BAB II JJJ
BAB II JJJ
TINJAUAN PUSTAKA
Pendahuluan
Penyakit Dengue Haemoragic Fever (DHF) merupakan masalah kesehatan
di Indonesia, dimana seluruh wilayah di Indonesia mempunyai resiko untuk
terjangkit penyakit DHF, sebab baik virus penyebab maupun nyamuk penularnya
sudah tersebar luas di perumahan penduduk maupun fasilitas umum diseluruh
Indonesia. Walaupun angka kesakitan penyakit ini cenderung meningkat dari
tahun ke tahun, sebaliknya angka kematian cenderung menurun, dimana pada
akhir tahun 60-an/awal tahun 70-an sebesar 41,3% menjadi berkisar
antara 3-5% pada saat sekarang.
Penyakit Dengue Haemoragic Fever (DHF) atau Demam Berdarah Dengue
(DBD) adalah salah satu bentuk klinis dari penyakit akibat infeksi dengan virus
dengue pada manusia. Sedangkan manifestasi klinis dari infeksi virus dengue
dapat berupa Dengue Fever (DF) dan Dengue Haemoragic Fever (DHF).
DHF merupakan penyakit demam akut dengan ciri-ciri demam manifestasi
perdarahan, dan bertendensi mengakibatkan renjatan yang menyebabkan
kematian.
Definisi
Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah suatu penyakit infeksi pada anak dan
dewasa yang disebabkan oleh virus Dengue Famili Flaviviridae, Genus
Flavivirus, dengan gejala utama demam, nyeri otot dan sendi, uji turniket (+)
dengan atau tampa ruam disertai beberapa atau semua gejala perdarahan.
Epidemiologi
DBD pertama kali ditemukan di Filipina tahun 1953. Kemudian menyebar ke
seluruh negara tropis dan subtropis. Kini sekitar 2,5 milyar (2/5 penduduk dunia)
punya risiko terserang virus dengue. Lebih dari 100 negara tropis dan subtropis
pernah mengalami letusan wabah demam dengue dan DBD. Setiap tahun
diperkirakan terdapat 20 juta kasus infeksi dengue
12
Sebelum tahun 1997 kebanyakan menyerang usia < 15 tahun kini baik
dewasa maupun anak kasusnya seimbang.
13
Tersebar luas di seluruh pelosok tanah air baik kota maupun desa, tidak
dapat hidup pada ketinggian >1000 m di atas permukaan laut.
Cara penularan
Virus Dengue masuk ke tubuh nyamuk Ae. aegypti pada saat menghisap
darah manusia yang sedang terinfeksi virus dengue dalam keadaan viremia (2 hari
sebelum panas sampai dengan 5 hari setelah demam). Bila terinfeksi, nyamuk
tetap akan terinfeksi sepanjang hidupnya dan siap menularkan virus ke manusia
yang rentan. Nyamuk betina yang terinfeksi dapat menularkan virus secara
Transovarian (dari induk ke telur). Dalam 8-10 hari virus dengue berlipat ganda
dalam epitel usus tengah nyamuk lalu migrasi ke kelenjar ludah nyamuk
(probosis) (extrinsic incubation period) dan siap ditularkan ke manusia bila
nyamuk betina tersebut menggigitnya. Dalam tubuh manusia, masa tunas yang
diperlukan virus antara 4-6 hari sebelum menimbulkan penyakit. (Intrinsic
Incubation Period).
14
PATOFOSIOLOGI DBD
Pada DBD dan DSS peningkatan akut permeabilitas vaskuler merupakan
patofisiologi primer.Hal ini akan mengarah ke kebocoran plasma ke dalam ruang
ekstravaskuler, sehingga menimbulkan hemokonsentrasi dan penurunan tekanan
darah. Pada kasus-kasus berat volume plasma menurun lebih dari 20% meliputi
efusi pleura, hemokonsentrasi dan hipoproteinemia. Lesi destruktif vaskuler yang
nyata tidak terjadi.
