Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Proses penuaan penduduk tentunya berdampak pada berbagai aspek
kehidupan baik sosial, ekonomi dan terutama kesehatan karena dengan semakin
bertambahnya usia, fungsi organ tubuh akan semakin menurun baik karena faktor
alamiah maupun karena penyakit. Dengan demikian peningkatan jumlah penduduk
lanjut usia menjadi salah satu indikator keberhasilan pembangunan sekaligus sebagai
tantangan dalam pembangunan. Bila permasalahan tersebut tidak diantisipasi dari
sekarang, maka tidak tertutup kemungkinan bahwa proses pembangunan akan
mengalami berbagai hambatan. Oleh sebab itu, permasalahan lanjut usia harus
menjadi perhatian kita semua, baik pemerintah, lembaga masyarakat maupun
masyarakat itu sendiri. Mindset yang selama ini ada bahwa penduduk lansia
merupakan kelompok rentan yang hanya menjadi tanggungan keluarga, masyarakat
dan negara yang harus kita ubah. Kita harus menjadikan lansia sebagai aset bangsa
yang harus terus diberdayakan. Dari sisi kualitas hidup penduduk lanjut usia juga
mengalami masalah kesehatan.
Undang-undang nomor 23 Tahun 1992 pasal 19 tentang kesehatan lanjut usia
dan Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2004 tentang pelaksanaan upaya
peningkatan kesejahteraan sosial lanjut usia. (Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional
Vol.1 No.5, April 2007). Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah tersebut
menekankan pentingnya upaya memelihara dan meningkatkan kesehatan serta

kemampuan usia lanjut agar tetap mandiri dan produktif. Dengan diberlakukannya
Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah tersebut menegaskan komitmen Indonesia
untuk menjamin dan melindungi lanjut usia. Pemerintah RI melalui Departeman
Kesehatan telah mengembangkan berbagai kebijakan, program dan kegiatan yang
dapat menunjang derajat kesehatan lanjut usia.
Kebijakan yang diberlakukan dalam pelaksanaan pelayanan lanjut usia adalah
meningkatnya kesehatan dan kemampuan untuk mandiri selama mungkin. Pelayanan
kesehatan diberikan ditingkat pelayanan dasar dan rujukan, pendekatan holistik,
meningkatkan peran serta lintas program, lintas sektor, promotif, preventif, kuratif
dan rehabilitatif dilaksanakan secara komprehensif, peningkatan peran serta
masyarakat, swasta dan lanjut usia, menerapkan gugus kendali mutu pelayanan
disetiap jenjang, penyusunan prosedur tetap pelayanan, penerapan standar pelayanan
dan pelayanan tenaga kesehatan bagi kesehatan lanjut usia (Departemen sosial, 2003).
Untuk mewujudkan kebijakan dan program kesehatan bagi lanjut usia Menteri
Kesehatan Indonesia telah mencanangkan pelayanan terhadap lansia dari tingkat
dasar di puskesmas.

Gambar 1. Komposisi Penduduk Lansia Indonesia Tahun 2012

Komposisi penduduk lansia di Indonesia Tahun 2012, gambar 4


memperlihatkan bahwa sebesar 7,59%. Jumlah lansia perempuan (10.046.073 jiwa
atau 54%) lebih banyak daripada lansia laki-laki (8.538.832 jiwa atau 46%)
(Kementerian Kesehatan RI, Profil Kesehatan Indonesia, 2012).

Gambar 2. Perkembangan Proporsi Penduduk Lansia Indonesia


Perkembangan proporsi penduduk lansia di Indonesia sejak tahun 1980
sampai 2020 pada gambar 2 memperlihatkan persentase penduduk lansia melebihi 7
% yang berarti Indonesia mulai masuk ke dalam kelompok negara berstruktur tua
(ageing population). Adanya struktur ageing population merupakan cerminan dari
semakin tingginya rata-rata usia harapan hidup (UHH). Meningkatnya umur harapan
hidup adalah salah satu indikator utama tingkat kesehatan masyrakat. Semakin tinggi
jumlah lansia, maka semakin baik tingkat kesehatan masyarakatnya. Pertambahan
penduduk lansia ini mungkin disebabkan oleh semakin membaiknya pelayanan
kesehatan dan semakin meningkatnya usia harapan hidup orang Indonesia.

