sekunder
Komponen diluar dinding sel terdapat dalam rongga
sel yang terdiri dari : Zat Ekstraktif sekitar 1,0 %
10,0 % dan Zat Mineral.
Disamping Selulose Hemiselulose dan Lignin yang
merupakan bagian Integral dinding sel didalam kayu
juga terdapat Zat-zat yang mengisi rongga-rongga
sel dalam bagian pohon kayu.
Mungkin juga rongga-rongga mikro dan dalam
dinding sel atau rongga interseluler zat-zat ini yang
disebut dengan istilah Ekstraktif.

II. SIFAT-SIFAT KAYU

Pada konstruksi Sambungan kayu ada 3 macam


sifat-sifat kayu yaitu :
1. Sifat Mekanis
2. Sifat Hygroskopis
3. Sifat Fisik

1. Sifat Mekanis
Sifat-sifat Mekanis atau Kekuatan Kayu untuk
mengukur kemampuan kayu untuk menahan/
memikul gaya-gaya atau beban dari luar.
Batang kayu merupakan benda yang Anisotrop
artinya kekuatan kayu untuk semua arah batang
adalah tidak sama dalam hal ini dibedakan arah
sumbu Longitudinal, arah sumbu Radial dan arah
sumbu Tangensial.
Pada ketiga Sumbu arah tersebut Tegangan atau
Kekuatan kayu Tidak sama, Tegangan sumbu Radial
dan Tangensial perbedaannya sangat kecil sekali
atau dikatakn hampir sama
Dalam praktek dilapangan diambil untuk arah
Sumbu Tangensial dan arah Sumbu Radial adalah
sama, sehingga hanya mengenal dua Arah Sumbu
saja yaitu arah Sumbu Axial dan arah Sumbu
Radial.
Arah Sumbu Longitudinal disebut juga dengan arah
sumbu Axial yaitu arah Sejajar dengan arah serat
kayu sedangkan arah sumbu Radial adalah arah
Tegak lurus arah serat kayu.
Sifat-sifat Mekanis kayu yang sering dibahas yaitu:
1. Kuat Tarik

2.
3.
4.
5.
6.
7.

Kuat Tekan
Kuat Geser
Kuat Lentur
Kekakuan
Kekerasan
Kuat belah

Apabila suatu benda menerima gaya luar yang akan


mengubah bentuk dan ukuran benda itu maka benda
itu akan memberikan perlawann, dan perlawanan ini
yang disebut dengan Tegangan (Stress : ), Tegangan
berarti juga Gaya Luar persatuan Luas, = Gaya /
Luas.
Ada Tiga macam gaya yang dapat bekerja pada suatu
benda yang disebut Gaya Primer :

Gaya Tekan, gaya ini membuat benda menjadi


Pendek dan mengecilkan dimensi atau Volume.

Gaya Tarik, gaya ini membuat benda menjadi


Panjang dan membesarkan dimensi atau Volume.

Gaya Geser, gaya ini akan menyebabkan satu bagian


benda bergeser terhadp bidang yang lain.

Gaya Lentur, merupakan kombinasi dari ketiga gaya

Primer
tersebut
yang
menyebabkan
adanya
lengkungan pada benda, akibatnya bagian atas benda
menjadi cekung karena bekerja gaya Tekan, bagian

bawah benda cembung karena bekerja gaya Tarik, dan


bagian Tengah (netral) benda mengalami Geser karena
ada gaya Geser.
Ketahanan kayu terhadap beban yang bekerja
dinamakan Kekuatan kayu, sehingga kekuatan kayu
bisa berupa kekuatan Tekan, Tarik, Geser dan kekuatan
Lentur termasuk juga Kekakuan, ketahanan Kejut,
Kekerasan dan Kuat Belah.
Gaya yang bekerja pada suatu benda akan
menimbulkan perubahan bentuk dan ukuran pd benda
itu, perubahan bentuk ini yang disebut Regangan atau
Deformasi (Strain : ) Regangan dinyatakan dalam
Deformasi per satuan luas.
Regangan yang terjadi pada kayu sebanding dengan
Tegangan yang diberikan bila tegangan ini kecil,
regangan ini dapat kembali kebentuk semula apabila
lamanya pemberian tegangan hanya singkat saja dan
regangannya tetap kecil.
Perlakuan kayu yang seperti ini diuraikan oleh Robert
Hooke pada tahun 1678 dan hubungan antara
Tegangan dan Regangan adalah = k. dimana k adalh
Konstanta Keseimbangan disebut Modulas Elastisitas
(Modulus Of Elasticity : MOE).
MOE untuk tegangan tekan dan tarik disebut Modulus
Young, sedangakn MOE untuk tegangan Lentur
disimbolkan E.

Sifat Mekanis yang diuji


1. Kuat Lentur

Kekuatan Lentur Statis adalah suatu kekuatan kayu


yang sangat penting karena kebanyakan struktur
kayu mengalami beban lentur, contohnya pada
gelagar kayu yang mengalami gaya luar dalam arah
tegak lurus serat dengan gaya ini terjadi 3 tegangan
yaitu Tegangan Tarik, tegangan Tekan dan tegangan
geser, tegangan ini adalah tegangan Axial.
Tegangan Tarik terbesar terletak pada permukaan
bawah, tegangan Tekan terbesar pada permukaan
atas, kemudian secara berangsur-angsur masingmasing menurun kearah tengah dan menjadi nol
dibidanf netral atau tengah gelagar, Sedangkan
tegangan geser terbesar dibidang netral ditengah
gelagar dan nol dipermukaan.
Kekuatan Lentur kayu biasanya dinyatakan dlm
Modulus Retak (Modulus Of Rupture : MOR) yang
merupakan tegangan tertinggi dibagian serat paling
luar kayu ktika gelagar retak/patah karena beban
yang dikenakan secara berangsur selama beberapa
menit, MOR bervariasi antar 55 160 N/mm 2 dan hal
ini menunjukan bahwa tegangan lentur sama
dengan tagangan tarik sejajar serat.

2. Kuat Tekan
Kuat Tekan mencakup Kuat Tekan sejajar serat dan
tegak lurus serat, kuat tekan sejajar serat 15 kali
kuat tekan tegak lurus serat dan besarnya antara 25
95 N/mm2 sedangkan kuat tekan tegak lurus
bervariasi antara 1 20 N/mm2 , kuat tekan kayu
kira-kira setengah kuat tarik kayu karena struktur
kayu dinding sel tersusun atas molekul-molekul

selulose yang sangat kuat menahan kekuatan tarik


axial, Hemiselulose, dan selulose serta lignin juga
mendukung dalam kekuatan Tekan.
Kerusakn karena tekanan sejajar serat disebab kan
oleh lapisan interseluler, belah atau geser
terlipatnya sel dan pecahnya dinding sel, sebaliknya
tekann tegak lurus serat menyebab kan perubahan
bentuk panampang melintang sel dan pengurangan
besarnya rongga sel, Tekanan tegak lurus serat
terjadi pada bantalan rel kereta api sedangkan
tekanan sejajar serat terjadi dlam tiang pendek
(Kolom).

3. Kuat Tarik
Kuat Tarik Kayu menunjukan perbedaan yang besar
apabila menahan beban Axial (sejajar serat) atau
Transversal (Tegak lurus serat), kuat tarik aksial
kayu jauh lebih tinggi daripada kuat tarik tranversal,
kuat tarik aksial kayu daerah iklim sedang bervariasi
dari 50 160 N/mm2 sedang kuat tarik tranversal 1
7 N/mm2 ,kayu tropikal kuat tarik alsial mencapai
300 N/mm2.

4. Kuat Geser
Gaya Geser dapat terjadi pada bidang longitudinal
atau bidang tranversal, tegangan geser longitudinal
dapat terjadi apabila kayu dibebani gaya lentur,
kekuatan kayu dalam geser aksial berkisar
bervariasi 5 20 N/mm2, kuat geser tranversal adala
34 kali lebih besar daripada kuat geser aksial,
tetapi sifat ini tidak begitu penting sebab kayu

sudah rusak terlebih dahulu sebelum mengalami


geser tranversal.

5. Keuletan (Keteguhan pukul).


Keuletan atau energi dalam lentur dinamis adalah
ketahanan kayu terhadap beban kejut (tiba-tiba)
yang bertentangan dengan lentur statis dimana
beban naik berangsur-angsur, enrgi yang diabsorpsi
oleh kayu lebih besar pada beban kejut/dinamis
daripad beban statis.

6. Elastisitas
Nilai MOE variasi antara 2500 17000 N/mm 2 untuk
arah aksial, kayu mempunyai MOE yang lebih
rendah daripada bahan-bahan lain, tapi bila dilihat
dari berat jenisnya nilai elastisitasnya sebanding
dengan baja, MOE berbeda pada ketiga arah (Aksial,
Tangensial, dan Radial) pd arah Tranversal
(tangensial dan radial) hanya sekitar 300 600
N/mm2.

7. Kekerasan
Kekerasan adalah ketahanan kayu terhadap
masuknya benda asing kedalam massa kayu,
ketahanan ini lebih tinggi dari arah aksial (pada
penampang tranversal) daripada arah lateral
(Tangensial dan radial), kekerasan berkaitan dengan
keausan, abrasi, goresan.

Jenis kayu yang termasuk kayu keras adalah Kayu


hitam, kayu ulin, kayu sawo dan yang termasuk
kayu lunak adalah kayu sengon.

8. Kuat Belah
Ketahanan kayu terhadap gaya belah adalah
kemampuan kayu terhadap gaya luar yang
berbentuk baji (lancip), karena strukturnya kayu
mempunyai kuat belah yang rendah sejajar seratnya
(kayu mudah belah).

Faktor brpengaruh trhadap sifat Mekanis


1. Kadar Air
Kadar air kayu turun maka kekuatan kayu naik, hal
ini disebabkan perubahan dalam dinding sel yang
menjadi lebih padat juga dipengaruhi penyusutan
dengan hilangnya air dari dinding sel massa zat
kayu per satuan volume naik.
Perubahan 1% kadar air merubah kekuatan Tekan
sebesar 6%, MOR 5%, Kekerasan 2-2,5%

2. Kadar Lengas Kayu


Kadar Lengas kayu mempunyai pengaruh yang
besar terhadap tegangan-tegangan yang searah
maupun yang tegak lurus serat kayu, kadar lengas
kayu adalah jumlah prosentase air yang ada
diantara ruang antar sel kayu.

3. Kerapatan Kayu / Berat Jenis Kayu.

Kerapatan Kayu merupakan indeks yang paling


sederhana dan paling baik dari kekuatan kayu bebas
cacat dengan demikian kerapatan, kekuatan kayu
juga naik, hal ini disebabkan karena kerapatan
merupakan pengukur banyak nya zat kayu yang ada
di dalam kayu segar.
Kerapatan yang lebih tinggi berasal dari proporsi
yang lebih besar dari sel kayu dengan dinding sel
yang tebal dan rongga sel sempit, ini akan memberi
kekuatan yang lebih besar pada kayu bebas cacat
yang lebih padat.
Kekuatan yang efektif tergantung pada banyaknya
zat dinding sel, proporsi dinding sel yang ada dalam
kayu dan banyaknya zat ekstraktif dalam rongga
sel.

4. Suhu
Suhu mempunyai dua pengaruh yang berbeda pada
kekuatan kayu yaitu :
1. Pengaruh Langsung pd kekuatan Kayu
Makin tinggi suhu kayu makin turun kekuatannya,
hal ini berlaku apabila lamanya suhu hanya
singkat saja.
Dibawah titik jenuh serat hubungan antara
kekuatan dan suhu berupa garis lurus.
Makin tinggi berat jenis kayu makin besar
penurunan kekuatan kayu pada suhu meningkat.
2. Pengaruh Suhu & waktu pd kkuatn Kayu

Kayu pada kadar air sembarang jika kena suhu


kurang dari 650 C untuk waktu yang relatif
pendek kemudian dikembalikan pada suhu kamar
normal, maka tidak akan kehilangan kekutan
atau sifat-sifat elastisnya dan sebaliknya kayu
yang dipanaskan sampai suhu 650 C dan titik
bakar kayu mencapai 2750 C untuk waktu yang
cukup lama, kemudian diuji pada suhu ruangan
maka akan kehilangan sebagian kekuatan dan
elastisitasnya secara permanen.

5. Perilaku Kayu Anisotropik


Bahan bangunan yang memiliki sifat-sifat fisika yang
berbeda dalam berbagai arah sumbu struktural
disebut dengan sifat Anisotropik. Sedangkan bahan
kayu memiliki sifat Anisotropik dalam tiga arah,
yaitu arah sumbu Horizontal, arah vertikal dan arah
Tangensial.

6. Lamany Pemberian Beban pada Kayu


Semakin singkat waktu pembebanan semakin tinggi
tegangannya, oleh karena itu kayu merupakan
bahan yang paling baik untuk konstruksi yang
menahan tegangan-tegangan yang timbul dalam
waktu yang singkat atau dalam waktu yang sesaat
saja, seperti tegangn yang disebabkan oleh adanya
angin, salju, gempa bumi dan gaya yang lainnya.
Tegangan-tegangan yang diijinkn dan akan
digunakan dalam praktek diambil atau ditentukan

berdasarkan pembebanan selama 50 tahun, dengan


demikian bila konstruksi dibebani oleh beban dalam
waktu yang pendek, tegangan-tegangan boleh
dinaikkan menurut peraturan-peraturan yang ada.
Kenaikkan berlaku untuk tegangan lentur, tarik,
tekan dan geser, sedang untuk harga modulus
elastisitas (E) besarnya tetap, jadi harga E tidak
dipengaruhi oleh sifat muatannya.
Lamanya pemberian beban pada sepotong kayu
mempunyai pengaruh yang penting pada besarnya
beban yang dapat dipikul oleh kayu tersebut, ini
berlaku untuk semua bentuk beban, tetapi sangat
penting untuk kuat lentur. Kekuatan lentur
maksimum atau modulus patah akan turun
sebanding dengan lamanya pemberian beban pada
kayu.
Penyebab dari sifat kayu tersebut dapat diterangkan
bahwa beban yang bekerja pada kayu menimbulkan
deformasi, deformasi yang ditimbulkan akibat
pembebanan merupakan hasil dari dua komponen
yang berbeda yang bekerja secara simultan /secara
bersamaan.
1. Deformasi elastis
Merupakan reaksi kayu secara langsung terhadap
beban yang mengenainya dan jika beban
dihilangkan kayu kembali ke bentuk semula,
perilaku elastis hasil dari adanya selulose yang ada
pada dinding sel.

2. Deformasi Plastis
Deformasi plastis sudah berlaku sejak kayu pertama
kali menerima beban dan meningkat dengan
berjalannya waktu, pemulihan deformasi plastis
sangat lambat dan kurang lebih separoh deformasi
dapat dipulihkan sehingga terjadi deformasi
permanen, artinya bila beban dihilangkan kayu tidak
kembali kebentuk semula, perilaku ini disebabkan
adanya fraksi lignin pada dinding sel, sifat plastis ini
terlihat seperti pada melengkungnya gelagar karena
mengalami pembebanan dalam waktu yang lama
atau jangka panjang.
Dibawah beban tetap kayu akan mengalami
deformasi plastis yang akan berkorelasi langsung
dengan waktu/ lamanya pemberian beban, peristiwa
ini sering terjadi yang disebut dengan istilah
rangkak (Creep).
Sifat-sifat plastis dari kayu juga tampak bila kayu
dipertahankan pada deformasi yang konstan, kayu
ini akan berkurang ketahanannya (tegangan dalam)
terhadap deformasi itu dengan bertambah lamanya
waktu deformasi. Peristiwa berkurangnya ketahanan
tegangan akibat plastis dikenal dengan peristiwa
Relaksasi, kayu dengan deformasi konstan akan
mengalami pengurangan tegangan dalam hingga
lebih kurang 70 % dari tegangan pada permulaan
deformasi.

7. Kelelahan kayu (Fatique)


Kelelahan (Fatique) adalah pengaruh beban yang
berulang-ulang dengan jumlah siklus yang besar
pada suatu bahan, kemampuan
kayu untuk
menahan beban yang berulang-ulang bersiklus
pendek tanpa mengalami kerusakan disebut
ketahanan terhadap kelelahan (Fatique Resisten)
yang tergantung dari lamanya waktu pembebanan
pada bahan.
8. Pengaruh Mata Kayu
Pengaruh mata kayu terhadap kekuatan tergantung
pada letak mata kayunya, pada daerah tertarik
mata kayu lebih berbahaya bila dibandingkan
dengan membuat lubang sebesar mata kayunya ini
disebabkan karena adanya mata kayu tersebut,
serat-serat disekitar mata kayu tidak teratur
sehingga
mengakibatkan
penurunan
dari
tegangaan-tegangannya, pada daerah tertekan dan
garis netral pengaruh mata kayu tidak begitu besar.
9. Sifat Menekuk Dari Batang Tertekan
Batang yang pada kedua ujungnya bersendikan
kemungkinan batang akan menekuk melekukny
batang tergantung dari panjangnya batang, jika
tegangan-tegangan yang bekerja pada batang masih

dibawah E atau , lebih jelas akan dijelaskan pada


bab perencanaan batang tekan.

2. Sifat-sifat Hygroscopis
1. Kadar Lengas Udara
Kadar lengas kayu dipengaruhi oleh kadar lengas
udara, kadar lengas udara juga mempengaruhi
kembang susut dari kayu. Pada keadaan lengas
kayu tinggi pada waktu musin hujan maka kayu
akan mengembang, demikian pula musim
kemarau kadar lengas udara rendah maka kadar
lengas kayu turun akibatnya kayu akan menyusut
dengan demikian perubahan kadar lengas udara
akan mempengaruhi kembang susut dari kayu,
kadar lengas kayu dalam keadaan pangkal
kenyang ada diantara 25-30% dan inipun
tergantung juga dari jenis kayunya.
Pada kayu jati pangkal kayunya ada disekitar 23%
turunnya kadar lengas kayu akan menambah
kekokohan dari kayu, penentuan kadar lengas
kayu untuk berbagai macam konstruksi sangat
penting, misal untuk konstruksi-konstruksi yang
selalu basah kadar lengas kayu tinggi sedang
untuk konstruksi kuda-kuda dan untuk konstruksi
kebutuhan perumahan membutuhkan kadar
lengas yang rendah saja karena kayunya kuat

2. Kembang Susut
Kayu akan mengembang bila kadar lengas kayu
naik dan kayu menyusut bila kadar lengas kayu
menurun, mengembang dan menyusutnya kayu
pada arah tegak lurus serat dan sejajar serat
berbeda.
Menyusut pada arah sejajar serat jauh lebih kecil
dari menyusut tegak lurus serat atau menyusut
tegak lurus serat lebih besar dari pada menyusut
sejajar serat, ini dapat dilihat ada sambungansambungan pelebaran dari pintu-pintu dan jendela
jendela rumah.
Selain kadar lengas udara, kembang susut
dipengaruhi juga oleh derajat panas dan
kerapatan / massa dari kayunya itu sendiari.
Kembang susut kayu untuk semua jenis kayu
untuk ke semua arah rata-rata adalah sebagai :
Kembang
Kembang
Kembang
Kembang

susut
susut
susut
susut

arah
arah
arah
arah

tangensial :
radial
:
axial
:
volumetric :

4 2
0,1
7 -

14%
- 8%
- 0,2 %
21%

Akibat dari kembang susut kayu yang begitu


tinggi akan timbul retak-retak halus pada
permukaan-permukaan kayu dan bila kayu

berbentuk papan atau balok maka akan pecahpecah pada bagian ujungnya.