Terdapat tiga faktor yang menyebabakan perubahan hemostasis pada DBD
dan DSS yaitu: perubahan vaskuler, trombositopenia dan kelainan koagulasi.
Hampir semua penderita dengue mengalami peningkatan fragilitas vaskuler dan
trombositopeni, serta koagulogram yang abnormal.
Infeksi virus dengue mengakibatkan muncul respon imun humoral dan
seluler, antara lain anti netralisasi, anti hemaglutinin, anti komplemen. Antibodi
yang muncul pada umumnya adalah IgG dan IgM, mulai muncul pada infeksi
primer, dan pada infeksi sekunder kadarnya telah meningkat.
Pada hari kelima demam dapat ditemukan antibodi dalam darah, meningkat
pada minggu pertama hingga minggu ketiga dan menghilang setelah 60-90
hari.pada infeksi primer antibodi
sedangkan pada infeksi sekunder kadar IgG meningkat pada hari kedua.
Karenanya diagnosis infeksi primer ditegakkan dengan mendeteksi antibodi IgM
setelah hari kelima sakit, sedangkan pada infeksi sekunder diagnosis dapat
ditegakkan lebih dini.
Pada infeksi primer antibodi netralisasi mengenali protein E dan monoclonal
antibodi terhadap NS1, Pre M dan NS3 dari virus dengue sehingga terjadi aktifitas
netralisasi atau aktifasi komplemen sehingga sel yang terinfeksi virus menjadi
lisis. Proses ini melenyapkan banyak virus dan penderita sembuh dengan memiliki
kekebalan terhadap serotipe virus yang sama.
15
16
Diagnosis pasti dengan uji serologis pada infeksi virus dengue sulit
dilakukan karena semua flavivirus memiliki epitope pada selubung protein yang
menghasilkan cross reaction atau reaksi silang.
Infeksi oleh satu serotipe virus DEN menimbulkan imunitas protektif
terhadap serotipe tersebut, tetapi tidak ada cross protektif terhadap serotipe
virus yang lain.
Virion dari virus DEN ekstraseluler terdiri dari protein C (capsid), M
(membran) dan E (envelope). Virus intraseluler terdiri dari protein pre-membran
atau pre-M.Glikoprotein E merupakan epitope penting karena: mampu
membangkitkan antibodi spesifik untuk proses netralisasi, mempunyai aktifitas
hemaglutinin, berperan dalam proses absorbsi pada permukaan sel, (reseptor
binding), mempunyai fungsi fisiologis antara lain untuk fusi membran dan
perakitan virion.
Secara in vitro antibodi terhadap virus DEN mempunyai 4 fungsi fisiologis:
netralisasi virus, sitolisis komplemen, Antibodi Dependent Cell-mediated
Cytotoxicity (ADCC) dan Antibodi Dependent Enhancement.
Secara invivo antibodi terhadap virus DEN berperan dalam 2 hal yaitu:
a.
b.
dengan jenis virus yang lain, maka virus tersebut tidak dapat
dinetralisasi dan terjadi infeksi berat. Hal ini disebabkan terbentuknya kompleks
17
yang infeksius antara antibodi heterologous yang telah dihasilkan dengan virus
dengue yang berbeda.
Selanjutnya ikatan antara kompleks virus-antibodi (IgG) dengan reseptor Fc
gama pada sel akan menimbulkan peningkatan infeksi virus DEN. Kompleks
antibodi meliputi sel makrofag yang beredar dan antibodi tersebut akan bersifat
opsonisasi dan internalisasi sehingga makrofag akan mudah terinfeksi sehingga
akan memproduksi IL-1, IL-6 dan TNF dan juga Platelet Activating Factor
Selanjutnya dengan peranan TNF akan terjadi kebocoran dinding
pembuluh darah, merembesnya plasma ke jaringan tubuh karena endothel yang
rusak, hal ini dapat berakhir dengan syok.
Proses ini juga menyertakan komplemen yang bersifat vasoaktif dan
prokoagulan sehingga menimbulkan kebosoranplasma dan perdarahan yang dapat
mengakibatkan syok hipovolemik.
