Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
DISUSUN OLEH :
MESI ROSLAINA
1210105065
NURUL FILZA
1210105073
OLLYVIA MERLINA
1210105074
RESSA NOVIYA A
1210105076
1210105079
SIGIT SYAHPUTRA
1210105080
Pembimbing Klinik
Pembimbing Akademik
Pembimbing Akademik
Orang Tua selalu menginginkan kehidupan anaknya menjadi anak yang sempurna
tanpa mau memahami bahwa sebagai orang tua harus merubah diri sendiri terlebih dahulu
sebelum anak itu lahir.
Sekarang ini terdapat berbagai dampak pada masyarakat, baik yang positif maupun
yang negatif. Dampak positif globalisasi adalah perkembangan teknologi yang semakin
canggih sehingga mempermudah seseorang untuk memperoleh berbagai informasi yang
tidak terbatas. Informasi dapat berupa hiburan, pengetahuan dan teknologi, yang diperoleh
dan berbagai cara seperti : TV, Video, Film-Film, Internet dan sebagainya. Kemudahan
informasi memang memuaskan rasa ingin tahu kita serta dapat mengubah nilai dan pola
hidup seseorang, termasuk sikap orang tua terhadap anaknya dan pola asuh yang
diterapkan dalam mendidik anak dan remaja.
Sedangkan dampak negatif yang ditakuti adalah gaya hidup yang sangat menonjolkan
sifat individualistik dan bebas. Hal ini dibuktikan dengan semakin banyak timbulnya
masalah psikososial pada remaja seperti penyalah gunaan narkotika dan obat terlarang,
perilaku seks bebas dan menyimpang, kriminalitas anak, perkelahian massal (tawuran),
sehingga banyak mengakibatkan kegagalan pendidikan, atau kegagalan di bidang lain.
Dampak negatif era globalisasi ini lebih cepat diadopsi oleh anak- anak sehingga mereka
sangat rentan terhadap pengaruh negatif globalisasi tersebut.
Bagaimana semua informasi dan pengaruh itu agar tidak berdampak buruk?
Sebagai orang tua tentu berharap mereka dapat menyaring informasi apa yang
berguna yang patut dicontoh dan apa yang dapat merugikan yang harus dijauhinya.
Kepandaian anak dan remaja dalam menyiasati hal tersebut tentu tidak lepas dan
peran orang tua dalam memberikan pola asuh dan pendidikan yang tepat bagi anakanaknya dan orang orang yang ada di sekelilingnya.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyuluhan diharapkan para keluarga mampu mengetahui
konsep pola asuh anak
2. Tujuan Khusus
Setelah diberikan penyuluhan selama 15-30 keluarga menit dapat :
1. Memberikan pemahaman yang lebih dalam terkait dengan
pola pengasuhan anak dan remaja dalam keluarga.
2. Memberikan masukan bagi ibu-ibu untuk bisa membimbing
anak-anaknya dengan penuh kasih sayang.
3. Dapat menemukan trik yang jitu dalam pengasuhan anak.
4. Bisa berbagi ilmu pengetahuan tentang anak dan remaja.
C. Pelaksanaan Kegiatan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Pokok Bahasan
Sasaran dan Target
Metode
Media dan Alat
Waktu
Tempat
Pengorganisasian
Moderator
Presenter
Observer
Fasilitator
Ollyvia Merlina
Ririn Sri Rahayu
Ressa Noviya Agesta
Nurul Filza
Sigit Syahputra
Messy Roslaina
8. Uraian Tugas
a.
Moderator
1.
Membuka acara.
2.
Memberikan salam.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Menutup acara.
b.
Presenter
c.
Fasilitator
9. Setting Tempat
KETERANGAN:
1.
LCD
MEJA
: LCD
2.
Moderator
3.
Presenter
4.
: Fasilitator
5.
: Observer
6.
: Peserta
LCD
Waktu
5 meniit
Kegiatan Mahasiswa
Pembukaan
Mengucapkan salam
Memperkenalkan mahasiswa
dan pembimbing
Menjelaskan tujuan
penyuluhan
Menjelaskan kontrak waktu
Kegiatan Peserta
Menjawab
Mendengarkan dan
memperhatikan
Menyetujui
Mendengarkan dan
memperhatikan
2.
20 menit
Pelaksanaan
Menggali pengetahuan klien
anak
Menyebutkan faktor faktor
yang mempengaruhi pola asuh
pendapat
anak
Menjelaskan pola asuh anak
laku anak
Memberikan reinforcement
positif
Mengemukakan
Mendengarkan.
Mendengarkan dan
memperhatikan.
Mengemukakan
pendapat.
Mendengarkan.