3. Sifat-sifat Fisik
1. Kandungan Air
Pada bagian batang kandungan air pada kayu
gubal lebih banyak daripada kayu teras, air
yang terdapat pada batang kayu tersimpan
dalam dua bentuk yaitu:
1. Air bebas (Free water)
yang terletak
diantara sel-sel kayu
2.
Air ikat (Bound water) yang terletak pada
dinding sel
Selama air bebas masih ada maka dinding sel
kayu masih tetap jenuh, ketika batang kayu
mulai diolah (ditebang dan dibentuk) kandungan
air pada batang berkisar 40% - 300%
kandungan ini yang dinamakan kandungan air
segar karena masih basah, suatu kondisi dimana
air bebas yang terletak diantara sel-sel sudah
habis sedangkan air ikat pada dinding sel masih
jenuh dinamakan titik jenuh serat (fibre
saturation point) kandungan air ini berkisar
anatara 25 % sampai 30 %.

Kandungan air pada kayu dipengaruhi oleh


kelembaban udara lingkungan, bila kelembaban
udara meningkat kandungan air pada kayu
akan meningkat pula dan sebaliknya, kalau
kelembaban menurun maka kandungan air
pada keyu menurun.
Pada kondisi lingkungan yang mempunyai udara
stabil dan kandungan air kayu cenderung tetap
disebut kadar air imbang (equilibrium
moisture content).
2. Pengaruh temperatur
Temperatur
mempunyai
pengaruh
besar
terhadap kadar lengas kayu yang berarti pula
berpengaruh terhadap kembang susut kayu
berarti temperatur rendah kadar lengas naik
kayu akan mengembang /kayu memuai dan
temperatur tinggi kadar lengas turun kayu akan
mnyusut/mengecil.
Selain itu kayu mempunyai daya hantar panas
yang kecil untuk peredaran panas, baik sekali
untuk dinding-dinding penahan suhu panas
terhadap suhu udara juga untuk perabot rumah
tangga sebagai penahan udara /suhu panas.
3. Sifat-sifat Listrik
Mempunyai daya penghantar panas yang jelek
(isolator) terhadap aliran listrik oleh karena itu

banyak digunakan sebagai penyekat aliran


listrik karena daya hantar listriknya dipengaruhi
oleh kadar lengas kandungan air dari kayunya.
Apabila kadar lengasnya rendah semakin baik
daya tahan terhadap aliran listrik semakin tinggi kadar lengas berarti semakin tinggi daya
hantar listrik ini disebabkan aliran listriknya
melalui butir-butir air yang ada didalam
kayunya.
4. Kepadatan (density)
Kepadatan dinyatakan dengn berat perunit
volume, pengukuran kepadatan ditunjukan
untuk mengetahui /menghitung porositas dan
prosentase rongga (void) pada kayu. Kepadatan
dan
volume
sangat
bergantung
pada
kandungan air cara menghitung kepadatan
kayu dengan membandingkan antara berat
kering kayu dengan volume basah, berat kering
kayu dapat diperoleh dengan cara menimbang
spesimen kayu yang telah disimpan dalam oven
pada suhu 105oC selama 24 hingga 48 jam atau
hingga berat spesimen kayu tetap.
5. Cacat-cacat Kayu
Cacat kayu yang sering terjadi adalah retak
(cracks), mata kayu (knots) dan kemiringn
serat (slope of grain) retak pada kayu terjadi
karena proses penyusutan akibat penurunan

kandungan air (pengeringan). Pada batang kayu


yang tipis, retak dapat terjadi lebih besar yang
disebut dengan belah atau (split), mata kayu
sering terdapat pada batang kayu yang
merupakan bekas cabang kayu yang patah Pada
mata kayu ini terjadi pembelokkan arah serat
sehingga kekuatan kayu menjadi berkurang
untuk
keperluan
konstruksi
dihindari
penggunaan batang kayu yang memiliki mata
kayu, kemiringan serat menunjukkan sudut
miring serat kayu.
Cacat dalam pembentukan anatomis
1. Jarak rengat yang berbeda keras, kayu ini
menyusut tidak teratur dan mudah pecah.
2. Batang memilin arah matahari, menurunkn
mutu kayu karena menyusut sehingga berubah
bentuknya menjadi baling-baling.
3. Mata kayu dibedakn atas mata kayu sehat, mata
kayu lepas, dan mata kayu yng rusak.
4. Mata kayu yang lepas atau mata kayu busuk
mengurangi keindahan kayu dan mempersulit
pengerjaannya.

Cacat pengaruh dari luar


1. Retak pengeringan akibat penyimpanan batang
kayu yng tidak terlindung dari sinar matahari
memberi peluang hama bertelur
2. Hati / inti kayu yang membusuk, pohon tua,
kayu yang tidak dapat dimanfaatkan lagi.
3. Retak angin/pada waktu penebangn, retak yang
melintang pada serat kayu, kayu yang tidak
dapat dimanfaatkan lagi.
4. Kerusakan mekanik disebabkan oleh paku,
peluru, pengukiran kulit, burung pelatuk dan
sebagainya.
Contoh cacat kayu
sebagai berikut ini.

dapat

dilihat

Cacat dalam pembentukan batang

pada

gambar

Batang yang lurus dan tanpa cacat


batang
yang
ideal
dan
yang
dikehendaki.
Batang yang bengkok/lengkung
Batang yang bengkok dan puntir
menghasilkn kayu yang sedikit saja
dan yang mudah melengkung.
Batang yang kerucut terpancung
menurunkan mutu kayu oleh seratserat yang tidak sejajar (tetapi bagus
untuk finir).
Batang bercabang menurunkan mutu
kayu karena seratnya yang tidak
beraturan.

Cacat dalam pembentukan anatomis

Jarak renggat berbeda keras kayu ini


akan menyusut tidak beraturn dan
akan mudah pecah
Batang
memilin
arah
matahari
menurunkan mutu kayu karena
menyusut
sehingga
berubah
bentuknya menjadi baling-baling.
Mata kayu dibedakan atas :
mata kayu yang sehat, mata kayu yg
lepas, mata kayu busuk.
Mata kayu yang lepas atau yang
busuk mengurangi keindahan kayu
dan
akan
mempersulit
pengerjaannya/pelaksanaannya.

Cacat pengaruh dari luar


Retak
pengeringan
akibat
penyimpanan batang kayu

dari
tidak

terlindung
dari
sinar
matahari,
memberi peluang hama bertelur.
Hati / inti kayu yang membusuk pohon
yang tua, kayu yang tidak dapat
dimanfaatkan lagi.
Retak angin/ panebangan, retak yang
melintang pada serat kayu, dan kayu
yang tidak dapat dimanfaatkan lagi.
Kerusakan mekanik disebabkan oleh
karena paku, oleh peluru, pengukiran
kulit, burung pelatuk, dan lain sebagainya.

III. PENGENALAN JENIS KAYU


METODE PENGENALAN JENIS
KAYU

Untuk mengenal/menentukan suatu jenis kayu, tidak


selalu dilakukan dengan cara memeriksa kayu dalam
bentuk log/bundar tetapi dapat dilakukan dengan
memeriksa sepotong kecil kayu, penentuan jenis
kayu dalam bentuk log pada umumnya dengan cara
memperhatikan sifat-sifat kayu yang mudah dilihat
seperti penampakan kulit, warna kayu teras, arah
serat, ada tidaknya getah dan sebagainya.
Penentuan beberapa jenis kayu dalam bentuk olahan
atau kayu gergajian, moulding, dan sebagainya
masih
mudah
dilakukan
dengan
hanya
memperhatikan sifat-sifat kasar yang mudah dilihat,
sbagai contoh, kayu jati (Tectona grandis) memiliki
gambar lingkaran tumbuh yang jelas), namun apabila
kayu tersebut diamati dalam bentuk barang jadi
dimana sifat-sifat fisik asli tidak dapat dikenali lagi
karena sudah dilapisi dengan cat, maka satu-satunya
cara/metode yang dapat dipergunakan untuk
menentukan jenisnya adalah dengan cara memeriksa
sifat anatomi/ struktur dari kayunya.
Demikian juga untuk kebanyakan kayu di Indonesia
dimana antar jenis kayu sulit untuk dibedakan cara
yang lebih lazim dipakai dalam penentuan jenis kayu
adalah dengn memeriksa sifat anatominya /sifat
struktur kayunya.
Pada dasarnya terdapat dua sifat utama kayu yang
dapat dipergunakan untuk mengenali kayu yaitu sifat
fisik disebut juga sifat kasar atau sifat makroskopis)

dan sifat struktur (disebut juga sifat mikroskopis,


secara obyektif, sifat struktur atau mikroskopis lebih
dapat diandalkan dari pada sifat fisik atau
makroskopis dalam mengenal atau menentukan
suatu jenis kayu.
Namun untuk mendapatkan hasil yang lebih dapat
dipercaya, akan lebih baik bila kedua sifat ini dapat
dipergunakan secara bersama-sama karena sifat fisik
akan mendukung sifat struktur dalam menentukan
jenis kayu dan sifatnya.
Sifat fisik/kasar atau makroskopis adalah sifat yang
dapat diketahui secara jelas melalui pancaindera,
baik dengan penglihatan mata, penciuman, perabaan
dan sebagainya tanpa menggunakan alat bantu dan
alat yang lainnya.

Sifat kayu yang termasuk dalam sifat kasar :


1. Warna kayu, yang pada umumnya yang
digunakan adalah warna kayu teras.
2. Tekstur, yaitu penampilan sifat struktur pada
bidang yang melintang.
3. Arah serat, yaitu arah umum dari sel-sel
pembentukan dari kayu
4. Gambar, baik yang terlihat pada bidang arah
radial maupun arah tangensial
5. Berat, umum berhubungan dengn berat jenis

6. Kesan raba, kesan yang didapat pada waktu


meraba kayu apa yang dirasakan.
7. Lingkaran tumbuh terhadap pohon kayu
8. Bau, dan lain sebagainya.
Sifat struktur/mikroskopis adalah sifat yang dapat kita
ketahui dengan mempergunakan alat bantu yaitu kaca
pembesar (loupe) dengan pembesaran 10 kali maka
akan terlihat struktur sel-sel kayu.
Sifat struktur kayu yang diamati adalah :
1. Pori (vessel) adalah sel yang dengan bentuk
pembuluh dengan arah longitudinal dengan
mempergunakan loupe pada bidang lintang pori
terlihat sebagai lubang-lubang beraturan maupun
tidak beraturan ukuran kecil maupun ukuran besar,
dan pori juga dapat dibedakan berdasarkan
penyebaran, susunan, isi, ukuran, jumlah dan
bidang perforasi kayunya.
2. Parenkim (Parenchyma) adalah sel yang
berdinding tipis dengan bentuk batu bata dengn
arah longitudinal dengn mempergunakn loupe, pada
bidang lintang, parenkim (jaringan parenkim)
terlihat mempunyai warna yang lebih cerah
dibanding dengn warna sel sekelilingnya Parenkim
dapat dibedakan berdasarkan atas hubungannya
dengan pori yaitu parenkim paratrakeal (berhubungan dengan pori) dan apotrakeral (tidak berhubungan
dengan pori).

3. Jari-jari (Rays) adalah parenkim dengan arah


horizontal dengan mempergunakan loupe pada
bidang lintang jari-jari terlihat seperti garis-garis
yang sejajar dengan warna yang lebih cerah
dibanding warna sekelilingnya, jari-jari dapat
dibedakan berdasarkan pada ukuran lebarnya dan
serta keseragaman ukurannya.
4. Saluran Interseluler adalah saluran yang berada
di antara sel-sel kayu yang berfungsi sebagai
saluran khusus saluran interseluler ini tidak selalu
ada pada setiap jenis kayu tetapi hanya terdapat
pada jenis-jenis tertentu misalnya beberapa jenis
kayu dalam famili Dipterocarpaceae, antara lain
meranti (Shorea spp), kayu kapur (Dryobalanops
spp), kayu keruing (Dipterocarpus spp), kayu
mersawa (Anisoptera spp), dan lain sebagainya.
Berdasarkan arahnya saluran interseluler dibedakan
atas saluran interseluler aksial (arah longitudinal)
dan saluran interseluler radial arah sejajar jari-jari
pada bidang lintang dengan mempergunakan loupe
maka pada umumnya saluran interseluler aksial
terlihat sebagai lubang-lubang yang terletak
diantara sel-sel kayu dengan ukuran yang jauh lebih
kecil.
5. Saluran getah adalah saluran yang berada dalam
batang kayu dan bentukny seperti lensa Saluran
getah ini tidak selalu dijumpai pada setiap jenis

kayu tapi hanya terdapat pada kayu-kayu tertentu


misalnya jelutung Dyera spp
6. Tanda kerinyut adalah penampilan ujung jari-jari
yang bertingkat-tingkat dan biasanya terlihat pada
bidang tangensial, tanda kerinyut juga tidak selalu
dijumpai pada setiap jenis kayu tapi hanya pada
jenis-jenis tertentu seperti kayu kempas (Koompasia
malaccensis) dan kayu sonokembang (Pterocarpus
indicus).
7. Gelam tersisip atau kulit tersisip adalah kulit yang
berada diantara kayu akibat kesalahan kambium
dlm membentuk kulit, Gelam tersisip juga tidak
selalu ada pada setiap jenis kayu jenis kayu yang
sering memiliki gelam tersisip adalah kayu karas
(Aquilaria spp), jati (Tectona grandis) dan kayu apiapi (Avicennia spp).
Terdapat perbedaan yang mendasar antara sifat struktr
kayu daun lebar dan sifat kayu daun jarum, kayu-kayu
daun jarum tidak mempunyai pori-pori kayu seperti
halnya kayu-kayu daun lebar.
Untuk menentukan jenis sepotong kayu, kegiatan
pertama yang harus dilakukan adalah memeriksa kayu
tersebut dengan memeriksa sifat kasarya, apabila
dengan cara tersebut belum dapat ditetapkan jenis
kayunya, maka terhadap kayu tersebut dilakukan
pemeriksaan sifat strukturnya dengan mempergunakan
loupe / kaca pembesar.

Untuk memudahkan dalam menentukan suatu jenis


kayu, kita dapat mempergunakan kunci pengenalan
jenis kayu, kunci pengenalan jenis kayu pada dasarnya
merupakan suatu kumpulan keterangan tentang sifatsifat kayu yang telah dikenal baik sifat struktur
maupun sifat kasarnya. Sifat-sifat tersebut kemudian
didokumentasikan dalam bentuk kartu/ sistim kartu
atau dalam bentuk percabangan dua /atau sistem
dikotom.
Pada sistem kartu, dibuat kartu dengan ukuran tertentu
misalnya ukuran kartu pos, disekeliling kartu tersebut
dicantumkan keterangan sifat-sifat kayu dan pada
bagian tengahnya tertera nama jenis kayu, sebagai
contoh kayu yang akan ditentukan jenisnya diperiksa
lebih dahulu sifat-sifatnya
Berdasarkan sifat-sifat tersebut, sifat kayu yang tertulis
pada kartu ditusuk dengan sebatang kawat dan
digoyang sampai ada kartu yang jatuh apabila kartu
yang jatuh lebih dari satu kartu dengan cara yang
sama kartu-kartu itu kemudian ditusuk pada sifat lain
sesuai dengan hasil pemeriksaan sampai akhimya
tersisa satu kartu, sebagai hasilnya nama jenis yang
tertera pada kartu terakhir tersebut adalah merupakan
nama jenis kayu yang diidentifikasi yang dicari
namanya.
Dikotom berarti percabangan, pembagian atau
pengelompokan dua-dua atas dasar persamaan sifatsifat kayu yang diamati, kayu yang akan ditentukan

jenisnya diperiksa sifat-sifatnya dan kemudian dengan


menrpergunakn kunci dikotom dilakukan penelitian/
penelusuran sesuai dengan sifat struktur kayu yang
diamati sampai diperoleh nya nama jenis dan bentuk
kayu yang dimaksud.
Kunci cara pengenalan jenis kayu diatas baik sistem
kartu maupun dengan sistem dikotom keduanya
mempunyai kelemahan, kesulitan tersebut adalah
apabila kayu yang akan ditentukan jenisnya tidak
termasuk kedalam koleksi, walaupun sistem kartu
ataupun sistem dikotom digunakan untuk menetapkan
jenis kayu, keduanya cara itu tidak akan dapat
membantu mendapatkan nama jenis kayu yang
dimaksud.

IV. JENIS KAYU YANG ADA


DIPASARAN
1. KAYU JATI
Banyak terdapat di Indonesia antara lain pulau Jawa,
Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, dan Nusa Tenggara,
kebanyakan kayu Jati ditebang pada umur 30 sampai
40 tahun dan yang kurang dari itu penebanganya akan
menyebabkan dalam hal penggergajian banyak bagian
kayu yang terbuang
Kayu Jati di Pulau jawa banyak tumbuh di daerahdaerah pegunungan kapur oleh karena itu dalam

ruang-ruang antar sel sel lainnya banyak terdapat


butiran-butiran kapur, hal ini perlu diperhatikan karena
akan merusak alat-alat yang digunakan.
Warna kayu jati yang telah tua, coklat muda dan BJ /
berat jenis Kayu Jati antara 0,65 sampai 0,70.

2. KAYU RASAMALA
Pohonnya sangat tinggi sekali, dan ada yang mencapai
60 meter dan banyak tumbuh dilereng-lereng gunung
didaerah jawa barat yaitu pada daerah ketinggian
kurang lebih 1000 meter sampai 1700 meter dari
permukaan laut.
Kayu berserat kokoh dan sukar dikerjakan karena
seratnya tidak teratur dan membelit, dalam keadaan
basah kayu ini sangat berat dan lebih berat dari kayu
jati tetapi setelah kering lebih ringan dari kayu jati,
pada keadaan berbentuk balok permukaanya terlihat
adanya retak halus tetapi tidak ada masalah karena
sudah menjadi sifat dan jenis struktur dari kayunya.
Karena sifatnya yg mudah berubah membengkok maka
kayu kurang baik untuk konstruksi pintu dan jendela

lebih baik untuk konstruksi rangka atap atau gelagargelagar dari konstruksi jembatan.
BJ / berat jenis kayu Rasamala antara 0,6 s/d 0,8.
3. KAYU MERKAU
Kayu ini banyak terdapat dipulau Sumatra bagian
utara, Sulawesi, dan Maluku, seratnya lurus dan kuat
mudah dikerjakan dan berwarna sawo matang
kekuningan, kejelekan dari kayu ini bila dikombinasi
dengan besi bisa berkarat karena kadar air batangnya
banyak mengandung asam.
BJ /berat jenis kayu Merkau antara 0,9 sampai 1,0
4. KAYU BANGKIRAI
Sering juga disebut dengn jati Kalimantan banyak
terdapat di Kalimantan dan Sumatera, kuat dan lurus,
mudah dikerjakan dan mudah didapat dalam ukuran
yang panjang-panjang tanpa cacat.
BJ / berat jenis kayu Bangkirai antara 0,8 s/d 1,1
5. KAYU BERLIAN
Kayu banyak di Kalimantan dan juga di Sumatera,
dikalimantan disebut juga kayu besi, seratnya kokoh
dan sukar dikerjakan karena kerasnya, BJ/ berat jenis
kayu Berlian ada diantara 0,9 -1,2. Kayu ini banyak
digunakan untuk konstruksi bangunan air karena tahan
terbenam dalam air dalam jangka waktu yang sangat
lama, untuk tiang listrik dan bantalan rel kereta api.