Secara umum derajat kesehatan penduduk lansia masih rendah. Persentase


penduduk lansia yang mengalami keluhan kesehatan pada tahun 2005 sebesar 48,94%
naik menjadi 54,25% pada tahun 2007 menjadi sebesar 54,57% pada tahun 2009
(Susenas,2009).
Jumlah lansia di Kota Batam pada tahun 2014 ada sebanyak 23.269 jiwa dan
di Kecamatan Batam Kota ada sebanyak 3.100 jiwa. Namun yang mendapat
pelayanan di poli lansia hanya sekitar 16,4% dari jumlah lansia yang ada, jumlah ini
sudah mencakup kelima Kelurahan yang ada di wilayah kerja Puskesmas Baloi
Permai. Kondisi ini tentunya harus mendapatkan perhatian berbagai pihak. Lanjut
usia yang sakit-sakitan akan menjadi beban dalam pembangunan. Oleh sebab itu, kita
harus menjadikan para lansia menjadi tetap sehat, produktif dan mandiri.
Meningkatnya jumlah lanjut usia sebenarnya adalah indikator yang menunjukan
semakin sehatnya penduduk Indonesia karena usia harapan hidupnya meningkat,
meskipun disisi lain produktifitas mereka menurun.
Sebagai pelayanan ditingkat dasar yaitu Puskesmas Baloi Permai telah
mengadakan pelayanan usia lanjut dengan memberlakukan Poli lansia. Poli lansia ini
sendiri merupakan kegiatan pelayanan dibidang kesehatan di Puskesmas tersebut
dengan dasar penuh tanggung jawab serta program-program telah dicanangkan oleh
Kepala Puskesmas serta penanggung jawab bidang program lanjut usia. Wilayah kerja
Puskesmas Baloi Permai mencakup 5 kelurahan,

yaitu Kelurahan Taman Baloi,

Sukajadi, Teluk Tering, Sungai Panas dan Baloi Permai. Adapun jumlah dari semua
lansia ditempat tersebut berjumlah 3.039 jiwa atau 12% dari jumlah total seluruh
lansia di Kota Batam (Disduk Kota Batam , 2014). Puskesmas merupakan pelayanan

tingkat pertama yang ada dimasyarakat. Puskesmas Baloi Permai sendiri telah
memiliki program khusus mengenai lansia, yaitu adanya poli lansia. Karena pada
prinsipnya pelayanan yang diberikan terhadap lansia harus pelayanan yang santun
serta mendahulukan lansia dari pasien yang lain. Dengan kondisi inilah peneliti
tertarik mendapatkan informasi lebih mendalam tentang studi kualitatif terhadap
pemanfaatan poli lansia di Wilayah kerja Puskesmas Baloi Permai ini.

I.2 Rumusan masalah


Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian mengenai Studi Kualitatif Tentang Pemanfaatan Poli Lansia
Di Puskesmas Baloi Permai Kecamatan Batam Kota Tahun 2015. Dengan meneliti
pemanfaatan poli lansia ini dapat diidentifikasi input, proses, output dan hambatan
yang menyebabkan tidak memanfaatkan poli lansia secara optimal sehingga dapat
diambil tindakan perbaikan.

I.3 Pertanyaan Penelitian


Pertanyaan penelitian ini adalah :
1. Bagaimana input, proses dan output dalam pelaksanaan poli lansia di
Puskesmas Baloi Permai Batam Kota ?
2. Faktor-faktor apa saja yang menunjang,

dan

menghambat

memanfaatkan poli lansia di Puskesamas Baloi Permai Batam Kota ?

dalam

I.4. Tujuan Penelitian


I.4.1 Tujuan Umum
Memperoleh informasi yang mendalam mengenai pemanfatan poli lansia di
Puskesmas Baloi Permai Kota Batam
I.4.2 Tujuan Khusus
a. Diperoleh informasi yang mendalam mengenai input, proses, dan
output dalam pelaksanaan poli lansia di Puskesmas Baloi Permai
Batam Kota
b. Diperoleh informasi yang mendalam mengenai faktor-faktor apa saja
yang menunjang, dan menghambat dalam pemanfaatan poli lansia di
Puskesamas Baloi Permai Batam Kota.
c. Diperoleh informasi yang mendalam mengenai kebutuhan poli lansia
di Puskesmas Baloi Permai Batam Kota.

I.5 Manfaat Penelitian


1. Bagi pengembangan Ilmu
Sebagai masukan bagi pengembangan ilmu di bidang promosi kesehatan
masyarakat.
2. Bagi Pemegang Program Lansia
Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan bagi pengambil kebijakan dan
Dinas Kesehatan untuk meningkatkan pelayanan poli lansia.
3. Bagi Peneliti lain
Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan bagi peneliti lain untuk dapat
menindak lanjuti hasil penelitian ini.

Anda mungkin juga menyukai