Mendengarkan dan
memperhatikan.
Mengemukakan
pendapat.
Mendengarkan.
Mendengarkan dan
pada anak
memperhatikan.
.
3.
Penutup
Proses tanya jawab
- Memberikan
pertanyaan
kesempatan pada
-
Memberikan
audien
Menyimpulkan materi bersama
audien
Melakukan evaluasi
Menutup dan memberi salam
Memperhatikan
Berpartisipasi
Menjawab salam
3. 50%
keluarga
pasien
dapat
menyebutkan
faktor
faktor
yang
13. Penutup
Demikianlah proposal penyuluhan ini kami ajukan dalam rangka memenuhi tugas
praktek preklinik keperawatan Jiwa RSJ Prof HB Saanin Padang, atas perhatian
dan kesempatan yang diberikan kami ucapkan terima kasih.
(Srimutia Rahayu)
Disetujui oleh :
Pembimbing Akademik
Pembimbing Klinik
berharap yang berlebihan yang melampaui kemampuan anak. Orang tua tipe ini juga
memberikan kebebasan kepada anak untuk memilih dan melakukan suatu tindakan,
dan pendekatannya kepada anak bersifat hangat.
2.
Perilaku Orangtua
Memberikan kebebasan untuk berfikir
Menerima pendapat
Membuat anak lebih diterima dan merasa kuat
Toleran dan memahami kelemahan anak
Cenderung lebih suka member yang diminta anak daripada menerima
Profil Tingkahlaku Anak
4.
Mau bekerjasama
Bersahabat
Loyal
Emosinya stabil
Ceria dan bersikap optimis
Mau menerima tanggung jawab
Jujur
Dapat dipercaya
Memiliki perencanaan baik di masa depan
Bersikap realistic (memahami kelebihan dan kekurangan secara obyektif)
Mendominasi Anak
Tidak patuh
Tidak bertanggung jawab
Agresif dan teledor
Bersikap otoriter
Terlalu percaya diri
Impulsif
Tidak dapat mengambil keputusan
Nakal
Sikap bermusuhan atau gresif
Sumber: dari Syamsu Yusuf. 2009 dalam Psikologi Perkembangan Anak Dan Remaja
Dari ketujuh sikap atau perlakuan orangtua itu, tampak bahwa sikap . acceptance
merupakan yang paling baik untuk dimiliki atau dikembangkan oleh orang tua (Syamsu,
2009)
Dari penelitian yang dilakukan oleh Diana Baumrind mengemukakan dua hasil
penelitian yaitu : (1) ada 4 gaya perlakuan orang tua yaitu: Authoritarian, permissive,
authoritative, dan negalectfull. (2) dampak gaya perlakuan orang tua terhadap perilaku
anak
E. Parenting Style Pada Anak
1. Parenting Style: Authoritarian
Mudah tersinggung
Penakut
Mudah terpengaruh
Mudah stres
Tidak bersahabat
Suka memberontak
Suka mendominasi
Prestasinya rendah
Bersikap bersahabat
Bersikap sopan
Mau bekerjasama
Sumber: dari Syamsu Yusuf. 2009 dalam Psikologi Perkembangan Anak Dan
Remaja.
F. Anak Prasekolah
Anak Prasekolah adalah mereka yang berusia antara 3-6 tahun (Biechler dan
Snowman,)
Anak yang terkategori para sekolah adalah anak dengan usia 3-5 tahun, (Elizabeth B.
Hurlock )mengatakan bahwa kurun usia pra sekolah disebut sebagai masa keemasan
(the golden age).
Perkembangan Anak Prasekolah
Menurut Hurlock mengemukakan bahwa lima tahun pertama disebut dengan The
Golden Years. Anak mengalami kecepatan kemajuan yang sangat cepat. Tidak hanya
fisik tetapi juga secara sosial dan emosional. Anak bukan seoarang bayi lagi
melainkan seorang yang sedang dalam proses awal mencari jati dirinya. Anak sudah
menjadi cikal bakal manusia dewasa. Anak sulit diatur dan mulai sadar bahwa
dirinya juga manusia yang mandiri.
Ciri ciri masa kanak kanak awal dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Masa kanak kanak awal merupakan masa Preschool Age.
Masa ini adalah masa anak sebelum anak masuk pendidikan formal
(SD).
2. Masa kanak kanak awal merupakan masa Pregang Age
Masa ini anak belajar dasar dasar dari tingkah laku untuk mempersiapkan
dirinya bagi kehidupan bersama.
3. Masa kanak kanak awal merupakan masa Hunter Age
Masa ini anak senang menyalidiki dan ingin tahu apa yang ada disekitarnya.
