Anda di halaman 1dari 26

ANALISA KESTABILAN LERENG TAMBANG

TERBUKA PADA TAMBANG BATUBARA


DI PT PAMAPERSADA NUSANTARA SITE ADARO
PROPOSAL TUGAS AKHIR

OLEH
MAULANA SYAHRI GINTING
DBD 111 0021

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS PALANGKA RAYA


FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN/PRODI TEKNIK PERTAMBANGAN
2015

KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat
dan hidayahNya sehingga proposal tugas akhir dengan judul Analisa Kestabilan
Lereng Tambang Terbuka Pada Tambang Batubara Di PT Pamapersada Nusantara
Site Adaro dapat diselesaikan dengan baik dan lancar.
Pada penyusunan proposal tugas akhir nantinya, penyusun melakukan
Analisa Kestabilan Lereng Tambang Terbuka Pada Tambang Batubara Di PT
Pamapersada Nusantara Site Adaro. Penyusun tidak lupa mengucapkan terima
kasih kepada Ibu Neny Sukmawatie, S.Hut., MP selaku dosen koordinator tugas
akhir yang akan dilaksanakan.
Penyusun berharap proposal tugas akhir ini dapat bermanfaat baik bagi
pembaca pada umumnya dan penyusun khususnya. Dengan penjelasan yang
dipaparkan oleh penyusun, diharapkan pembaca dapat mengetahui cara mengatasi
kestabilan lereng di PT. Pamapersada Nusantara Site Adaro.

Palangka Raya, September 2015

Penyusun

ii

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................
i
KATA PENGANTAR...............................................................................................
ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................
iii
BAB I

PENDAHULUAN..................................................................................
1
1.1 Latar
Belakang
Masalah
.......................................................................................................
1
1.2 Maksud
dan
Tujuan
.......................................................................................................
2
1.2.1
Maksud
..............................................................................................
2
1.2.2
Tujuan
..............................................................................................
2
1.3 Manfaat
.......................................................................................................
3
1.4 Rumusan
Masalah
.......................................................................................................
3
1.5 Batasan
Masalah
.......................................................................................................
3

BAB II

STUDI PUSTAKA.................................................................................
5
2.1 Kestabilan
Lereng
.......................................................................................................
5
2.1.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kestabilan Lereng.
............................................................................................
6
2.1.2 Klasifikasi
Longsoran
Batuan
.......................................................................................
9
iii

2.2
2.3

2.4

2.1.3 Metode
Analisa
Kestabilan
Lereng
.......................................................................................
11
Alat
dan
Bahan
.......................................................................................................
35
Tata
Laksana
Penelitian
.......................................................................................................
37
2.3.1 Langkah
Kerja
............................................................................................
37
2.3.2 Metode
............................................................................................
38
2.3.3 Bagan
Alir
............................................................................................
39
2.3.4 Waktu
Penelitian
............................................................................................
40
Penutup
.......................................................................................................
41

DAFTAR PUSTAKA

iv

36

BAB I
PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang Masalah


Masalah kemantapan lereng pada batuan merupakan suatu hal yang
menarik, karena sifat-sifat dan perilakunya yang berbeda dengan kestabilan
lerang pada tanah. Kestabilan lereng pada batuan lebih ditentukan oleh
adanya bidang-bidang lemah yang disebut dengan bidang diskontinuitas,
tidak demikian halnya dengan lereng-lereng pada tanah.
Adanya kegiatan penambangan, seperti penggalian pada suatu lereng
akan menyebabkan terjadinya perubahan besarnya gaya-gaya pada lereng
tersebut yang mengakibatkan terganggunya kestabilan lereng dan pada
akhirnya dapat menyebabkan lereng tersebut longsor. Dalam merancang
suatu tambang terbuka dilakukan suatu analisis terhadap kestabilan lereng
yang terjadi karena proses penimbunan maupun penggalian sehingga dapat
memberikan kontribusi rancangan yang aman dan ekonomis.
Stabilitas dari lereng individual biasanya menjadi masalah yang
membutuhkan

perhatian

yang

lebih

bagi

kelangsungan

operasi

penambangan setiap harinya. Longsornya lereng pada suatu jenjang, dimana


terdapat jalan angkut utama atau berdekatan dengan batas properti atau
instalasi penting, dapat menyebabkan bermacam gangguan pada program
penambangan.