Pada bayi dan anak-anak berusia dibawah 2 tahun yang lahir dari ibu
dengan riwayat pernah terinfeksi virus DEN, maka dalam tubuh anak tersebut
telah terjadi Non Neutralizing Antibodies sehingga sudah terjadi proses
Enhancing yang akan memacu makrofag sehingga mengeluarkan IL-6 dan TNF
juga PAF. Bahan-bahan mediator tersebut akan mempengaruhi sel-sel endotel
pembuluh darah dan sistem hemostatik yang akan mengakibatkan kebocoran
plasma dan perdarahan.
Pada teori kedua (ADE) , terdapat 3 hal yang berkontribusi terhadap
terjadinya DBD dan DSS yaitu antibodies enhance infection, T-cells enhance
infection, serta limfosit T dan monosit. Teori ini menyatakan bahwa jika terdapat
antibodi spesifik terhadap jenis virus tertentu, maka antibodi tersebut dapat
mencegah penyakit, tetapi sebaliknya apabila antibodi yang terdapat dalam tubuh
tidak dapat menetralisir penyakit, maka justru dapat menimbulkan penyakit yang
berat.
Disamping kedua teori tersebut, masih ada teori-teori lain yang berusaha
menjelaskan patofisiolog DBD, diantarnya adalah teori virus yang mendasarkan
pada perbedaan keempat serotipe virus Dengue yang ditemukan berbeda antara
satu daerah dengan yang lainnya. Sedangkan teori antigen-antibodi mendasarkan
18
Demam Dengue,
19
1. Demam Dengue
Pada demam dengue (DD) dapat dijumpai keadaan-keadaan berikut :
-
Nyeri seluruh tubuh ; nyeri kepala, nyeri belakang mata terutama bila
digerakkan, nyeri otot, nyeri tulang, nyeri sendi dan nyeri perut
Namun demam dengue yang disertai perdarahan harus dibedakan dengan DBD.
Pada penderita demam dengue tidak ada tanda-tanda kebocoran plasma dan
sebaliknya.
2. Demam Berdarah Dengue
Perbedaan DD dengan DBD terletak pada patofisiologi penyakit tersebut,
di mana pada DBD terdapat kelainan homeostasis dan perembesan plasma yang
dibuktikan dengan adanya trombositopenia dan peningkatan hematokrit.
Kriteria diagnosis DBD menurut WHO 1997 :
a)
Klinis
- Demam tinggi tiba-tiba selama 2-7 hari, tanpa sebab yang jelas
- Terdapat menifestasi perdarahan berupa ; uji turniket +, petekie,
ekimosis, purpura, perdarahan mukosa, epistaksis, perdarahan gusi,
hematemesis dan atau melena
- Pembesaran hati (hepatomegali)
b)
Laboratorium
- Trombositopenia (trombosit < 100.000/l)
- Hemokonsentrasi ; peningkatan hematokrit >20%
Diagnosis ditegakkan dengan dua kriteria klinis + dua kriteria laboratoris.
Efusi pleura dan atau hipoalbuminemia memperkuat diagnosis.
Menurut WHO 1997, DBD dibagi menjadi 4 derajat, yaitu :.
20
II
III
lain
Didapatkan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan dalam, tekanan
nadi menurun <20 mmHg, hipotensi,sianosis sekitar mulut, kulit dingin
IV
Mata cekung
21
Laboratorium
1. Laboratorium
- Trombositopenia ( trombosit <100.000/l )
- Hematokrit meningkat >20%
- Hipoproteinemia, penurunan kadar fibrinogen, protrombin, faktor VIII,
faktor XII, dan anti trombin III
- PT dan PTT memanjang
- asidosis metabolik dan kadar BUN (Basal Urea Nitrogen) meningkat
pada syok berat.