4. Masa kanak kanak awal merupakan masa Problem Age
Anak menunjukkan banyak problem tingkah laku yang harus diperhatikan
oleh orang tua.
G. Peran Keluarga dalam Pengasuhan Anak
Beberapa peran keluarga dalam pengasuhan anak adalah sebagai berikut:
Terjalinnya hubungan yang harmonis dalam keluarga melalui penerapan pola asuh
islami sejak dini, yakni:
Pengasuhan dan pemeliharaan anak dimulai sejak pra konsepsi pernikahan.
Ada tuntunan bagi orangtua laki-laki maupun perempuan untuk memilih pasangan
yang terbaik sesuai tuntunan agama dengan maksud bahwa orangtua yang baik
kemungkinan besar akan mampu mengasuh anak dengan baik pula.
Pengasuhan dan perawatan anak saat dalam kandungan, setelah lahir dan sampai
masa dewasa dan seterusnya diberikan dengan memberikan kasih sayang
sepenuhnya dan membimbing anak beragama menyembah Allah SWT.
Memberikan pendidikan yang terbaik pada anak,terutam pendidikan agama.
Orangtua yang salih adalah model terbaik untuk memberi pendidikan agama kepada
anak-anak. Penanaman jiwa agam yang dimulai dari keluarga, semenjak anak masih
kecil dengan cara membiasakan anak dengan tingkah laku yang baik. Dengan
mencontoh keteladanan Rasulullah SAW adalah dengan menanamkan nilai-nilai
akhlakul kharimah.
Agama yang ditanamkan pada anak bukan hanya karena agama keturunan
tetapi bagaimana anak mampu mencapai kesadaran pribadi untuk ber-Tuhan
sehingga melaksanakan semua aturan agama
Kesabaran dan ketulusan hati. Sikap sabar dan ketulusan hati orangtua dapat
mengantarkan kesuksesan anak. Begitu pula memupuk kesabaran anak sangat
diperlukan sebagai upaya meningkatkan pengendalian diri. Kesabaran menjadi hal
yang penting dalam hidup manusia sebab bila kesabaran tertanam dalam diri
seseorang dengan baik maka seseorang akan mampu mengendalikan diri dan berbuat
yang terbaik untuk kehidupannya.
Secara psikologis dapat ditelusuri bahwa bila anak dilatih untuk memiliki sifat
sabar dengan bekal agama yang dimiliki akan berimplikasi positif bagi kehidupan
anak secara pribadi dan bagi orang lain/masyarakat secara luas, diantaranya:
Mewujudkan keselehan sosial dan kesalehan individu yaitu dengan
terwujudnya kualitas keimanan pada individu dan masyarakat yang bertaqwa,
beriman dan beramal saleh. Seseorang yang memiliki kesalehan sosial yang tinggi
memiliki empati, sosialisasi diri, kesetiakawanan, keramahan, mengendalikan
amarah, kemandirian, sikap ketenangan dan teratur berfikir serta cermat bertindak.
Sikap yang ditunjukkan akibat kesabaran diri akan membuat individu mudah
bergaul, dengan rasa aman dan damai, tanpa kekerasan. Sikap tersebut akan mampu
memupuk konsep diri seseorang.
Dapat membina hubungan yang baik antar individu dan punya semangat
persaudaraan.
Saat seseorang dalam kesabaran akan bertumpu pada nilai ketaqwaan dan
ketaatan pada Allah SWT. Seseorang yang berada dalam keimanan dan ketaqwaan
sebagaimana janji Tuhan akan memiliki jiwa yang tenang. Dalam jiwa seorang yang
tenang akan menstabilkan tekanan pada amygdale (system saraf emosi), sehingga
emosi stabil. Dalam keadaan emosi yang stabil, seorang mudah mengedalikan diri
dengan baik.
Orangtua wajib mengusahakan kebahagian bagi anak dan menerima keadaan
anak apa adanya, mensyukuri nikmat yang diberikan Allah SWT , serta
mengembangkan potensi yang dimiliki anak. Orangtua perlu tahu bahwa anak
memiliki potensi yang luar biasa dan kesuksesan seseorang bukan mutlak ditentukan
oleh kecerdasan intelektual saja (hanya sekedar IQ tinggi) akan tetapi kecerdasan itu
bersifat majemuk.
Menurut
Gardner
bahwa
pada
diri
anak
dikenal
istilah
multiple
menemukan arah, menggunakan peta dan melihat objek dari berbagai sudut.
Kecerdasan gerak tubuh/kinestesis. Pada tipe kecerdasan ini banyak dikuasai
dini.
Memahami anak dengan segala aktivtasnya, termasuk pergaulannya, (Rifa,
2009)
DAFTAR PUSTAKA