37

Walaupun longsoran yang terjadi relatif kecil, dengan tanda-tanda


yang tidak begitu kentara, tetap saja dapat membahayakan jiwa dan merusak
peralatan yang ada.

1.2

Maksud dan Tujuan


1.2.1 Maksud
Adapun maksud dari tugas akhir ini adalah sebagai pemenuhan
studi akhir pada kurikulum pembelajaran program S-1 Jurusan Teknik
Pertambangan, Fakultas Teknik, Universitas Palangka Raya.
1.2.2 Tujuan
1. Mengetahui cara penentuan metode analisis kestabilan

lereng

batuan di PT. Pamapersada Nusantara Site Adaro.


2. Mengetahui perhitungan faktor kestabilan lereng batuan di PT.
Pamapersada Nusantara Site Adaro.
3. Mengetahui cara pemiihan geometri lereng batuan di PT.
Pamapersada Nusantara Site Adaro.
4. Mengetahui cara dalam pemantauan lereng di PT. Pama Persada
Nusantara Site Adaro.
5. Mengetahui usaha dalam penstabilan lereng batuan di PT.
Pamapersada Nusantara Site Adaro.

38

1.3

Manfaat
Manfaat dari tugas akhir ini yakni mengetahui cara menentukan
metode analisis kestabilan lereng di PT. Pamapersada Nusantara Site Adaro
dan usaha dalam penstabilan lereng di PT. Pamapersada Nusantara Site
Adaro.

1.4

Rumusan Masalah
1.

Bagaimana cara penentuan metode analisis kestabilan lereng batuan di


PT. Pamapersada Nusantara Site Adaro?

2.

Bagaimana cara melakukan perhitungan faktor kestabilan lereng


batuan di PT. Pamapersada Nusantara Site Adaro?

3.

Bagaimana cara pemilihan geometri lereng batuan di PT. Pamapersada


Nusantara Site Adaro ?

4.

Bagaimana cara dalam pemantauan lereng di PT. Pamapersada


Nusantara Site Adaro ?

5.

Bagaimana usaha dalam penstabilan lereng batuan di PT. Pamapersada


Nusantara Site Adaro?

39

1.5

Batasan Masalah
Dalam tugas akhir ini peneliti membatasi masalah yang mengarah
pada design lereng. Hal ini meliputi :
1.

Penentuan metode analisis kestabilan lereng.

2.

Alternatif sudut dan tinggi lereng


Ini dilakukan perhitungan faktor kestabilan lereng dengan metode Hoek
dan Bray. Perhitungan ini dilakukan untuk :
a.

Lereng individual.
Dari hasil perhitungan, kemudian dibuat dalam grafik hubungan
antara faktor keamanan dengan sudut lereng atau antara tinggi
lereng dengan sudut lereng.

b.

Lereng total
Dari hasil perhitungan, kemudian dibuat grafik hubungan antara
faktor keamanan dengan sudut lereng atau antara tinggi lereng
dengan sudut lereng.

c.

Perhitungan dengan metode Hoek dan Bray.


Sebagai pembanding perhitungan dengan metode Bishop

3.

Pemilihan Geometri lereng

4.

Pemantauan lereng

5.

Usaha untuk menstabilkan lereng

40

BAB II
STUDI PUSTAKA

2.1

Kestabilan Lereng
Kestabilan dari suatu jenjang individual dikontrol oleh kondisi geologi
daerah setempat, bentuk keseluruhan lereng pada daerah tersebut, kondisi
air tanah setempat, dan juga oleh teknik penggalian yang digunakan dalam
pembuatan lereng. Faktor pengontrol ini jelas sangat berbeda untuk situasi
penambangan yang berbeda dan sangat penting untuk memberikan aturan
yang umum untuk menentukan seberapa tinggi atau seberapa landai suatu
lereng untuk memastikan lereng itu akan stabil.
Apabila kestabilan dari suatu jenjang dalam operasi penambangan
meragukan, maka kestabilannya harus dinilai berdasarkan dari struktur
geologi, kondisi air tanah dan faktor pengontrol lainnya yang terjadi pada
suatu lereng. Kestabilan lereng pada batuan dipengaruhi oleh geometri
lereng, struktur batuan, sifat fisik dan mekanik batuan serta gaya-gaya luar
yang bekerja pada lereng tersebut.
Suatu cara yang umum untuk menyatakan kestabilan suatu lereng
batuan adalah dengan faktor keamanan. Faktor ini merupakan perbandingan
antara gaya penahan yang membuat lereng tetap stabil, dengan gaya
penggerak yang menyebabkan terjadinya longsor. Secara matematis faktor
kestabilan lereng dinyatakan sebagai berikut :