- SGOT dan SGPT meningkat ringan
- Serum komplemen menurun
22
Penatalaksanaaan
Demam Dengue
Pasien DD dapat berobat jalan, tidak perlu dirawat. pasien dianjurkan:
-
Pemberian cairan dan elektrolit per oral seperti jus buah, sirup, dan susu
di samping air putih
23
2) Koloid
- Dextran 40
- Plasma
- Albumin
Protokol 1 : Tersangka DBD
Pasien pulang bila : Hb,Ht normal, trombosit >100.000 /l dalam 24 jam.
Dengan catatan kontrol kembali bila keadaan malin buruk. Bila masih meragukan,
observasi dan berikan infus kristaloid 500 cc per 4 jam, ulang Hb, Ht, trombosit.
Pasien di rawat bila Hb, Ht normal tapi trombosit < 100.000/ l. Atau Hb, Ht
tetap/meningkat dengan trombosit normal/ menurun. Monitor vital serta jumlah
urin tiap 4 jam.
Protokol 2 DBD : tanpa perdarahan masif dan syok
Berikan infus larutan kristaloid 4 jam/ kolf. Bila Hb,Ht normal dan
trombosit > 100.000 -150.000 maka cukup monitor lagi tiap 24 jam. Tapi bila Hb,
Ht meningkat periksa ulang tiap 12 jam. Setelah 24 jam bila
trombosit :
- Stabil, pasien boleh pulang
- Normal/ meningkat trombosit >100.000, ulang periksa tiap 12 jam selama
24 jam. Bila normal dan stabil, boleh pulang
- Klinis memburuk, menunjukkan tanda syok, terapi di sesuaikan seperti
pada syok
Pasien pulang bila : tidak demam, hemodinamik baik. Kontrol poliklinik 24
jam kemudian sambil periksa darah perifer lengkap. Bila keadaan memburuk
harus segera kembali dirawat
Protokol 3 : DBD dengan perdarahan spontan dan masif tanpa syok
Segera infus larutan kristaloid 4 jam/ kolf. Periksa tanda-tanda vital, darah
perifer lengkap, dan homeostasis tiap 4-6 jam. Transfusi komponen darah
24
diberikan sesuai indikasi. Fresh rozen plasma (FFP) diberikan bila terdapat
defisiensi faktor-faktor pembekuan (PT dan PTT memanjang). Packed Red Cells
(PRC) diberikan bila nilai Hb kurang dari 10 g%. transfusi trombosit diberikan
pada DBD dengan perdarahan spontan dan masif dengan jumlah trombosit <
100.000.
Protokol 4 : DBD dengan syok dan perdarahan spontan.
Fase awal segera berikan infus larutan kristaloid terutama RL 20
ml/kgBB/jam. Berikan O2 2-4 lt/mnt periksa elektrolit dan ureum, kreatinin.
Evaluasi selama 30-120 menit. Syok dikatakan teratasi bila keadaan umum
membaik, keadaan Sistim Saraf Pusat baik, sistol di atas 100 mmhg dengan
tekanan nadi > 20 mmHg. Nadi kurang dari 100X/menit dengan volume yang
cukup. Akral hangat, tidak pucat serta diuresis 0,5-1 ml/kgBB/jam. Bila syok telah
teratasi infus dikurangi menjadi 10 ml/kgBB/jam lanjut evaluasi 60-120 menit
berikut. Bila klinis menjadi stabil kurangi lagi menjadi 4 jam/kolf. Selama ini
periksa ulang Hb, Ht, trombosit, serta elektrolit tiap 4-6 jam. Bila hemodinamik
masih belum stabil dengan Ht >30% anjuran kombinasi kristaloid dan koloid
dengan perbandingan 3-4: 1 namun bila Ht <30% berikan transfusi darah merah.
Bila syok dari awal tidak teratasi langsung berikan lar koloid 10-20 ml/kgBB/jam
maksimal 1500 ml/24 jam. Bila Ht<30% segera transfusi darah merah.