6. KAYU MAHONI
Di Indonesia banyak ditanam di tepi jalan sebagai
pohon pelindung dan sekitar daerah jepara kayu
banyak digunakan sebagai bahan ukir-ukiran dan
perabot rumah tangga seperti meubel dan lain-lain,
dalam konstruksi bangunan sedikit digunakan BJ / berat
jenis kayu Mahoni antara 0,56-0,64. Kayu ini banyak
dibuat dalam bentuk papan yang tipis-tipis untuk
keperluan perabot rumah tangga.
7. KAYU KRUING
Banyak terdapat di Kalimantan dan Sumatera bagian
utara mudah didapat dalam ukuran yang panjang dan
besar
dalam
penggunaannya
sebaiknya
kayu
diawetkan terlebih dahulu dan banyak digunakan
dalam rangka atap.
BJ / berat jenis kayu Kruing antara 0,6 sampai 0,9.
8. KAYU DUREN
Dapat tumbuh di seluruh Indonesia tidak stabil dan
mudah dimakan rayap hanya digunakan sebagai bahan
cetakan beton/bekisting dan kotak pengepak barang
kadang-kadang digunakan juga untuk bangunan yang
bersifat sementara misal untuk dinding-dinding dari
barak ataau pagar.
BJ / berat jenis kayu Duren antara 0,4 sampai 0,7.
9. KAYU KANFER

Kayu kanfer tidak tahan terhadap serangan rayap akan


tetapi agak tahan terhadap bubuk maka kayu ini
kurang baik bila digunakan sebagai bahan konstruksi
bangunan yang tidak terlindung mudah dikerjakan sifat
mengembang
dan
menyusutnya
kecil
banyak
digunakan sebagai bahan bangunan rumah warna
kayunya adalah sawo merah.
BJ / berat jenis kayu Kanfer antara 0,7 sampai 0,9.
10. KAYU JINJING
Banyak terdapat diprovinsi Jawa Barat, terutama
didaerah-daerah perkebunan teh, di jawa tengah biasa
disebut kayu sengon.
Banyak disebut kayu papan Benpaku, kebaikan dari
kayu ini adalah tahan terhadap serangan rayap.
BJ / berat jenis kayu Jinjing antara 0,3 sampai 0,5.

PENGUJIaN KEKUATAN
KAYU
Prosedur untuk menguji kekuatan mekanis kayu telah
distandarisasikan diseluruh dunia seperti ASTM
(American Society for Testing and Material), British
Standart, India Standart, dan yang lainnya
Pengetahuan
tentang
sifat-sifat
mekanis
kayu
diperoleh dengan pengujian sebagai berikut ini :
1. Service Test, pemakaian kayu seprti pemakain yang
nyata dalam praktek di lapangan.
2. Laboratory Test, pengujian di laboratorium dengan
menggunakan alat-alat uji laboratorium

I. METODE PENGUJIAN
Pengujian kekuatan kayu dengan menggunakan
spesimen kecil tanpa adanya cacat (small clear
specimens) atau yang dikenal sbagai laboratory test
dengan standart ASTM dengan ukuran /dimensi 2" x

2" (5 cm x 5 cm) dan syarat fisik lainnya adalah


kadar air, dimana kayu pada kondisi kadar air
standar yaitu kadar air kering udara, kemudian arah
serat digunakan serat yang lurus, adapun pengujian
menggunakan alat UTM (Universal Testing Machine)
dengan tekanan maksimum /kapasitas 5000 KN.

1. UJI KUAT LENTUR


Uji kuat lentur yang digunakan untuk menentukan
ketahanan kayu terhadap gaya yang dibebankan
kepada balok utama atau gelagar kayu, ukuran
spesimen untuk pengujian ini seperti gambar dengan
ukuran panjang 30 inci penampang melintang 2" x 2"
spesimen ini di kedua ujungnya ditopang dengan suatu
penyangga yang berjarak masing-masing 1 inci dari
ujung sehingga terdapat bentangn bebas sepanjang 28
inci alat penyanga dilengkapi dengan alat anti
penggeseran.
Untuk mencegah perlawanan terhadap spesimen
selama
pengujian,
spesimen
diletakkan
diatas
penyangga dan beban diberikan pada sisi radial atau
tangensial dengan kecepatan turunnya kepala mesin
penguji 0,1" tiap menit (0.1/ menit).
Defleksi / deformasi / geseran akan diukur dengan alat
deflektometer seperti gambar pengujian ini dilakukan
hingga mencapai beban maksimum atau sampai
mencapai spesimen patah untuk mengetahui keuletan

kayu, adapun tipe kerusakan spesimen dapat dilihat


pada gambar.

Kuat lentur statis ditunjukkan oleh:


1. Tegangan serat pada batas proporsional
(Fiber stress at proporsional Limit).
Dengan rumus : pl = ( 3PL ) / ( 2bh2 )
2. Tegangan serat pada beban maksimum
(Fiber stress at maximum Load), atau yang lazim
disebut Modulus patah (Modolus of Rupture, disebut
juga dengan istilah MOR )
Dengan rumus : MOR = ( 3PL ) / ( 2bh2 )
3. Modulus Elastisitas (Modulus of Elasticity: MOE)
angka yang menunjukkan kekakuan kayu.
Dengan rumus : MOE = ( PL3 ) / ( 4dbh3 )
4.

Defleksi, dengan Rumus lendutan


berbagai pembebanan seperti berikut

dan

Type-tipe kerusakan spesimen setelah pengujian :


1. Rusak tekan (Compression Failure)
2. Rusak Horisontal (Tesion Failure)

untuk

3. Geser Horisontal

2. UJI KUAT TEKAN SEJAJAR


SERAT
( Compression parallel to
Grain )
Uji kuat tekan sejajar dengn serat dilakukan untuk
menentukan kekuatan kayu trhadap beban aksial jika
kayu digunakan sebagai kolom (tiang) pendek,
spesimen uji berukuran 8 x 2 x 2 diuji dengan
tekanan diujung spesimen dipasang pada suatu alat
penjepit yang menjepit spesimen 1" dari tiap ujung
sehingga bentangan bebas 6 inci ( L = 6 ).
Untuk menghindari tekanan yang eksentris terhadap
specimen maka permukaan ujung harus benar-benar
tegak lurus sumbu panjng specimen selain itu
spesimen disangga dengan blok setengah bulat
sehingga beban terbagi merata pada diseluruh
permukaan ujung spesimen.
Pemberian beban tekanan pada spesimen dilakukan
dengan kecepatan turunnya kepala mesin uji sebesar
0,024 inci tiap detik dan defleksi specimen diukur
dengan
alat
kompresormeter
sampai
0,0001"
pembacaan beban dan defleksi dicatat pada tiap

kenaikan beban 1000 2000 lbs hingga beban


maksimum dilampaui / dilewati.
Kuat tekan maximum dihitung dengan rumus sbb:
= P/A dengan : Kuat Tekan
P : Beban maksimum
A : Luas tampang spesimen
Bentuk-bentuk tampang / penampang specimen :
1. Penampang / tampang segi empat
2. Penampang / tampang lingkaran

3. UJI KUAT TEKAN TEGAK


LURUS SERAT
Pegujian ini brtujuan untuk menentukan ketahann kayu
terhadap tekanan sisi seperti halnya kalau berat rel
kereta api hanya dipikul oleh bantalan, spesimen
berukuran 2 x 2 x 6 inci seluruh panjangnya
disangga oleh meja mesin penguji.
Beban diberikan pada kayu melalui suatu plat baja
lebar 2 inci yang ditempatkan melintang panjang
spesimen ditengah-tengah sehingga menutup panjng
spesimen tepat ditengah-tengah.
Kuat tekan dihitung dengan rumus : P / ( 2b )

4. KEKERASAN
Kekerasan ditentukan dengan Jangka ball test
pengujian ini terdiri atas pengukuran beban yang
diperlukan untuk memasukkan bola baja berdiameter
0,444 sedemikian hingga separoh diameternya masuk
kedalam specimen kayu.
Luas daerah pada tekanan 1 cm 2 untuk menjamin
ketelitian berapa dalam masuknya bola dalam kayu
maka biasanya bola itu diganti dengan sebuah tongkat
baja yang ujungnya berbentuk membulat yang
mempunyai berdiameter 0,444.
Karena kekerasan kayu berbeda-beda menurut arah
masuknya beban terhadap arah serat, maka perlu
mengukur kekerasan pada permukaan tangensial dan
radial, dan ujung spesimen, kecepatan turunnya kepala
mesin 0,25 inci/menit.
Kekerasan langsung dibaca pada skala beban.

5. UJI KUAT TARIK TEGAK


LURUS SERAT
( Tension Perpendiculer
to Grain )
Spesimen berukuran 2 x 2 panjang 2,5 inci seperti
pada pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui
kekuatan kayu terhadap beban tarik yang dikenakan
perlahan-lahan tegak lurus serat, adapun arah serat
yang diuji adalah bidang sumbu radial dan bidang
sumbu tangensial.
Kekuatan tarik = P/A,

Dimana P = Beban max


A = Luas penampang

6. UJI TARIK SEJAJAR SERAT


( Tension Paralel to Grain )
Pengujian ini untuk mengetahui ketahanan kayu
terhadap beban yang meregang dan menarik kayu
dalam arah serat, dimensi spesimen panjang 30"
dengan tampang lintang 2 x 2 Dalam pengujian ini
menggunakan mesin uji kuat lentur yang dilengkapi
alat khusus yang memegang tiap ujung spesimen
sampai ke pundak dengan kecepatan tarikan 0,25
inci/menit. Kekuatan tarik sejajar serat = P/A, dimana P
= Beban maksimum, dan A adalh Luas penampang.

7. UJI KUAT GESER SEJAJAR


SERAT

( Shear paralel to grain )


Pengujian ini digunakan untuk mengetahui kuat kayu
terhadap gaya yang berusaha menggeser satu bagian
dari kayu sepanjang satu bidang yang sumbunya
sejajar serat, sumbu ini letaknya radial atau tangensial
terhadap lingkaran tahun dari kayu.
Spesimen untuk pengujian ini panjangnya 2,5 inci,
penampang melintang 2 x 2 bentuk spesimen harus
sedemikian sehingga dua permukaan betul-betul
tangensial dan dua permukaan yang lain betul-betul
radial, dari satu bidang/ sisi spesimen itu dipotong oleh
satu segmen bidang.

II. Sistem pemilahan

(Grading)

Secara visual sudah sejak lama dipergunakn oleh


masyarakat kita, beberapa parameter visual yang
dapat diamati pada kayu dan berhubungan erat
dengan kekuatan adalah : lebar cincin tahunan,
kemiringan serat, mata kayu, keberadaan jamur atau
serangga perusak kayu, dan retak kayu.
Apabila si pengamat tidak mempunyai keahlian dan
pengalaman maka pemilahan kelas kuat kayu akan
lama dan hasilnya pun menjadi tidak reliable (masih
mengandung banyak keragu-raguan).
Pemilahan dengan menggunakn grading machine
sudah mulai dilakukan dibeberapa negara dan
termasuk negara kita, prinsip pengujian dengan
grading machine adalah pengujian lentur statik. Batang
kayu yang telah dibentuk menjadi ukuran struktur
ataupun yang masih utuh (kayu log) dibebani beban
terpusat dan kemudian dicatat besarnya lendutan
tepat di bawah beban bekerja.
Pengujian lentur statik ini dilakukan pada setiap jarak
tertentu pada batang kayu sebagai contoh satu meter,
dari data beban dan lendutan maka nilai modulus
elastisitas lentur (MOE) yang merupakan kemiringan
kurva beban-lendutan dapat diperoleh grafik tegangan
dan deformasi.
Penggolongan kelas kuat kayu secara masinal
(granding machine) pada kandungan air standar (15%)
menurut SNI-5 (2002) dapat dilihat pada Tabel sebagai
berikut.

1. Kuat acuan berdasarkan


atas pemilahan secara
mekanis
Pemilahan secara mekanis untuk mendapatkan
modulus elastisitas lentur harus dilakukan dengan
mengikuti standar pemilahan mekanis yang baku.
Berdasarkan modulus elastisitas lentur yang diperoleh
secara mekanis kuat acuan lainnya dapat diambil
mengikuti modulus elastisitas ini berikut kuat acuan
yang
berbeda
dapat
digunakan
apabila
ada
pembuktian secara eksperimental yang mengikuti
standar eksperimen/percoban yang baku.

Tabel Nilai kuat acuan (Mpa) berdasarkan


pemilahan secara mekanis pada kadar air 15%

atas

Kode
mutu

Moduls
Elstisits
Lentur
Ea

Kuat
Lentur
Fb

Kuat
tarik
sejajar
serat
Ft

E26
E25
E24
E23
E22
E21
E20
E19
E18
E17
E16
E15
E14
E13
E12
E11
E10

25000
24000
23000
22000
21000
20000
19000
18000
17000
16000
15000
14000
13000
12000
11000
10000
9000

66
62
59
56
54
56
47
44
42
38
35
32
30
27
23
20
18

60
58
56
53
50
47
44
42
39
36
33
31
28
25
22
19
17

Kuat
tekan
sejajar
serat
Fc

Kuat
geser
F

46
45
45
43
41
40
39
37
35
34
33
31
30
28
27
25
24

6.6
6.5
6.4
6.2
6.1
5.9
5.8
5.6
5.4
5.4
5.2
5.1
4.9
4.8
4.6
4.5
4.3

2. Kuat acuan berdasarkan


pemilahan secara visual

Kuat
tekan
Tegak
lurus
Serat
F
24
23
22
21
20
19
18
17
16
15
14
13
12
11
11
10
9

Pemilahan secara visual harus mengikuti standar


pemilahan
secara
visual
yang
baku,
apabila
pemeriksaan visual dilakukan berdasarkan atas
pengukuran berat jenis maka kuat acuan untuk kayu
berserat lurus tanpa cacat dapat dihitung dengan
menggunakan langkah-langkah berikut ini
1. Kerapatan (dengn satuan kg/m3) pada kondisi
basah (berat dan volume diukur pada kondisi basah,
tetapi kadar airnya lebih kecil dari 30%) dihitung
dengan mengikuti prosedur baku.
= Wg / V g

dengan: Wg = berat kayu basah


Vg = volume basah kayu

2. Kadar air m % (m < 30%) diukur dgn prosedur :

Wg & Wd masing-masing adalah berat kayu basah


dan berat kayu kering oven
3. Hitung berat jenis pada m % (Gm) dengan rumus

4. Hitung berat jenis dasar (Gb) dengan rumus :

5. Hitung berat jenis pada kadar air 15 % (G15) :

6. Hitung estimasi kuat acuan Modulus Elastisitas


Lentur, dengan rumus seperti berikut :
Ew (MPa) = 16.000 G0,7
G adalah berat jenis kayu pada kadar air 15%
Contoh penentuan berat jenis kayu
Dari hasil pemeriksaan sampel specimen kayu di
laboratorium didapat berat basah dan berat kering
berturut-turut 1,6 gr dan 1,3 gr, maka berat jenis kayu
pada kadar air 15 % adalah :

1. Kadar air sampel kayu ( m % )

2. Nilai kerapatan ( )

3. Berat Jenis pada kadar air m % (Gm)

4. Berat jenis dasar ( Gb )

5. Berat jenis pada kadar air 15 % (G)

Sedangkan modulus elastisitasnya adalah :


Ew = 16.000 G0,7
= 16000 x 0,680,7 = 12214,51 Mpa
Analisis kode mutu dari beberapa jenis kayu yang
sering digunakan untuk keperluan konstruksi dapat
dilihat pada Tabel seperti berikut ini :
Kode mutu dari beberapa kayu perdagangan

Nama Kayu
1 Kapur
2 Kempas
3 Keruing
4 Merbau
5 Mersawa
6 Ramin
7 Balau
8 Meranti
merah

Kadar air Ew (Mpa)


(%)
12
13000
15
12854
12
18500
15
17526
12
14300
15
13616
15
15400
12
15700
15
13490
12
15000
15
12983
12
15000
15
12983
12
12200
15
11940

Kode
mutu
E13
E18
E14
E16
E14
E14
E14
E12

Untuk kayu dengan serat tidak lurus dan atau mempunyai cacat kayu, estimasi nilai modulus elastisitas
lentur acuan dari Tabel harus direduksi dengan
mengikuti ketentuan/peraturan yang ada pada SNI 033527-1994 UDC 691.11
"Mutu Kayu Bangunan" yaitu dengan mengalikan
estimasi nilai modulus elastisitas lentur acuan dari
persamaan tersebut dengan nilai/ angka rasio tahanan
yang ada pada Tabel yang bergantung pada Kelas Mutu
kayu itu.

Kelas Mutu kayu ditetapkan dengan mengacu / menuju


pada Tabel sebagai berikut ini
Tabel Nilai rasio tahanan
Kelas
Nilai Rasio
Mutu
Tahanan
A
0,80
0,63
B
C
0,50

Macam Cacat

Kelas Mutu

Kelas Mutu

Kelas Mutu

A
Mata kayu :
- Trletak di
muka lebar
- Trletak di mk
sempit
Retak
Pingul

1/6 lebar kayu 1/4 lebar kayu 1/2 lebar kayu


1/8 lebar kayu 1/6 lebar kayu 1/4 lebar kayu

1/5 tebal kyu


1/10 tebal at
au lebar kayu
Arah serat
1 : 13
Saluran
1/5 tebal kyu
dammar
eksudasi tdk
dperkenankn
Gubal
Dperkenankn
Lubang
Dperkenankn
serangga
asal trpencar
dan ukuran
dibatasi dan
tidak ada
tanda serang
ga hidup
Cacat lain yaitu Tidak
( lapuk, hati
diperkenan
rapuh, retak
kan
melintang )

1/6 tebal kyu


1/6 tebal atau
lebar kayu
1:9
2/5 tebal kayu

1/2 tebal kyu


1/4 tebal atau
lebar kayu
1:6
1/2 tebal kayu

Dperkenankn
Dperkenankn
asal trpencar
dan ukuran
dibatasi dan
tidak ada
tanda serang
ga hidup
Tidak
diperkenan
kan

Dperkenankn
Dperkenankn
asal trpencar
dan ukuran
dibatasi dan
tidak ada
tanda serang
ga hidup
Tidak
diperkenan
kan

Tabel Cacat max utk setiap kelas mutu kayu

DASAR PERENCANAAN
STRUKTUR KAYU

I. Beban Dan Kombinasi


Pembebanan
1. Beban nominal
Beban nominal adalah beban yang ditentukan didalam
Pedoman Perencanaan Pembebanan untuk Rumah dan
Gedung, beban nominal yang harus ditinjau adalah
beban sebagai berikut:
1. Beban Mati ( Dead Load : D )
Beban yang diakibatkan oleh berat konstruksi
permanen, termasuk dinding, lantai beton, atap,
plafon, partisi tetap, tangga, dan peralatan layanan
yang tetap lainnya.
2. Beban Hidup ( Live load : L )
Baban yang ditimbulkan oleh penggunaan gedung
termasuk pengaruh kejut tetapi tidak termasuk
beban dari lingkungan seperti angin hujan dan yang
lain-lainnya.

3. Beban Hidup di atap yang ditimbulkan selama


perawatan oleh orang pekerja dan peralatan dan
material, atau selama penggunaan biasa oleh orang
dan benda bergerak lainnya ( La )
4. Beban Hujan ( H )

Tidak termasuk yang diakibatkan genangan air.


