Anda di halaman 1dari 3

KTSP Sekolah Kejuruan

Menyikapi persaingan global dan upaya meningkatkan mutu/kualitas pendidikan,


DEPDIKNAS telah menggulirkan kurikulum yang mengutamakan pada tingkat
kemampuan (competency) siswa yaitu Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK).
Konsep KBK (Kurikulum 2004 dan KTSP) lebih menekankan pada pengembangan
kemampuan siswa untuk dapat berbuat sesuatu yang dibuktikan dengan
penyelesaian tugas-tugas dengan standar performansi tertentu.
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dikembangkan berlandaskan pada
rasionalitas siswa untuk mampu menganalisis mengapa dan bagaimana
perbuatan/pekerjaan tertentu dapat diselesaikan.
Prasyarat untuk dapat melakukan perbuatan/pekerjaan yang dikehendaki adalah
dimilikinya kompetensi dasar siswa yang meliputi tiga ranah penting diantaranya
pengetahuan (knowledge), sikap (Atittude/Afektif) dan keterampilan
(Skill/Psikomotorik). Secara ideal ketiga ranah tersebut adalah kesatuan yang utuh
dan tidak dapat dipisahkan. Hasil akhir dari rangkaian proses belajar yang
dilaksanakan siswa adalah tidak hanya sekedar tahu apa tetapi lebih jauh
mengarah pada kemampuan untuk dapat berbuat sesuatu atau bisa apa.
Dalam KTSP Sekolah Menengah Kejuruan, di kenal dua istilah penting yaitu
kompeten dan tidak kompeten. Siswa yang dinyatakan tidak kompeten pada subkompetensi tertentu maka harus melakukan pengulangan (remedial), dan hanya
boleh mengikuti sub-kompetensi berikutnya jika siswa dinyatakan kompeten (lulus)
pada sub-kompetensi sebelumnya. Kelulusan masing-masing siswa secara detail
ditentukan berdasarkan hasil evaluasi yang meliputi proses dan hasil.
KARAKTERISTIK KTSP
Untuk menghasilkan kurikulum SMK yang relevan, sesuai dengan tuntutan DUDI
(dunia usaha/dunia industri) dan perkembangan teknologi tentu harus melalui
proses/kajian yang mendalam, meliputi analisa potensi (kekuatan) dan kelemahan,
analisa peluang dan tantangan, termasuk mengidentifikasi standar isi dan
kompetensi lulusan yang ingin dicapai.
Menurut penulis, KTSP SMK sebagai sebuah konsep dan program harus memiliki
karakteristik yang sesuai, diantaranya: (1) Menekankan pada ketercapaian
kompetensi untuk mewujukan siswa yang terampil di bidangnya; (2) Terwujunya
ketuntasan belajar, yang ditandai dengan penguasaan kompetensi standar yang telah
ditetapkan; (3) Adanya pandangan terhadap perbedaan kemampuan siswa dalam
menerima materi pelajaran; (4) Pola pembelajaran yang dikembangkan meliputi
program percepatan, pengayaan dan remedial; dan (5) Kedudukan guru dalam
kegiatan pengajaran adalah sebagai fasilitator dan mediator pembelajaran, sehingga
guru bukanlah satu-satunya sumber belajar bagi siswa.