41

F = R / Fp

Dimana :
F

= faktor kestabilan lereng

= gaya penahan, berupa resultan gaya-gaya yang membuat lereng


tetap

Fp

stabil

= gaya penggerak, berupa resultan gaya-gaya yang menyebabkan


lereng longsor

Pada keadaan :
-F

1,0 = lereng dalam keadaan stabil

-F

= 1,0 = lereng dalam keadaan seimbang (akan longsor)

-F

1,0 = lereng dalam keadaan tidak stabil.

2.1.1 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kestabilan Lereng


Umumnya stabil atau tidaknya suatu lereng tergantung dari beberapa faktor,
antara lain :
a. Geometri lereng
Kemiringan dan tinggi suatu lereng sangat mempengaruhi
kestabilannya. Semakin besar kemiringan dan ketinggian suatu lereng,
maka kestabilan semakin berkurang.
b. Struktur batuan
Strukutur batuan yang sangat mempengaruhi kestabilan lereng
adalah bidang-bidang sesar, perlapisan dan rekahan. Struktur batuan

42

tersebut merupakan bidang-bidang lemah (diskontinuitas) dan sekaligus


sebagai tempat merembesnya air, sehingga batuan lebih mudah longsor.
c. Sifat fisik dan mekanik batuan
Sifat fisik batuan yang mempengaruhi kestabilan lereng adalah :
bobot isi (density), porositas dan kandungan air.

Sedangkan sifat

mekanik batuan antara lain kuat tekan, kuat tarik, kuat geser dan juga
sudut geser dalam batuan.
1. Bobot isi batuan
Semakin besar bobot isi suatu batuan, maka gaya penggerak yang
menyebabkan lereng longsor juga semakin besar. Dengan demikian
kestabilan lereng semakin berkurang.
2. Porositas batuan
Batuan yang mempunyai porositas besar akan banyak menyerap air.
Dengan demikian bobot isinya menjadi lebih besar, sehingga
memperkecil kestabilan lereng. Adanya air dalam batuan juga akan
menimbulkan tekanan air pori yang akan memperkecil kuat geser
batuan. Batuan yang mempunyai kuat geser kecil akan lebih mudah
longsor.
Kuat geser batuan dapat dinyatakan sebagai berikut :
= C + ( - ) tan
dimana :
= kuat geser batuan (ton/m2)

43

C = kohesi (ton/m2)
= tegangan normal (ton/m2)
= sudut geser dalam (angle of internal friction)
3. Kandungan air dalam batuan
Semakin besar kandungan air dalam batuan, maka tekanan air pori
menjadi semakin besar juga. Dengan demikian berarti bahwa kuat
geser batuannya menjadi semakin kecil, sehingga kestabilannya
berkurang.
4. Kuat tekan, kuat tarik dan kuat geser batuan
Kekuatan batuan biasanya dinyatakan dengan kuat tekan (confined
and unconfined compressive strength), kuat tarik (tensile strength)
dan kuat geser (shear strength). Batuan yang mempunyai kuat tekan,
kuat tarik dan kuat geser besar akan lebih stabil (tidak mudah
longsor).
5. Sudut geser dalam (angle of internal friction)
Semakin besar sudut geser dalam, maka kuat geser batuan juga akan
semakin besar. Dengan demikian batuan (lereng) akan lebih stabil.
d. Gaya dari luar
Gaya-gaya dari luar yang dapat mempengaruhi (mengurangi) kestabilan
suatu lereng adalah :
1. Getaran yang diakibatkan oleh gempa, peledakan dan pemakaian alatalat mekanis yang berat didekat lereng.