5. Beban Angin ( Wind : W )
Termasuk
dengan
memperhitungkan
bentuk
aerodinamika dari bangunan dan peninjauan
terhadap pengaruh angin topan, angin puyuh, dan
angin tornado, apabila diperlukan
6. Beban Gempa ( Earthquake : E )
yang ditentukan menurut SNI 03-1726-1989

2. Kombinasi pembebanan
Kombinasi pembebanan untuk struktur komponen
struktur dan sambunganya direncanakan dengan
menggunakan persamaan sebagai berikut ini :
1. 1,4 D
(1)
2. 1,2 D + 1,6 L + 0,5 ( La atau H )
(2)
3. 1,2 D + 1,6 ( La atau H) + (0,5 L atau 0,8 W)
(3)
4. 1,2 D + 1,3 W + 0,5 L + 0,5 ( La atau H )
(4)

5. 1,2 D 1,0 E + 0,5 L


6. 0,9 D ( 1,3 W atau 1,0 E )

(5)
(6)

Khusus faktor beban untuk L didalam kombinasi beban


pada persamaan (3), (4) dan (5) harus sama dengan
1,0 untuk garasi parkir, daerah yang digunakan untuk
pertemuan umum dan semua daerah dimana beban
hidup lebih besar dari pada 5 kPa.

3. Beban lainnya
Pengaruh struktural akibat beban-beban lainnya
termasuk juga, tetapi tidak terbatas pada berat dan
tekanan
tanah,
pengaruh
temperatur,
susut,
kelembaban, rangkak dan beda penurunan tanah,
harus ditinjau di dalam perencanaan.
Pengaruh strukturl akibat beban yang ditimbulkan
fluida (F), tanah (S), genangn air (P) dan tempratur (T)
harus
ditinjau
dalam
perencanaan
dengan
menggunakn faktor beban: 1,3F, 1,6S 1,2P & 1,2T

II. Perencanaan Keadaan

Batas

Komponen struktur beserta sambungannya harus


direncanakan sedemikian rupa sehingga tidak ada
keadaan batas yang terlampaui pada saat struktur itu
memikul beban rencana yang bekerja.
Keadaan batas tahanan meliputi setiap tahanan yang
diperlukan (gaya atau tegangan) yang ditinjau pada

setiap sistem struktur, komponen


konstruksi sambungannya.

struktur,

dan

III. Analisis Struktur


Pengaruh gaya /beban terhadap masing-masing
komponen struktur dan konstruksi sambungannya
ditentukan dengan metode analisis struktur elastis.
Analisis
tersebut
harus
memperhitungkan
keseimbangn, stabilitas, kompatibilitas geometris dan
sifat material jangka pendek maupun panjang.

IV. Modulus Elastisitas

Lentur

Untuk menentukn distribusi beban dalam struktur


statis tak tentu dan untuk perhitungan lendutan dan
keadaan layanan lainya harus digunakan nilai modulus
elastisitas lentur rerata terkoreksi (E w) yang digunakan
dalam perencanaan tergantung pada penggunaannya,
dalam kasus perencanaan dimana tahann struktural
atau stabilitas ditentukn berdasarkan perhitungan

maka harus digunakan nilai persentil kelima trkoreksi


(E05) yang ditetapkn
E05' = 1,03Ew'{1 1,645 (KVE)}
dengan 1,03 adalah nilai faktor koreksi dari nilai Ew
yang ditabelkan kpada nilai faktor Ew bebas geser KVE
= E / EW adalah koefisien variasi nilai E w yaitu
penyimpangan deviasi standar Ew dibagi dengan nilai
rerata Ew dan khusus untuk kayu Glulam (kayu laminasi
struktural) faktor penyesuaian tersebut adalah 1,05.
Modulus elastisitas lentur tidak perlu dikoreksi
terhadap faktor waktu ( ).
Nilai Modulus Elasitas Kayu mnurut kelas kuat kayu
Kelas Kuat Kayu
E// ( Kg/cm2 )
I
125 000
II
100 000
III
80 000
IV
60 000

V. Kekangan Ujung
Perencanaan sambungan harus konsisten dengan
asumsi yang diambil dalam analisis struktur dan
dengan jenis struktur / konstruksi yang akan dipilih
dalam gambar rencana / gambar kerja.
Dalam rangka sederhana semua sambungan harus
diasumsikan bersifat sendi kecuali bila dapat
ditunjukkan melalui eksperimen atau analisis bahwa
sambungan tersebut dapat mengekang rotasi.

Pada kondisi beban rencana, sambungan harus


mempunyai kapasitas rotasi / putaran yang memadai
untuk menghindari elemen penyambung terbebani
secara berlebihan (kelebihan beban).

VI. Pembebanan Jangka

Panjang

Analisis yang akan dilakukan pada struktur dan


komponen struktur yang mengalami deformasi akibat
rangkak pada saat memikul beban kerja, harus
memperhitungkan terjadinya tambahan deformasi
akibat rangkak dalam masa layannya.
Apabila deformasi tersebut mempengaruhi tahanan
atau kemampuan layanannya.

VII. Kondisi Batas Tahanan


Perencanaan sistem struktur, komponen struktur, dan
sambungannya harus menjamin bahwa tahanan
rencana di semua/setiap bagian sistem komponen dan
sambungan struktur harus sama dengan atau melebihi
gaya terfaktor ( Ru ).

VIII. Gaya terfaktor

Gaya pada komponen struktur dan sambunganya (Ru)


harus
ditentukan
dari
kombinasi
pembebanan
sebagaimana yang diatur dalam persamaan 2.

IX. Tahanan rencana


Tahanan rencana dihitung untuk setiap keadaan batas
yang berlaku sebagai hasil kali antara tahanan
terkoreksi (R`), faktor tahanan (), dan faktor waktu ()
Tahanan rencana harus sama dengan atau melebihi
dari beban terfaktor ( Ru )
Ru ..R
(3.8)
Dengan R' adalah tahanan terkoreksi untuk komponen
struktur, elemen, atau sambungan, seperti tahanan
lentur terkoreksi (M) tahanan geser terkoreksi (V`), dan
yang lain-lainnya.
Begitu pula dengan Ru diganti dengan Mu Vu dan
sebagainya untuk gaya-gaya pada komponen struktur
atau konstruksi sambungan.
Tahanan terkoreksi, harus meliputi pengaruh semua
faktor koreksi yang berasal dari keadaan masa layan
dan faktor-faktor koreksi lainnya yang berlaku, faktor
tahanan (), yang digunakan dalam tata cara ini
dirangkum dalam Tabel berikut ini.

Faktor waktu yang digunakan dalam kombinasi


pembebanan pada persamaan 2 harus sesuai dengan
yang tercantum di dalam Tabel berikut ini.
Tabel Faktor tahanan ( )
Jenis
Simbol
Nilai
Tekan
C
0,90
Lentur
o
0,85
Stabilitas
Tarik
Geser/
unter
Sambunga

s
t
v

0,85
0,80
0,75

0,65

n
SNI-5-2002 Tata Cara Perencanan Konstrksi Kayu

Tabel Faktor waktu ( )


Kombinasi pembebanan
Faktor waktu ()
1,4 D
0,6
1,2D+1,6L+ 0,5 (La atau H) 0,7 jika L dari gudang
0,8 jik L dri ruang umum
1,2 D + 1,6 ( La atau H ) + ( 1,25 jika L dari kejut
0,5 L atau 0,8 W )
0,8
1,2 D + 1,3 W + 0,5 L +
0,5 ( La atau H )
1,0
1,2 D 1,0 E + 0,5 L

0,9 D (1,3 W atau 1,0 E )

1,0
1,0

Catatan: Untuk sambungn =1,0 jika L dari kejut.


SNI-5-2002 Tata Cara Perencanan Konstrksi Kayu

x. Keadaan batas
kemampuan layanan
Sistem struktur dan komponen struktur harus
direncanakan dengan memperhatikan batas-batas
deformasi, simpangan lateral, getaran, rangkak, atau
deformasi
lainnya
yang
dapat
mempengaruhi
kemampuan layanan gedung atau struktur kayu yang
bersangkutan.
Perencana harus melakukan peninjauan terhadap
keadaan batas layanan yang meliputi antara lain

lendutan jangka pendek, getaran, rangkak, perubahan


dimensi dan pengaruh waktu lainnya.
Lendutan
akibat
beban-beban
harus
dibatasi
sedemikian sehingga tidak menimbulkan kerusakan
pada elemen-elemen konstruksi / struktural atau nonstruktural yang terkait.

XI. Struktur yang sudah


ada
Ketentuan perencanaan dalam tata cara ini dapat
diterapkan untuk mengevaluasi struktur yang sudah
ada, apabila gedung atau struktur kayu diubah fungsi
atau bentuknya maka harus dilakukan tinjauan
terhadap kemungkinan pengaruh-pengaruh akibat
kerusakan
atau
perlemahan
yang
disebabkan
perubahan itu.

XII. Syarat syarat

perencanaan

1. Luas bruto dan netto


Luas bruto (Ag) komponen struktur kayu dalam setiap
potongan adalh jumlah luas seluruh elemen penyusun
komponen struktur kayu yang diukur tegak lurus
terhadap sumbu komponen struktur.
Luas netto (An) komponen struktur kayu diperoleh dari
luas bruto dikurangi dengan jumlah material kayu yang

hilang karena adanya lubang bor, baut, paku, coakan,


takikan dan lubang yang lain-lainny.

2. Stabilitas
Stabilitas harus dipenuhi oleh sistem struktur secara
keseluruhan
maupun
oleh
komponen
struktur/
konstruksi pada sistem struktur tersebut.
Perencanaan terhadap stabilitas dilakukan dengan
memperhitungkan pengaruh beban yang ditimbulkan
oleh perubahan bentuk struktur atau komponen
struktur sistem pemikul beban lateral.

3. Pengekang lateral
Pada titik-titik tumpu balok rangka dan komponen
struktur kayu lainnya harus disediakan kekangan pada
rotasi terhadap sumbu longitudinalnya, kecuali bila hal
tersebut ternyata tidak diperlukan berdasarkan analisis
ataupun percobaan.

4. Kondisi acuan
Tahanan acuan (R) dan tahanan acuan sambungn (Z)
ditetapkan berdasarkan kondisi acuan berikut :

1.

Kondisi kering dengan kadar air setimbang


maksimum tidak melebihi 19% untuk kayu masif
dan 16% untuk produk-pruduk kayu yang dilem,
serta batas bawah kadar air setimbang tahunan
rata-rata adalah 6%.

2. Nilai tahanan acuan berlaku untuk kondisi terekspos


secara berkelanjutan pada temperatur hingga 38 0 C
atau pada temperatur yang dapat mencapai 650 C
pada komponen struktur dan pada sambungan atau
temperatur sesaat yang melebihi dari 930 C pada
panel struktural.
Komponen struktur kayu dan sambungannya tidak
diperkenankan untuk secara terus-menerus berada
pada temperatur di atas 650 C.
Panel struktural tidak diperkenankan berada pada
temperatur di atas 930 C kecuali untuk waktu yang
sangat pendek saja, untuk kondisi temperatur di
atas 380 C secara berkelanjutan maka hrs
diberlakukn faktor koreksi temperatur
3. Komponen struktur tunggal atau sambungan tanpa
pembagi beban atau aksi komposit.

5. Tahanan terkoreksi
Tahanan terkoreksi dihitung sebagai berikut ini :
R' = R x C1 x C2 ...... Cn ..

(9)

Dengn R' adalh tahanan terkoreksi, R adalh tahanan


acuan, Ci adalah faktor faktor terkoreksi.

6. Faktor koreksi untuk


masa layanan
Merupakan hasil perkalian dari beberapa faktor koreksi
seperti pada persamaan 10 berikut ini
Ci = Cm x Ct x Cpt x Crt

(10)

Faktor koreksi kayu untuk tahanan meliputi sebagai:


Cm
adalah faktor koreksi layanan basah untuk
memperhitungkan kadar air masa layann yang lebih
tinggi daripada 19 % untuk kayu masif dan 16 % untuk
produk kayu dengan cara yang dilem.
Ctadalah faktor koreksi dari temperatur, untuk
memperhitungkan temperatur layanan lebih tinggi
daripada 380 C secara berkelanjutan / berlanjut.
Cpt
adalah faktor koreksi dari pengawetan kayu,
untuk
memperhitungkan
pengaruh
pengawetan
terhadap produk-produk kayu dan sambungan, nilai

faktor koreksi ditetapkan berdasarkan spesifikasi


pemasok, ketentuan, atau tata cara yang berlaku.
Crt
adalah faktor koreksi untuk tahan api, untuk
memperhitungkan pengaruh perlakuan tahan api
terhadap produk-produk kayu dan sambungan, nilai
faktor koreksi ditetapkan berdasarkan spesifikasi
pemasok, ketentuan, atau tata cara yang berlaku.

7. Faktor koreksi tambahan


untuk sambungan
struktural
Tambahan dari faktor-faktor koreksi tersebut diatas
untuk sambungan konstruksi antara lain :
Cdi adalah faktor koreksi diafragma, untuk memperhitungkan peningkatan tahanan paku-paku yang
digunakan pada struktur / konstruksi diafragma.
Cg
adalah faktor koreksi dari aksi kelompok, untuk
memperhitungkan pembebanan yang tidak merata dari
baris alat pengencang majemuk.

C adalah faktor koreksi geometri, untuk memperhi


tungkan geometri sambungan yang tidak lazim
Cd adalah faktor koreksi penetrasi, untuk memperhi
tungkan reduksi penetrasi alat pengencang
Ceg adalah faktor koreksi dari serat ujung, untuk
memperhitungkan
reduksi
tahanan
alat
untuk
pengencang yang dipasang pada serat-ujung.
Cst
adalah faktor koreksi untuk pelat baja sisi, untuk
sambungan geser dengan memakai pelat baja sisi
yang berukuran 100 mm.
Ctn
adalah faktor koreksi untuk paku miring, untuk
sambungan konstruksi yang menggunakan paku.

BATANG TARIK
Komponen struktur yang mendukung beban aksial tarik
maupun desak sering dijumpai pada struktur rangka
kuda-kuda, gaya aksial tarik ataupun desak memiliki
garis kerja gaya yang sejajar dan berimpit dengan
sumbu panjang batang, secara umum perencanaan
komponen struktur tarik bertujuan untuk mengetahui
luas tampang/ penampng batang minimum yang
diperlukan untuk perencanaan.
Apabila dimensi komponen struktur tarik telah
ditetapkan maka analisis berupa kontrol terhadap luas
tampang yang telah dipilih dapat dilakukan.
Pada
penentuan
ukuran
batang
tarik
harus
diperhatikan adanya perlemahan, karena adanya alat

penyambung, seperti paku, baut, pelat kokot dan lain


sebagainya, dengan digunakan alat-alat penyambung
tersebut akan mengurangi adanya luas tampang dari
batang yaitu akibat adanya lubang ditempat alat
penyambung tersebut.
Akibat adanya lubang tegangan pada kayu tidak
merata lagi tetapi akan timbul pemusatan tegangan
disekitar lubang tersebut.
Bila dilihat dari diagramnya tegangan disekitar lubang
jauh lebih besar dari tegangan di tepi batang
Pada konstruksi baja, dalam suatu percobaan trdapat
besarny harga max =2,5 3 kali tr rata-rata tr ratarata ialah besarnya tegangan tarik rata-rata pada
batang tanpa adanya lubang baut.
Oleh karena itu perlemahan karena adanya lubang jauh
lebih besar bila dibandingkn dengn perlemahn karena
pengurangan luas tampang batang.
Mengingat adanya perlemahan karena adanya lubang
alat penyambung maka dalam menentukan ukuran
balok perlu diingat adanya perlemahan-perlemahan
yang disesuaikan dengan alat penyambung yang
digunakan.
Dimana rumus yang
berikut : ta = P / Anetto

digunakan

adalah

sebagai

Daftar perlemahn batang dari jenis alat penyambng


1. Sambungan dengan paku

: 10 % - 15 %

2. Sambungan dengan baut + gigi

: 20 % 25 %

3. Sambungan dengn pelat kokot atau pasak cincin


: 20 %
4. Sambungan dengan pasak dari kayu :

: 30 %

5. Sambungan dengan perekat / Lem

0%

I. BERAT JENIS KAYU


DAN KELAS KUAT KAYU
Berat jenis kayu ditentukan pada kondisi dimana kadar
lengas kayu dalam keadaan kering udara sehingga
berat jenis yang digunakan adalah berat jenis kering
udara, berat jenis kayu sangat menentukan kekuatan
dari kayu selain berat jenis kekuatan kayu juga
ditentukan oleh mutu kayunya.
Mutu kayu dibedakan dalam 2 (dua) macam yaitu mutu
A dan mutu B yang selanjutnya dapat dibaca pada PKKI
(Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia) 1961 ( NI-5 )
pasal 5 yang kekuatan kayu digolongkan dalam kelas
kuat I, II, III, IV, dan V.

Tegangan-tegangan ijin untuk kayu mutu A dengan


kelas kuat tertentu dapat dilihat pada daftar IIa PPKI
1961 (NI-5 ), untuk kayu mutu B tegangan-tegangan
ijin dalam daftar IIa harus dikalikan lagi dengan faktor
reduksi yaitu sebesar 0,75.

Mutu Kayu A
Tegangan
Kelas Kelas Kelas Kelas Kayu
(Kg/cm2)
I
II
III
IV
Jati
lt(ijin)
150
100
75
50
130
(ijin)
20
12
8
5
15
tk//(ijin) =tr//(ijin) 130
85
60
45
110
40
25
15
10
30
tk(ijin)
Apabila diketahui berat jenis kayu, maka tegangan
tegangan ijin kayu mutu A dapat langsung dihitung
dengan rumus seperti terdapat pada daftar IIb PPKI
1961 ( NI 5 ) sebagai berikut ini :
lt(ijin) = 170.g (kg/cm2)
tk//(ijin) = tr//(ijin) = 150.g (kg/cm2)
tk(ijin) = 40.g (kg/cm2)
//(ijin) = 20.g (kg/cm2)
dengan g = berat-jenis kayu kering udara.

Untuk kayu mutu B rumus tersebut di atas harus diberi/


dikalikan dengan faktor reduksi sebesar 0,75.
Jika suatu kayu diketahui jenisnya maka dengan
menggunakan lampiran I PKKI 1961 dapat dengan
mudah diketahui berat jenisnya dari lampiran I
tersebut untuk perhitungan tegangan ijin sebagai berat
jenis kayu diambil angka rata-rata.
Dengan catatan bahwa perbedaan antara berat jenis
maksimum dengan berat jenis minimum tidak boleh
lebih dari 10 % berat-jenis minimum atau dengan BJmaks - BJ-min Bj-min, jika perbedaan tersebut lebih
dari 100 % maka harus digunakan berat jenis (BJ) yang
minimum saja.
Contoh :
Kayu Keruing dari lampiran I PKKI 1961 no. 22
mempunyai BJ maks = 1,01 dan BJ min = 0,51, maka
(BJ maks BJ min) = 1,01 - 0,51 = 0,5 < BJ min = 0,51
sehingga digunakan BJ rata-rata = 0,79.
Dengn cara lain kita dapat langsung menggunakan
kelas kuat kayu yang mutunya paling rendah dari
lampiran 1 PKKI 1961 (NI 5) tersebut.