Bila syok masih juga belum teratasi berikan obat-obatan vasopresor seperti
dopamin, dobutamin atau epinefrin. Periksa homeostasis di ulang bila masih ada
perdarahan. Berikan juga obat- obatan sesuai gejala yang ada. (terapi simtomatik)
Protokol 5 : DBD dengan syok tanpa perdarahan
Pada dasarnya sama prinsipnya seperti protokol 4 hanya saja pemeriksaan
klinis dan laboratorium dilakukan seteliti mungkin untuk menentukan
kemungkinan perdarahan tersembunyi disertai KID, maka heparin dapat
diberikan. Bila tidak didapatkan tanda- tanda perdarahan, walau hasil pemeriksaan
homeostasis menunjukkan KID maka heparin tidak diberikan, kecuali bila ada
perkembangan ke arah perdarahan.
25
Hematokrit stabil
Komplikasi
Pada umumnya infeksi primer dapat sembuh sendiri dan tidak berbahaya.
Komplikasi pada bayi dan anak usia muda biasanya berupa kehilangan cairan dan
elektrolit, hiperpireksia, dan kejang demam. Pada usia 1 4 tahun wajib
diwaspadai ensefalopati dengue karena merupakan golongan usia tersering
terjadinya kejang demam. Kegagalan dalam melakukan tatalaksana komplikasi
ini, dapat memberikan jalan menuju DSS (Dengue Shock Syndome) dengan tanda
kegagalan sirkulasi, hipotensi dan syok
Upaya Pencegahan
1. Pemberantasan secara kimiawi
-
Pengasapan (Fogging)
Bubuk Abate
2. Pemberantasan secara hayati dengan menggunakan agen hayati : ikan
cupang, larva ikan nila
26
ANALISA KASUS
Demam Berdarah Dengue adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus
dengue ditandai dengan manifestasi klinis utama yaitu demam tinggi 2-7 hari,
perdarahan, sering ditandai dengan hepatomegali dan pada kasus berat ada tanda
tanda kegagalan sirkulasi dan pada pemeriksaan laboratorium didapatkan
trombositopenia (<100.000 ul) dan peningkatan hematokrit >20%. Gagal sirkulasi
pada pasien DBD akibat peningkatan permeabilitas kapiler darah dan penurunan
volume plasma dikarenakan kebocoran plasma (leakage) dari intravascular ker
interstitial. Keadaan ini disebut Dengue Shock Syndrom (DSS) dan dapat menjadi
fatal yaitu kematian.
Pada kasus ini pasien anak perempuan usia 8 tahun ini datang dengan
keluhan panas tinggi mendadak 3 hari disertai mual muntah, batuk pilek, sakit
kepala, nyeri pada persendian. Perdarahan spontan disangkal,tidak turun dengan
obat penurun panas sebelum masuk ke Rumah Sakit. BAB cair 1 hari sebelum
MRS. Pada pemeriksaan fisik didapatkan :
Keadaan umum
Kesadaran
BB
: 31 kg
Suhu
: 37.2 C
Nadi
: 148 x/menit
RR
: 24 x/menit
TD
: 100/60 mmHg
27
Klinis
Demam tinggi tiba-tiba selama 2-7 hari, tanpa sebab yang jelas
purpura,
perdarahan
mukosa,
epistaksis,
perdarahan
gusi,
Diagnosis ditegakkan dengan dua kriteria klinis + dua kriteria laboratoris. Efusi
pleura dan atau hipoalbuminemia memperkuat diagnosis.
Menurut WHO 1997, DBD dibagi menjadi 4 derajat, yaitu :.
I
II
III
lain
Didapatkan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan dalam, tekanan
nadi menurun <20 mmHg, hipotensi,sianosis sekitar mulut, kulit dingin
IV
Pada kasus ini, pasien telah memenuhi kriteria WHO yaitu adanya demam
tinggi mendadak selama 3
dari perdarahan. Pemberian terapi pasien DHF berdasarkan terapi DEPKES untuk
criteria DHF grade I yaitu pemberian cairan infus 5-7 cc/kgBB/jam. Pada kasus
pasien ini, pasien mendapatkan terapi :
DAFTAR PUSTAKA
1) Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I FKUI edisi III. Jakarta, 1996.
29
Dengue.
Diagnosis,
Pengobatan,
Pencegahan
dan
30