44

2. Pemotongan dasar (toe) lereng


3. Penebangan pohon-pohon pelindung lereng
2.1.2 Klasifikasi Longsoran Batuan
Berdasarkan proses longsornya, longsoran batuan dapat dibedakan menjadi
empat macam, yaitu :
a. Longsoran Bidang
Longsoran bidang merupakan suatu longsoran batuan yang terjadi
sepanjang bidang luncur yang dianggap rata. Bidang luncur tersebut
dapat berupa sesar, rekahan (hoint) maupun bidang perlapisan batuan.
Syarat-syarat terjadinya longsoran bidang adalah :
1. Terdapatnya bidang luncur bebas (daylight), berarti kemiringan bidang
luncur harus lebih kecil daripada kemiringan lereng.
2. Arah bidang luncur sejajar atau mendekati sejajar dengan arah lereng
(maksimum berbeda 20o)
3. Kemiringan bidang luncur lebih besar daripada sudut geser dalam
batuannya.
4. Terdapat bidang bebas (tidak terdapat gaya penahan) pada kedua sisi
longsoran.
b. Longsoran baji
Longsoran baji dapat terjadi pada suatu batuan jika terdapat lebih
dari satu bidang lemah yang bebas dan saling berpotongan.

Sudut

perpotongan antara bidang lemah tersebut harus lebih besar dari sudut

45

geser dalam batuannya. Bidang lemah ini dapat beupa bidang sesar,
rekahan (joint) maupun bidang perlapisan.
Cara longsoran suatu baji dapat melalui salah satu atau beberapa bidang
lemahnya, ataupun melalui garis perpotongan kedua bidang lemahnya.
c. Longsoran busur

Longsoran batuan yang terjadi sepanjang bidang luncur yang


berupa busur disebut longsoran busur. Longsoran busur hanya terjadi
pada tanah atau material yang bersifat seperti tanah. Antara partikel
tanah tidak terikat satu sama lain. Dengan demikian, longsoran busur
juga dapat terjadi pada batuan yang sangat lapuk serta banyak
mengandung bidang lemah maupun tumpukan (timbunan) batuan hancur.
d. Longsoran guling
Longsoran guling akan terjadi pada suatu lereng batuan yang acak
kemiringannya berlawanan dengan kemiringan bidang-bidang lemahnya.
Keadaan tersebut dapat digambarkan dengan balok-balok yang
diletakkan diatas sebuah bidang miring. Berdasarkan bentuk dan proses
menggulingnya, maka longsoran guling dibedakan menjadi tiga, yaitu :
a. Longsoran guling setelah mengalami benturan (flexural toppling)
b. Longsoran guling yang berupa blok (balok-balok)
c. Gambaran kedua longsoran diatas (block-flexural)

46

2.1.3 Metode Analisa Kestabilan Lereng Yang Digunakan


Kestabilan suatu lereng dapat dianalisa dengan Metode Hoek dan
Bray, analisa vektor dan metode grafis.

Tetapi yang mungkin akan

digunakan adalah metode Hoek dan Bray.


Metode Hoek dan Bray dapat digunakan untuk menganalisa keempat
macam longsoran pada lereng batuan.
1. Longsoran bidang
Dalam menganalisa, maka suatu lereng ditinjau dalam dua dimensi
dengan anggapan sebagai berikut :
a. semua syarat untuk terjadinya longsoran bidang terpenuhi
b. terdapat regangan tarik tegak yang terisi air sampai kedalaman
tertentu (Zw), regangan tarik ini dapat terjadi pada muka lereng
maupun di atas lereng.
c. Tekanan air pori pada regangan tarik sepanjang bidang luncur tersebar
secara linier
d. Semua gaya yang bekerja pada lereng melalui titik pusat massa batuan
yang akan longsor, sehingga tidak terjadi rotasi.
Faktor keamanan lereng dapat dihitung dengan persamaan :
Gaya-gaya penahan
F

= ---------------------------------Gaya-gaya penggerak

47

C.A + (W cos p U V sin p) tan


F

= ------------------------------------------------------W sin p + V cos p

Dimana :
F

= faktor kestabilan lereng

= kohesi pada bidang luncur

= panjang bidang luncur (A)

= sudut kemiringan bidang luncur (o)

= sudut geser dalam batuan (o)

= berat massa batuan yang akan longsor (ton)

= gaya angkat yang ditimbulkan oleh tekanan air disepanjang


bidang luncur (ton)
= (1/2) w. Zw. (H Z) cosec p

= gaya mendatar yang ditimbulkan oleh tekanan air pada regangan


tarik (ton)
= (1/2) w. Zw2

= bobot isi air (ton/m3)

Zw

= tinggi kolom iar yang mengisi regangan tarik (m)

48

= kedalaman regangan tarik (m)

= tinggi lereng (m)

Jika terjadi getaran yang diakibatkan oleh adanya gempa, peledakan


maupun aktifitas manusia laninnya, maka persamaan diatas menjadi :
C.A + W (cos p- sin p ) U V sin p) tan
F

= ---------------------------------------------------------------------W (sin p + V cos p) + V cos p

Dimana :
= percepatan getaran pada arah mendatar

2. Longsoran Baji

Dalam analisa menggunakan metode Hoek dan Bray, longsoran


baji dapat dianggap hanya akan terjadi pada garis perpotongan kedua
bidang lemah.