Disarankan untuk menggunakn rumus yang ada untuk


menghitung tegangan ijin apabila telah diketahui berat
jenis kayunya.
Kelas kuat kayu dan jenis kayu juga digunakn untuk
menentukan modulus elastisitas kayu sejajar serat (E)
yang dapat dilihat pada daftar I PPKI 1961, jadi apabila
telah diketahui berat jenis-kayu, maka untuk
menentukan modulus kenyal kayu harus diketahui
terlebih dahulu kelas-kuat kayunya.
Hubungan antara kelas kuat dan berat jenis kayu
didapat persamaannya sebagai berikut :
Kelas kuat
I
II
III
IV
V
Berat-jenis

0,60 - 0,40 0,30 - < 0,30


0,90
0,89
0,59
0,39
Diktip dari KONSTRUKSI KAYU oleh Ir. KH. Felix Yap

II. Faktor Reduksi


Harga-harga tegangan ijin dalam daftar IIa PKKI 1961
maupun rumus tegangan yang telah diberikan di atas
adalah untuk pembebanan pada konstruksi yang
bersifat tetap dan permanen serta untuk konstruksi
yang terlindung, maka dari itu
1. untuk sifat pembebann tetap faktor reduksi = 1
2. untuk konstruksi terlindung faktor reduksi
=1

Apabila pembebanan bersifat sementara atau khusus


untuk kontruksi tidak terlindung, maka harga tegangan
ijin tersebut harus dikalikan faktor reduksi
1. Kontruksi tidak terlindung,
= 5/6
2. Konstruksi yang slalu basah /terendam air = 2/3
3. Pembebanan yang bersifat sementara
= 5/4
4. Pembebann yang bersifat khusus/getaran = 3/2
Faktor reduksi tersebut seperti diatas juga berlaku
untuk mereduksi kekuatan alat sambung.

III.

PENGARUH PenyimpangAn
Arah Gaya Terhadap
Arah Serat Kayu

Apabila arah gaya yang berkerja pada bagian-bagian


konstruksi menyimpang dengan sudut terhadap arah
serat kayu maka tegangan ijin tekan / tarik kayu harus
dihitung sebagai berikut ini :
= tk// - (tk// - tk). Sin
Faktor reduksi seperti yang diuraikan di atas juga harus
diperhitungkan.

IV. Contoh-CONTOH soal


Soal-1

Hitunglah besar gaya tarik maksimum yang dapat


dipikul oleh batang yang mengalami gaya aksial tarik,
dimensi balok 6 x 12 cm2 dan kayu kelas I
Penyelesaian.
(ijin)tr// = 130 kg/cm2 = P / Ant ; P = (ijin)tr// x Ant
P = 130 x 6 x 12 = 9360 kg
Gaya maksimum yang dapat dipikul P = 9360 kg
Soal-2
Beban / gaya tarik P sebesar 10 ton bekerja pada
sebatang balok yang disambung dilapis/ ditumpang
begitu saja dengan sambungan memakai 2 buah baut
dengan diameter 13 mm, ukuran kayu yang disambung
adalah 6 cm x 12 cm, dan panjang kayu L = 4 m dan
kayu termasuk dlm Mutu A kuat kelas I.
Kontrol tegangan tarik yang terjadi pada kayu.

Penyelesaian
Kayu termasuk kuat kelas I dengan mutu A
(ijin)tr// = 130 kg/cm2

Ant
tr//
tr//

= (b x h DLubang x b) = (6 x 12 1,3 x 6) =
= 64,2 cm2
= P / Ant = 10 000 / 64,2 = 155,76 Kg/cm2
= 155,76kg/cm2 > (ijin)tr// = 130 kg/cm2 (Tdk OK)

Jadi dengan sambungan baut seperti gambar maka


konstruksi / struktur tidak aman / tidak bisa dipakai.
Soal-3
Suatu konstruksi gording mnahan beban yang tetap
terbagi merata sebesar 50 kg/m, gording terbuat dari
kayu dengan Bj (Berat Jenisnya) = 0,6.
Pertanyaan : Hitung tegangan-tegangan ijinnya?
Penyelesaian :
Konstruksi gording adalah yang terlindung = 1
Pembebanan permanen = 1
BJ (Berat Jenis)

= 0,6 maka

(ijin)lt.reduksi = (ijin)lt.r = 170 x 0,6 x1x1 = 102kg/cm2


(ijin)tk//r = (ijin)tr//r = 150 x 0,6 x 1 x 1 = 90 kg/cm2
(ijin)tkr
= 40 x 0,6 x 1 x 1 = 24 kg/cm2
(ijin)//r
= 20 x 0,6 x 1 x 1 = 12 kg/cm2

Catatan : Apabila pada soal tidak disebut lain maka


mutu kayu adalah mutu A

Soal-4
Apabila pada soal-3 ditentukan panjang gording 3m
dengan peletakan sendi-rol pada ujung-ujungnya serta
diketahui dimensi gording 6/8 maka diminta untuk
mengontrol apakah konstruksi tersebut
aman,
lendutan dan berat sendiri gording diabaikan
Penyelesaian :
M maksimum (M maks)

= 1/8 x q x l2 = 1/8 x 50 x 32
= 56,25 kg.m = 5625 kg.cm

Tahanan momen (W) = 1/6 x b x h2 = 1/6 x 6 x 82


W = 64cm3
lt = Mmaks/W = 5625 / 64 = 87,89 kg/cm2
lt = 87,89 kg/cm2 < (ijin)lt.r = 102kg/cm2 ........ (OK)
Gaya lintang maksimum (Dmaks) = x q x L
Dmaks = x 50 x 3 = 75 kg

= (3D) / (2bh) = (3 x 75) / (2 x 6 x 8) = 2,34 kg/cm2


= 2,34 kg/cm2 < (ijin)//r = 12 kg/cm2 . (OK)
jadi Konstruksi aman untuk dipakai.

Soal-5
Apabila pada soal-4 ditentukan mutu kayu adalah
mutu B dan gording direncanakan untuk menahan
beban angin serta lendutan ijin = L/300 Diminta
untuk mengontrol apakah konstruksi tersebut masih
aman dan dapat dipakai.
Penyelesaian :
Konstruksi gording (terlindung) = 1
Beban angin (beban sementara) = 5/4
Kayu mutu B
(ijin)lt.r = 102 x 5/4 x 0,75
= 95,625 kg/cm2
(ijin)//r = 12 x 5/4 x 0,75
= 11,25 kg/cm2
ijin
= L/300 = 300 / 300 = 1cm
BJ = 0,6 kelas-kuat II dari daftar I PKKI 1961
E = 105 kg/cm2
Momen Inersia =1/12 x b x h 3 = 1/12 x 6 x 8 3
I = 256 cm4
lt = Mmaks / W = 5625 / 64 = 87,89 kg/cm2

lt = 87,89 kg/cm2 < (ijin)Lt.r = 95,63 kg/cm2 .... (OK)


= (3D) / (2bh) = (3 x 75) / (2 x 6 x 8) = 2,34 kg/cm2
= 2,34 kg/cm2 < (ijin)//r = 11,25 kg/cm2 .. (OK)
maks = (5 x q x L4 ) / (384 x E x I)
maks = (5 x 50 x 102 x 3004 ) / (384 x 100000 x 256 )
maks = 2,06 cm > ijin = 1 cm
(Tidak OK / Tidak aman) jadi Konstruksi tidak aman
untuk dipergunakan karena melebihi lendutan ijin
Soal-6
Apabila pada soal-4 beban yang bekerja tidak terbagi
rata melainkan berupa beban tarik sebesar 5 ton dan
faktor perlemahan akibat sambungan diabaikan
(dianggap tidak ada sambungan/ alat sambung).
Maka diminta untuk mengontrol apakah dimensi 6/8
memenuhi syarat, jika tidak aman maka rencanakan
dimensi yang aman.
Penyelesaian :
tr = P/Ant = (5000) / (6 x 8) = 104,17 kg/cm 2
tr = 104,17 kg/cm 2 > (ijin)tr//r = 90 kg/cm2
............ (Tidak OK)
Dimensi tidak memenuhi dan Tidak bisa dipakai.
Dicari dimensi baru : A nt = P/ (ijin)tr//r = 5000 / 90 =
Ant = 55,56 cm 2
dicoba ukuran penampng 7 x 8 cm 2

tr = P/Ant = 5000 / (7 x 8)= 89,29 kg/cm 2


tr = 89,29 kg/cm 2 < tr//r = 90 kg/cm2 .. (OK)
Jadi konstruksi aman untuk dipakai dan dimensiny
/penampangnya adalah : (7 x 8 cm 2)
Soal-7
Suatu jembatan direncanakan menggunakan kayu
Bangkirai dan menahan beban permanen, diminta
untuk menghitung tegangan-tegangan ijinnya.
Penyelesaian :
Konstruksi jembatan tidak terlindung, = 5/6
Pembebanan permanen, = 1
Kayu Bangkirai, dari lampiran I PKKI 1961
Bjrata-rata = 0,91 Kelas-kuat I, dari daftar II PKKI 1961
(ijin)Lt = 100 kg/cm2
(ijin)tk// = (ijin)tr// = 85 kg/cm2
(ijin)tk = 25 kg/cm2
; (ijin)// = 12 kg/cm2
(ijin)Lt.r = 100 x 5/6 = 83,33 kg/cm2
(ijin)tk// =
(ijin)tr//r = 85 x 5/6 = 79,83 kg/cm2
(ijin)tk = 25 x 5/6 = 20,83 kg/cm2
(ijin)//r

= 12 x 5/6 = 10 kg/cm2

Soal-8
Pada
suatu
konstruksi
batang
tarik
terdapat
sambungan dengan menggunakan alat sambung baut,
kekuatan satu buah baut = 50 kg konstruksi tidak
terlindung dan beban tidak permanen.
Apabila gaya tarik yang bekerja pada konstruksi
tersebut sebesar 0,6 ton, maka diminta menghitung
jumlah baut yang dibutuhkan.
Penyelesaian :
Konstruksi tidak terlindung, = 5/6
Pembebanan tidak permanen = 5/4
Pijin baut reduksi = 50 x 5/6 x 5/4 = 52,08 kg
Jumlah baut (n) = (600) / 52,08 = 11,52
Jadi jumlah baut yang digunakan dibulatkn 12 buah.

Soal-9
Sebuah batang tarik terdiri dari kayu dengn BJ = 0,5
menahan gaya sebesar 5 ton =1, =1 sambungn
dengn menggunakn baut, tentukan dimensi /ukuran
batang tarik tersebut yang aman dan ekonomis.
Penyelesaian :
Kayu dengan BJ = 0,5 ; = 1 ;
Faktor Perlemahan (FP) = 20 %

=1

(ijin)tr//r = 150 x 0,5 = 75 kg/cm2 ; P = 5000 kg


(ijin)tr//r = P / Ant
Ant
= P / (ijin)tr//r = 5000 / 75= 66,67 cm3
Abr = Ant / 80 % = 66,67 / 0,80 = 83,34 cm3
Dicoba : b = 7 cm ; h = 12 cm ( h 2b )
Abr = 7 x 12 = 84cm2 > 83,34cm2 (cukup dekat..OK)
Jadi dimensi penampang yang aman dan ekonomis
adalah 7 cm x 12 cm

V. Gaya tarik terfaktor


Komponen struktur/konstruksi tarik harus direncana
kan dengan memenuhi ketentuan sebagai berikut:
Tu t T '
(4.1)
dengan Tu' adalah gaya tarik terfaktor adalh faktor
waktu dapat dilihat pada Tabel t adalah faktor
tahanan tarik sejajar serat = 0,80 (seperti Tabel) dan T'
adalah tahanan tarik terkoreksi.

VI. Tahanan Tarik Terkorksi


1. Sejajar serat
Tahanan tarik terkoreksi pada komponen struktur tarik
konsentris T' ditentukan pada penampang tarik kritis,
tahanan tarik terkoreksi adalah hasil dari perkalian
kuat tarik sejajar serat terkoreksi dengan luas
penampang neto seperti pada persamaan ini :
T'= Ft' x Ant
(4.2)
Dengan : Ft' adalah kuat tarik sejajar serat terkoreksi
Ant adalah luas tampang/penampang neto.

2. Tegak lurus serat

Apabila gagal tarik tegak lurus serat tidak dapat


dihindari maka perkuatan mekanis harus diadakan
agar mampu memikul gaya tarik yang terjadi.

VII. Kuat Tarik Terkoreksi


Kuat tarik sejajar serat terkoreksi diperoleh dengan
cara mengalikan kuat tarik sejajar serat acuan dengan
nilai faktor koreksi massa layanan seperti pada
persamaan dibawah ini.
Ft' = Cm Ct Cp Cf Crt Ft
(4.3)
Adapun faktor koreksi diuraikan pada persaman

VIII. Batang Tarik Tersusun


Mengenai batang tarik, baik tunggal maupun ganda,
kekuatannya sama saja, yang penting dalam konstruksi
untuk batang tarik ialah luas tampangnya, untuk
batang tarik ganda dengan ukuran panjang maka
dalam
penyatuan
batang-batangnya
digunakan
perangkat kloss.
Pengunaan kloss dimaksudkan supaya batang yang
menahan beban. tarik bekerja lebih baik bila ada
beban-beban sekunder pada batang tersebut.
Komponen
struktur
tersusun
termasuk
batang
majemuk rangka atap, batang diafragma, batang
penyokong, dan komponen struktur serupa.
Konstruksi tersebut adalah komponen struktur yang
terdiri dari dua atau lebih elemen sejajar yang
digabungkan dari bahan dengan tahanan dan

kekakuan yang sama, tahanan komponen struktur


tersusun tersebut harus ditentukan sebagai jumlah dari
tahanan elemen masing-masing selama tahanan
sambungannya juga dapat menjamin terjadinya
distribusi gaya tarik aksial di antara elemen-elemen
tersebut yang sebanding dengan luas masingmasing
elemen, pengaruh perlemahan akibat sambungan
antar elemen harus ditinjau dalam perencanaan
konstruksi rangka tersebut.

IX Batang Ganda
Batang ganda dapat terdiri dari dua, tiga ataupun
empat batang tunggal yang digabung dengan jarak
antara, pemberian jarak ini dengan maksud untuk
memperbesar momen inersia yang berarti juga
memperbesar daya dukung konstrk trhadap beban,
Besarnya momen inersia terhadap sumbu bebas bahan
dalam hal ini sumbu Y Y harus diberi faktor reduksi
sehingga besarnya dapat diperhitungkan.
iY = 1/4 x (It + 3 x Ig )
IY = Momen lembam yang diperhitungkan
It
= Momen lembam yang teoritis dihitung secara
teoritis dengan apa adanya konstruksi.
Ig = Momen lembam geser yang dihitung dengan cara
menganggap bagian ganda itu digeser hingga
berimpitan satu sama lain

Untuk momen inersia yang dihitung terhadap sumbu X


X tidak perlu direduksi lagi.

Diisyaratkan bahwa a 2b, Jika a > 2b, maka untuk


menghitung It tetap diambil a = 2b.

X BATANG tARIK dan LENtUr


Pada konstruksi yang mengalami lenturan dan tarikan
tegangan yang terjadi tidak diijinkan lebih besar dari
tegangan tarik yang disyaratkan.
tot = P / Ant + Mmaks / Wn (ijin)tr//
dimana : = ((ijin)tr//) / ((ijin)Lt)

XI Contoh Perencanaan
Batang Tarik
Soal-10
Struktur Kuda-kuda seperti gambar

Pembebanan :
pada join 1, 5, 6, 7,8 mnahan beban hidup (L) 40 KN
pada join 1, 2, 3,4,5 trbebani beban plafon (P) 10 KN
Ketentuan lain:
Kayu digunakan kelas mutu A dengan kekuatan E21
Asumsi faktor koreksi yaitu : Cm, Gt , CPt, Ct, = 1
Kombinasi Pembebanan yaitu : 1,2 D E + 0,5 L,
Alat sambung yang digunakan pada titik buhul /titik
simpul adalah baut dan ring.

Rencanakan batang tarik pada batang tarik bawah


dengan menggunakan standar SK SNI 2002 yaitu
perencanaan konstruksi kayu Indonesia.
Penyelesaian :
Menghitung gaya-gaya batang dengan metode titik
simpul / (joint)
Jarak horizontal
= 2,0 m
Jarak vertikal
= 1,5 m
jarak miring
= 2,5 m
Sin = 1,5 / 2,5 = 0,6
Cos = 2,0 / 2,5 = 0,8
Besar Tahanan RA =100 KN
Keseimbangan arah vertikal
RA 1/2P = 1/2L F2y
100 5 = 20 F2y
F2y = 20 100 + 5 = -75KN
F2 = F2y/ sin = -75/ (0,6) = -125 KN
F2x = cos . F2 = 0,8. (-125) = -100 KN
Keseimbangan arah horisontal
- Fl F2x = 0
F1 = - F2x = 100 KN

Menghitung kuat tarik sejajar serat acuhan ( Ft )


Kayu yang digunakan dengan ketentuan :
Mutu kayu E21, maka dari Tabe12.1. didapat kuat tarik
sejajar serat acuhan Ft// = 47 Mpa
Kelas kayu mutu A, mempunyai rasio tahanan = 0,8
Ft = Ft x rasio tahanan kayu
Ft = 47, 0,8 = 37,6 Mpa
Menghitung tahanan tarik terkoreksi ( T' )
T' = Ft' x Ant ; Ft' = Cm x Ct x Cp x CF x Crt x Ft x Ant
T' = 1,0 x 1,0 x 1,0 x 1,0 x 1,0 x 37,6 x Ant
Menghitung kebutuhan luas netto ( Ant )
Dari kombinasi pembebanan yang digunakn adalah
1,2D E + 0,5L maka nilai faktor waktu () =1,0
Faktor reduksi (t ) utk tarik = 0,8 seperti pada Tabel
Tu x t x T
100.000 N 1,0 x 0,8 x 37,6 x An
Ant 100000 / (1,0 x 0,8 x 37,6) ; Ant 3324,47 mm2
Menghitung Luas penampang bruto ( Ag / Abr )
Pengurangan luas penampang akibat penempatan alat
sambung baut kurang lebih 25%, maka luas bruto yang
diperlukan adalah :
Ant = 1,25 x 3324,47 = 4155,59 mm2
Dimensi batang kayu ukuran 50/120, Ag = 6000mm2
Kontrol Tahanan Tarik Batang
Tu x t x Ft' x Ant
Tu 1,0 x 0,8 x 37,6 x (0,75) x 6000
135360 N >>> 100.000 N ( OK )
Soal-11

Bila pada batang tarik (1) pada soal 10 menahan


beban sebesar 8 Ton dari kombinasi pembebanan 1,4 D
sebagai alat sambung digunakan baut direncanakan
kayu dengan dimensi b = 50 mm, Rencanakan tinggi
batang kayu yang digunakan.
Penyelesaian :
Dari ketentuan diketahui :
Dari kombinasi pembebanan yang digunakan 1,4 D
maka nilai faktor waktu () = 0,6 seperti pada Tabel.
Faktor reduksi (C) utk tarik = 0,8 seperti pada Tabel
Gaya tarik terfaktor Tu = 80 Ton = 80 KN = 80.000N
Ft = 37,6 MPa
Dimensi kayu dpt dihitng dari kuat tarik sejajar serat
Tu x t x T' ; 80.000 0,6 x 0,8 x 37,6 x Ant
Ant 4432,624 mm2
Ag 1,25 x 4432,624 = 5540,780 mm2
Penampng kritis terjadi didaerh smbungn pngurngn
luas penampng akibat sambungn baut sekitar 25%)
50 h 5540,780 mm2 ; h 110,8 mm
Dimnsi batang 1 dipakai 50/120 dgn luas 6000mm2
Kontrol Tahanan Tarik
Tu x t x Ft' x Ant
80.000 0,6 x 0,8 x 37,6 x 0,75 x 6000
80.000 81216 N
Kayu dengan dimensi 50/120 mampu menahan beban
Tarik yang dipikul sebesar 80 Ton
Soal-12
Sebuah batang tarik terdiri dari kayu dengn BJ = 0,5
menahan beban / gaya tarik sebesar 5 ton, = 1 =

1 sambungan dengan baut. Tentukan dimensi batang


tarik tersebut yang aman dan ekonomis.
Penyelesaian
Kayu dengan BJ = 0,5 ; = 1 ; = 1
(ijin)tr// = 150 x 0,5 = 75 kg/ cm2
P = 5000 kg ; Faktor Perlemahan (FP) = 20 %
Jadi effesiensi kayu hanya tinggal 80 % saja lagi
tr = P / Ant : Ant = 5000 / 75 = 66,67 cm2
Abr = Ant / (0,80) = 66,67 / 0,80 = 83,34 cm2
Dicoba : b = 7 cm ; h = 12 cm, asumsi (h 2b)
Abr = 7 x 12 = 84 cm2 > 83,34cm2 (cukup dekat, Ok)
Dimensi yang aman dan ekonmis adalh (7 x 12)cm2

BATANG TEKAN
Elemen struktur dengan fungsi utama mendukung
beban tekan sering dijumpai pada struktur truss atau

frame, pada struktur truss sering dijumpai pada kudakuda kayu sedang struktur frame elemn struktur ini
lebih dikenal dengan nama kolom /tiang.
Perencanaan dimensi batang tekan lebih sulit dari pada
perencanaan batang tarik karena perilaku tekuk lateral
menyebabkn timbulny momen sekundr /secondary
moment selain itu ada gaya aksial tekan
Perilaku tekuk ini akan dipengaruhi pula oleh nilai
kelangsingan kolom yaitu nilai banding antara panjang
efektif kolom dengan jari-jari girasi penampang kolom,
apbila nilai kelangsingan sangat kecil (kolom pendek
/short column) maka serat-serat kayu pada penampang
kolom akan gagal tekan (crushing failure), tetapi bila
angka kelangsingan kolom sangat tinggi (kolom
langsing/ long column) maka kolom akan mengalami
kegagalan tekuk dan serat-serat kayu belum mencapai
kuat tekannya atau bahkan masih ada pada kondisi
elastik/elastis (lateral buckling failure).
Kebanyakan kolom memiliki nilai kelangsingan diantara
kedua nilai ekstrim tersebut yang disebut dengan
istilah Intermediate column.
Ketahanan sebuah kolom /tiang tergantung pada
perbandingan panjang dibagi ukuran penampang
melintang, kapasitas beban batas/limit dari sebuah
kolom pendek tergantung hanya pada kekuatan bahan
yang dipakai dan hanya pada kekuatan penampang
/tampang melintangnya saja.