PENGEMBANGAN KTSP
Kurikulum adalah rancangan pendidikan yang dibuat sebagai pedoman bagi
pelaksana pendidikan untuk mencapai tujuan yang dikehendaki, yaitu berupa hasil
dari proses pendidikan. Kurikulum merupakan kunci keberhasilan dari model
pendidikan terstandar meliputi arah, isi, dan proses pendidikan sehingga dihasilkan
kualifikasi pendidikan yang unggul sesuai tujuan SMK, diantaranya; menyiapkan
siswa untuk siap latih/kerja dan menyiapkan siswa untuk melanjutkan pendidikan
pada jenjang yang lebih tinggi.
Menurut Prof. Akhmad Sonhaji, M.A.,PhD (2002) terdapat tiga karakteristik utama
pendidikan teknik (kejuruan) yang perlu diperhatikan dalam penyelenggaraannya,
yaitu; (1) Penekanan pada ranah psikomotorik; (2) Sesuai dengan perkembangan
teknologi, dan; (3) Orientasi pada bidang kerja.
Merujuk pendapat diatas, (pertama) KTSP dapat diartikan sebagai kurikulum yang
lebih menekankan pada kemampuan individu dalam menguasai kompetensi standar.
Penguasaan psikomotorik (skill) adalah faktor terpenting bagi siswa untuk
memperoleh pengalaman belajar sebagai modal bersaing di tingkat regional maupun
global. Namun demikian bukan berarti ranah knowlidge dan attitude/Afektif
menjadi tidak penting, ketiganya merupakan kesatuan yang tidak dapat dipisahkan
dan saling melengkapi; (kedua) KTSP dikembangkan atas dasar tuntutan teknologi,
artinya bahwa instruksional dalam konsep pembelajaran perlu dibuat super fleksibel,
mengingat perubahan teknologi selalu berubah seiring perkembangan jaman; dan
(ketiga) orientasi KTSP adalah dunia kerja, artinya pendidikan kejuruan (SMK)
merupakan pendidikan yang berhubungan erat dengan pekerjaan. Untuk itu
diperlukan pemahaman, kemampuan dan penguasaan terhadap kompetensi sesuai
dengan bidang kerja.
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) memberikan keleluasaan bagi para
pengelola sekolah untuk menyusun kurikulum sesuai dengan potensi dan kondisi
lingkungan, yaitu berpedoman pada standar isi, sandar kompetensi lulusan dan
panduan penyusunan kurikulum. Sekolah pun diberi kebebasan seluas-luasnya
untuk melakukan sinkronisasi dan mengembangkan kurikulumnya sesuai tuntutan,
kebutuhan dan perkembangan DUDI.
Pengembangan kurikulum adalah keharusan dalam upaya memperbaiki pendidikan
yang mengarah pada kualitas, yaitu pendidikan yang mampu merespon berbagai
kebutuhan dan tuntutan demokratisasi, globalisasi dan otonomi. Beberapa prinsip
dasar yang harus diperhatikan dalam pengembangan KTSP diantaranya: (1)
memiliki relevansi dengan tuntutan, kebutuhan dan perkembangan DUDI; (2)
bersifat fleksibel dengan perubahan, kondisi lingkungan, latar belakang dan
kemampuan siswa; dan (3) bersifat kontinuitas pada setiap jenjang pendidikan dan
pekerjaan yang relevan.
PERAN GURU
Guru sebagai komponen utama pendidikan memegang peranan yang sangat penting
baik dari sisi perencanaan, pelaksanaan maupun pengembangan kurikulum. KTSP
telah menempatkan guru pada porsinya yang sangat penting. Kedudukan guru

adalah sebagai orang yang berhubungan langsung dengan siswa, sehingga tahu
persis apa yang dibutuhkan siswanya. Sebagai pelaksana kurikulum, gurulah yang
menciptakan kegiatan belajar mengajar, dengan segenap kemampuaannya guru
dapat menciptakan situasi belajar yang aktif, menggairahkan dan mampu
mendorong siswanya untuk berprilaku kreatif dan inovatif.
Dalam konsep KTSP guru bukanlah sebagai satu-satunya sumber belajar, sehingga
siswa bisa saja belajar melalui pemanfaatan media teknologi, seperti TV, CD
interaktif atau internet. Peran guru dalam hal ini lebih sebagai fasilitator dan
mediator pembelajaran, yang memiliki kemampuan mengkondisikan lingkungan
sehingga memberikan kemudahan belajar kepada siswa. Sebagai fasilitator dan
mediator, guru dituntut untuk dapat memberikan pengalaman belajar tak terlupakan
yang mampu membentuk rasa tanggungjawab siswa, selain itu guru diharapkan
mampu membuat stimulus sehingga siswanya selalu ingin tahu terhadap materi yang
disampaikan.
Sumber :
http://duniaguru.com/index.php?
option=com_content&task=view&id=899&Itemid=58

Anda mungkin juga menyukai