Faktor keamanan lereng dapat dihitung dengan

menggunakan persamaan sebagai berikut :


3
F = ---------- (Ca.X +Cb.Y) + (A (w/2).X) tan a + (B (w/2).Y)
tan b
. H
Dimana :
Ca

= kohesi bidang lemah I (ton/m3)

49

Cb

= kohesi bidang lemah II (ton/m3)

= sudut geser dalam, bidang lemah I (o)

= sudut geser dalam, bidang lemah II (o)

= bobot isi batuan (ton/m3)

= bobot isi air (ton/m3)

Sin 24
= -------------------------------------Sin 45. Cos 2na

Sin 13
= -------------------------------------Sin 35. Cos 1nb

Cos a cos b. cos na.nb


= ------------------------------------------------Sin 5. Sin2na.nb

Cos b cos a. cos na.nb


= ------------------------------------------------Sin 5. Sin2na.nb

Dimana a dan b adalah kemiringan (dip) dari bidang-bidang I dan II


serta 5 adalah sudut penunjaman perpotongan bidang lemah I dan II.
Jika pada bidang I dan II tidak terdapat kohesi, serta kondisi lereng
kering, maka persamaan diatas menjadi :

50

F = A tan a + B tan b
Dimana A dan B adalah suatu faktor tanpa satuan yang besarnya
tergantung pada jurus (strike) dan kemiringan (dip) kedua bidang
lemahnya. Bidang lemah yang mempunyai kemiringan lebih kecil selalu
dinamakan bidang lemah I sedangkan bidang lemah yang satunya lagi
dinamakan bidang lemah II.
3. Longsoran guling
Dengan metode Hoek dan Bray terjadinya longsoran guling dapat
dianalisa dengan menggunakan model yang sederhana.

Dengan

menggunakan model ini digunakan untuk menganalisa kasus-kasus yang


sederhana.

Sedangkan untuk menganalisa lereng yang sebenarnya

dilakukan analogi dengan mempertimbangkan variabel-variabel yang ada


dilapangan.
4. Longsoran busur
Khusus untuk longsoran ini tidak ditampilkan disini, karena batuan yang
akan dianalisa diharapkan dalam keadaan segar.

51

2.2.

Alat dan Bahan


Alat yang digunakan dalam kegiatan kerja praktik ini antara lain:
a. Buku Lapangan (Catatan Harian)
Buku lapangan berukuran kecil sehingga tidak menyulitkan pada saat
digunakan. Buku lapangan berfungsi untuk mencatat datadata
penting atau pointpoint penting yang diperlukan dalam kerja praktik.
b. Alat Tulis
Alat tulis berfungsi untuk mencatat datadata yang diperlukan di
lapangan.
c. Kamera Digital/Kamera Handphone
Kamera berfungsi untuk mengambil gambargambar proses kegiatan
yang berlangsung di lapangan.
d. Alat Pelindung Diri (APD)
Peralatan ini meliputi safety shoes, helm, dan rompi reflector, masker,
kacamata. Peralatan ini berfungsi untuk melindungi tubuh dari hal-hal
yang tidak diinginkan (kecelakaan).
e. Laptop
Laptop berfungsi untuk mengolah data data yang telah diperoleh
baik dari media bukubuku referensi maupun dari catatan lapangan.
f. Radio
Radio ini berfungsi untuk melakukan komunikasi.
h. Kalkulator
untuk menghitung data yang telah di dapat di lapangan.
Bahan yang digunakan dalam kegiatan kerja praktik ini antara lain:
a. Stake out pada peta
b. Software

52

2.3

Tata Laksana Penelitian

2.3.1

Langkah Kerja
1. Tahap Persiapan
Pada tahap ini dilakukan penyusunan usulan Kerja Praktik,
memperlajari buku-buku literatur dan buku petunjuk maupun buku
panduan yang tersedia dan berkaitan dengan masalah yang ingin
diteliti.
2. Tahap Pengumpulan Data
Data yang diperlukan dalam penelitian ini mencakup data
primer dan data sekunder. Pengumpulan data primer dilakukan dengan
cara survey langsung di lapangan, pengambilan data dilapangan.
Sedangkan untuk data sekunder meliputi data curah hujan, keadaan
geologi daerah penelitian dan peta lokasi penelitian.
3. Tahap Penyusunan Laporan
Hasil dari data yang diperoleh dilapangan kemudian dilakukan
perhitungan dengan menggunakan rumus-rumus yang diperoleh dari
buku-buku literatur.