Sebuah kolom panjang dapat runtuh akibat beban yang


jauh lebih kecil daripada beban batas (ultimit load)
kolom pendek, jika ditambah beban P yang bekerja
pada sebuah kolom panjang kita akan mencapai batas
Pcr secara tiba-tiba menjadi tidak stabil dan
melengkung ke arah lateral peristiwa ini yang disebut
dengan istilah tekuk (bukling).
Jika sebuah kolom mengalami penekukan, maka kolom
itu tidak dapat lebih jauh lagi memikul penambahan
beban, untuk beban P > Pcr kolom akan mengalami
deformasi terus-menerus samapai runtuh, persamaan
untuk beban kritis pada kolom dengan ujung sendi
telah ditemukan oleh seorang ahli matematika dari
Swiss L Euler pada tahun 1783
PCr = ( 2 x E I ) / Lef2

Keterangan :
E = Modulus Elastisitas Bahan Kolom
I = Momen Inersia minimum dari penampang
Lef = Panjang Effektif kolom (Panjang Tekuk)

Dengan membagi Pcr dengan luas penampang kolom


maka didapat nilai Tegangan kritis.
Cr = PCr / A atau Cr = (2 E I) / (LC2 x A)

Perencanaan Komponen
struktur
Perencanaan batang tekan untuk komponen struktur/
konstruksi yang mengalami gaya tekan aksial dan gaya
tekan tumpu/ bearing sesuai standar SNI 2002 adalah
seperti berikut:

I Gaya Tekan Terfaktor


Komponen
struktur/
konstruksi
tekan
direncanakan sedemikian rupa sehingga:

harus

Pu x C x P
(5.1)
Dengan : Pu = gaya tekan terfaktor
= faktor waktu, lihat Tabel ( 3-1 )
c = 0,9 faktor tahanan tekan sejajar serat
P' = tahanan terkoreksi.
Tahanan koreksi adalah hasil dari perkalian tahanan
acuan dengan faktor-faktor koreksi, komponen struktur
yang memikul gaya-gaya aksial setempat harus
mendapatkan pendetailan tahanan dan kestabilan
yang cukup pada daerah bekerjanya gaya-gaya
tersebut, begitu pula komponen struktur harus

memiliki tahanan rencana lokal dan stabilitas pelat


badan yang cukup pada tumpuan balok dan pada
lokasi gaya-gaya transversal yang bekerja.

ii Panjang Efektif Dan


Kelangsingan
1 Panjang efektif kolom ( LK )
Panjang kolom tidak terkekang/ bebas atau panjang
bagian kolom tidak terkekang (L) harus diambil sebagai
jarak pusat ke pusat pengekang lateral, panjang kolom
tak terkekang harus ditentukan baik terhadap sumbu
kuat (sumbu X X) maupun terhadap sumbu lemah
(sumbu Y Y) dari kolom tersebut, dan panjang efektif
kolom ( LK ).
Pada arah yang ditinjau harus diambil sebagai KE LK
dimana KE adalah faktor panjang tekuk untuk
komponen struktur tekan, KE tergantung pada kondisi/
perletakan ujung kolom dan ada atau tidak adanya
goyangan (konstruksi yang bergoyang).
Untuk kolom tanpa goyangan pada arah yang ditinjau,
maka faktor panjang tekuk (KE) harus diambil sama
dengan satu ( = 1) kecuali jika analisis memperlihatkn
bahwa kondisi perletakan/ kekangan ujung kolom
memungkinkan digunakannya faktor panjang tekuk
yang lebih kecil dari pada satu ( < 1 ).

Untuk kolom dengan goyangan pada arah yang ditinjau


maka faktor panjang tekuk harus lebih besar daripada
satu ( > 1 )dan ditentukan berdasarkan analisis
mekanika
dengan
memperhitungkan
kondisi
perletakan/ kekangan ujung kolom itu sendiri
Nilai KE untuk beberapa jenis kondisi kekangan ujung
dan untuk keadaan dengan goyangan serta tanpa
goyangan dapat ditentukan menggunakan hubungan
pada Gambar

Kode ujung

Nilai/ faktor panjang tekuk (KE) untuk kolom-kolom


dengan beberapa jenis perletakan/ kekangan ujung

2 ANGKA Kelangsingan kolom ( )


Kelangsingan kolom adalah perbandingan antara
panjang efektif kolom pada arah yang ditinjau terhadap
jari-jari girasi penampang kolom pada arah itu angka
Kelangsingn kolom: =(KE.L / r) (2)

Jari-jari girasi (r) akan dihitung berdasarkan luas


penampang bruto dan menggunakan penampang
transformasi jika digunakan penampang komposit
(gabungan), nilai kelangsingan kolom (KE.L/r) tidak
boleh melebihi tidak lebih besar dari 175.
Jari-jari girasi penampang persegi : i atau r
r = {(d x b3 ) / (12 d x b)} = b x (1/12)
r = 0,2887 b, dimana : ( b < d )
Jari-jari girasi penampang bulat : i = r = 0,25 D
dimana : b = lebar tampang
d = tinggi tampang
D = diameter tampang
Dari daftar diatas dapat ditentukan panjang Lk yaitu
Lk = kE x L dimana :
Perletakan : Sendi dengan Sendi maka kE = 1,00
Perletakan : Sendi dengan Jepit maka kE = 0,70
Perletakan : Jepit dengan Jepit maka kE = 0,50
Perletakan : Jepit dengan Bebas maka kE = 2,00
i = (IMin / A) ; = Lk / i ; IX = (b x h3 ) / 12 (cm4)
IY = (b3 x h) / 12 (cm4)
; A = b x h ; iX = (IX /A)
2
iX = (h / 12) = 0,289 h
iY = (IY / A) = (b2 / 12) ; iY = 0,289 b
dimana : I = Momen inersia
(cm4)
A = Luas penampang (cm2)
= angka kelangsingan batang
Jika b < h dan IY < IX maka Y adaalah sumbu lemah
untuk mengimbangi iY iX maka profil dibuat ganda

iX = {(2 x IX ) / (2A)} = (h2 / 12) = 0,289 h


IY = 2x(h x b3 )/12 + 2x(b x h x b2) = (13 x h x b3)/6
iY = (IY / A) = {(13 x b2) / 12} = 1,041 b
Yang dipakai iY karena iY harga terkecil dari harga iX dan
iY atau pada sumbu lemah : = Lk / i maka didapatkan
harga dari daftar yang sesuai dengan harga yang
diperoleh.
tk = ( x P) / Atot < (ijin)tk
Untuk menghindari bahaya tekuk yang besar maka
harga harus tidak boleh terlalu besar, 200,
dengan konsekwensinya jika tekuk cukup besar
gunakan profil yang agak besar penampangnya.

3 PENAMPANG TERSUSUN
Jika tidak memungkinkan suatu konstruksi untuk
menggunakan profil tunggal karena terlalu besar
dimensi penampang yang diperlukan sedangkan
dipasaran profil yang diinginkan tidak ada maka

digunakan profil ganda digunakan 2 profil 3 profil atau


4 profil untuk batang tekan atau untuk kolom.
Untuk batang tekan perlu diperhatikan tekuk arah :
1 Terhadap arah sumbu X X
A = 2 x b x h (profil ganda/ double)
IX = 2 x (b x h3) /12 = (b x h3) /6
iX = (IX / A ) = 0,289 h
2 Terhadap arah sumbu Y Y
A = 2 x b x h (profil ganda / double)
IY = ( It + 3 Ig ) / 4
It = Momen lendutan teoritis =
= 2 {(b3 x h)/12} + (2 x b x h){(b + a)/2}2
Ig = Momen lembam geser (anggapan masingmasing bergeser sehingga berimpit)
Ig = 1/12 x (2 x b)3 x h
iX = (IY / A )
Dipilih harga i yang terkecil diantara dua harga i X dan
harga iY dan harga itulah yang digunakan. Besarnya
nilai faktor tekuk () tergantung dari angka
kelangsingan batang ( ) = LK / imin
Lk = panjang tekuk yang tergantung dari sifat-sifat
perletakan ujung batang / ujung kolom.
1 untuk perletakan jepit - sendi, Lk = x L x 2
2 untuk perletakan jepit - bebas, Lk = 2 x L

3 untuk perletakan sendi - sendi, Lk = L


4 untuk kontruksi / rangka kuda-kuda, Lk = L
jari-jari inersia minimun : imin = (Imin / Abr )
Hubungan antara dan dapat dilihat pada daftar III
PKKI 1961, selanjutnya tegangan Tekan/desak yang
terjadi tidak boleh melampaui tegangan tekan /desak
yang diijinkan. tk = (P x )/Abr (ijin)tk
Untuk merencanakn dimensi batang tekan tunggal,
sebagai pedoman awal dapat digunakan perumusn
1 untuk kayu kelas kuat I,
Imin = 40 x Ptk x Lk2
2 untuk kayu kelas kuat II,
Imin = 50 x Ptk x Lk2
3 untuk kayu kelas kuat III,
Imin = 60 x Ptk x Lk2
4 untuk kayu kelas kuat IV,
Imin = 80 x Ptk x Lk2
Ptk
= gaya tekan /desak dalam satuan ton
Lk
= panjang tekuk dalam satuan meter
Imin = jari-jari inersia minimum dalam satuan cm4

4 Tahanan kolom masif yang


memikul gaya tekan
konsentris
1 Nilai bahan rencana dan faktor rencana
Modulus elastisitas lentur yang digunakan dalam
persamaan adalah nilai persentil kelima terkoreksi

E05', seperti yang ditentukan untuk digunakan dalam


perhitungan tahanan.
2 Tahanan kolom prismatis
Tahanan/ gaya tekan kolom ditentukan berdasarkan
kelangsingan penampang kolom pada arah yang paling
kritis, tahanan tekan kolom terkoreksi ditetapkan
sebagai berikut ini :
P' = Cp x A x FC*
(5.3)
= Cp x P0'
Faktor kstabilan kolom (Cp) dihitung sebagai berikut
Cp = {(L + C )/2C} - [{(L + C)/2C}2 C /C] ...(5.4)
C = (S x PE) / ( x C x P0)
. (5.5)
PE=(2xE05x I)/(KExL)2 =(2xE05xA)/[{(KExL)/r}2]..(5.6)
A
adalah luas penampang bruto (mm2)
Fc* adalh kuat tekan terkoreksi sejajar serat, setelah
dikalikn semua faktor koreksi kecuali Cp dlm (N)
E05' adalah nilai modulus elastis lentur terkoreksi pada
persentil ke lima dalam satuan MPa
PE adalah tahanan tekuk kritis (Euler) pada arah yang
ditinjau, dalam satuan (N)
Po' adalah tahanan tekan aksial terkoreksi sejajar serat
pada kelangsingan kolom sama dg nol, (N)
c

= 0,80 untuk batang masif


= 0,85 untuk tiang dan pancang bundar
= 0,90 untuk glulam (kayu laminasi struktural)
dan kayu komposit struktural

C = adalah faktor tahanan tekan

= 0,90

S = adalah faktor tahanan stabilitas = 0,85


Nilai modulus elastisitas lentur terkoreksi pada
persentil kelima (E05) untuk balok masif dihitung
berdasarkan persamaan berikut :
E'05 = 1,03 E'W [l - 1,645 ( K x VE )]

. (5.7)

Ew adalah modulus elastisitas lentur yang sudah


dikalikan dgn faktor koreksi CM//, Ct//, C pt//, & CF//
KVE adalah nilai banding antara standar deviasi /
penyimpangan dengan nilai rata-rata dalam
pengujian modulus elastisitas lentur, dari hasil
pengujian utk bebrapa jenis kayu (Hoyle, 1978),
nilai KVE diperoleh sebesar 0,2 apabila nilai /harga
KVE sebesar 0,2 disubstitusi pada Persamaan .
(5.7), maka E05' = 0,69 Ew'.

III PERENCANAAN BATANG TEKAN


Soal-13
Sebatang kolom tekan mengalam gaya tekan sebesar
2500 kg panjang L = Lk = 12,00 m kolom terdiri dari
batang tunggal dan kayu kelas I dan kelas II diminta
untuk merencanakn penampangny.

Penyelesaian :
1 Kayu kelas I Modulus Elastisits E = 125000kg/cm2
dengan asumsi : n = 3 dan b = (2h) / 3
= (Ptk x n x Lk2) / (2 x E)
= (2500 x 3 x 1202) / (2 x 125000) = 87,54 cm4
Imin = (h x b3) / 12 = (2h4 ) / 81
Imin = 87,54 = (2h4) / 81, maka : h = 7,72 cm
h 8 cm ; b = (2h) / (3) = 5,33 cm 6 cm
Imin = (h x b3 ) / 12 = 144 cm4 ; A = b x h= 48 cm2
imin = (Imin / A) = (144/ 48) = 1,7321 cm
= Lk / imin = 1200 / 1,7321 = 69, 28 70
Dari tabel tekuk didapat harga = 1,87
Tegangan yang terjadi tk = ( x P) / A =
tk = (1,87 x 2500) / 48 = 97,40 kg/cm2
tk = 97,40 kg/cm2 < (ijin)tk// = 130 kg/cm2 (OK)
Jadi digunakan ukuran penampang 6 cm x 8 cm untuk
kayu dengan kuat kelas I
2 Kayu kelas II Modulus Elstisits E = 100000kg/cm2
Imin

dengan asumsi : n = 3 dan b = (2h) / 3


Imin = (Ptk x n x Lk2) / (2 x E)
Imin = (2500 x 3 x 1202) / (2 x 105) = 109,43 cm4
Imin = (h x b3) / 12 = (2h4 ) / 81
109,43 = (2h4 ) / 81 maka h = 8,159 cm
h dibulatkan menjadi 10 cm dan besarnya

b = (2h/3) = 6,67 cm dibulatkan menjadi 8 cm


Imin = (h x b3 )/ 12 = 426,67 cm4 ; A = b x h= 80 cm2
imin = (Imin / A) = (426,67/ 48) = 2,309 cm
= Lk / imin = 1200 / 2,309 = 51,97 52
Dari tabel tekuk didapat harga = 1,53
Tegangan yang terjadi tk = ( x P) / A =
tk = (1,53 x 2500) / 80 = 47,813 kg/cm2
tk = 47,813 kg/cm2 < (ijin)tk// = 85 kg/cm2 (OK)
Jadi digunakan ukuran penampang 8 cm x 10 cm untuk
kayu dengan kuat kelas II

Soal-14
Konstruksi / struktur Kuda-kuda seperti gambar :

Adapun cara pembebanan adalah sebagai berikut :


Pada titik simpul 1, 5, 6, 7, 8 beban hidup (L) 40 KN
Pada titik simpul 1, 2, 3, 4, 5 beban plafon (P) 10 KN
Ketentuan lain:
Kayu digunakan kelas mutu A dengan kekuatan E21
Asumsi faktor koreksi CM, Ct, CPt, Ct, = 1
Kombinasi Pembebanan 1,2 D E + 0,5 L,
Alat sambung digunakan pada simpul adalah baut
Rencanakan batang tekan (2)/kaki kuada-kuda yang
dibawah dengan menggunakn standar SK SNI 2002
yaitu perencanaan konstruksi kayu Indonesia.
Penyelesaian :
Menghitung gaya-gaya batang, perhitungan gaya
batang selengkapnya seperti contoh batang tarik

Dari perhitungan gaya didapat Pu batang 2 =125 KN


1 Dari Ketentuan soal diketahui :
Mutu kayu E21, maka dari Tabe12.1.

Didapat kuat acuhan Fc// = 40 Mpa dan modulus


elastisitas Ew = 20000 Mpa
Kelas kayu mutu A, mempunyai rasio tahanan = 0,8
dapat dilihat pada Tabe12.2.
Dari kombinasi pembebanan yang digunakan adalah
1,2 D E + 0,5 L, maka nilai faktor waktu () =1,0
seperti pada Tabe13.2.
Faktor reduksi (t) untuk tekan = 0,9, Tabel 3.1
2 Ukuran penampang batang
Pada perhitungan batang (1) yaitu batang tarik telah
direncanakan dengan mengambil kayu dengan
dimensi 50/120 (b = 50mm, h =120 mm)
Panjang batang (1) (L) =(2002 + 1,52)0,5= 250 mm
Jari-jari girasi ( r ) = 0,2887 x b = 0,2887 x 50
=14,435 mm
Kelangsingan
= (KE x L) / r x (1 . 250) / 14,435
= 173,19 < 175 (ketentuan SK SNI) ... (OK)
3 Menghitung kuat tekan sejajar serat acuhan (F c) dan
modulus elastisitas lentur acuhan (Ew) rasio tahanan
mutu kayu A = 0,8
Fc = 0,8 X 40 = 32 MPa
Ew = 0,8 x 20000 =16000 Mpa
4 Menghitung faktor kestabilan kolom (Cp)

dimana :

1 Tahanan tekan terkoreksi (P0 )


P`0 = Fc x A
= CM x Ct x Cpt x CF x Fc x A
= 1,0 x 1,0 x 1,0 x 1,0 x 32 x (50 x 120)
= 192000 N
2

Modulus elastisitas lentur yang telah dikalikan


dengan faktor koreksi (Ew`)
Ew = Cm x Ct x Cpt x CF x Ew
= 1,0 x 1,0 x 1,0 x 1,0 x 16000
= 16000 MPa

3 Nilai modulus elastisitas lentur terkoreksi pada


persentil kelima (E05`)
E05` = 0,69. Ew = 0,69 x 16000 = 11040 MPa

4 Tahanan tekuk kritis (Euler) (Pc)

5 Tahanan tekan terkoreksi


P' = Cp x P0 = 0,10466 x 192000 = 20094,3 N
6 Kontrol tekanan tekan terfaktor
Pu x c x P' ; 125000 N 1 x 0,9 x 20094,3
18084,9 N . ( tidak OK) direncanakan lagi
Dicoba dengan kayu ukuran (80 x 200) mm2
1 Ukuran penampang batang
Panjang batang (1) : L = (2002+ 1,52 )0,5 = 250 mm
Jari-jari girasi : r =0,289 x b =0,289 x 50= 23,10mm
Kelangsingan = ( KE x L / r ) = ( 1 x 250 ) / 14,435
= 108,244 < 175 .. (ketentuan SK SNI. OK)
2 Menghitung Fc dan Ew
Fc = 0,8 x 40
= 32 MPa
Ew = 0,8 x 20000 =16000 Mpa
3 Menghitung faktor kestabilan kolom (CP)

Dimana :
1 tahanan tekan terkoreksi (P0')
P0' = Fc* x A = CM x Ct x Cpt x CF x Fc x A
= 1,0 x 1,0 x 1,0 x 1,0 x 32 x (80 x 200)
= 512000 N
2 Modulus elastisitas lentur yang telah dikalikan
dengan faktor koreksi ( Ew' )
Ew' = CM x Ct x Cpt x CF x Fc x Ew
= 1,0 x 1,0 x 1,0 x 1,0 x 16000 = 16000 Mpa
3 Nilai modulus elastisitas lentur terkoreksi pada
persentil kelima ( E05 )
E05 = 0,69 x EW' = 0,69 x 16000 = 11040 Mpa
1 Tahanan tekuk kritis (Euler) (Pc) ;

4 Tahanan tekan terkoreksi


P' = Cp x P0' = 131324 N
5 Kontrol tekanan tekan terfaktor
Pu x C x P'
125000N 1 x 0,9 x 131324 118191N (Tdk OK)
Karena kuat tekan terfaktor belum memenuhi syarat
maka perencanaan dimensi tampang kayu harus
diperbesar atau gunakan kayu rangkap / double.
Soal-15
Bila pada gambar kuda-kuda diatas batang (2) mampu
menahan beban 10 Ton dari kombinasi pembebanan
1,4 D, dimensi batang digunakan dengan ukuran lebar
(b) = 50 mm, asumsi faktor kestabilan C p = 0,99 maka
hitunglah tinggi/ panjang batang tekan yang akan
dipergunakan nanti.
Penyelesaian :
1 Dari Ketentuan soal diketahui :

Mutu kayu E21, maka dari Tabel 2.1 didapat kuat


acuhan adalh Fc// = 40 Mpa dan modulus elastisitas dari
kayu Ew = 20000 MPa
Kelas kayu mutu A, mempunyai rasio tahanan = 0,8
dapat dilihat pada Tabe1 2.2.
Dari kombinasi pembebanan yang digunakan 1,4D ,
maka nilai faktor waktu () = 0,6 seperti Tabel 3.2.
Faktor reduksi (r) untuk tekan= 0,9 sperti Tabel 3.1
2 Tahanan tekan terkoreksi
P' = Cp x Fc* x A = Cp x Fc x CM x Ct x Cpt x CF x A
= 0,99 x (0,8 x 40) x A = 31,68 A
3 Menghitung Dimensi kayu
Pu x c x P'
100.000 N 0,6 x 0,9 x 31,68 (b x h)
50 h 5845,5 mm2 ; h 116,90 mm
Digunakan penampang batang 50 mm x 120mm
2 Kontrol tekanan tekan terfaktor
Pu x c x P'
100.000 N 0,6 x 0,9 x 31,68 x (50 x120)
102643,2 N
.. (OK)
Hasil perancangan batang dengan dimensi 50/120
mampu menahan beban tekan sebesar 10 Ton.

Soal-16
Suatu batang tekan panjangnya 2,0 m mendukung
gaya tekan sebesar 12 ton, batang tersebut
merupakan bagian dari suatu konstruksi kuda-kuda dan
direncanakan untuk menahan beban tetap + beban
angin, jika kayu mempunyai BJ (berat jenis) = 0,65
diminta
untuk
merencanakn
dimensi/
ukuran
penampang batang tekan tersebut.
Penyelesaian :
Konstruksi kuda-kuda, konstruksi terlindung = 1
Beban tetap dan beban angin, = 5/4 ; BJ = 0,65

Konstrksi kuda-kuda =konstrksi rangka Lk = L = 2 m


(ijin)tk//r = 150 x 0,65 x 5/4 = 121,875 kg/cm2
Kayu kelas II ; Imin = 50 x P x Lk2
misal direncanakan penampang bujur sangkar,
Imin = 1/12 x b4 = 50 x P x Lk2 = 50 x 12 x 22
b4 = 28800 cm4 ; b = 13,03 cm
diambil b = h = 13 cm
imin = (Imin /A) = 0,289 x b = 3,757 cm
= 200 / 3,757 = 53,23 dari daftar III PKKI 1961
dengan interpolasi liniar didapat = 1,5523
tk// = ( x P) / Abr = (12000 x 1,5523) / (13 x 13)
tk// = 110,22 kg/cm2 < (ijin)tk//r = 121,87 kg/cm2 (OK)
Sebenarnya dimensi bisa lebih kecil lagi karena
tegangan ijin tekan diperhitungkan dengan nilai/ faktor
5/4 sedangkan gaya tekan pada rumus Imin tidak
dikalikan dengan nilai/ faktor tersebut.
Misal direncanakn tampang empat-persegi-panjang
dengan h = 2b ; Imin = 50 x Ptk x Lk2
1/12 x b3 x h = 50 x 4/5 x Ptk x Lk2
1/6 x b4
= 50 x 4/5 x 12 x 4 ; b = 10,36 cm
diambil b = 10 cm ; h = akan dicari lagi
imin = {1/12 x b3 x 2b} /{2b x b} = 0,289b = 2,89cm

= Lk / imin = 200/2,89 = 69,2 dari daftar III PKKI 1961,


dengan interpolasi liniar didapat = 1,854
(ijin)tk//r ( x P) / Abr (12000 x 1,854) / (10h)
h (12000 x 1,854) / (10 x 121,857) 18,25 cm
Diambil b = 10 cm ; h = 19 cm (atau 20 cm tergantung
pada dimensi /tampng kayu yang ada)
Tampak bahwa luas penampang bujur sangkar
panjang, hal ini karena imin tergantung pada b,
sedangkan pada tampang persegi b diambil lebih kecil
dari b pada penampang bujur sangkar.

Soal-17
Batang ganda berikut ini dengan ukuran b = 4 cm dan
h = 12 cm dan serta jarak antara kedua balok / celah a
= 4 cm, diminta untuk menghitung i min untuk kedua
gambar (a) dan gambar (b).
Gambar (a)
Gambar (b)
Y
Y
X
H

b
a X

Y
b

Y
Penyelesaian :
Gambar (a) : Tinjauan terhadap sumbu X X :
Luas penampang : Atot = 2 x 4 x 12 = 96 cm2
IX = 2 x ( b x h3 ) /12 = 2 x ( 4 x 123 ) /12 = 1152 cm4
iX = (IX / Atot ) = (1152 / 96) = 3,464 cm
Tinjauan terhadap sumbu Y Y
Luas penampang : Atot = 2 x 4 x 12 = 96 cm2
Perhitungan dengan adanya reduksi maka dengan
rumus : IY = (It + 3 Ig )/4
It
It
It
It

=
=
=
=

Momen lembam teoritis


{2 x (b3 x h ) /12} + [2 x b x h x {(b + a)/2}2]
{2 x (43 x 12) /12} + [2 x 4 x 12 x {(4 + 4)/2}2}
128 + 1536 = 1664 cm4

Ig = Momen lembam geser dengan anggapan/ asumsi


masing-masing
bagian
digeser
sehingga
berimpitan satu sama lainnya.
Ig = {(2 x b)3 x h}/12 = {(2 x 4)3 x 12} / 12 =512 cm4

IY = (It + 3 Ig )/4 = {1664 + (3 x 512)} / 4 = 800 cm4


iY = (IY / Atot ) = (800 / 96) = 2,886 cm
Harga iX = 3,464 cm dan iY = 2,886 cm maka didapat
imin adalh iY = imin = 2,886 cm
Gambar (b) : Tinjauan terhadap sumbu X X :
Luas penampang : Atot = 2 x 4 x 12 = 96 cm2
Perhitungan dengan adanya reduksi maka dihitung
dengan rumusan : IX = (It + 3 Ig )/4
It = Momen lembam teoritis
It = {2 x (b x h3 ) / 12} + [2 x b x h x {(h + a)/2}2]
It = {2 x (12 x 43) /12} + [2 x 12 x 4 x {(4 + 4)/2}2]
It = 128 + 1536 = 1664 cm4
Ig = {(2 x h)3 x b}/12 = {(2 x 4)3 x 12} / 12 =512 cm4
IX = (It + 3 Ig )/4 = {1664 + (3 x 512)}/ 4 = 800 cm4
iX = (IX / Atot ) = (800 / 96) = 2,886 cm
Tinjauan terhadap sumbu Y Y :
IY = 2 x ( b3 x h) /12 = 2 x ( 4 x 123 ) /12 = 1152 cm4
iY = (IY / Atot ) = (1152 / 96) = 3,464 cm

Harga iX = 2,886 cm dan iY = 3,464 cm maka didapat


imin adalaha iX = imin = 2,866 cm

Soal-18
Diketahui a = b = 3 cm kayu dari Suren menerima
gaya tekan P = 3 ton, batang tersebut seperti gambar
terdapat pada sebuah konstruksi rangka kuda-kuda,
beban permanen dan panjang batang 220 cm. Diminta
untuk menentukan dimensi h.

Penyelesaian :
Konstruksi rangka kuda-kuda = 1 ; Lk = L =220cm

Beban permanen = 1
Kayu suren dari lampiran I PKKI 1961, kelas-kuat IV
dari daftar IIa PKKI 1961 (ijin)tk// = 45 kg/cm2
(ijin)tk//r = 45 x 1 x 1 = 45 kg/cm2
Dicoba h = 10cm ; iX = (IX /A) =0,289 x h = 2,89cm
It = 2 x(1/12 x 10 x 33 ) + 2 x 10 x 3 x 32 = 585 cm4
Ig = 1/12 x 10 x 63 = 180 cm4
Iy = 1/4(It + 3.Ig) = 1/4x (585 + 3x180) = 281,25 cm4
iy = (IY / Abr ) = {281,25 / (2 x 3 x 10)} = 2,17 cm
= Lk /imin = 101,38 dari daftar III PKKI 1961, dengan
interpolasi linear di dapat = 3,0966 3,10
tk = ( x P) / Abr = (3000 x 3,10) / (10 x 6) =
tk =154,83 kg/cm2 > (ijin)tk//r = 45 kg/cm2
.... (Tidak OK)
Setelah beberapa kali dicoba, diambil h = 35 cm
iX = 0,289 x h = 10,115 cm
It = 2x(1/12 x 35 x 33) + 2x(35 x 3 x 32) = 2047,5cm4
Ig = 1/12 x 10 x 63 = 160 cm4
IY = x ( It + 3 x Ig ) = x (2047,5 + 3 x 630)
IY = 984,375 cm2
iY = (IY /A ) = (984,375/(2x 3x 35) = 2,17 cm

Harga iX = 10,115 cm dan iY = 2,17 cm maka didapat


harga imin adalah iY = imin = 2,17 cm
= Lk / imin = 220/2,17 = 101,38 dari daftar III PKKI
1961 dengan interpolasi linear di dapat = 3,0966
tk = ( x P)/ Abr = (3,10 x 3000)/(35 x 6)
tk = 44,28 kg/cm2 >>> 45 kg/cm2 ............ (OK)
Jadi dipakai ukuran penampang : h

= 35 cm

Soal-19
Batang double ganda berikut ini dengan ukuran
penampang b = 4 cm dan h = 16 cm dan serta jarak
antara kedua balok / celah a = 4 cm, diminta untuk
menghitung besarnya imin
Y
X
h

X
Y

b
a
b
a
b
a
Penyelesaian :
Terhadap sumbu X X :
Luas ; Atot = 4 x 4 x 16 = 256 cm2
IX = 4 x 1/12 x 4 x 163 = 5461,33 cm4

iX = (IX /Atot) = (5461,33/256) = 4,60 cm


Terhadap sumbu Y Y :
Perhitungan dengan adanya reduksi maka dihitung
dengan rumusan : IY = (It + 3 Ig )/4
It = Momen lembam teoritis
It = 4 x{1/12 x 43 x 16} + {2 x 4 x 16 x 122} +
+ {2 x 4 x 16 x 42} = 20821,33 cm4
Ig = 1/12 x (4 x 4)3 x 16 = 5461,33 cm4
IY = (20821,33 + 3 x 5461,33)/4 = 9301,33 cm4
iY = (IY / Atot ) = (9301,33/256) = 6,02 cm
Harga iX = 4,6 cm dan iY = 6,02 cm maka didapat imin
adalaha iX = imin = 4,60 cm
Soal-20
Ditentukan batang tekan dengan a = b = 4 cm dari
Kayu Meranti (kelas kuat III) L = 250 cm, pada ujungujung baloknya dengan perletakan sendi. Tentukanlah
h jika P = 4 ton tekan akibat beban sementara dan
konstruksi terlindung.
Y
X
h

Penyelesaian :
Konstruksi terlindung = 1, utk beban sementara
= 5/4 kelas kuat III mk dari daftar IIa PKKI 1961

(ijin)tk//r = 60 x 1 x 5/4 = 75 kg/cm2


Lk = L = 250 cm ; dicoba h =
iX = 0,289 x h = 4,046 cm

14 cm

It = {3x(1/12 x14x43} + {2x14 x 4 x 82}= 7392cm4


Ig = 1/12 x 14 x 123 = 2016 cm4
IY = 1/4 x (7392 + 3 x 2016) = 3360 cm 4
iY = (IY / Abr) = {3360/ (14 x 12)} = 4,47 cm
= LK / imin = 250 / 4,046 = 61,79 dari daftar III PKKI
1961, dengan interpolasi linear didapat = 1,6979
tk = ( x P) / Abr = (4000 x 1,6979) / (14 x 12)
tk = 40,43 kg/cm2 < (ijin)tk//r = 75 kg/cm2 (tidak OK)
Setelah beberapa kali dicoba, diambil h = 12 cm
iX = 0,289 x h = 0,289 x 12 = 3,468 cm
It = 3x{1/12 x 12 x 4 3}+{2x12 x 4 x 82}= 6336 cm4
Ig = 1/12 x 12 x 123 = 1728 cm4
IY = (It + 3 x Ig)/4 = (6336 + 3x1728)/4 = 2880 cm 4
iY = (IY / Abr) = (2880 / (12 x 12) = 4,47 cm
Harga iX = 3,468 cm dan i Y = 4,47 cm maka didapat
harga imin adalah iX = iX = 3,468 cm
= Lk / imin = 250/3,468 = 72,09 dari daftar III PKKI
1961, dengan interpolasi linear didapat = 1,923
tk = ( x P) / Abr = (4000 x 1,923) / (12 x 12)
tk = 53,40 kg/cm2 < (ijin)tk//r = 75 kg/cm2 ........ (OK)

Jadi ukuran penampang h diambil sebesar 12 cm


Disini tampak bahwa walaupun h berubah namun iY
tetap tidak berubah, pada soal-18 setelah trial pertama
tampak bahwa yang digunakan adalah iY (selama iY < ix
), jadi karena iY tidak berubah untuk semua h, maka h
bisa langsung dicoba seperti ini :
tk = ( x P) / Abr (ijin)tk//r
h ( x P) / (b x (ijin)tk//r) = (4000 x 3,0967) / (6 x 45)
h = 34,31cm, maka diambil harga h = 35 cm
Soal-21
Batang double ganda berikut ini dengan ukuran
penampang b = 4 cm dan h = 16 cm dan serta jarak
antara kedua balok / celah a = 8 cm, diminta untuk
menghitung besarnya harga imin
Y
h

h
b
Penyelesaian :

Y
a

Tinjauan terhadap sumbu X X :


Luas ; Atot = 4 x 4 x 16 = 256 cm2
Faktor reduksi tidak diperhitungkan maka rumus :
IX = 4 x {1/12 x b x h3 } + 4 x b x h x {(b + h/2)2}
IX = 4 x {1/12 x 4 x 163} + 4 x 4 x 16 x (4 + 16/2)2
IX = 42325,33 cm4
iX = (IX / Atot) = (42325,33 / 256) = 3,464 cm
Terhadap sumbu Y Y :
Perhitungan dengan adanya reduksi maka dihitung
dengan rumusan : IY = (It + 3 Ig )/4
It
It
It
It

=
=
=
=

Momen lembam teoritis


4 x (1/12 x b3 x h) + 2 x [4 x b x h x {(b + a)/2}2]
4 x {1/12 x 43 x 16} + 2 x [{2 x 4 x 16 x 62}]
341,33 + 2 x (4608) = 9557,33 cm4

Ig = 1/12 x (2h) x (2b)3 = 1/12 x (2 x 16) x (2 x 4)3


Ig = 1365,33 cm4
IY = (9557,33 + 3 x 1365,33) / 4 = 3413,33 cm4
iY = (IY/Atot) = (3413,33 / 256) = 13,83 = 3,65cm
Harga iX = 3,464 cm dan iY = 3,65 cm maka didapat imin
adalaha iX = imin = 3,464 cm

Soal-22
Sebuah balok ganda dari jembatn yang berukuran 2
x 4/14 dengan panjang 4 m serta perletakannya
sendi
dan
sendi,
apabila
batang
tersebut
direncanakan akan menahan gaya tekan P serta
balok tersebut menggunakan kayu Bangkirai dengan
BJ (berat jenis) rata-rata dan mutu kayu adalah mutu
B serta dihitung pada pembebanan tetap +
menerima beban gempa.
Berapakah besar gaya tekan yang dapat dipikul oleh
balok tekan tersebut.
Y

h=14

b=4 a=4 b=4


Penyelesaian :
Mutu kayu B ;
Konstruksi jembatan berarti tidak terlindng = 5/6
Menerima beban tetap + beban gempa
= 5/4
Kayu Bangkirai Lampiran I PKKI 1961 BJ (berat jenis)
kayu rata-rata = 0,91
(ijin)tk//r = (ijin)tk x BJ x x x 0,75
(ijin)tk//r = 150 x 0,91x 5/6x 5/4x 0,75= 106,64 kg/cm2
iX = 0,289 h = 0,289 x 14

= 4,046 cm

It = 2 x {1/12 x h x b 3}+ 2 x (h x b) x {(b + a)/2} 2


It = 2x{1/12 x14 x4 3} + 2(14x 4)x 4 2 = 1941,33cm 4
Ig = 1/12x hx (2b) 3= 1/12x 14x (2x 4) 3 =597,33cm4
Iy = 1/4 x(It + 3x Ig)= 1/4 x (1941,33 + 3 x 597,33)
Iy = 933,33 cm 4
iY = (IY / Atot ) = {933,33 / (2 x 4 x 14)} = 2,887cm
Harga iX = 4,046 dan i Y = 2,887 maka didapat harga
imin adalah harga i Y = imin = 2,887 cm
Lk = L = 400 cm ; = (Lk / imin) = 400 / 2,887