2.3.2

Metode Penelitian
Di dalam melaksanakan permasalahan ini, penulis menggabungkan
antara beberapa metode, yaitu :

53

a. Metode Observasi ( Pengamatan )


Metode ini dilakukan dengan cara melakukan pengamatan secara
langsung di lapangan.
b. Metode Interview ( Wawancara )
Metode ini dilakukan dengan cara mencari data melalui penjelasan
secara langsung di lapangan dari pihak perusahaan PT. Pamapersada
Nusantara Distrik Asmi.
c. Metode Pustaka
Dilakukan dengan cara mencari literatur mengenai tahapan-tahapan
produksi, baik berupa data yang diperoleh dari bangku kuliah maupun
dari sumber lain di luar bangku kuliah.

2.3.3

Bagan Alir
a.
b.
c.
d.
e.

Mulai
Bagaimana cara penentuan metode analisis kestabilan
lereng batuan di PT. Pamapersada Nusantara Site
Adaro?
Bagaimana cara melakukan perhitungan faktor
kestabilan lereng batuan di PT. Pamapersada
Nusantara Site Adaro?
Bagaimana cara pemilihan geometri lereng batuan di
PT. Pamapersada Nusantara Site Adaro?
Bagaimana cara dalam pemantauan lereng di PT.
Pamapersada Nusantara Site Adaro?
Bagaimana usaha dalam penstabilan lereng batuan
di PT. Pamapersada Nusantara Site Adaro?

54

Studi
Literatur
Pengambilan
Data

Data Primer :

Geometri lereng
Struktur batuan
Sifat fisik dan mekanik batuan

Data Sekunder:

Data curah hujan


Peta geologi
Peta geologiregional
Peta lokasi dan kesampaian
daerah

Pengolaha Data ;
Hasil dan
Pembahasan
Kesimpulan dan
Saran

Selesai

2.3.4

Waktu Penelitian

55

Kerja Praktik ini dilaksanakan selama 2 bulan. Dimulai tanggal


14 September 2015 sampai dengan 14 November 2015, penelitian
dilakukan sesuai dengan jadwal sebagai berikut:

Tabel 3.2 Waktu Penelitian


September

URAIAN
NO
KEGIATAN

II

2015
III

Oktober
IV

2015
II
III

November
IV

2015
I

Orientasi
1
Lapangan
Pengambila
2
n Data
Pembuatan
3
Laporan

2.4

Penutup
Dengan adanya proposal ugas Akhir dengan judul Analisa Kestabilan
Lereng di PT Asmin Kalimantan Tengah yang saya ajukan, sekiranya dari
perusahaan dapat menerimanya.

56

Dan apabila judul yang saya ambil tidak sesuai dengan keadaan
perusahaan saat ini ataupun ada permasalahan lain sehingga judul Tugas
Akhir saya tidak diterima, maka saya berharap agar perusahaan dapat
memberikan kami masukan-masukan lain untuk kegiatan Praktek Tugas
Akhir.

DAFTAR PUSTAKA

Hoek, E. and Bray, J.W., Rock Slope Engineering 3rd Ed., The Institution Of
Mining and Metallurgy London, 1981.

57

Made Astawa Rai, Dr. Ir .Analisa Kemantapan Lereng : Proyeksi Stereografis


dan Metode Grafis, Kursus Geoteknik dan Perencanaan Tambang
Terbuka, 1993.
Made Astawa Rai, Dr. Ir. dan Anung Dri Prasetya, Ir Kemantapan Lereng
Batuan, Kursus Pengawas Tambang, 1993.
Gian Paolo Giani, Rock Slope Stability Analysis, A.A Balkema, Rotterdam,
Brookfield, 1992.

Anda mungkin juga menyukai