= 138,5617 dari daftar III PKKI 1961, dengan


interpolasi linear maka didapat = 6,3518
tk = (P x ) / Abr (ijin)tk//r
P ((ijin)tk x Abr) / {106,64 (2 x 4 x 14)} / 6,3518
P 1880,36 kg
Jadi gaya tekan yang dapat dipikul oleh balok sebesar
Pijin = 1800 kg
Soal-23
Batang/balok tekan pada suatu konstruksi yang
selalu basah, panjang L = 3 m dengan perletakan
masing-masing ujung berupa sendi, dibebani beban
tekan P apabila untuk konstruksi tersebut dipakai
kayu kelas-kuat II dengan ukuran 4 x 10/14 dan dihitung pada pembebanan sementara
Hitunglah beban tekan P maksimum yang diijinkan
Y
h=14

X a=10

h=14
Y

b=10 a=10 b=10


Penyelesaian :
Pembebanan adalah beban sementara = 5/4
Konstruksi yang selalu basah, maka = 2/3
Kayu kelas kuat II : (ijin)tk//r = 85 x 5/4 x 2/3
(ijin)tk//r = 70,83 kg/cm2
iX = 0,289 x h = 0,289 x 14 = 4,046 cm
It = 4 x (1/12 x h x b 3) + 4 x b x h x {(b + a)/2 } 2 =
It = 4 x (1/12 x 14 x 10 3) + 4 x (14 x 10 x 10 2) =
It = 60666,67 cm 4
Ig = 1/12 x (2h) x (2b) 3 = 1/12 x (2 x 14) x (2 x 10) 3
Ig = 18666,67 cm 4
IY = 1/4 x (It + 3 x Ig)
IY = 1/4 x(60666,67 +3 x18666,67) =29166,67cm 4
iY = (IY / Atot) = {29166,67 / (4 x10 x14)}= 7,22cm
Harga iX = 4,046 dan i Y = 7,22 Maka didapat imin
adalah iX = imin = 4,046 cm
Lk = L = 300 cm
= Lk / imin = 300 /4,046 = 74,15 dari daftar III PKKI
1961 dengan interpolasi linear didapat = 1,9745

tk// = ( x P) / Atot (ijin)tk//r = 70,83 kg/cm2


P ((ijin)tk//r x Atot) / {70,83 (4 x 10 x 14)} / 1,975
P 20088,53 kg P = 20000 kg
Jadi gaya tekan yang dapat dipikul oleh balok sebesar
Pijin = 20000 kg = 20 ton
Soal-24
Direncanakan sebuah balok pada suatu konstruksi
jembatn yang mempunyai panjng bentng L = 4 m
mendukung beban tarik 5 ton serta momen lentur 4
tm, apabila balok tersebut mendukung beban
tetap /permanen + beban angin serta digunakan
kayu bangkirai pada BJ (berat jenis) rata-rata berapa
dimensi balok tersebut yang memenuhi.
Penyelesaian :
Beban tetap /permanen + beban angin : = 5/4
Konstruksi jembatan / tidak terlindung : = 5/6
Kayu Bangkirai dengan BJ rata-rata = 0,91
(ijin)trk//r = 150 x 0,91 x 5/4 x 5/6 = 142,1875 kg/cm 2
(ijin)lt.r = 170 x 0,91 x 5/4 x 5/6 = 161,1458 kg/cm 2
= ((ijin)trk//r) / ((ijin)lt.r) = 142,19 / 161,15 = 0,8824

Pada soal ini tidak disyaratkan


sambungan maka berarti A nt = Abr

dengan

adanya

Apabila dicoba h = 2b, maka A nt = b x h = 2b2


tot = P / Ant + (Mmaks / Wn) (ijin)trk//r
(ijin)trk//r 5000/(2 x b2) + 0,88(4 x 10 5)/{1/6xbx(2b) 2}
142,19 5000/(2 x b2) + 0,88(4 x 10 5)/{1/6xbx(2b) 2}
142,19 x b2 2500 x b 529440 = 0
Dengan "Trial and Error" didapat b = 15,8776 cm
diambil harga b = 16 cm dan harga h = 32 cm
Kontrol lagi : tot = P / Ant + (Mmaks / Wn) (ijin)trk//r
tot = 5000/(16 x 32) + 0,88[(4 x 105)/(1/6 x 16 x 322)]
tot = 139 kg/cm2 < (ijin)trk//r = 142,19 kg/cm 2 (OK)
Jadi dimensi penampang yang memenuhi syarat adalah
b = 16 cm dan harga h = 32 cm

FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI S1 TEKNIK SIPIL
UJIAN TENGAH Semester GANJIL th 2012/2013
Mata Kuliah / Kode
Dosen
Hari / Tanggal / Waktu
Sifat Ujian

: Struktur Kayu / HSKB 506


: Muhamad Syamsuni
: Rabu / 14 November 2012 / 100 Menit
: Tutup Buku kecuali Catatan kecil

Soal-1
Suatu kontruksi kolom ganda profil dengan lebar b = 9 cm dan a = 6 cm
kayu dari Meranti menerima gaya tekan P = 11 ton, batang tersebut
seperti gambar memikul sebuah konstruksi rangka kuda-kuda, beban
permanen dan panjang kolom/ batang 400 cm. Pada ujung-ujung
kolomnya perletakan Jepit dan Sendi.
Y
Ditanyakan : Hitung berapa besarnya/
tinggi kolom
h untuk bisa memikul beban
tersebut.
h

b
a
b
Soal-2
Suatu kolom/batang tekan dengan b = 8 cm dan a = 6 cm dari Kayu
Meranti (kelas kuat II) L = 450 cm, pada ujung-ujung kolomnya dengan
perletakan Jepit dan sendi kolom tersebut memikul beban tekan P =
12 ton akibat beban sementara dan konstruksi terlindung.
Y
Ditanyakan : Hitung
berapa besarnya /
Tinggi kolom
h untuk bisa
h
X
memikul
beban tersebut.

b
Soal-3

Y
Kolom double ganda seperti gambar,

yang selalu
18
perletakan

basah panjang kolom L = 5 m dengan


ujungnya adalah jepit dan sendi

dibebani dengan
8
tersebut memakai

beban tekan sebesar P, konstruksi


kayu kelas kuat II dengan ukuran 4 x

12/18 knstruk
si tersebut pada pembebanan
sementara.
18
dapat dipikul

Hitunglah beban P maksimum yang


oleh kolom tersebut

b=12 a=8 b=12

Penyelesaian-1
Kayu Meranti berarti Kayu kelas III atau kelas II, diambil
kayu kelas III
Beban permanen = 1
Konstruksi menopang Kuda-kuda, terlindung = 1
(ijin)Tkn// = 60 kg/cm2 (PKKI 1961 kayu kelas III)
(ijin)Tkn//R = 60 x 1 x 1 = 60 kg/cm2
Ujung kolom Perletakan Jepit dan Sendi : k = 0,85
LK = k x L = 0,85 x 400 cm = 340 cm
a) Dicoba ukuran h = 16 cm dan b = 9 cm

Tinjauan terhadap sumbu X X :


Luas Atot = 2 x 9 x 16 = 288 cm2
Faktor reduksi tidak diperhitungkan maka rumus :
iX = 0,289 x h = 0,289 x 16 = 4,624 cm
Terhadap sumbu Y Y :
Perhitungan dengan adanya reduksi maka dihitung
dengan rumusan : IY = (It + 3 Ig )/4
It
It
It
It
Ig
Ig

= Momen lembam teoritis


= 2 x (1/12 x b3 x h) + 2 x [h x b x {(b + a)/2}2]
= 2 x {1/12 x 93 x 16} + 2 x [{16 x 9 x 7,52}]
= 1944 + 16200 = 18144 cm4
= 1/12 x (h) x (2b)3 = 1/12 x 16 x (2 x 9)3
= 7776 cm4

IY = (It + 3 x Ig) / 4
IY = (18144 + 3 x 7776) / 4 = 10368 cm4
iY = (IY/Atot) = (10368 / 288) = 36 = 6 cm
Harga iX = 4,624 cm dan iY = 6 cm maka didapat imin
adalaha iX = imin = 4,624 cm
= LK / imin = 340 / 4,624 = 73,53 dari daftar III PKKI
maka didapat harga = 1,96

Tkn// = ( x P) / ATot = (1,96 x 11000) / (16 x 18)


Tkn// = 74,86kg/cm2 > (ijin)Tkn//R = 60kg/cm2 (Tdk OK)
b) Oleh karena Tidak OK, maka h akan dicoba lagi,
Dicoba h = 18 cm dan b = 9 cm
Tinjauan terhadap sumbu X X :
Luas Atot = 2 x 9 x 18 = 324 cm2
Faktor reduksi tidak diperhitungkan maka rumus :
iX = 0,289 x h = 0,289 x 18 = 5,202 cm

Terhadap sumbu Y Y :
Perhitungan dengan adanya reduksi maka dihitung
dengan rumusan : IY = (It + 3 Ig )/4
It
It
It
It
Ig
Ig

= Momen lembam teoritis


= 2 x (1/12 x b3 x h) + 2 x [h x b x {(b + a)/2}2]
= 2 x {1/12 x 93 x 18} + 2 x [{18 x 9 x 7,52}]
= 2187 + 18225 = 20412 cm4
= 1/12 x (h) x (2b)3 = 1/12 x 18 x (2 x 9)3
= 8748 cm4

IY = (It + 3 x Ig) / 4
IY = (20412 + 3 x 8748) / 4 = 11664 cm4
iY = (IY/Atot) = (11664 / 324) = 36 = 6 cm

Harga iX = 5,202 cm dan iY = 6 cm maka didapat imin


adalaha iX = imin = 5,202 cm
= LK / imin = 340 / 5,202 = 65,36 dari daftar III PKKI
maka didapat harga = 1,76
Tkn// = ( x P) / ATot = (1,76 x 11000) / (18 x 18)
Tkn// = 59,75kg/cm2 < (ijin)Tkn//R = 60kg/cm2 (OK)
Oleh karena OK, maka tinggi h yang dipakai adalah h =
18 cm dan b = 9 cm
Penyelesaian-2
Kayu Meranti berarti Kayu kelas II
Beban sementara = 5/4
Konstruksi yang terlindung = 1
(ijin)Tkn// = 85 kg/cm2 (PKKI 1961 kayu kelas II)
(ijin)Tkn//R = 85 x 5/4 x 1 = 106,25 kg/cm2
Ujung kolom Perletakan Jepit dan Sendi : k = 0,85
LK = k x L = 0,85 x 450 cm = 382,50 cm
a) Diasumsi ukuran tinggi h = 2b = 2 x 8 = 16 cm dan
lebar b = 8 cm dan ukuran celah a = 6 cm
Tinjauan terhadap sumbu X X :
Luas Atot = 3 x 8 x 16 = 384 cm2

Faktor reduksi tidak diperhitungkan maka rumus :


iX = 0,289 x h = 0,289 x 16 = 4,624 cm
Terhadap sumbu Y Y :
Perhitungan dengan adanya reduksi maka dihitung
dengan rumusan : IY = (It + 3 Ig )/4
It
It
It
It

=
=
=
=

Momen lembam teoritis


3 x (1/12 x b3 x h) + 3 x [h x b x {(b + a)/2}2]
3 x {1/12 x 83 x 16} + 3 x [{16 x 8 x 72}]
2048 + 18816 = 20864 cm4

Ig = 1/12 x (h) x (3b)3 = 1/12 x 16 x (3 x 8)3


Ig = 18432 cm4
IY = (It + 3 x Ig) / 4
IY = (20864 + 3 x 18432) / 4 = 19040 cm4
iY = (IY/Atot) = (19040 / 384) = 49,58 = 7,04 cm
Harga iX = 4,624 cm dan iY = 7,04 cm maka didapat imin
adalaha iX = imin = 4,624 cm
= LK / imin = 382,5 / 4,624 = 82,72 dari daftar III PKKI
maka didapat harga = 2,23
Tkn// = ( x P) / ATot = (2,23 x 12000) / (384)
Tkn// = 69,69kg/cm2 <<< (ijin)Tkn//R = 106,25 kg/cm2

.. .. Tidak OK karena terlalu boros Tidak ekonomis maka


ukuran h akan dikecilkan dan dicoba lagi.
b) Diasumsi ukuran tinggi h = 9 cm ; dan lebar balok
b = 8 cm ; dan ukuran celah a = 6 cm
Tinjauan terhadap sumbu X X :
Luas Atot = 3 x 8 x 9 = 216 cm2
Faktor reduksi tidak diperhitungkan maka rumus :
iX = 0,289 x h = 0,289 x 9 = 2,601 cm
Terhadap sumbu Y Y :
Perhitungan dengan adanya reduksi maka dihitung
dengan rumusan : IY = (It + 3 Ig )/4
It
It
It
It

=
=
=
=

Momen lembam teoritis


3 x (1/12 x b3 x h) + 3 x [h x b x {(b + a)/2}2]
3 x {1/12 x 83 x 9} + 3 x [{9 x 8 x 72}]
1152 + 10584 = 11736 cm4

Ig = 1/12 x (h) x (3b)3 = 1/12 x 9 x (3 x 8)3


Ig = 10368 cm4
IY = (It + 3 x Ig) / 4
IY = (11736 + 3 x 10368) / 4 = 10710 cm4
iY = (IY/Atot) = (10710 / 216) = 49,58 = 7,04 cm

Harga iX = 2,601 cm dan iY = 7,04 cm maka didapat imin


adalaha iX = imin = 2,601 cm
= LK / imin = 382,5 / 2,601 = 147,06 dari daftar III
PKKI maka didapat harga = 7,32
Tkn// = ( x P) / ATot = (7,32 x 12000) / (216)
Tkn// = 406,7kg/cm2 >>> (ijin)Tkn//R = 106,25 kg/cm2 ..
Tidak OK karena terlalu Kecil ukuran h maka ukuran h
akan dibesarkan dan dicoba lagi.
c) Diasumsi ukuran tinggi h = 12 cm ; dan lebar balok
b = 8 cm ; dan ukuran celah a = 6 cm
Tinjauan terhadap sumbu X X :
Luas Atot = 3 x 8 x 12 = 288 cm2
Faktor reduksi tidak diperhitungkan maka rumus :
iX = 0,289 x h = 0,289 x 12 = 3,468 cm
Terhadap sumbu Y Y :
Perhitungan dengan adanya reduksi maka dihitung
dengan rumusan : IY = (It + 3 Ig )/4
It
It
It
It
Ig

= Momen lembam teoritis


= 3 x (1/12 x b3 x h) + 3 x [h x b x {(b + a)/2}2]
= 3 x {1/12 x 83 x 12} + 3 x [{12 x 8 x 72}]
= 1536 + 14112 = 15648 cm4
= 1/12 x (h) x (3b)3 = 1/12 x 12 x (3 x 8)3

Ig = 13824 cm4
IY = (It + 3 x Ig) / 4
IY = (15648 + 3 x 13824) / 4 = 14280 cm4
iY = (IY/Atot) = (14280 / 288) = 49,58 = 7,04 cm
Harga iX = 3,468 cm dan iY = 7,04 cm maka didapat imin
adalaha iX = imin = 3,468 cm
= LK / imin = 382,5 / 3,468 = 110,3 dari daftar III PKKI
maka didapat harga = 3,75
Tkn// = ( x P) / ATot = (3,75 x 12000) / (288)
Tkn// = 156,25kg/cm2 > (ijin)Tkn//R = 106,25kg/cm2
.. Tidak OK karena ukuran h masih kecil maka ukuran h
akan dibesarkan dan dicoba lagi.
d) Diasumsi ukuran tinggi h = 14 cm ; dan lebar balok
b = 8 cm ; dan ukuran celah a = 6 cm
Tinjauan terhadap sumbu X X :
Luas Atot = 3 x 8 x 14 = 336 cm2
Faktor reduksi tidak diperhitungkan maka rumus :
iX = 0,289 x h = 0,289 x 14 = 4,046 cm
Terhadap sumbu Y Y :

Perhitungan dengan adanya reduksi maka dihitung


dengan rumusan : IY = (It + 3 Ig )/4
It
It
It
It
Ig
Ig
IY
IY
iY

= Momen lembam teoritis


= 3 x (1/12 x b3 x h) + 3 x [h x b x {(b + a)/2}2]
= 3 x {1/12 x 83 x 14} + 3 x [{14 x 8 x 72}]
= 1792 + 16464 = 18256 cm4
= 1/12 x (h) x (3b)3 = 1/12 x 14 x (3 x 8)3
= 16128 cm4
= (It + 3 x Ig) / 4
= (18256 + 3 x 16128) / 4 = 16660 cm4
= (IY/Atot) = (16660 / 336) = 49,58 = 7,04 cm

Harga iX = 4,046 cm dan iY = 7,04 cm maka didapat imin


adalaha iX = imin = 4,046 cm
= LK / imin = 382,5 / 4,046 = 94,54 dari daftar III PKKI
maka didapat harga = 2,72
Tkn// = ( x P) / ATot = (2,72 x 12000) / (336)
Tkn// = 97,14kg/cm2 < (ijin)Tkn//R = 106,25kg/cm2 (OK)
Jadi ukuran tinggi h yang dipakai adalah h = 14 cm dan
b = 8 cm dan a = 6 cm.

Penyelesaian-3
Kayu kelas kuat II
Beban sementara = 5/4
Konstruksi yang selalu basah = 2/3
(ijin)Tkn// = 85 kg/cm2 (PKKI 1961 kayu kelas II)
(ijin)Tkn//R = 85 x 5/4 x 2/3 = 70,83 kg/cm2
Ujung kolom Perletakan Jepit dan Sendi : k = 0,85
LK = k x L = 0,85 x 500 cm = 425 cm
Diketahui ukuran tinggi h = 18 cm ; dan lebar balok b
= 12 cm ; dan ukuran celah a = 8 cm
Tinjauan terhadap sumbu X X :
Luas Atot = 4 x 12 x 18 = 864 cm2
Faktor reduksi tidak diperhitungkan maka rumus :
iX = 0,289 x h = 0,289 x 18 = 5,202 cm

Terhadap sumbu Y Y :
Perhitungan dengan adanya reduksi maka dihitung
dengan rumusan : IY = (It + 3 Ig )/4
It = 4 x (1/12 x h x b 3) + 4 x b x h x {(b + a)/2 } 2 =
It = 4 x (1/12 x 18 x 12 3) + 4 x (12 x 18 x 10 2) =
It = 10368 + 86400 = 96768 cm 4
Ig = 1/12 x (2h) x (2b) 3 = 1/12 x (2 x 18) x (2 x 12) 3
Ig = 41472 cm4
IY = 1/4 x (It + 3 x Ig)
IY = 1/4 x (96768 + 3 x 41472) = 55296 cm 4
iY = (IY / Atot) = {55296 / (4 x 12 x 18)}= 8,0 cm
Harga iX = 5,202 dan i Y = 8,0
adalah iX = imin = 5,202 cm

Maka

didapat

imin

Lk = L = 425 cm
= Lk / imin = 425 / 5,202 = 81,70 dari daftar III PKKI
1961 dengan interpolasi linear didapat = 2,20
tk// = ( x P) / Atot (ijin)tk//r = 70,83 kg/cm2
P ((ijin)tk//r x Atot) / {70,83 (4 x 12 x 18)} / 2,20
P 27816,87 kg P = 27800 kg
Jadi gaya tekan yang dapat dipikul oleh balok sebesar
Pijin = 27800 kg = 27,800 ton

Anda mungkin juga menyukai